Dokumen - Tips - Askep DG Ventilator PDF
Dokumen - Tips - Askep DG Ventilator PDF
DISUSUN
SEBAGAI TUGAS MATA AJAR KULIAH KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
Oleh;
Bidyawati (Nim 11080014)
Dan
Herry Kurniawan (Nim 11080004)
Dosen Pengajar;
Ns. Elvi Oktarina S.Kep, M.Kep
2011
BAB I. TINJAUAN TEORI
VENTILASI MEKANIK
A. PENDAHULUAN
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang mengalami
hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan kritis, medikal bedah
umum, bahkan di rumah.
Perawat, dokter dan ahli terapi pernafasan harus mengerti kabutuhan pernafasan
spesifik klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif termasuk memahami
prinsip-prinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang dibutuhkan klien, komunikasi
terbuka antara tim kesehatan, rencana penyapihan dan toleransi klien terhadap
perubahan pengaturan ventilasi mekanik.
B. PENGERTIAN
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.
(Brunner dan Suddarth, 1996).
2
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam
rongga thorax paling positif.
D. KLASIFIKASI
3
1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien.
Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke
4
pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi.
Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri, bisa terjadi fighting (tabrakan
antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat
alveoli pecah dan terjadi pneumothorax.
5
Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa
menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi
fighting dengan segala akibatnya.
Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi
(SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien.
Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum
normal sehingga masih memerlukan bantuan. SIMV dapat digunakan untuk ventilasi
dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal.
Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien.
Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang
adekuat
2. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
6
cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan kebocoran.
Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
1. Kegagalan Ventilasi
Neuromuscular Disease
Musculosceletal disease
7
Penyebab sentral;
Penyebab perifer ;
1. Kelainan Neuromuskuler:
2. Guillian Bare syndrom
3. Tetanus
4. Trauma servikal.
5. Obat pelemas otot.
6. Kelainan jalan napas.
7. Obstruksi jalan napas.
8. Asma broncheal.
9. Kelainan di paru.
10. Edema paru, atelektasis, ARDS
11. Kelainan tulang iga / thorak.
12. Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
13. Kelainan jantung.
14. Kegagalan jantung kiri.
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
8
Positive end respiratory pressure / flow rate, yaitu kecepatan aliran gas atau voleme
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan
adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan
atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996).
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam
gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan
level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi
oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan
difusi alveolikapiler.
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka
bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada
9
kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri
berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari
10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif
di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial
meningkat.
Pada paru
Infeksi paru
Keracunan oksigen
10
Pada sistem saraf pusat
Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat
dari hiperventilasi.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.
Perdarahan lambung.
K. PROSEDUR PEMBERIAN VENTILATOR
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal
adalah sebagai berikut:
Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:
0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis.
11
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan
ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)
.
KRITERIA PENYAPIHAN
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
12
BAB II.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK
1. Pengkajian
Bunyi nafas
Status neurologis
Kebutuhan pengisapan
Status nutrisi
Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan
positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh
darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan
positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada
alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih
jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
13
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya
telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan
hal-hal berikut :
Jenis ventilator
Humidifikasi
Alarm
PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan
diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan
menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
14
2. Diagnosa Keperawatan
15
Gangguan kardiovaskuler
Infeksi paru
3. Penatalaksanaan
16
17
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal
dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah
sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat
komunikasi lainnya.
18
2. Pengaturan ventilator
FiO2 < 50%
4. Selang Endotrakeal
Posisi diatas karina pada foto Rontgen
5. Nutrisi
Kalori perhari 2000-2500 kal
6. Jalan nafas
Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
7. Obat-obatan
Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
19
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
20
BAB III.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILASI
MEKANIK
Dx.1 : Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari,
atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan (pengesetan
ventilator tak tepat) .
Tujuan; GDA / gas darah arteri dalam batas normal
Nilai normal dalam analisa gas darah pada arteri;
- pH : 7,35 - 7,45
- TCO2 : 23-27 mmol/L
- PaCO2 : 35-45 mmHg
- BE : 0 ± 2 mEq/L
- PaO2 : 80-100 mmHg
- Saturasi O2 : 95 % atau lebih
Intervensi;
Observasi warna kulit dan tanda-tanda sianosis lain pada akral, cuping telinga dan
bibir.
Monitor GDA atau oksimetri (mengukur kadar oksigen di darah arteri) selama
periode penyapihan
Kaji Posisi yang dapat menyebabkan penurunan PaO2 atau menimbulkan ketidak
21
Intervensi;
Lakukan penghisapan secret dengan tekanan 100-200 mmHg jika di tandai dengan
adanya ronki.
Bantu klien untuk melakukan perubahan posisi (diafragma yg lebih rendah akan
jalan napas
Beri Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep
Ukur berat badan klien tiap hari (dengan menimbang klien/ mengukur LLA)
Pertahankan asupan nutrisi parenteral secara total dengan diit TKTP (tinggi kalori
22
DAFTAR PUSTAKA
Doenges ME, Moorhouse MF, and Geissler AC. (1999). Nursing care plans.
Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed). Philadelphia:
F.A Davis Company.
Gallo dan Hudak (1997). Keperawatan Kritis, ed.6 vol.1 Jakarta: EGC. Buku asli;
Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia: Lippincott.
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed). Philadelphia:
Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
23