Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS 6C DALAM MEMINIMALISIR PEMBIAYAAN

BERMASALAH PADA KOPERASI MITRA DHUAFA


CABANG DURENAN

SKRIPSI

Ditulis Guna Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:
Miftachul Adib Mustofa
9314 108 16

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pembiayaan merupakan suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan

syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang

telah dikumpulkan dari masyarakat yang surplus dana. Orientasi pembiayaan yang

diberikan kepada masyarakat adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan

pendapatan nasabah maupun lembaga keuangan syariah itu sendiri. Sasaran dari

pembiayaan ini adalah semua sektor ekonomi untuk usaha seperti pertanian,

industri rumah tangga, perdagangan dan jasa.1

Semakin banyaknya persaingan diantara koperasi untuk mendapatkan

market share dalam rangka mempertahankan eksistensi (kelangsungan usahanya)

serta mengembangkan usahanya, maka Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan

dituntut adanya penilaian terhadap kinerjanya. Salah satu pedoman dalam menilai

kinerja adalah dengan merujuk pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) Nomor 35.3/Per/M.KUKM/X/2007

mengenai Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan

Unit Jasa Keuangan Syariah.

Tingkat kesehatan di koperasi salah satunya dapat dilihat dari permodalan

dan pembiayaan bermasalah yang sulit untuk ditagih maupun yang tidak dapat

ditagih. Bentuk penyaluran dana atau yang lebih dikenal dengan pembiayaan di

koperasi sendiri di golongkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu (1) pembiayaan


1
Muhammad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2016), 15.

1
2

dengan prinsip jual beli, (2) pembiayaan dengan prinsip sewa, (3) pembiayaan

dengan prinsip bagi hasil, (4) pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap. Karena

fokus kerja Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan adalah pasar maka

pembiayaan yang sering di gunakan anggotanya adalah pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil yaitu dengan akad musyarakah ( joint venture profit sharing).

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik

dana atau modal bekerja sama sebagai anggota usaha, membiayai investasi usaha

baru atau yang sudah berjalan. Para pihak dapat ikut mengelola usaha sesuai

kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji atau upah untuk tenaga dan

keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut. Dalam hal pembiayaan

KOPERASI akan menyertakan modal kedalam proyek atau usaha yang diajukan

setelah mengetahui besarnya partisipasi anggota.2

Tabel 1.1
Sistematika Pembiayaan3
Sistematika Pembiayaan
Proses 1. Proses awal yaitu pengajuan dan pemeriksaan dokumen legalitas,
pengajuan disini nasabah mengisi formulir pembiayaan dan melengkapi
persyaratan pembiayaan seperti KTP suami istri, KK, surat nikah,
dan fotokopi jaminan(Sertifikat, BPKB, surat kios pasar, dll).
Setelah bagian admin menerima dan memastikan kelengkapan
dokumen dan berkas-berkas pembiayaan untuk selanjutnya
berkas diteruskan ke AO (Account Officer).
2. Setelah AO menerima berkas permohonan pembiayaan kemudian
melakukan verifikasi data yang bertujuan untuk meyakini
kebenaran atau keakuratan data atau informasi yang dikumpulkan
guna analisis pembiayaan. Verifikasi data meliputi cek perijinan
usaha, kunjungan ke lokasi usaha, periksa laporan keuangan, cek
rekening koran atau tabungan 3 bulan terakhir, periksa kondisi
jaminan. Langkah berikutnya AO melakukan analisis dan survey

2
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), 22
3
Wawancara Tri Djayanto, Manajer cabang Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan, Tanggal 5
November 2022.
3

meliputi usaha, jaminan, tempat tinggal, dan membuat taksasi


jaminan(penghitungan taksasi jaminan berdasarkan 75% dari
harga jual jaminan).
Proses 1. komite atau rapat dilakukan oleh manager cabang, accounting,
komite dan AO yang bersangkutan untuk menentukan disetujui atau
tidaknya pengajuan pembiayaan tersebut.
Proses 1. Setelah komite pembiayaan menyetujui kemudian berkas tersebut
pencairan diserahkan kepada bagian accounting untuk dibuatkan akadnya.
Setelah akad selesai berkas diserahkan kepada manager untuk
persetujuan di sistem, selanjutnya berkas diserahkan ke AO lagi
untuk proses pencairan dana.
2. Untuk pencairan dana bisa dilakukan di kantor ataupun dirumah
nasabah, setelah proses pembacaan akad dan nasabah sudah tanda
tangan dalam berkas tersebut uang bisa langsung diserahkan ke
nasabah dan AO membawa berkas akad pembiayaan tersebut
kembali ke kantor untuk diserahkan pada bagian admin kantor.
Sumber: Data Diolah
Pemberian pembiayaan diharapkan dapat membantu meningkatkan

produktifitas usaha anggota supaya kehidupan mereka lebih sejahtera, namun di

dalam praktek penyaluran pembiayaan kepada anggota tidak semua anggota

mampu bertanggung jawab atas pembiayaannya kepada koperasi ada juga anggota

yang bermasalah wanprestasi atau cacat hukum dengan tidak membayar

kewajiban angsuran kepada koperasi dengan banyak sekali faktor yang

menyebabkan hal itu terjadi.

Pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance) merupakan risiko dari

pembiayaan yang terdapat faktor penyebabnya. Dalam lembaga keuangan pembiayaan

bermasalah sudah menjadi dasar permasalahahan yang sulit untuk dihalangkan. Lembaga

sudah melakukan berbagai strategi pengendalaian internal dalam penaganan pembiayaan

dan pengawasan didalam pembiayaan tersebut. Strategi penanganan pembiayaan dengan

melakukan analisis pembiayaan menggunakan 6C (Character, Capital, Capacity,

Collateral, Condition of Economy, Constrain), untuk menilai pemberian kelayakan

pembiayaan kepada anggota. Lembaga juga melakukan pengawasan dalam pemberian


4

pembiayaan dengan cara melakukan survei untuk menilai kelayakan usaha yang akan

dijalankan oleh anggota yang mengajukan pembiayaan.

Namun dalam penyaluran pembiayaan tersebut pembiayaan Musyarakah

tidak pernah lepas dari suatu risiko, dimana risiko tersebut disebabkan oleh

kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya, dimana dana yang

disalurkan poda pembiayaan Musyarakah tersebut masih terdapat kendala-

kendala yang dihadapi Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan yaitu tidak

baiknya i’tikat anggota pembiayaan sehingga anggota pembiayaan tidak jujur

dalam pengembalian kewajibannnya secara tepat waktu, yang seharusnya anggota

pembiayaan tersebut wajib membayar angsuran setiap bulannya, namun masih

terdapat anggota pembiayaan yang bermasalah.

Tabel 1.2
Pembiayaan Musyarakah yang disalurkan pada nasabah di Koperasi Mitra
Dhuafa Cabang Durenan Tahun 2015 s/d 2019
Tahun Pembiayaan Musyarakah
2018 Rp. 282.285.605
2019 Rp. 345.769.775
2020 Rp. 324.221.938
2021 Rp. 344.444.747
2022 Rp. 570.553.903
Sumber: RAT Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan
Dari tabel data diatas dapat diketahui bahwa dari tahun 2018 sampai tahun

2022 sektor pembiayaan musyarakah pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan mengalami peningkatan dan bersifat fluktuatif.1 Apabila besar terjadi

pembiayaan bermasalah pada akad Musyarakah tesebut, maka risiko yang akan

dihadapi oleh Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan juga semakin tinggi.

Pembiayaan yang mengalami tingkat risiko yang tinggi yaitu pembiayaan

1
RAT Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan tahun 2015 s/d 2019.
5

musyarakah, karena banyak nasabah yang gagal dalam memenuhi kewajibannya.

Risiko ini timbul karena adanya ketidakpastian pembayaran kembali pinjaman

oleh debitur. Dengan terjadinya risiko pembiayaan tersebut pihak Koperasi Mitra

Dhuafa Cabang Durenan harus menutupinya terlebih dahulu dari dana cadangan

kerugian yang ada. Namun tak selamanya dana cadangan pada Koperasi Mitra

Dhuafa Cabang Durenan cukup untuk menutupi risiko kerugian dalam

pembiayaan bermasalah tersebut.

Tabel 1.3
Jumlah Pembiayaan Musyarakah Bermasalah di Koperasi Mitra Dhuafa
Cabang Durenan tahun 2018 s/d 2022
Tahun Pembiayaan Pembiayaan Musyarakah Persentase (%)
Musyarakah Bermasalah
2018 Rp. 282.285.605 Rp. 7.630.335 2,7 %
2019 Rp. 345.769.775 Rp. 14.622.002 4,2 %
2020 Rp. 324.221.938 Rp. 10.118.890 3.1 %
2021 Rp. 344.444.747 Rp. 38.252.070 11,1%
2022 Rp. 570.553.903 Rp. 34.703.857 6%
Sumber: RAT Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan tahun 2015 s/d 2019
Berdasarkan tabel data di atas dapat diketahui persentase pembiayaan

musyarakah bermasalah bersifat fluktuatif yang dapat mengakibatkan kerugian

pihak Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan. Salah satu resiko yang dihadapi

oleh Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan adalah resiko pembiayaan Non

Perfoming Financing (NPF) dimana didapat dari perbandingan total pembiayaan

yang bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan oleh pihak dari

lembaga keuangan. Adapun data pembiayaan Non Perfoming Financing yang

terdapat pada pembiayaan musyarakah di Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4
6

Pembiayaan Non Perfoming Financing pada Koperasi Mitra Dhuafa


Cabang Durenan
Tahun Perhatian Kurang Diragukan Macet
Khusus Lancar
2018 0 0 1 13
2019 0 0 0 13
2020 0 0 1 10
2021 0 2 3 10
2022 8 6 2 0
Jumlah 8 8 7 46
Nasabah
Sumber: RAT Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan tahun 2018 s/d 2022
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasannya pada tahun 2018

sampai dengan 2020 tidak terdapat pembiayaan musyarakah dalam kategori

perhatian khusus dan kurang lancar, namun terdapat 2 kategori pembiayaan

musyarakah yang diragukan dan 33 kategori pembiayaan macet. Sedangkan pada

tahun 2021 sampai dengan tahun 2022 terdapat 8 pembiayaan musyarakah dalam

perhatian khusus, 8 pembiayaan musyarakah kurang lancar, 5 pembiayaan

musyarakah diragukan dan 10 pembiayaan musyarakah macet. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pada tahun 2022 terdapat 46 anggota pembiayaan bermasalah

dalam kategori pembiayaan macet atau anggota yang gagal dalam memenuhi

kewajibannya.

Pada dasarnya risiko kredit atau risiko pada pembiayaan bermasalah

terjadi tidak secara tiba-tiba, namun akan melalui suatu tahap bermasalah pada

pembiayaan musyarakah bermasalah tersebut. Pada tahap awal ini dari pihak

Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan akan memperingatkan pihak anggota

yang bermasalah secara kekeluargaan, namun apabila melalui kekeluargaan tidak

bisa maka pembiayaan tersebut akan diakad ulang. Lebih lanjut, apabila

pembiayaan memasuki tahap kemacetan maka pihak debitur dianggap telah


7

melakukan wanprestasi, yaitu tindakan melawan hukum. Dimana apabila sudah

terjadi wanprestasi maka pihak Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan akan

mengambil jaminan dari pihak anggota. Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan

hadir untuk memfasilitasi nasabah dalam pembiayaan agar memperlancar usaha

yang berskala kecil, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Hal ini mampu membantu pengembalian kepercayaan masyarakat

terhadap lembaga keuangan syariah yang menjadi salah satu alternatif pembiayaan

bagi para pedagang dan masyarakat.

Tabel 1.5
Jumlah Nasabah Yang Mengalami Pembiayaan Bermasalah Tiga Tahun
Terakhir.
Tahun Jumlah Nasabah Jumlah Nasabah yang Mengalami
yang Dibiayai Pembiayaan Bermasalah
2020 6024 nasabah 42 nasabah
2021 6575 nasabah 35 nasabah
2022 7083 nasabah 25 nasabah
Sumber: Data Primer dari Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan.1
Berdasarkan tabel diatas jumlah nasabah yang sudah dibiayai oleh

Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan pada tahun ke tahun mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2020-2021 meningkat sebesar 551 nasabah,

sedangkan pada tahun 2021-2022 meningkat sebesar 508 nasabah. Untuk tingkat

pembiayaan bermasalah dari tahun ke tahun menggalami penurunan sebesar yaitu

pada tahun 2020-2021 mengalami penurunan sebesar 7 nasabah. Dan pada tahun

2021-2022 juga mengalami penurunan sebesar 10 nasabah. Dengan demikian

Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan berhasil menanggani nasabah yang

mengalami pembiayaan bermasalah.

1
Eny Nur Hayati, Wawancara pada tanggal 24 Desember 2022, di Koperasi Mitra Dhuafa Cabang
Durenan.
8

Dalam penelitian ini membahas tentang penyelamatan terhadap

pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan yang tidak sepenuhnya menerapkan 6C (Character, Capital, Capacity,

Collateral, Condition of Economy, Constrain). Selain itu, cara yang paling sering

digunakan Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan dalam menghadapi

pembiayaan bermasalah yaitu dengan cara musyawarah antara nasabah dan pihak

koperasi dengan tujuan untuk mencari solusi yang paling memungkinkan dan

tidak merugikan kedua belah pihak agar tidak memberatkan dan sesuai

kesanggupannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat

280:

‫اخْيٌرلَّـ ُك ْم اِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬ ۗ ِ ِ ِ


َ َ‫َوا ْن َكا َن ذُ ْو ءُ ْسَر ٍة َفنَظَرةٌاىل َمْي َسَر ٍة َواَ ْن ت‬
َ ‫ص َّد ُق ْو‬

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S Al-
Baqarah (2) : 280)2
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulisan ingin meneliti dan

mengangkat di dalam bentuk skripsi. Khususnya dalam penyelesaian pembiayaan

bermasalah dengan judul “ANALISIS 6C DALAM MEMINIMALISIR

PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA KOPERASI MITRA DHUAFA

CABANG DURENAN”.

2
Lajnah Pentakhis, Mushaf Madinah:Al-Qur’an, Terjemah dan Tafsir (Bandung:Raudlatul
Jannah,2010), 47.
9

B. Fokus Penelitian

1. Bagimana penerapan 6C pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan?

2. Bagaimana analisis 6C dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah pada

Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan 6C pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan.

2. Untuk mengetahui analisis 6C dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah

pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan.

D. Kegunaan Penelitian

Berikut merupakan kegunaan dilakukannya penelitian ini antara lain :

1. Bagi Akademik

Diharapkan dapat menjadi rujukan dan informasi bagi perguruan

tinggi terutama bagi jurusan Ekonomi untuk mengetahui analisis 6C dalam

meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan.

2. Bagi Pemerintah

Bisa menjadi masukan atau solusi dalam meningkatkan analisis 6C

dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi Mitra Dhuafa

Cabang Durenan.
10

3. Bagi Masyarakat

Sarana menambah informasi bagi masyarakat untuk meningkatkan

analisis 6C dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi.

4. Bagi Penulis

Sumber informasi dan pengetahuan terkait analisis 6C dalam

meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi.

E. Telaah Pustaka

Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap literatur-literatur yang

berkaitan dengan objek kajian penelitian ini, yang diperoleh dari beberapa hasil

penelitian maupun buku-buku yang berkaitan dengan analisis 6C dalam

meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan diantaranya:

1. Pengaruh 5C Kepada Anggota Terhadap Kelancaran Pembayaran

Pembiayaan Murabahah Di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya

oleh Rosyalina A. Patmanegara (2018), mahasiswi Universitas Islam Negara

Sunan Ampel Surabaya. Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Kelayakan 5C

Kepada Anggota Terhadap Kelancaran Pembayaran Pembiayaan Murabahah

di KSPPS Muam1alah Berkah Sejahtera Surabaya. Penelitian ini termasuk

penelitian kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

bebas 5C (character, capacity, capital, collateral dan condition) secara

simultan memiliki pengaruh signifikan. Begitu juga dengan hasil penelitian

secara parsial, dari hasil analisis data diperoleh character (X1) berpengaruh

signifikan terhadap kelancaran pembayaran pembiayaan murabahah di


11

KSPPS MBS Surabaya, sedangkan variabel Capacity (X2), Capital (X3),

Collateral (X4), Condition (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap

kelancaraan pembayaran pembiayaan murabahah di KSPPS MBS Surabaya.

2. Pengaruh Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition Terhadap

Tingkat Pengembalian Angsuran Pembiayaan Murabahah Pada BMT As-

Salam Kras Kediri oleh Nur Indayati (2016), mahasiswi IAIN Tulungagung.

Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Character, Capacity, Capital,

Collateral dan Condition Terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran

Pembiayaan Murabahah Pada BMT As-Salam Kras Kediri. Penelitian ini

termasuk penelitian kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa

variabel bebas 5C secara simultan memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan

hasil penelitian secara parsial diperoleh character (X1) dan capacity (X2)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian angsuran

pembiayaan murabahah di BMT As-Salam Kras Kediri. Sedangkan Capital

(X3), Collateral (X4), Condition (X5) berpengaruh positif signifikan

terhadap tingkat pengembalian angsuran pembiayaan murabahah di BMT

As-Salam Kras Kediri.

3. Pengaruh 5C Kepada Nasabah Terhadap Pembiayaan Murabahah Di BRI

Syariah KCP Ponorogo oleh Eka Yuniar Tresiana (2019), mahasiswi IAIN

Ponorogo. Fokus penelitian ini adalah Pengaruh 5C Kepada Nasabah

Terhadap Pembiayaan Murabahah Di BRI Syariah KCP Ponorogo. Penelitian

ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel bebas 5C secara simultan memiliki pengaruh signifikan.


12

Sedangkan hasil penelitian secara parsial diperoleh character (X1)

berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pembayaran pembiayaan

murabahah di BRI Syariah KCP Ponorogo, sedangkan variabel Capacity

(X2), Capital (X3), Collateral (X4), Condition (X5) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kelancaraan pembayaran pembiayaan murabahah di BRI

Syariah KCP Ponorogo.

4. Penelitian Adhita Sona Linawati IAIN Walisongo Semarang 2012. Penelitian

tersebut berjudul “Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah untuk

Meminimalkan Resiko di BMT Fosilatama Semarang”. Fokus penelitian

tersebut yang pertama adalah lebih kepada kehati-hatian pihak BMT untuk

memberikan kredit terutama kredit jangka panjang, seperti investasi

mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor

ketidak pastiannya, sehingga semakin besar pula resikoyang harus dihadapi

BMT. Yang kedua adalah pengelolaan kredit macet sesuai dengan arahan,

pedoman, dan kebijaksanaan yang berupa : rescheduling (penjadwalan

ulang), reconditioning (persyaratan ulang), restructuring(penataan ulang),

penyitaan jaminan. Dan yang ketiga adalah Write-off, yaitu administratif

lembaga keuangan untuk menghapus bukukan kredit macet di neraca sebesar

kewajiban debitur, bersifat sangat rahasia dan secara yuridis tidak menghapus

tagihan BMT kepada debitur.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfadlika tahun 2013 dari UIN Suska Riau

yang berjudul “Impelementasi Manajemen Risiko Pembiayaan di Bank

Syariah Mandiri (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Bagan Batu Kabupaten
13

Rokan Hilir)”. Hasil penelitiannya adalah risiko-risikopembiayaan yang

terjadi pada Bank Syariah Mandiri antara lain Risiko Pembiayaan Berbasis

Natural Uncertainty Contract dalam mudharabah danmusyarakah terdiri dari

Asymmetric information problem, Side streaming dan Kelalaian dan

kesalahan yang disengaja, dalam pembiayaan murabahah yaitu default atau

kelalaian nasabah, penundaan kewajiban dan Fluktuasi harga komparatif.

Sedangkan dalam penerapan manajemen risiko pembiayaannya, pihak bank

melakukan langkah-langkah dalam menghadapi nasabah yang melakukan

kredit macet antara lain memberikan surat peringatan, melakukan bimbingan,

arahan, serta petunjuk kepada si nasabah, melakukan pendekatan secara

intensif. Selanjutnya apabila nasabah yang melakukan kedit macet tersebut

tidak mengindahkahkan surat peringatan dan langkah-langkah yang telah

dilakukan oleh pihak bank, maka pihak bank akan menjual jaminan nasabah

atas dasar kesepakatan antara kedua belah pihak. Selanjutnya Penerapan

ataupun pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan ini telah sesuai dengan

konsep Islam yang tidak melakukan penyitaan secara langsung terhadap

nasabah kredit macet, akan tetapi lebih kepada penanganan dengan langkah-

langkah yang baik untuk menghindari adanya pihak yang teraniaya.


14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Kelayakan Pembiayaan

1. Pengertian Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses

pembiayaan yang lancar. Yang dimaksud dengan proses yang lancar adalah

proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi yang baik sehingga

akan menghasilkan return / pengembalian sebagaimana yang telah disepakati.

Pada bank syariah, proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi

pada kondisi bank yang sehat tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja

sektor riil yang dibiayai (Zulkifli, 2003: 138). Salah satu usaha bank agar

kondisi bank tetap sehat dan terus adanya peningkatan kinerja pada sektor riil

yaitu dengan analisis pembiayaan.3

Menurut Danupranata (2013), analisis pembiayaan merupakan kegiatan

menelaah aspek-aspek penting dan patut diketahui dari nasabah yang akan

dibiayai oleh bank. Selain itu analisis pembiayan merupakan suatu proses

analisis yang dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan

pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. Dengan melakukan

analisis permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan

bahwa proyek yang akan dibiayai layak (feasible).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dalam pasal 8


3
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta:Kencana,2014,hal 106

14
15

ayat 1 yang berbunyi “ Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis

yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah

Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud

sesuai dengan yang diperjanjikan “. Dan ayat 2 yang berbunyi “ Bank Umum

wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.4

Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah

secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Analisis pembiayaan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank syariah dalam

mengambil keputusan untuk menyetujui/menolak permohonan pembiayaan.

Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis

pembiayaan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan

bagi bank syariah untuk meyakini kelayakan atas permohonan pembiayaan

nasabah.5

Adapun tujuan analisis pembiayaan untuk memproleh gambaran yang

jelas sesungguhnya terhadap kondisi nasabah yang akan dibiayai. Dengan

demikian, rekomendasi yang benar dan objektif dapat diberikan. Selain itu

tujuan dilakukan analisis pembiayaan adalah untuk meyakinkan pihak

manajemen apakah nasabah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk

memenuhi kewajiban pada bank secara baik.

4
https://www.ojk.go.id/id/Regulasi
5
Ibid, 70
16

2. Pengertian Prinsip 6C

Sebelum bank memberikan pembiayaan terhadap nasabah, bank perlu

bijaksana/discreet dalam membuat sebuah analisa yang bertujuan mengetahui

calon nasabah pantas atau tidak untuk diberikan pembiayaan. Kebijaksanaan

merupakan asas kewaspadaan yang menjadi dasar pijakan dalam menentukan

konsep yang tertatata sehingga menghasilkan kebijakan yang memiliki standar

sikap, teknik dalam mengatur managemen resiko yang dimiliki. Istilah discreet

juga berkaitan dengan fungsi dari pengawasan terhadap perbankan dan

manajemen perbankan.6

Bank syariah dalam menjalankan setiap transaksi harus mengutamakan

kebermanfaatan dan unsur hati hati dalam menjalankan tugasnya termasuk

dalam pemberian dana produktif kepada nasabah, untuk megecek atau

mengetahui kepribadian nasabah maka diperlukan analisis yang tepat dan

efisien, maka dari itu menggunakan prinsip 6C menurut Munawir sebagai

berikut7:

6
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004), 21.
7
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),
144.
17

a. Character (Karakter)

Mencari data tentang sifat sifat pribadi, watak dan kejujuran dari

pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban financialnya.

Adapun beberapa petunjuk untuk mengetahui karakter adalah :

1) Mengenal dari dekat

2) Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur

3) Mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan rekannya,

pegawai dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan

social dan lain lain.8

b. Capacity (Kapasitas)

Menerangkan tentang kemampuan dalam dalam manajemen maupun

keahlian dalam bidang usahanya dilakukan dengan dengan cara mengetahui

1) Angka-angka hasil produksi

2) Angka-angka penjualan dan pembelian

3) Perhitungan laba rugi perusahaan saat ini dan proyeksinya

4) Data – data financial di waktu waktu yang lalu, yang tercermin di dalam

laporan keuangan perusahaan

c. Capital (Modal)

Ini menunjukkan posisi financial perusahaan secara keseluruhan yang

ditunjukkan oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi “ Tangible

net worth “, dapat dilakukan dengan menganalisa neraca selama dua tahun

terakhir, dan mengadakan analisis ratio untuk mengetahui likuiditas,

solvabilitas, rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.


8
Trisadini P.Usanti dan Abd. Transaksi Bank Syariah,( Jakarta:PT. Bumi Aksara,2013),67
18

d. Collateral ( jaminan )

Collateral yang berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang

akan diikatkan sebagai jaminan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara :

1) Mengukur stabilitas nilainya

2) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam relative singkat

3) Memperhatikan pengikatan barang yang benar benar menjamin

kepentingan bank

4) Sesuai ketentuan hokum berlaku9

e. Condition Of Economic (Kondisi Ekonomi)

Melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha

nasabah, dengan cara melihat keaaadan ekonomi yang akan mempengaruhi

perkembangan usaha nasabah, perbandingannya dengan usaha sejenis lainnya

di daerah dan lokasi usaha, keadaan pemasaran hasil usaha nasabah, prospek

usaha di masa mendatang.

f. Contrain (Batasan)

Bataasan merupakan factor yang terjadi akibat iklim di luar wilayah

administrasi seperti keadaan dan cuaca dalam wilayah tertentu yang

mengakibatkan uasaha tidak dapat dijalankan, sehingga akan mengakibatkan

resiko terjadinya pembiayaan macet.

Menurut Kasmir,10 analisis pembiayaan yang dilakukan menggunakan

pendekatan 6C yang meliputi:

a. Character

9
Ibid.,18
10
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
19

Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah. Bank perlu

melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk

mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi

kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas.

Bank ingin meyakini willingness to repay dari calon nasabah, yaitu keyakinan

bank terhadap kemauan calon nasabah memenuhi kewajibannya sesuai dengan

jangka waktu yang telah diperjanjikan. Cara yang perlu dilakukan oleh bank

untuk mengetahui character calon nasabah adalah:

1) BI checking Bank dapat melakukan penelitian dengan melakukan BI

checking, yaitu melakukan penelitian terhadap calon nasabah dengan

melihat data nasabah melalui komputer yang online dengan Bank

Indonesia. BI Checking dapat digunakan oleh bank untuk mengetahui

dengan jelas calon nasabahnya, baik kualitas pembiayaan calon nasabah

bila telah menjadi debitur bank lain.

2) Informasi dari pihak lain Dalam hal calon nasabah masih belum memiliki

pinjaman di bank lain, maka cara yang efektif ditempuh yaitu dengan

meneliti calon nasabah melalui pihak-pihak yang mengenal dengan baik

calon nasabah. Misalnya, mencari informasi tentang karakter calon

nasabah melalui tetangga, teman kerja, atasan langsung, dan rekan

usahanya.

b. Capacity

Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan

keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu


20

pembiayaan. Kemampuan keuangan calon nasabah sangat penting karena

merupakan sumber utama pembayaran. Beberapa cara yang dapat ditempuh

dalam mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah antara lain:

1) Melihat laporan keuangan Dalam laporan keuangan calon nasabah, maka

akan dapat diketahui sumber dananya, dengan melihat laporan arus kas. Di

dalam laporan arus kas secara keseluruhan dapat diketahui kondisi

keuangan secara tunai dari calon nasabah, dengan membandingkan antara

sumber dana yang diperoleh dan penggunaan dana.

2) Memeriksa slip gaji dan rekening tabungan Cara lain yang dapat ditempuh

oleh bank syariah, bila calon nasabah pegawai, maka bank dapat meminta

fotocopy slip gaji tiga bulan terakhir dan didukung oleh rekening tabungan

sekurangkurangnya untuk tiga bulan terakhir. Dari data slip gaji dan

fotocopy rekening tabungan tersebut, maka akan dapat dianalisis tentang

sumber dana dan penggunaan dana calon nasabah.

3) Survei ke lokasi usaha calon nasabah Survei ini diperlukan untuk

mengetahui usaha calon nasabah dengan melakukan pengamatan secara

langsung.

a. Capital

Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu

dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal yang

dimiliki oleh calon nasabah atau jumlah dana yang akan disertakan dalam

proyek yang dibiayai. Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh

calon nasabah dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi bank
21

akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan

pembayaran kembali.

a. Collateral

Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan

yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam hal

nasabah tidak dapat membayar angsurannya, maka bank syariah dapat

melakukan penjualan terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan

sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi pembiayaannya. Secara

perinci pertimbangan atas collateral dikenal dengan MAST11 :

1) Marketability, yaitu agunan yang diterima oleh bank haruslah agunan yang

mudah diperjualbelikan dengan harga yang menarik dan meningkat dari

waktu ke waktu.

2) Ascertainability of value, yaitu agunan yang diterima memiliki standar

harga yang lebih pasti.

3) Stability of value, yaitu agunan yang diserahkan memiliki harga standar,

sehingga ketika agunan dijual, maka hasil penjualan bisa meng-cover

kewajiban nasabah.

4) Transferability, yaitu agunan yang diserahkan mudah dipindah tangankan

dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.

a. Condition of Economy

Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu

mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi

ekonomi. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi ekonomi terhadap


11
Irfam Fahmi, Manajemen Perkreditan, Bandug : Alfabeta, 2014, hal. 18
22

usaha calon nasabah di masa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh

kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah.

a. Contrain (Batasan)

Bataasan merupakan factor yang terjadi akibat iklim di luar wilayah

administrasi seperti keadaan dan cuaca dalam wilayah tertentu yang

mengakibatkan uasaha tidak dapat dijalankan, sehingga akan mengakibatkan

resiko terjadinya pembiayaan macet12.

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan didefinisikan sebagai uang yang diberikan dari satu pihak

ke pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik yang

dilakukan oleh perorangan maupun lembaga. 13 Penggunaan istilah

pembiayaan untuk bank syariah sebagai lawan dari kredit untuk bank biasa

adalah perbedaan antara keduanya. Keuntungan yang diprediksi adalah faktor

lain yang membedakan keuangan dan pinjaman. Bank yang didirikan atas

dasar bagi hasil dikompensasi melalui bagi hasil pendanaan, sedangkan bank

yang didirikan berdasarkan prinsip konvensional memperoleh pendapatan

melalui bunga. Sesuai dengan UU Perbankan No. 7 Tahun 1992, sebagaimana

telah diubah dengan UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pemberian utang

atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan suatu perjanjian atau

kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

12
Ibid 12
13
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: YKPN, 2015), 17.
23

dibiayai dijelaskan dalam Pasal 1 angka 12 sebagai “pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah”.14

Oleh karena itu, dalam hal ini, pembiayaan adalah kegiatan

mendistribusikan uang kepada masyarakat dalam bentuk utang yang berasal

dari tabungan dan deposito masyarakat.

Pendanaan lembaga keuangan Islam melayani berbagai tujuan; dengan

kata lain, itu terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Komponen

pembiayaan berikut hadir:

a. Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan bahwa uang yang dipinjam benar-

benar akan dikembalikan di masa depan dalam jangka waktu yang

ditentukan. Alasan utama mengapa keuangan dapat dicairkan adalah

kepercayaan yang ditunjukkan oleh lembaga keuangan Islam. Oleh karena

itu, harus dilakukan investigasi dan penelitian menyeluruh terhadap

kondisi nasabah baik secara internal maupun eksternal sebelum

pembiayaan dikucurkan.

14
Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014), 1.
24

b. Jangka waktu

Setiap produk pembiayaan memiliki jangka waktu tertentu yang

meliputi jangka waktu pengembalian yang telah ditentukan. Kerangka

waktu mengacu pada durasi yang disepakati untuk melakukan pembayaran

angsuran. Jangka waktu ini dapat diperpanjang jika diperlukan dalam

keadaan tertentu.

c. Risiko

Setiap pengaturan pembiayaan dilengkapi dengan kerangka waktu

tertentu, yang mencakup periode pengembalian yang telah ditentukan

sebelumnya untuk pembiayaan tersebut. Jangka waktu adalah jangka

waktu yang disepakati untuk membayar kembali angsuran. Kerangka

waktu ini dapat diperpanjang seperlunya dalam beberapa keadaan.

d. Balas jasa

Imbalan yang diterima dari pemberian pembiayaan dikenal dengan

istilah remunerasi. Kompensasi ini dikenal sebagai bagi hasil di lembaga

keuangan syariah berdasarkan prinsip syariah, yang berbentuk bunga di

bank konvensional.15

2. Tujuan Pembiayaan

Dua kategori sasaran keuangan—pendanaan untuk tingkat makro dan

pembiayaan untuk tingkat lokal—mewakili pembagian tujuan keuangan yang

luas. Dalam skala yang lebih besar, disebutkan bahwa pendanaan berupaya

untuk:

15
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015), 89.
25

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk dengan memungkinkan

mereka yang tidak memiliki sarana keuangan untuk mendapatkan akses.

b. Tersedianya pembiayaan untuk perluasan usaha, yang menunjukkan bahwa

diperlukan lebih banyak uang untuk pengembangan usaha.

c. Meningkatkan produktivitas, yang berarti keuangan memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas outputnya.

d. Menciptakan lapangan kerja baru, artinya perusahaan ini akan

mempekerjakan orang dengan memperluas area bisnisnya dengan sumber

keuangan yang lebih besar.

e. Distribusi pendapatan yang memungkinkan orang-orang produktif untuk

terlibat dalam aktivitas kerja memastikan bahwa mereka akan

menghasilkan uang dari bisnis mereka.16

Adapun secara mikro , pembiayaan bertujuan untuk:

a. Upaya memaksimalkan keuntungan, artinya setiap perusahaan yang

didirikan memiliki prioritas utama untuk menghasilkan uang bagi

perusahaan.

b. Upaya mengurangi risiko, artinya untuk menjalankan perusahaan dan

memperoleh laba sebesar-besarnya, pengusaha harus mampu mengurangi

segala potensi bahaya.

c. Memanfaatkan sumber daya ekonomi, yang memerlukan kombinasi

sumber daya alam dengan sumber daya modal, manusia, dan sumber daya

manusia.

16
Ibid., 4.
26

d. Penyaluran kelebihan dana, yaitu kemampuan mekanisme pembiayaan

untuk menutup kesenjangan dan mentransfer kelebihan dana dari yang

memiliki kepada yang kekurangan.17

3. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan secara umum berfungsi untuk:

a. Meningkatkan daya guna uang

Rekening tabungan, deposito berjangka, dan giro adalah tiga cara

utama orang menyimpan uang di lembaga keuangan. Lembaga keuangan

mendorong penggunaan uang ini sampai batas tertentu dalam upaya

meningkatkan produksi. Pengusaha mendapatkan keuntungan dari

pendanaan dari lembaga keuangan untuk menumbuhkan atau memperluas

perusahaan mereka, apakah itu untuk meningkatkan produksi,

perdagangan, atau untuk upaya memulai bisnis baru atau untuk

rehabilitasi. Pada dasarnya ada upaya untuk menggenjot produksi secara

keseluruhan melalui pembiayaan. Akibatnya, uang yang mengendap di

lembaga keuangan tidak lembam; itu digunakan untuk mendanai usaha

yang menguntungkan bagi anggota masyarakat dan pemilik bisnis.

b. Meningkatkan daya guna barang

Produsen dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi

dengan bantuan lembaga keuangan, meningkatkan kegunaan bahan

tersebut. Transformasi kelapa menjadi kopra dan kemudian minyak kelapa

adalah contoh peningkatan kegunaannya.

17
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: YKPN, 2015), 18.
27

Dengan bantuan lembaga keuangan, produsen dapat mengubah

bahan mentah menjadi produk jadi, memperpanjang umur manfaatnya.

Salah satu contoh peningkatan khasiatnya adalah mengubah kelapa

menjadi kopra, yang kemudian diubah menjadi minyak kelapa.

c. Meningkatkan peredaran uang

Karena keuangan menumbuhkan gairah berbisnis sehingga

penggunaan uang akan semakin meluas, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif, maka peredaran uang dan giro akan semakin meningkat.

d. Meningkatkan peredaran uang

Pengusaha menggunakan pembiayaan yang mereka terima dari

lembaga keuangan Islam untuk memperluas bisnis mereka dan

meningkatkan produktivitas.

e. Stabilitas ekonomi

Strategi stabilisasi dalam ekonomi yang buruk menargetkan hal-hal

berikut:

1) Mengendalikan inflasi; 2) Meningkatkan ekspor

2) Rekonstruksi infrastruktur

3) Untuk menjaga laju inflasi dan mendukung upaya mendorong

pertumbuhan ekonomi, pemenuhan kebutuhan pokok penduduk

merupakan hal yang sangat penting.

f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Pengusaha mencari dana untuk memperluas bisnis mereka.

Keuntungan meningkat ketika ada lebih banyak bisnis. Pertumbuhan akan


28

terus berlanjut jika keunggulan kumulatif ini selanjutnya dikembangkan

dalam arti ditambahkan kembali ke dalam struktur modal. Pajak

perusahaan akan naik selama ada pendapatan. Sehingga secara tidak

langsung akan terjadi peningkatan penerimaan negara.18

Tabel 2.1
Produk-Produk Jasa Perbankan
No Produk Prinsip
.
Jasa keuangan
1. Dana talangan Qardh
2. Anjak piutang Hiwalah
3. L/C, trasfer, inkaso, kliring, RTGS, dan Wakalah
sebagainya
4. Jual beli valuta asing Sharf
5. Gadai Rahn
6. Payroll Ujr/wakalah
7. Bank garansi Kafalah
Jasa Non keuangan
8. Safe deposit box Wadi’ahyad
amanah/ujr
Jasa keagenan
9. Investasi terikat (channeling) Mudharabah
muqayadah
Kegiatan sosial
10. Pinjaman sosial Qardhul hasan

4. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah

tidak sanggup membayar sebagian atau keseluruhan kewajiban kepada

lembaga keuangan sebagai mana yang telah dijanjikan. Pengertian mengenai

kolektibilitas pembiayaan berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia

sebagai berikut :

a. Kredit lancar

18
Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014), 10.
29

Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian

pokok pinjaman dan pembayaran bungan.

b. Kredit kurang lancar

Kredit kurang lancar adalah yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari

waktu yang diperjanjikan.

c. Kredit diragukan

Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan

atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

d. Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak

jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Dalam praktek perbankan sehari-hari, pengertian kredit bermasalah

adalah kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria

kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.19

Tabel 2.1
Bagan Pembiayaan Bermasalah
No Jenis Pembiayaan Pokok Bulan
1 Kredit Lancar 0 1
2 Kredit Kurang Lancar 1-3 Angsuran < 3Bulan
3 Kredit Diragukan 3-6 Angsuran < 6 Bulan
4 Kredit Macet > 6 angsuran > 6 Bulan

Penyitaan jaminan ini merupakan cara terakhir apabila nasabah sudah

benar- benar tidak mempunyai itikad baik untuk melunasi semua

19
Ibid., 85-86
30

hutangnya. Walaupun dengan terpaksa melakukan penyitaan, maka

penyitaan dilakukan kepada nasabah yang nakal dan tidak mengembalikan

pembiayaan. Namun tetap dilakukan dengan cara sebagaimana yang diajarkan

oleh Islam, seperti :

a. Simpati yakni sopan, menghargai dan fokus ketujuan penyitaan

b. Empati yakni menyelami kesadaran nasabah untuk mengembalikan

hutangnya.

c. Menekan yakni tindakan ini dilakukan apabila kedua tindakan di atas tidak

diperhatikan.20

20
Muhammad, Manajemen Bank Syariah ( Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2008 ), 269.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian hakikatnya adalah suatu proses ilmiah dalam

mengumpulkan data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. 0 Menerapkan sebuah

teori diperlukan sebuah metode khusus yang relevan terhadap suatu masalah yang

ingin diselesaikan.0 Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi alamiah. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak

menggunakan perhitungan dengan angka melainkan fokus mengeksplorasi pada

pengamatan yang mendalam secara spesifik.

Penelitian kualitatif memberikan gambaran tentang kondisi secara faktual

dan sistematis mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat hubungan antara fenomena

yang dimiliki untuk melakukan akumulasi.0 Pada penelitian ini, penulis akan

mengembangkan pemahaman secara spesifik tentang adanya analisis 6C dalam

meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang

Durenan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

solusi berbasis data untuk masalah saat ini dengan menyajikan, menganalisis, dan

menafsirkannya. Penelitian deskriptif berhubungan dengan studi fenomena yang

0
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: CV. Alpabeta, 2012), 2.
0
Suharsimi Arikunto, Metodelogi Penelitian (Yogyakarta: Bina Aksara, 2006), 112.
0
Wahyuni, Penanggulangan Kemiskinan, Tinjauan Sosiologi Terhadap Dampak Pembangunan
(Makassar: Alaudin University Press, 2012), 119.

31
32

dibahas secara spesifik membedakan dengan fenomena lain. Penelitian dengan

metode deskriptif kualitatif sangat cocok digunakan untuk topik penelitian ini

dikarenakan jenis metode penelitian ini tidak dimulai dari teori tetapi berangkat

dari fakta-fakta lapangan yang sebenarnya terjadi di lingkungan masyarakat

berupa analisis 6C dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah pada Koperasi

Mitra Dhuafa Cabang Durenan.0

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan.

C. Sumber Data

Selain wawancara dan observasi, penelitian ini juga menggunakan data

pelengkap dari berbagai sumber antara lain dokumen dan sumber lainnya. Dua

komponen sumber data ini adalah data primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh penelitian di

lapangan, atau data yang dibutuhkan oleh subjek data. 0 Data ini diperoleh

melalui wawancara. Data primer penelitian ini menggunakan wawancara

yaitu dengan pengurus Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pihak atau orang lain.

Data sekunder ini didapatkan dari studi pustaka, artikel jurnal, web resmi,

buletin, dan lain-lain. Penelitian merupakan pihak yang mengakses, meminta

ataupun mencatat data tersebut dari sumber pertama yang sudah mendapatkan

0
Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi (Jakarta: Alfabeta, 2006), 16.
0
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), 54.
33

data lapangan tersebut. Bukti dokumenter, catatan atau laporan yang

dikumpulkan, buku dan referensi lain yang menggambarkan studi terkait

menjadi sumber untuk bahan ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

1. Observasi

Observasi adalah sebuah tindakan atau proses pengambilan informasi

melalui media pengamatan berupa lembar observasi. Observasi dapat

dipahami sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala-gejala yang terlihat pada objek penelitian. Observasi dilakukan dengan

melihat langsung data dasar ke tempat/lokasi penelitian dan mengamati hal-

hal yang perlu dipelajari untuk mendapatkan data pendukung di lokasi

penelitian. Observasi menggunakan teknik pengumpulan yang mengharuskan

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati berbagai hal yang

berkaitan dengan perasaan, ruang, tempat, pelaku, aktivitas, waktu, tujuan,

dan peristiwa.0

Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat secara langsung

keadaan sebenarnya analisis 6C dalam meminimalisir pembiayaan

bermasalah pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan.

0
Mamik, Metodologi Kualitatif (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), 104.
34

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan tatap muka terjadwal antara

pewawancara dan narasumber untuk mendapatkan informasi tertentu.

Menurut Moelong, wawancara adalah suatu kegiatan percakapan yang

disengaja yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara dan

yang diwawancarai. Wawancara pada umumnya bertujuan untuk

mengumpulkan informasi, wawasan, dan pendapat secara langsung dari

seseorang yang sering disebut sebagai responden ketika berbicara secara

lisan. 0

Menurut Esterberg dalam Sugiyono, wawancara merupakan kegiatan

pertemuan dua orang yang dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dengan

cara tanya jawab. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi

terstruktur, yaitu narasumber akan diwawancarai dengan lebih terbuka dan

dapat mengungkapkan ide-idenya0

Kegiatan wawancara ini dilakukan kepada salah satu pengurus

Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Durenan. Beberapa tahapan wawancara yaitu

membuat pedoman wawancara, menentukan narasumber, menjadwalkan

wawancara, melakukan proses wawancara dan terakhir melakukan

dokumentasi serta merekap hasil wawancara tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah deretan atau jumlah signifikan menurut bahan

tertulis maupun file gambar/video (tidak selaras menurut catatan) berupa data
0
Mamik, Metodologi Kualitatif, 106.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 8 (Bandung: Alfabeta,
2009), 197.
35

yang akan ditulis, disimpan dilihat, diteliti pada penelitian yang rinci dan

meliputi segala keperluan juga mudah dijangkau. Kata dokumen dapat

diartikan sebagai materi misalnya memo, surat, foto, video, film, catatan,

catatan perkara klinis, denah dan segala macam yang mampu dipakai menjadi

berita tambahan menjadi bagian menurut studi perkara yang asal data

utamanya merupakan observasi atau wawancara partisipan.0

4. Studi Pustaka

Menurut Sukardi, studi pustaka adalah hal yang penting dilakukan

ketika penelitian khususnya di bidang ekonomi. Studi pustaka dilakukan

dengan tujuan utama yaitu mengembangkan aspek praktis dan teoritis.0

Teknik ini digunakan untuk menggali informasi berdasarkan literatur yang

tersedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan banyak penelitian terdahulu

berupa skripsi dan artikel jurnal dengan topik serupa.

E. Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan sebuah tahapan yang dilakukan dari

mengumpulkan data data penting, memilah data tersebut agar dapat diolah secara

kualitatif sehingga nantinya ditemukan hal-hal yang dicari dalam penelitian

tersebut. Berikut adalah tahap-tahap analisis data pada metode pendekatan

kualitatif:

0
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak, 2018),
146.
0
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 122.
36

1. Reduksi data

Yaitu data yang sudah dikumpulkan akan dipilah dan disederhanakan

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Reduksi data difokuskan pada data

penting yang nantinya akan disajikan dan mengabaikan data yang ternyata

tidak diperlukan.0

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan tahap analisis data yang dilakukan setelah

reduksi data. Data yang sudah dipilah akan disajikan berupa rangkaian

informasi dalam bentuk uraian, skema, ataupun hubungan antar kategori.

Data yang disajikan ini harus merupakan hasil yang terorganisir dengan baik

dan mudah dipahami serta memungkinkan pengambilan tindakan atau

kesimpulan.0

3. Penarikan kesimpulan

Tahap akhir dari analisis data, yaitu penarikan kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilakukan setelah reduksi dan penyajian data dilakukan.

Berdasarkan data yang sudah disajikan dengan terstruktur, penulis akan

menarik kesimpulan sebagai proses akhir penelitian kualitatif.0

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dengan menggunakan standar kredibilitas, keaslian data yang digunakan

dalam penelitian ini ditentukan (derajat kepercayaan). Tujuan membangun

kredibilitas data adalah untuk menunjukkan bahwa informasi diperoleh secara


0
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 122.
0
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 244.
0
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 124.
37

akurat mencerminkan keadaan sekitar penelitian. Pendekatan inspeksi berikut

digunakan untuk menilai reliabilitas atau validitas data:0

1. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti.

Peningkatan tingkat kepercayaan pada data yang dikumpulkan

dimungkinkan dengan partisipasi dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan oleh peneliti tepat dan

komprehensif.

2. Ketekunan Pengamatan atau Kedalaman Observasi

Tujuan dari pengamatan terus-menerus adalah untuk mengidentifikasi

ciri-ciri dan komponen dalam konteks yang sangat relevan dengan masalah

yang dicari, dan kemudian berkonsentrasi pada item ini secara mendalam.

3. Triangulasi

Teknik triangulasi membandingkan data dari satu set sumber yang

banyak digunakan dengan data dari set sumber lain untuk menentukan apakah

data tersebut dapat diandalkan. Dengan membandingkan tiga hal yang

berbeda, termasuk hasil wawancara dengan data pengamatan, informasi

umum dan pribadi, perspektif publik dari sistem pendidikan, dan hasil

wawancara dengan dokumen yang ada, triangulasi dapat dicapai. Hal ini

dimaksudkan untuk memastikan bahwa data tersebut akurat dan sesuai

dengan kenyataan dan kebenaran.0

0
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 178.
0
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik (Jakarta: PT. Bumi Aksara
2016), 216.

Anda mungkin juga menyukai