JARINGAN KOMPUTER
Disusun Oleh:
RUUHWAN, S.T., M.Kom., CEH., CHFI., ECSS.
1
Internet Protocol (IP) adalah alamat numerik yang logis identifikasi dan
alamat yang ditetapkan untuk berpartisipasi dalam sebuah perangkat
komputer yang memanfaatkan jaringan Internet Protocol untuk komunikasi
antara node-nya. Alamat IP awalnya ditetapkan sebagai nomor 32-bit, yang
sekarang dinamakan Internet Protocol Version 4 (IPv4), dan masih digunakan
hari ini. Namun, karena pertumbuhan yang besar dari Internet dan penipisan
yang dihasilkan dari ruang alamat, menangani sistem baru (IPv6),
menggunakan 128 bit untuk alamat, dikembangkan pada tahun 1995 dan
terakhir standar oleh RFC 2460 pada tahun 1998. Walaupun alamat IP yang
disimpan sebagai angka biner, mereka biasanya ditampilkan dalam manusia-
dibaca notations, untuk misalnya, 208.77.188.166 (untuk IPv4) dan 2001:
db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6). ” Peran alamat IP telah karakteristik
sebagai berikut: ” nama menunjukkan apa yang kita cari dan menunjukkan
alamat di mana serta menunjukkan bagaimana rute ke sana.Alamat IP
perangkat lunak dianggap alamat, dan tidak sulit kode alamat hardware.
Internet Assigned Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi ruang
alamat IP global. IANA bekerja bekerja sama dengan lima Regional Internet
Registries (RIRs) mengalokasikan blok alamat IP lokal ke Internet Registries
(penyedia layanan Internet) dan lembaga lainnya.
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda
titik setiap 8 bitnya. Tiap bit ini disebut sebagai octet. Bentuk IP address dapat
dituliskan sebagai berikut:
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
00000000.00000000.00000000.00000000
11111111.11111111.11111111.11111111
Notasi IP address dengan bilangan biner seprti ini susah untuk
digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan decimal yang masing-
masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan ‘notasi
decimal bertitik’. Setiap bilangan decimal merupakan nilai dari satu oktet IP
address. Contoh hubungan IP address dalam format biner dan decimal:
2
Desimal 167 205 206 100
Biner 10100111 11001101 11001110 01100100
1. Jenis-Jenis IP Address
a. IP Public
Ini adalah Internet Assigned Numbers Authority (IANA)
terdaftar alamat yang terlihat di Internet. Public bit tertinggi range
address bit network address
• kelas A 0 0 – 127* 8
• kelas B 10 128 – 191 16
• kelas C 110 192 – 223 24
• kelas D 1110 224 – 239 28
b. Privat
Privat Address adalah kelompok IP Addres yang dapat
dipakai tanpa harus melakukan pendaftaran. IP Address ini hanya
dapat digunakanuntuk jaringan local (LAN) dan tidak dikenal dan
diabaikan oleh Internet. Alamat ini adalah unik bagi jaringan
lokalnya tetapi tidak unik bagi jaringan global. Agar IP Private
ini dapat terkoneksi ke internet, diperlukan peralatan Router
dengan fasilitas Network Address Traslation (NAT).
2. Pembagian Kelas IP Address
Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah
255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke
seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-
kelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP address, baik untuk
host jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.
IP address dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian netwrk (net
ID) dan bagian hist (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu
network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk
identifikasi host dalam suatu network. Jadi seluruh host yang
tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama.
3
Sebagian dari bit-bit bagian awal pada bagian awal address merupakan
network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis
pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada
kelas network.
IP address dibagi ke dalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D, E.
perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP
kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat
ditampugn oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak
digunakan secara umum kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan
kelas E untuk keperluan ekperimental. Perangkat lunak Internet
protocol menentuka pembagian jenis kelas ini dengan menguji
beberaoa bit pertama dari IP address. Penentuan kelas ini dilakukan
dengan cara berikut:
a. Kelas A
Bit pertama address kelas A adalah 0 dengan panjang net
ID 8 bit dan panjang host 24 bit. Dengan demikian hanya ada 128
network kelas A, jadi byte pertama IP address kelas A memiliki
range dari 0-127, yakni dari nomor 0.xxx.xxx.xxx sampai
127.xxx.xxx.xxx. Tiap network dapat menampung sekitar 16 juta
(256^3) host. IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan
jumlah host yang sangat besar. (xxx adalah variabel, nilainya dari
0 s/d 255). IP address ini dilukiskan pada gambar berikut:
Formatnya :
Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
• Bit pertama : 0
• Panjang Network ID : 8 bit
• Panjang Host ID : 24 bit
• Byte pertama : 0 – 127
4
• Jumlah : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
• Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
• Jumlah IP : 16.777.214 IP address pada tiap kelas A
b. Kelas B
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte
pertamanya selalu bernilai 128-191. Network ID adalah 16 bit
pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada
computer memilii IP address 192.168.26.161, network ID
192.168 dan host ID 26.161. pada IP address kelas B ini memiliki
range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx yakni
berjumlah 65.255 netwrok dan jumlah host tiap network 256^2
host atau sekitar 65 ribu host
Formatnya:
• Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
• 2 bit pertama : 10
• Panjang Network ID : 16 bit
• Panjang Host ID : 16 bit
• Byte pertama : 128 – 191
• Jumlah : 16.384 kelas B
• Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
• Jumlah IP : 65.535 IP address pada tiap kelas B
c. Kelas C
Jika 3 bit pertama dari IP Address adalah 110, address
merupakan network kelas C. Network ID terdiri dari 24 bit dan
host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta
network dengan masing-masing network memiliki 256 host.
Dengan demikian terdapat lebih dari 2 juta network kelas C (32 x
256 x 256), yakni dari nomor 192.0.0.xxx sampai
5
223.255.255.xxx. Setiap network kelas C hanya mampu
menampung sekitar 256 host.
Formatnya:
• Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
• 3 bit pertama : 110
• Panjang Network ID : 24 bit
• Panjang Host ID : 8 bit
• Byte pertama : 192 – 223
• Jumlah : 2.097.152 kelas C
• Range IP : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
• Jumlah IP : 254 IP address pada tiap kelas C
d. Kelas D
Khusus kelas D ini digunakan untuk tujuan multicasting.
Dalam kelas ini tidak lagi dibahas mengenai netid dan hostid. Jika
4 bit pertama adalah 1110, sehingga byte pertamanya berkisar
antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai
keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini.
Dalam multitasking tidak dikenal network ID dan Host ID. IP
Address merupakan kelas D yang digunakan untuk multicast
address, yakni sejumlah komputer yang memakai bersama suatu
aplikasi (bedakan dengan pengertian network address yang
mengacu kepada sejumlah komputer yang memakai bersama
suatu network). Salah satu penggunaan multicast address yang
sedang berkembang saat ini di Internet adalah untuk aplikasi real-
time video conference yang melibatkan lebih dari dua host
(multipoint), menggunakan Multicast Backbone
6
Formatnya:
• 4 Bit Pertama : 1110
• Byte Inisial : 224 – 247
e. Kelas E
Kelas terakhir adalah kelas E (4 bit pertama adalah 1111
atau sisa dari seluruh kelas). Pemakaiannya dicadangkan untuk
kegiatan eksperimental. Juga tidak ada dikenal netid dan hostid di
sini. IP address E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4
bit pertama IP address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertama
berkisar antara 248-255
Formatnya:
• 4 Bit Pertama : 1111
• Byte Inisial : 248 – 255
Sebagai tambahan dikenal juga istilah network prefix yang
digunakan untuk IP address yang menunjuk bagian jaringan. Penulisan
network prefix adalah denga tanda slash yang diikuti angka yang
menunjukkan panjang network prefix dalam bit.misal untuk menunjuk
satu network kelas B 192.168.xxx.xxx digunakan penulisan 192.168/16
angka 16 ini merupakan panjang bit untuk network prefix kelas B.
3. Address Khusus
Selain address yang digunakan untuk pengenal host ada beberapa
address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh
digunakan untuk pengenal host. Address itu adala:
a. Network Address
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada
jaringan internet. Misalkan untuk host dengan IP address kelas B
192.168.9.35 tanpa memakai subnet, network address ini adalah
192.168.0.0 address ini didapat dengan membuat seluruh bit host
pada segmen 2 terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan informasi routing pada internet. Router cukup
melihat network address 192.168 untuk menentukan ke raouter
7
mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analginya mirip
dengan tuang pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat
tidak perlu membaca seluruh alamat untuk menentukan jalur
mana yang harus ditempuh surat tersebut.
b. Broadcast Address
Address ini digunakan untuk mengirim dan menerima
informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada
suatu network. Seperti diketahui setiap datagram IP memiliki
header alamat tujuan berupa IP address dari host yang akan dituju
oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini maka hanya
host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan
host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin
mengirim datagram tersebut kepada seluruh host yang ada pada
netwoknya? Tidak efisien apabila harus membuat replikasi
datagram sebanyak jumlah host tujuan, pemakai bandwith akan
meningkta dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi
datagram tersebut sama. Oleh karena itu dibuat konspe broadcast
address, host cukup mengirim ke alamat broadcast maka seluruh
host pada network akan menerima datagram tersebut.
Jadi sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk
menerima datagram : pertama adalah IP addressnya yang bersifat
unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat
host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan
membuat bit-bit hst pada IP address menjadi 1. Jadi, untuk host
dengan IP address 192.168.9.35 atau 192.168.240.2 broadcast
addressnya 192.168.255.255 (2 segmen dari IP address tersebut
disebut berharga 11111111.11111111, sehingga secara decimal
terbaca 255.255) jenis informasi yang dibroadcast biasanya
adalah informasi routing.
8
c. Multicast Address
Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan
untuk komunikasi antar host yang menggunakan datagram
unicasr. Artinya datagram memiliki address tujuan berupa satu
host tertentu. Hanya host yang memiliki IP address sama dengan
destination address pada datagram yang akan menerima datagram
tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika
datagram ditujukan untuk 2 mode pengirman ini (unicast dan
broadcast) muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode
khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host
sekaligus (host group) dengan hanya mengirimkan satu datagram
saja. Namun bebreda dengan mode broadcast hanya host-host
yang tergabung dalam sutu group saja yang akan menerima
datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh
karena itu dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini setiap
group yang menjalankan aplikasi bersana mendapatkan satu
multicast address. Struktur kelas multicast address dapat dilihat
pada gambar dibawah
224-239 0-255 0-255 0-255
1110xxxx xxxxxxxx xxxxxxxx Xxxxxxxx
Untuk keperluan multicast sejumlah IP address
dialokasikan sebagai multicast address. Jika struktur IP address
mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
(bentuk decimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255) maka IP
address merupakan multicast address. Alokasi ini ditujkan untuk
keperluan group buka untuk host seperti pada kelas A, B dan C.
anggota group ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet
namun bisa mencapai seluruh dunia karena menyerupai sutu
backbone maka jaringan multicast ini dikenal pula sebagai
Multicast Bacbone (Mbone)
9
4. Aturan Dasar pemilihan Network ID dan Host ID
• Network ID tidak boleh sama dengan 127, karena network ID 127
secara default digunakan sebagai alamal loopback yakni alamat
IP address yang digunakan oleh suatu computer yang menunjuk
dirinya sendiri
• Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255, karena
akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat
yang mewakili seluruh jaringan
• Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0, karena akan
diartika sebagai alamat network. Alamat netwrk digunakan untuk
menunjuk suatu jaringan buka host
• Host ID harus unik dalam suatu network, dalam suatu network
tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
5. Subnetting
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi
jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada
subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan
teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih
kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP
Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan
menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah
maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut. Dua alasan
utama melakukan subnetting:
a. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien.
Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap
network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk
host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan
jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau
tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau
16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan
10
membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan
menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.
b. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki
ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di
dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara
TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network
ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga.
Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang
berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic
untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya
disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil –
bahkan lebih kecil – dari Class C address.
6. Proses Subnetting
Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan
beberapa proses antara lain :
a. Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask
b. Menentukan jumlah host per subnet
c. Menentukan subnet yang valid
d. Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet
e. Menentukan host – host yang valid untuk tiap subnet
11
Subnet mask default ini untuk masing-masing Class IP
Address adalah sbb:
12
7. Aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask
a. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, oktet
pertama dari subnet pasti 255.
b. Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Setidaknya
harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk
mengizinkan paling tidak 2 host. Jika menggunakan seluruh 32
bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID.
c. Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1,
hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet
mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-
nilai yang berasal dari 8 bit.
8. Penghitungan subnetting
13
dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari
1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini
yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang
diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Subnet Mask CIDR Subnet Mask CIDR
255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20
255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21
255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22
255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23
255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24
255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25
255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26
255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27
255.255.128.0 /17 255.255.255.240 /28
255.255.192.0 /18 255.255.255.248 /29
255.255.224.0 /19 255.255.255.252 /30
1.3. Latihan
Diketahui IP Address 192.168.10.0/29, hitunglah:
a. Jumlah blok subnet?
b. Network ID setiap blok subnet?
c. IP pertama dan terakhir setiap blok subnet?
d. Boardcast ID setiap blok subnet?
14
MODUL 2
PENGKABELAN
15
disingkat ThickNet, atau bahkan hanya disebut sebagai yellow
cable.
16
g) Setiap segment harus diberi ground.
h) Jarang maksimum antara tap atau pencabang dari
kabel utama ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar
5 meter).
i) Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).
b. Thin Coaxial Cable
Seiring dengan pertambahan ketebalan atau diameter
kabel, maka tingkat kesulitan pengerjaannya pun akan semakin
tinggi. Harus diingat pula bahwa kabel jenis ThickNet harus
ditarik melalui pipa saluran yang ada dan pipa ini
ukurannya terbatas. Oleh karena itu diciptakanlah Thin Coaxial
cable untuk mengatasi beberapa masalah diatas.
Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan
radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak
memerlukan output daya yang besar. Untuk digunakan
sebagai perangkat jaringan, kabel coaxial jenis ini harus
memenuhi standar IEEE 802.3 10BASE2, dimana diameter
rata-rata berkisar 5mm dan biasanya berwarna hitam atau
warna gelap lainnya. Setiap perangkat (device) dihubungkan
dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal
sebagai thin Ethernet atau ThinNet.
17
b) Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per
segment.
c) Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30
perangkat jaringan (devices)
d) Kartu jaringan cukup menggunakan transceiver yang
onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk
repeater.
e) Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain
(populated segment).
f) Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.
Dulu jaringan Ethernet menggunakan kabel coaxial yang
diameter luarnya hanya 0,35 cm (kadanag dikenal sebagai
thinnet). Kabel ini terutama berguna untuk instalasi kabel
yang memerlukan pelilitan dan pembengkokan. Karena mudah
diinstall, maka kabel ini juga lebih murah untuk diinstal. Hal
ini mendorong beberapa orang menyebutnya sebagai
cheapernet. Namun kabel ini memerlukan penanganan
khusus. Seringkali pemasang gagal melakukannya. Akibatnya,
sinyal transmisi terinterferensi oleh noise. Oleh karena itu,
terlepas dari diameternya yang kecil, thinnet sudah jarang
digunakan pada jaringan Ethernet. Thicknet dapat menjangkau
sampai 500 meter, dan perangkat dihubungkan ke kabel
secara langsung dengan menggunakan transceiver Ethernet
dengan kabel AUI. Di lain pihk thinnet lebih fleksibel dan
dapat menjangkau sampai 185 meter. Komputer dihubungkan
ke kabel dengan menggunakan konektor BNC. Thicknet
menggunakan spesifikasi Ethernet 10 base 5, sedangkan thinnet
menggunakan 10 base 2.
Walapun kabel coaxial sukar di pasang, tetapi ia
mempunyai rintangan yang tinggi terhadap ganguan
elektromagnet. Dan kabel ini juga mempunyai jarak maksimal
18
yang lebih daripada kabel “twisted pair”. Keunggulan dan
kelemahan coaxial cable:
Keunggulan
a) Dapat digunakan untuk menyalurkan informasi sampai
dengan 900 kanal telepon
b) Dapat ditanam di dalam tanah sehingga biaya perawatan
lebih rendah
c) Karena menggunakan penutup isolasi maka kecil
kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain
Kelemahan
a) Mempunyai redaman yang relatif besar, sehingga untuk
hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater
b) Jika kabel dipasang diatas tanah, rawan terhadap
gangguan-gangguan fisik yang dapat berakibat putusnya
hubungan.
2. Twisted Pair Cable
Selain kabel koaksial, Ethernet juga dapat menggunakan jenis
kabel lain yakni UTP (Unshielded Twisted Pair) dan Shielded Twisted
Pair (STP). Kabel UTP atau STP yang biasa digunakan adalah kabel
yang terdiri dari 4 pasang kabel yang terpilin. Dari 8 buah kabel yang
ada pada kabel ini, hanya digunakan 4 buah saja yang digunakan untuk
dapat mengirim dan menerima data (Ethernet). Perangkat-perangkat
lain yang berkenaan dengan penggunaan jenis kabel ini adalah
konektor RJ-45 dan HUB.
19
Ada dua jenis pemasangan kabel UTP yang umum
digunakan pada jaringan lokal, ditambah satu jenis pemasangan
khusus untuk cisco router, yakni:
a. Straight Through Cable
Untuk pemasangan jenis ini, biasanya digunakan untuk
menghubungkan beberapa unit komputer melalui perantara
HUB / Switch yang berfungsi sebagai konsentrator
maupun repeater.
20
b. Cross Over Cable
Berbeda dengan pemasangan kabel lurus (straight
through), penggunaan kabel menyilang ini digunakan untuk
komunikasi antar komputer (langsung tanpa HUB), atau
dapat juga digunakan untuk meng-cascade HUB jika diperlukan.
Sekarang ini ada beberapa jenis HUB yang dapat di-cascade
tanpa harus menggunakan kabel menyilang (cross over),
tetapi juga dapat menggunakan kabel lurus.
2.3. Latihan
1. Buatlah kabel stright dan cross over
2. Lakukan testing dan amati, pastikan nyala lampu secara berurutan
21
MODUL 3
PENGENALAN PAKET TRACER
22
Packet Tracer mengediakan beberapa device yang akan digunakan untuk
membuat simulasi. Device yang tersedia antara lain;
1. Router
2. Switch
3. Hub
4. Wireless Device
5. Connector
23
6. End Devide
7. WAN Emulation
9. Multiuser Connection
24
3. Warna hijau menunjukkan kabel berhasil menghubungkan perangkat
satu sama lain
25
MODUL 4
JARINGAN SEDERHANA
4.2.2. Switch
Switch adalah suatu perangkat atau Device yang berfungsi sebagai
pengatur dan pembagi sinyal data dari suatu komputer ke komputer lainnya
yang terhubung pada perangkat tersebut, fungsi tersebut sama dengan fungsi
HUB yang menjadi perbedaan adalah switch bisa melakukan pengaturan
berupa proses filter paket data. Biasanya masing-masing port pada switch bisa
26
disetting sehingga bisa ditentukan port mana saja yang bisa saling terhubung.
Switch beroperasi pada layer dua (Data Link Layer) dari OSI model.
Seperti halnya HUB, switch memiliki banyak port yang digunakan
menghubungkan komputer. Banyaknya port yang terdapat pada Switch pun
bermacam-macam, 8 port, 16 port, 24 port dan seterusnya. Switch disajikan
untuk Eternet komputer, masing-masing dari port yang terdapat pada switch
dimungkinkan untuk diatur support speed & duflex atau support kecepatan
ethernetnya, misalnya saja kecepatan 10 Mbps, 100Mbps, 1000MBps atau
bisa juga disetting auto. Kemampuan Switch untuk melewatkan data ke hanya
device yang dituju bisa menghemat bandwidht jaringan juga paket data yang
melewati Switch akan lebih terjaga keamanannya ketimbang yang dilewatkan
melalui HUB.
27
ITEM PC 0 PC 1
IP Address 192.168.100.1 192.168.100.2
Subnet Mask 255.255.255.0 255.255.255.0
Default Gateway
DNS Server
Untuk menguji koneksi antara dua node tersebut menggunakan utilitas
“ping”. Untuk memulai ping dari PC0 menuju PC1, double-klik PC0
sehingga muncul jendela properties untuk PC0, kemudian pilih tab Desktop,
selanjutnya pilih menu Command Prompt sehingga muncul tampilan seperti
gambar di bawah ini.
28
4.4. Latihan
1. Buat simulasi baru seperti percobaan diatas dengan menggunakan 5
buah PC!
2. Lakukan pengiriman paket data kee setiap PC yang terhubung!
29
MODUL 5
NIRKABEL
30
3) Installation Flexibility: Teknologi wireless memungkinkan suatu
jaringan untuk bisa mencapai tempat- tempat yang tidak dapat dicapai
dengan jaringan kabel.
4) Reduced Cost-of-Ownership: Meskipun investasi awal yang
dibutuhkan oleh wireless LAN untuk membeli perangkat hardware
bisa lebih tinggi daripada biaya yang dibutuhkan oleh perangkat wired
LAN hardware, namun bila diperhitungkan secara keseluruhan,
instalasi dan life-cycle costnya, maka secara signifikan lebih murah.
Dan bila digunakan dalam lingkungan kerja yang dinamis yang sangat
membutuhkan seringnya pergerakan dan perubahan yang sering maka
keuntungan jangka panjangnya pada suatu wireess LAN akan jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan wired LAN.
5) Scalability: Sistem wireless LAN bisa dikonfigurasikan dalam
berbagai macam topologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang
beragam. Konfigurasi dapat dengan mudah diubah Mulai dari jaringan
peer-to-peer yang sesuai untuk jumlah pengguna yang kecil sampai
ke full infrastructure network yang mampu melayani ribuan user dan
memungkinkan roaming dalam area yang luas.
31
Multiple radio carrier bisa ada dalam suatu ruang dalam waktu yang
bersamaan tanpa terjadi interferensi satu sama lain jika gelombang radio yang
ditransmisikan berbeda frekuensinya. Untuk mengextract data, radio
penerimanya diatur dalam satu frekuensi dan menolak frekuensi-frekuensi
lain. Pada konfigurasi wireless LAN tertentu, transmitter/receiver
(transceiver) device, biasa disebut access point, terhubung pada jaringan
kabel dari lokasi yang fixed menggunakan kabel standard. Sebuah access
point bisa mensupport sejumlah group kecil dari user dan bisa dipakai dalam
jarak antara seratus sampai beberapa ratus kaki. Access point (atau antena
yang terhubung pada access point) biasanya diletakkan pada tempat yang
tinggi tapi dapat juga diletakkan dimana saja untuk mendapatkan cakupan
yang dikehendaki. End user access wireless LAN menggunakan wireless-
LAN adapters, biasa terdapat pada PC card pada notebook atau palmtop
computer, atau sebagai card dalam desktop computer, atau terintegrasi
dalam hand-held computer.
32
5.3. Langkah-Langkah Percobaan
Persiapan instalasi jaringan nirkabel (wireless) sederhana dalam contoh ini
adalah dengan menggunakan 2 buah workstation dan 1 access point sehingga
terlihat seperti gambar di bawah ini.
33
drag and drop. Setelah module telah dibuang, pada list modules sebelah
kiri, drag and drop Linksys-WMP300N menuju tempat module
sebelumnya terpasang. Sehingga network interface PC0 sekarang
adalah WLAN Card, dan siap untuk menerima paket di jaringan pada
medium wireless.
4. Masih di jendela properties PC0, Lanjutkan ke tab Config. Pada menu
sebelah kiri bagian Interface, klik Wireless. Cari field bertuliskan IP
Configuration dan pada radio button, pilih Static. Isikan IP address
untuk PC0 menjadi 192.168.100.1 subnet mask 255.255.255.0. Ilustrasi
langkah 4 ini akan terlihat seperti gambar berikut ini.
5. Lakukan hal yang sama untuk worstation PC1 tetapi dengan IP address
berbeda. Untuk contoh kali ini isikan dengan 192.168.123.2
ITEM PC 0 PC 1
IP Address 192.168.100.1 192.168.100.2
Subnet Mask 255.255.255.0 255.255.255.0
Default Gateway - -
DNS Server - -
34
5.4. Latihan
1. Buat simulasi baru seperti percobaan diatas dengan menggunakan 5
buah PC dan 5 buah laptop!
2. Lakukan pengiriman paket data kee setiap PC/Laptop yang terhubung!
35
MODUL 6
SERVER
36
6. FTP Server : File Transfer Protocol Server untuk transfer data, dari atau
ke client
7. Groupware Server : Ini adalah software yang dirancang yang
memungkinkan pengguna untuk bekerja sama, terlepas dari lokasi,
melalui Internet atau intranet perusahaan dan berfungsi bersama-sama
dalam suasana virtual.
8. IRC Server : Internet Relay Chat server memungkinkan user untuk
berdiskusi lewat jaringan
9. List Server : Menyediakan cara yang lebih baik mengelola milis. Server
dapat berupa diskusi interaktif terbuka untuk orang-orang atau daftar
satu arah yang memberikan pengumuman, buletin atau iklan.
10. Mail Server : Server yang bertugas untuk menangani e-mail
11. News Server: Ini berfungsi sebagai sumber distribusi dan pengiriman
untuk banyak kelompok berita umum, didekati melalui jaringan berita
USENET.
12. Proxy Server : Proxy Server bertindak sebagai mediator antara client
dan server diluar jaringan untuk menyaring/membatasi permintaan,
meningkatkan kinerja koneksi dan sharing.
13. Telnet Server : Untuk log on ke komputer host dengan cara remote dari
komputer lain.
14. Virtual Server : Virtual server adalah metode untuk mengurangi jumlah
server fisik, jadi pada satu server fisik seolah-olah ada beberapa server.
15. Web Server : Menyediakan konten ke web browser, Web Server
berkomunikasi menggunakan HTTP (Hypertext Transfer Protocol).
37
1. Untuk Server, ganti namanya menjadi DHCP server. Isi IP Address
dan Subnet Mask untuk DHCP Server
Item DHCP Server
IP Address 192.168.10.1
Subnet Mask 255.255.255.240
38
4. Lakukan konfigurasi IP Addres pada PC0, PC1 dan PC2. Jika
konfigurasi IP Address masih dalam mode STATIC, pindahkan ke
DHCP, maka IP Address dan Subnet Mask akan terisi secara otomatis
5. Lakukan test koneksi dari PC0 ke DHCP SERVER
39
1. Untuk Server, isikan IP Address berikut:
ITEM DHCP Server DNS Server
IP Address 192.168.210.1 192.168.210.2
Subnet Mask 255.255.255.240 255.255.255.240
Start IP 192.168.210.3 -
Maximum Number of User 10 -
2. Untuk PC0, PC1 dan PC2 konfigurasi IP dengan mode DHCP
3. Konfigurasi WebServer
Masuk ke menu Config > Services > HTTP, ubah file I,dex.html seperti
berikut:
40
6.3.3. Membuat DNS Server
Persiapan untuk pembuatan DNS Server dalam contoh ini adalah dengan
menggunakan 3 buah workstation, 2 buah Switch, 1 buah DHCP Server, 1 buah
DNS Server dan 2 buah Web Server sehingga terlihat seperti gambar di bawah ini.
41
2. Untuk PC0, PC1 dan PC2 konfigurasi IP Address dengan mode DHCP.
Pastikan setiap PC mendapatkan IP Address, Subnet Mask dan DNS
3. Pada PC0 masuk ke menu Desktop > Web Browser, Ketikkan alamat
Web Server (unper.ac.id) di kolom URL. Jika semua konfigurasi sudah
benar, maka akan tampil seperti dibawah ini
6.4. Latihan
1. Buat simulasi baru seperti percobaan diatas dengan menggunakan 5
buah PC, 5 buah laptop, 1 buah DNS Server, 4 buah Web Server dan 1
buah DHCP Server!
2. Lakukan pengiriman paket data kee setiap PC/Laptop yang terhubung!
3. Lakukan akses ke web yang telah dibuat!
42
MODUL 7 ROUTER
43
1. Router statis adalah router yang di setting manual oleh administrator
sehingga memiliki tabel routing statis
2. Router dinamis adalah router yang mempunyai dan membuat tabel
routing dinamis dengan melihat sinyal lalu lintas jaringan dan saling
terhubung dengan router yang lainnya.
Cara kerja router ini dinamakan routing yang memiliki kemampuan untuk
mengirimkan data atau informasi sesuai rute perjalanan menuju host baik dari
sesama network atau berbeda network. Logikanya sederhana, jika data/informasi
ditujukan pada host di network lain, maka router akan menjalankan ke network
tersebut. Namun, jika data/informasi ditujukan pada host dalam satu network, maka
router akan menghalangi data/informasi itu keluar dari network. Dibawah ini ada
ilustari cara kerja router dalam komputer jaringan
44
E mengirimkan data ke komputer F dan berbagai pola dalam satu
network.
4. Namun, jika komputer E mengirimkan data ke komputer B, maka router
akan mengirimkan data tersebut ke komputer B melalui jaringan lain
(network 2 menuju network 1)
45
7.4. Langkah-langkah Percobaan (2 Unit Router)
Persiapan untuk routing dalam contoh ini adalah dengan menggunakan 6 buah
workstation, 2 buah Switch, 2 buah Router sehingga terlihat seperti gambar di
bawah ini.
46
6. Test koneksi dari PC0 ke PC5
7.5. Latihan
1. Buat simulasi baru seperti percobaan diatas dengan skema seperti
dibawah ini!
ITEM IP Address Subnet Mask Gateway
PC0 192.168.100.2 255.255.255.240 ?
PC1 192.168.100.3 255.255.255.240 ?
PC2 192.168.100.4 255.255.255.240 ?
PC3 192.168.200.5 255.255.255.240 ?
PC4 192.168.200.6 255.255.255.240 ?
PC5 192.168.200.7 255.255.255.240 ?
Router0 0/0 192.168.100.1 255.255.255.240 -
Router0 0/1 192.168.125.1 255.255.255.240 -
Router1 0/0 192.168.125.2 255.255.255.240 -
Router1 0/1 192.168.150.1 255.255.255.240 -
Router2 0/0 192.168.150.2 255.255.255.240 -
Router2 0/1 192.168.200.1 255.255.255.240 -
2. Lakukan pengiriman paket data kee setiap PC yang terhubung!
47
MODUL 8
STUDI KASUS 1
Gambarlah skema jaringan dibawah ini. Lakukan konfigurasi IP Address, Subnet Mask, Gateway serta Routing Table Static!
48
MODUL 9
STUDI KASUS 2
Gambarlah skema jaringan dibawah ini. Lakukan konfigurasi IP Address, Subnet Mask, Gateway serta Routing Table Static!
49
No. Router Interface IP Address
FastEthernet0/0 192.168.10.1
1 Router UNPER
FastEthernet0/1 192.168.20.1
FastEthernet0/0 192.168.40.1
2 Router Fakultas Teknik
FastEthernet0/1 192.168.20.2
FastEthernet0/0 192.168.20.3
3 Router Fakultas Ekonomi
FastEthernet0/1 192.168.60.1
FastEthernet0/0 192.168.30.1
4 Router Informatika
FastEthernet0/1 192.168.40.2
FastEthernet0/0 192.168.50.1
5 Router Sipil
FastEthernet0/1 192.168.40.3
FastEthernet0/0 192.168.60.2
6 Router Akuntansi
FastEthernet0/1 192.168.70.1
FastEthernet0/0 192.168.60.3
7 Router Manajemen
FastEthernet0/1 192.168.80.1
50