Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya memiliki

ketergantungan terhadap bahan bakar sangat tinggi, baik itu untuk keperluan

rumah tangga, transportasi, maupun industri, sehingga semakin hari kebutuhan

manusia pada bahan bakar sangat meningkat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat membuat

pemerintah harus terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian di

Indonesia, yaitu dengan melakukan beberapa kebijakan terhadap perekonomian

di Indonesia demi memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan

melakukan konvensi dari minyak tanah ke Liquified Petroleum Gas (LPG).

Dalam Pasal 1 ayat 3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

No.26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquified

Petroleum Gas, yang selanjutnya di singkat LPG yaitu gas hidrokarbon yang

dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan,

dan penanganan yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana, atau

campuran keduanya.1

Peralihan konversi dari minyak tanah ke gas LPG sejak tahun 2007

merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pembatasan

penggunaan minyak tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Oleh

karena itu pemerintah berupaya untuk mencari pengganti minyak tanah, apalagi
1
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.26 Tahun 2009 tentang
Penyediaan dan Pendistribusian Liquified Petroleum Gas, Pasal 1 ayat 3.
2

sampai sekarang kebutuhan rumah tangga terus meningkat dan jumlah minyak

tanah sudah berkurang dan bahkan sulit untuk didapatkan oleh masyarakat. 2

Konveksi minyak tanah ke gas LPG 3 kg diperuntukkan bagi rumah tangga dan

usaha mikro yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan bakar dan

mengurangi beban subsidi minyak tanah. Maka pemerintah menetapkan gas

LPG sebagai bahan bakar dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga untuk

kedepannya dan masyarakat harus beralih dari minyak tanah ke gas LPG,

penggunaan gas LPG dimaksudkan untuk menekan pemakaian bahan bakar

minyak tanah secara terus menerus. Gas LPG merupakan bahan bakar yang

diambil dari gas bumi yang terkandung didalam bumi dan diolah menjadi gas

yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai inovasi baru dalam

pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Indonesia, sehingga masyarakat

tidak terpaku hanya pada satu bahan bakar saja.

Kompor gas merupakan perlengkapan alat dapur yang modern pada saat

ini, pemakaian kompor gas di rasa sangat praktis dan juga cepat sehingga

banyak diminati oleh masyarakat. Pemakaian kompor gas menggunakan bahan

bakar gas yang dapat dibeli diberbagai distributor penyalur gas LPG 3 kg yang

disebut agen dan sub agen gas LPG 3 kg.

Dalam Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 22/M-

DAG/PER/3/2016 tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang, agen yaitu

2
Ilham Kurniawan, “Pelaksanaan Pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Pekanbaru Dalam Pendistribusian Gas Lpg 3 Kg Di Kota Pekanbaru”, skripsi, diakses dari
http://repository.uin-suska.ac.id/9194/1/2013_2013282ADN.pdf, pada tanggal 8 juni 2018, pukul
10.03.
3

pelaku usaha distribusi yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama

pihak yang menunjuknya berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan

pemasaran barang.3 Agen merupakan pelaku usaha distribusi yang bertindak

sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal yaitu PT. Pertamina

berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran gas LPG 3 kg kepada sub

agen.

Dalam Pasal 1 angka 11 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 22/M-

DAG/PER/3/2016, sub agen yaitu pelaku usaha distribusi yang bertindak

sebagai perantara untuk dan atas nama agen yang menunjuknya berdasarkan

perjanjian untuk melakukan kegiatan pemasaran barang.4 Sub agen merupakan

usaha perseorangan yang di tunjuk oleh agen berdasarkan perjanjian untuk

melakukan penjualan barang yaitu gas LPG 3 kg. Agen dan sub agen keduanya

sama-sama merupakan pedagang perantara. Agen bertindak untuk dan atas

nama prinsipal yaitu PT. Pertamina yang menunjuknya, sedangkan sub agen

bertindak untuk dan atas namanya sendiri.

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum

yaitu hak (right) dan kewajiban (duty/obligation). Hubungan-hubungan hukum

yang berdasarkan perjanjian yaitu hubungan hukum yang terjadi karena

persetujuan atau kesepakatan para pihaknya. Sedangkan hubungan hukum yang

terjadi karena hukum yaitu hubungan hukum yang terjadi karena Undang-

undang atau hukum adat menentukannya demikian tanpa perlu ada persetujuan

3
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 tentang Ketentuan
Umum Distribusi Barang, pasal 1 ayat 10
4
Ibid, Pasal 1 ayat 11
4

atau kesepakatan terlebih dahulu. Perikatan yang lahir dari hukum terbagi lagi

dalam :5

1. Perikatan karena hukum saja, misalnya perikatan antara anak


dengan orang tuanya;
2. Perikatan karena hukum sehubungan dengan perbuatan orang
(Pasal 1352 KUHPerdata).
Pada umumnya perjanjian berawal dari perbedaan kepentingan yang

dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian, perbedaan

tersebut diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum

sehingga mengikat para pihak. Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi

kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di

antara para pihak terakomodir melalui mekanisme hubungan perikatan yang

bekerja secara seimbang.6

Suatu perjanjian yaitu suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

suatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang

tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa

suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis.7

Perjanjian secara tertulis merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan para pihak sebagai dasar dalam melakukan suatu hubungan

5
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1993, hlm. 28.
6
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2013, hlm.1.
7
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1987, hlm. 1.
5

kerjasama. Dalam hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Ketiga Kitab

Undang-undang Hukum Perdata yang menganut sistem terbuka dan asas

kebebasan berkontrak, hal ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-


undang bagi mereka yang membuatnya.”

Hal ini mengandung arti bahwa setiap orang diperkenankan untuk

membuat perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur maupun yang belum

diatur dalam Undang-undang sepanjang perjanjian itu tidak bertentangan

dengan norma kesusilaan dan ketertiban umum.

PT. Andisa Kurnia Usaha merupakan salah satu agen penyalur gas dari

PT. Pertamina yang menyediakan bahan bakar gas LPG 3 kg yang berada di

Kabupaten Bengkulu Tengah. Bengkulu Tengah merupakan sebuah Kabupaten

di Provinsi Bengkulu.  Ibukotanya yaitu Karang Tinggi. Kabupaten ini

dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2008 yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara. PT. Andisa Kurnia Usaha

menjalin kerjasama dengan usaha perseorangan atau disebut pangkalan sebagai

mitra kerjanya. Untuk melanjutkan hubungan kerjasamanya diperlukan adanya

suatu perjanjian, agar terlaksananya hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam perjanjian tertulis antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan usaha

perseorangan terdapat kelalaian yang dilakukan usaha perseorangan, dalam

poin 7 butir e dan h yaitu, usaha perseorangan harus menyediakan alat

pemadam kebakaran dan timbangan yang sesuai dan memenuhi syarat serta

memasang papan usaha perseorangan atau identitas usaha perseorangan yang


6

terdapat keterangan Harga Eceran Tertinggi (HET), tetapi belum terlaksana

dengan benar. Dalam praktik yang ditemui dari usaha perseorangan gas LPG 3

kg di Bengkulu Tengah yakni adanya perbedaan HET gas LPG 3 kg yang

dijual terkadang tidak sesuai dengan harga yang telah disepakati di dalam

perjanjian poin 7 butir o yaitu Rp.15.300 per tabung, dimana usaha

perseorangan menjual gas LPG 3 kg diatas HET yaitu Rp.17.000 sampai Rp.

20.000 per tabung. Usaha perseorangan juga menjual gas LPG 3 kg ke warung-

warung dimana di dalam perjanjian poin 7 butir i bahwa usaha perseorangan

hanya boleh menjual gas LPG 3 kg kepada pengguna rumah tangga dan usaha

mikro. Hal ini membuat PT. Andisa Kurnia Usaha mengalami kerugian

materil. Kerugian Materil ini yaitu penghentian sementara aktifitas penyaluran

dan pemotongan alokasi LPG 3 kg oleh PT. Pertamina.

Pelaksanaan perjanjian merupakan realisasi atau pemenuhan hak dan

kewajiban yang telah diperjanjikan oleh para pihak yang membuat perjanjian,

supaya perjanjian itu dapat mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud

tanpa ada pelaksanaan dalam suatu perjanjian.

Dari permasalahan tersebut, adanya wanprestasi dalam perjanjian yang

dilakukan usaha perseorangan, sehingga menyebabkan keuntungan dan

kerugian dari berbagai pihak. Perbedaan harga eceran tertinggi yang telah di

tetapkan di dalam perjanjian akan merugikan konsumen, sebab harga eceran

tertinggi gas LPG 3 kg telah di tetapkan dalam perjanjian antara PT.Andisa

Kurnia Usaha dan usaha perseorangan agar terjangkau oleh konsumen.


7

Kedua belah pihak dapat membuat suatu perjanjian yang telah dibuat

oleh para pihak. Perjanjian sering batal, dikarenakan adanya perbedaan

pemahaman tentang isi perjanjian yang disebabkan pihak Usaha Perseorangan

yang tidak mengikuti persyaratan tentang prosedur penjualan sehingga

menimbulkan sengketa dalam perjanjian tentang pengadaan gas LPG 3kg.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang “Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian

Antara PT.Andisa Kurnia Usaha Dengan Usaha Perseorangan Tentang

Pengadaan Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 kg Bagi Masyarakat Di

Kabupaten Bengkulu Tengah”

B. Identifikasi Masalah

1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian antara

PT. Andisa Kurnia Usaha dengan usaha perseorangan tentang pengadaan

gas LPG 3 kg bagi masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah ?

2. Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian antara PT.

Andisa Kurnia Usaha dengan usaha perseorangan tentang pengadaan Gas

LPG 3 kg bagi masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah ?

C. Tujuan dan Manfat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam

perjanjian antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan usaha perseorangan

tentang pengadaan gas LPG 3 kg bagi masarakat di Kabupaten

Bengkulu Tengah.
8

b. Untuk mengetahui cara penyelesaian wanpestasi yang dilakukan usaha

perseorangan tentang pengadaan gas LPG 3 kg bagi masyarakat di

Kabupaten Bengkulu Tengah.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam

perkembangan ilmu pengetahuan hukum yang terkait dengan

penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian antara PT. Andisa Kurnia

Usaha dengan usaha perseorangan tentang pengadaan gas LPG 3 kg

bagi masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan dan

sumber informasi serta masukan bagi yang berkepentingan dan dapat

berkontribusi sebagai salah satu sumber informasi mengenai

penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian antara PT. Andisa Kurnia

Usaha dengan usaha perseorangan tentang pengadaan gas LPG 3 kg

bagi masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah.

D. Kerangka Pemikiran

1. Teori Penyelesaian Sengketa

Frans Hendra Winarta mengatakan bahwa secara konvensional

penyelesaian sengketa dalam dunia bisnis, seperti dalam

perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minyak dan gas,

energi infrastruktur, dan sebagainya dilakukan melalui proses


9

litigasi. Dalam proses litigasi menempatkan para pihak saling

berlawanan satu sama lain, selain itu penyelesaian sengketa secara

non litigasi merupakan sara akhir setelah alternatif penyelesaian

sengketa lain tidak membuahkan hasil.8

Sengketa merupakan suatu situasi di mana ada pihak yang

merasa dirugikan oleh pihak lain. Pihak yang merasa dirugikan

menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua dan apabila

pihak kedua tidak menanggapi dan memuaskan pihak pertama,

serta menunjukan perbedaan pendapat, maka terjadilah apa yang

dinamakan dengan sengketa. Akan tetapi, dalam konteks hukum

khususnya hukum kontrak yang dimaksud dengan sengketa yaitu

perselisihan yang terjadi antara para pihak karena adanya

pelanggaran terhadap kesepakatan kontrak, baik sebagian maupun

keseluruhan. Dengan perikatan lain telah terjadi wanprestasi oleh

pihak-pihak atau salah satu pihak. Bentuk wanprestasi sebagai

berikut :9

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi ;


2. Tidak tunai memenuhi prestasi ;
3. Terlambat memenuhi prestasi ; dan
4. Keliru memenuhi prestasi.

Dalam menyelesaikan kasus perdata, biasanya terdapat dua jalur

yang menjadi penawaran bagi pihak yang bersengketa yaitu jalur

litigasi dan non-litigasi. Penyelesaian sengketa melalui litigasi


8
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, PT. Sinar Grafika, Jakarta, 2013,
Hlm. 1-2
9
Riduan Syahrani dalam Nurmaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesian
Sengketa Perdata di Pengadilan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 12-13.
10

merupakan proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan melalui

pengadilan. Hasil akhir dari suatu penyelesaian sengketa melalui

litigasi yaitu putusan yang menyatakan pihak yang satu menang dan

pihak yang lain kalah.10

Penyelesian Sengketa melalui non-litigasi telah mengenal adanya

penyelesian sengeketa alternatif atau Alternative Dispute Resolution

(ADR), yang dalam perspektif Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

Alternative Dispute Resolution merupakan suatu pranata penyelesaian

sengketa di luar pengadilan berdasarkan kesepakatan para pihak

dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di

pengadilan. Penyelesaian masalah hukum di luar proses peradilan

pada umumnya dilakukan pada kasus perdata saja karena lebih

bersifat privat.

Non-litigasi mempunyai beberapa bentuk untuk menyelesaikan

sengketa, yaitu :

1. Konsultasi (Consultation)

Konsultasi yaitu suatu tindakan yang bersifat personal (pribadi

dan tertutup) antara satu pihak tertentu yang disebut klien

dengan pihak-pihak lain yang memiliki keahlian tertentu yang

disebut konsultan untuk mendapatkan nasihat atau

10
Ibid, hlm. 35.
11

pendapat/pertimbangan mengenai sesuatu hal (masalah) agar

memperoleh jalan keluar.11

2. Negosiasi

Negosiasi merupakan kegiatan sehari-hari dari setiap orang,

baik dalam lingkungan keluarga, kantor, sekolah/kampus dan

dalam pergaulan sehari-hari. Negosiasi sebenarnya merupakan

kegiatan tawar-menawar untuk saling mendapatkan sesuatu.

Negosiasi di lakukan tidak hanya karena ada sengketa saja,

tetapi untuk banyak hal seperti jual beli, penentuan gaji pada

perusahaan, perumusan kontrak dan sebagainya.12

3. Mediasi

Mediasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa

alternatif di mana pihak ketiga yang dimintakan bantuannya

untuk membantu proses penyelesaian sengketa bersifat pasif

dan sama sekali tidak berhak atau berwenang untuk

memberikan masukan, terlebih lagi untuk memutuskan

perselisihan yang terjadi. Jadi dalam mediasi, mediator hanya

berfungsi sebagai penyambung lidah dari para pihak yang

bersengketa.13

4. Penilaian Ahli

11
Candra Irawan, Aspek Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan (Alternative Dispute Resolution) di Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 2010,
hlm. 27.
12
Ibid, hlm. 30.
13
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm. 2.
12

Penilaian ahli merupakan cara penyelesaian sengketa oleh para

pihak dengan meminta pendapat atau penilaian ahli terhadap

perselisihan yang sedang terjadi.14

5. Arbitrase

Arbitrase merupakan suatu bentuk penyelesaian sengketa

alternatif yang melibatkan pengambilan keputusan oleh satu

atau lebih hakim swasta, yang disebut dengan arbiter. Di sini

seorang arbiter berperan sangat efektif sebagaimana halnya

seorang hakim. Ia dalam hal arbiter tunggal, maupun majelis

arbitrase berkewajiban untuk memutuskan sengketa yang

disampaikan kepadanya secara profesional, tanpa memihak

menurut kesepakatan yang telah tercapai di antara para pihak

yang bersengketa pada satu sisi dan arbiter itu sendiri pada

pihak lain. Arbiter haruslah independen dalam segala hal.15

2. Perjanjian

Suatu perjanjian yaitu suatu peristiwa di mana seorang

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah

14
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm.19
15
Ibid, hlm. 3.
13

suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan

perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua

orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa

suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau

kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian,

hubungan antara perikatan dan perjanjian yaitu bahwa perjanjian

itu menerbitkan perikatan. Perjanjian yaitu sumber perikatan, di

sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan

persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.

Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan)

itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena

ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.16

3. Wanprestasi

Wanprestasi yaitu tidak memenuhi atau lalai melaksanakan

kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang

dibuat antara kreditur dan debitur. Seorang debitur baru dikatakan

wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur. Somasi

itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur.17

Wanprestasi seorang kreditur dapat berupa empat macam :18

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

16
Subekti, op.cit, hlm.1
17
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulus (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2005,
hlm.180
18
Subekti, Op.cit, hlm. 45
14

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak


sebagaimana dijanjikan;
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.
4. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas merupakan suatu badan usaha yang

mempunyai kekayaan, harta serta kewajiban sendiri yang terpisah

dari kekayaan, hak serta kewajiban sendiri yang terpisah dari

kekayaan, hak serta kewajiban para pendiri maupun pemilik

perseroan. Hal ini selaras dengan pengertian perseroan terbatas

menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa perseroan terbatas

yaitu badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan

pelaksanaannya.19

Macam-macam Perseroan Terbatas (PT) yaitu :20

1. PT Tertutup

Perseroan Terbatas tertutup yaitu perseroan yang modalnya

berasal dari kalangan tertentu, misalnya pemegang sahamnya

19
Dijan Widijowati, Hukum Dagang, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2012, hlm.67.
20
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm.154.
15

hanya kerabat dan keluarga saja atau kalangan tidak dijual

kepada umum.

2. PT Terbuka

Perseroan Terbatas terbuka yaitu perseoran terbatas yang

menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal

(go public). Jadi, sahamnya ditawarkan kepada umum,

diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak

untuk membeli saham perusahaan tersebut tertulis atas nama.

3. PT Kosong

Perseroan Terbatas kosong yaitu perseroan terbatas yang

sudah aktif menjalankan usahanya dan hanya nama saja.

Dari macam-macam Perseroan Terbatas di atas, PT. Andisa

Kurnia Usaha termasuk Perseoran Terbatas tertutup yang pemegang

sahamnya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja (saham atas nama).

5. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan dagang atau perusahaan perorangan merupakan

salah satu bentuk perusahaan swasta yang melakukan usaha, baik

di bidang perdagangan maupun di bidan perindustrian yang

dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar guna

mendapatkan keuntungan dengan sistem pengelolaan yang bersifat


16

tunggal, yakni hanya berada dalam tangan satu orang yang

merangkap sebagai pemilik modal, pengusaha, dan pengurus

perusahaan serta sekaligus sebagai pemimpin perusahaan (single

ounership and management) dan dibantu oleh beberapa orang

buruh dalam menjalankan usaha.21 Contoh usaha perorangan yang

diteliti penulis yaitu Pangkalan gas LPG 3 kg di Kabupaten

Bengkulu Tengah.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan hasil karya peneliti

sendiri. Sepanjang yang diketahui, berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan baik penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu maupun Perguruan tinggi yang ada di Indonesia melalui jejaring

internet, baik dari segi penelitian, skripsi dan informasi yang didapat,

bahwa belum ada ditemukan skripsi yang menekankan pada Penyelesaian

Wanprestasi dalam Perjanjian antara PT.Andisa Kurnia Usaha dengan

Usaha Perorangan tentang Pengadaan Gas LPG 3 kg Bagi Masyarakat Di

Kabupaten Bengkulu Tengah. Adapun terdapat beberapa judul penelitian

yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu:

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No Nama/Universitas Judul Permasalahan

1. Aditya Restu Pelaksanaan Perlindungan 1. Bagaimana kesadaran


Wibowo Hukum Bagi Konsumen hukum masyarakat kota
(Mahasiswa Gas Elpiji 3kg di Kota semarang sebagai
Universitas Semarang konsumen gas elpiji

21
Dijan Widiowati, op.cit, hlm.33.
17

Semarang )22 3kg tentang hak-haknya


sebagai konsumen ?
2. Apakah kendala dalam
perwujudan kesadaran
hukum masyarakat
Kota Semarang akan
hak-haknya sebagai
konsumen gas elpiji
3kg?
3. Bagaimana upaya untuk
mewujudkan
masyarakat yang sadar
hukum di Kota
semarang tentang hak
haknya sebagai
konsumen gas elpiji 3
kg ?
2. Intan Rizki Diani Pelaksanaan Perjanjian 1. Bagaimana
(Mahasiswi Jual Beli Gas Elpiji 3kg pelaksanaan perjanjian
Universitas Bung antara PT.Sumber Guna jual beli gas elpiji 3kg
Hatta)23 Alam dengan Pangkalan antara PT. Sumber
Edi Saputra Guna Alam dengan
pangkalan Edi
Saputra?
2. Apa sajakah kendala
yang di temui dalam
pelaksanaan jual beli
gas elpiji 3kg di
Pangkalan Edi
Saputra?

3 Abdurahman zahid Penyelesaian Wanprestasi 1. Bagaimana pelaksanaan


(Skripsi Fakultas dalam perjanjian antara perjanjian antara
Hukum Pedagang dengan pemilik pemilik tanah dengan
Universitas tanah di Pasar Tradisional pedagang di pasar
Bengkulu) Kecamatan Muara tradisional Kecamatan
Bangkahulu Kota Muara Bangkahulu
Bengkulu Kota Bengkulu?
2. Bagaimana upaya
penyelesaian
22
Aditya Restu Wibowo “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Gas Elpiji
3kg di Kota Semarang”,skripsi, Fakultas Hukum Universitas Semarang, Semarang 2013,
diunduhpada Minggu, 2 September 2018 dari http://lib.unnes.ac.id/18541/1/8111409137.pdf
23
Intan Rizki Diani “Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Gas Elpiji 3kg antara PT. Sumber
Guna Alam dengan Pangkalan Edi Saputra”,skripsi,Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta,
Padang 2017, diunduh pada Minggu, 2 September 2018 dari https://anzdoc.com/.../pelaksanaan-
perjanjian-jual-beli-gas-elpiji-3-kg-antara-pt-s.html
18

wanprestasi dalam
perjanjian antara
pemilik tanah dengan
pedagang di pasar
tradisional Kecamatan
Muara Bangkahulu
Kota Bengkulu?24

Adapun perbedaan keaslian penelitian penulis dengan tiga penelitian di atas

yaitu penelitian pertama membahas mengenai pelaksanaan perlindungan hukum

bagi konsumen gas elpiji 3 kg di kota semarang. Perbedaan penelitian pertama ini

dengan penelitian yang sedang penulis lakukan yaitu terletak pada masalah dalam

penelitian penulis yaitu membahas tentang penyelesaian wanprestasi dalam

perjanjian antara PT. Andisa kurnia usaha dengan usaha perseorangan gas LPG 3

kg di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Pada penelitian yang kedua membahas tentang bagaimana pelaksanaan

perjanjian jual beli gas elpiji 3 kg antara PT. Sumber Guna Alam dengan

pangkalan edi saputra. Bedanya dengan penelitian penulis yaitu dalam penelitian

kedua bahwa membahas tentang pelaksanaan perjanjian dan kendala yang terjadi

dalam perjanjian antara PT. Sumber Guna Alam dengan pangkalan edi saputra.

Pada penelitian ketiga membahas tentang Penyelesaian Wanprestasi dalam

perjanjian antara Pedagang dengan pemilik tanah di Pasar Tradisional Kecamatan

Muara Bangkahulu Kota Bengkulu. Perbedaan penelitian ketiga ini dengan

penelitian yang sedang penulis lakukan yaitu terletak pada objeknya dalam

penelitian penulis kali ini yang menjadi objek yaitu PT. Andisa Kurnia Usaha

24
Abdurahman zahid, “Penyelesaian Wanprestasi dalam perjanjian antara Pedagang
dengan pemilik tanah di Pasar Tradisional Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu” skripsi,
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, 2017.
19

dengan usaha perseorangan tentang gas LPG 3 kg bagi masyarakat di Kabupaten

Bengkulu Tengah.

Jika dilihat dari latar belakang, permasalahan, dan tujuan yang hendak

dicapai, tidak terdapat kesamaan yang berarti antar ketiga penelitian diatas dengan

penelitian yang sedang penulis lakukan. Sehingga dapat dikatakan penulisan

skripsi ini adalah karya sendiri yang asli dan disusun berdasarkan referensi buku-

buku dan informasi dari media cetak maupun media lektronik. Oleh karena itu,

hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau secara

akademik.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian sebagai ilmu selalu berdasarkan fakta empiris yang

ada di dalam masyarakat. Selanjutnya fokus penelitian diarahkan pada penemuan

hal-hal yang baru atau pengembangan ilmu yang sudah ada.25

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian hukum empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian

hukum empiris, memfokuskan pada perilaku (behavior) yang dianut

dan/atau berkembang dalam masyarakat.26Sesuai dengan penelitian ini,

maka yang diteliti yaitu Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Antara

PT Andisa Kurnia Usaha Dengan Usaha Perorangan Tentang Pengadaan


25
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hlm. 57.
26
Ibid, hlm. 157.
20

Gas LPG 3 kg Bagi Masyarakat Di Bengkulu Tengah, yang datanya

berdasarkan penelitian langsung ke lokasi penelitian. Sehingga diharapkan

mendapatkan data yang valid.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

sosiologis bertujuan menggali atau membangun suatu proposisi atau

menjelaskan makna di balik realita. Peneliti berpijak dari realita atau

peristiwa yang berlangsung di lapangan.27 Apa yang di hadapi penelitian

yaitu dunia sosial kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apa yang

dilakukan oleh peneliti selama di lapangan termasuk dalam suatu posisi

yang bedasar kasus yang mengarahkan perhatian pada spesifikasi kasus-

kasus tertentu.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada

pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit dan individu dalam

lingkup yang akan diteliti.28 Populasi dalam penelitian yaitu PT.

27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001, hlm. 124.
28
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012, hlm. 118.
21

Andisa Kurnia Usaha dengan Usaha Perseorangan Gas LPG 3 kg di

Bengkulu Tengah.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri

atau keadaan tertentu yang akan diteliti.29 Atau sampel dapat

didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasi. Berdasarkan pengertian sampel di atas, maka yang menjadi

sampel dalam penelitian yaitu:

1. Direktur PT. Andisa Kurnia Usaha

2. 5 (lima) Usaha Perorangan, yaitu :

a. Sri Budiman, Desa Pasar Pedati, Kec. Pondok Kelapa


b. Muniratul Fatriah, Desa Kembang Seri, Kec. Talang Empat
c. Yandi, Desa Nakau, Kec. Talang Empat
d. Anda, Desa Pekik Nyaring, Kec. Pondok Kelapa
e. Vandera, Desa Pondok Kelapa, Kec. Pondok Kelapa

4. Data dan Sumber Data

Secara umum, data yang berfungsi untuk melengkapi suatu

penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara

langsung dari masyarakat dan bahan dari bahan pustaka, dalam

penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis data yang digunakan yaitu data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

29
Ibid, hlm. 119.
22

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumber data primer merupakan informasi yang diperoleh dari

penelitian yang telah dilakukan. Data primer di dalam penelitian ini

yaitu hasil wawancara. 30

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu jenis data yang mencakup dokumen-

dokumen resmi, buku-buku hasil penelitian dalam bentuk laporan,

dan seterusnya.31 Dalam hal ini, penulis mengambil data sekunder

dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal dan artikel-

artikel melalui internet terkait masalah penyelesaian wanprestasi

pada perjanjian.

5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris ini akan

digunakan teknik wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur

yaitu wawancara secara langsung dengan responden, yang

sebelumnya telah disusun pertanyaan yang akan diajukan sebagai

pedoman, tetapi tidak menutup kemungkinan dengan variasi

pertanyaan-pertanyaan lainnya sesuai dengan perkembangan yang

ada saat wawancara dilakukan. Selama wawancara berlangsung

peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan berpedoman kepada

daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelum penelitian,

sehingga penelitian dapat melakukan secara terfokus.


30
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 29.
31
Soerjono Soejabto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, Hlm.12.
23

6. Metode Pengolahan Data

Pengolahan yang dimaksud setelah data diperoleh baik data

primer maupun data sekunder, kemudian data tersebut diolah

sesuai dengan kebutuhan apa yang menjadi pokok pembahasan

dalam penelitian ini, yang kemudian data tersebut diklasifikasikan

hasil pada sub-bab sesuai dengan kegunaan dalam penulisan,

seperti pengelompokan hasil wawancara pada sub-bab tertentu.

7. Metode Analisis Data

Data diperoleh baik berupa data primer maupun data

sekunder dikelompokkan dan disusun secara sistematis, yang

menggunakan metode deduktif, yaitu kerangka berfikir dengan

cara menarik kesimpulan dari data yang bersifat umum ke dalam

data yang bersifat khusus dan data yang diperoleh responden

ditarik untuk menggambarkan populasi dengan menggunakan

metode induktif yaitu kerangka berpikir dengan menarik

kesimpulan dari data yang bersifat umum. Analisis data dilakukan

secara kualitatif, komperhensif dan lengkap. Analisis kualitatif

artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat

yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif,

sehingga memudahkan interprestasi data dan pemahaman

analisis.32

32
Abdulkadir Muhammad, op.cit., hlm. 127.
24
25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Sampai saat ini istilah kontrak atau perjanjian seringkali

masih dipahami secara rancu dalam praktik bisnis. Pelaku bisnis

banyak yang memahami bahwa kedua istilah tersebut mempunyai

pengertian yang berbeda. Padahal, secara dogmatik, KUH Perdata

sebagai produk hukum kontrak warisan kolonial Belanda

menggunakan istilah overeenkomst dan contract untuk pengertian

yang sama.33

Dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

menyatakan sebagai berikut:

“Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap suatu orang lain atau lebih”

Oleh karenanya, perjanjian itu berlaku sebagai suatu

Undang-undang bagi pihak yang saling mengikatkan diri, serta

mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang atau dua

pihak tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan

suatu perikatan antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan


33
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahamai Kontrak Dalam Prepektif
Filsafat, Teori, Dogmatik, Dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), Mandar Maju,
Bandung, 2012, hlm. 15.
26

perjanjian yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis.34

Ada dua bentuk tindakan atau perbuatan manusia, yaitu

tindakan yang berakibat hukum dan yang tidak berakibat hukum.

Akibat hukum itu timbul karena pernyataan kehendak orang yang

ditujukan untuk terjadinya atau berakibat hukum. Timbulnya akibat

hukum tersebut merupakan tujuan dari kehendak orang. Tindakan

demikian dinamakan tindakan hukum atau perbuatan hukum.

Timbulnya suatu akibat hukum, baik merupakan maupun tidak

merupakan tujuannya, maka tindakan tersebut dikenal dengan

tindakan materil.35

Adapun definisi perjanjian menurut R. Subekti dalam

bukunya Hukum Perjanjian menjelaskan perjanjian merupakan suatu

pristiwa bahwa seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.36 Selanjutnya

pendapat lain mengartikan perjanjian atau kontra ini tidak harus

tertulis, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan cara lisan, dimana

dalam perjanjian itu adalah merupakan perkataan yang mengandung

janji-janji yang diucapkan atau ditulis.37 Dari uraian mengenai


34
Ibid, hlm. 15.
35
Herlaien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm. 1.
36
Satrio Abdillah, Pendapat Para Ahli Hukum, diunduh pada tanggal 10 juli 2017 dari
http://satrioabdillah.blogspot.co.id/2012/03/pendapat-para-ahli-hukum-tentang-pasal.html
37
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Laihir Dari Perjanjian Buku II, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 322.
27

perjanjian yang telah disebutkan diatas dapat dilihat bahwa dalam

suatu perjanjian itu akan menimbulkan suatu hubungan yang

berakibat hukum dari masing-masing pihak yang membuat suatu

perjanjian.

Pasal 1320 BW syarat (1) mensyaratkan adanya

kesepakatan sebagai salah satu syarat keabsahan kontrak.

Kesepakatan mengandung pengertian bahwa para pihak saling

menyatakan kehendak masing-masing untuk menutup suatu

perjanjian atau persyaratan pihak yang satu atau bersesuaian dengan

pihak yang lain.38

2. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian atau kontrak secara umum lahir pada saat

tercapainya kesepakatan para pihak mengenai hal yang pokok atau

unsur esensial dari kontrak tersebut. walaupun dikatakan bahwa

kontrak lahir pada saat terjadinya kesepakatan mengenai hal pokok

dalam kontrak tersebut, namun masih ada hal lain yang harus

diperhatikan, yaitu syarat sahnya kontrak sebagai mana diatur dalam

Pasal 1320 BW, yaitu :39

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

38
Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 162.
39
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perorangan dan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hlm. 13.
28

Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk

terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan ini dapat terjadi dengan

berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya

penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara

untuk terjadinya penawaran tersebut dapat dilakukan dengan

cara teges maupun tidak tegas, yang penting dapat dipahamai

atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran

dan penerimaan. Terjadinya penawaran dan penerimaan

meliputi:

1. Dengan cara tertulis,


2. Dengan cara lisan,
3. Dengan simbol-simbol tertentu, bahkan
4. Dengan berdiam diri.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Untuk mengadakan kontrak, para pihak harus cakap namun

dapat saja terjadi bahwa para pihak atau salah satu pihak yang

mengadakan kontrak adalah tidak cakap menurut hukum.

Seseorang menurut hukum tidak cakap untuk melakukan

kontrak jika orang tersebut belum berumur 21 tahun, kecuali

jika ia telah kawin sebelum cukup berumur 21 tahun ke atas.

c. Suatu hal tertentu

Dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan

ditentukan para pihak, oleh perjanjian tersebut dapat berupa

barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat

sesuatu.
29

d. Suatu sebab yang halal

Istilah kata halal bukanlah lawan kata haram dalam hukum

islam, tetapi yang dimaksud dengan halal adalah bahwa isi kontrak

tersebut tidak bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan.

Dua syarat pertama, disebut syarat subjektif, karena menyangkut

subjeknya atau para pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan

dua syarat terakhir adalah mengenai objeknya disebut syarat objektif.40

Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, dimaksudkan

bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus

bersepakat, setuju atau seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari

perjanjian yang diadakan itu.41

Menurut pasal 1329 KUHPerdata:

“ Tiap orang berwenang untuk membuat perikatan, kecuali jika ia


dinyatakan tidak cakap untuk hal itu.”42

Menurut pasal 1330 KUHPerdata :


“ Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah :
1. Anak yang belum dewasa;
2. Orang yang ditaruh dipengampuan;
3. Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan
undang-undang, dan semua orang kepada siapa Undang-
Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian
tertentu.”43

3. Unsur Perjanjian

40
Djaja s. meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW,Penerbit Nuansa Aulia, Bandung,
2013 Hal169
41
Subekti,Op.Cit, Hal 17
42
KUHPerdata, WIPRESS, 2008
43
KUHPerdata, WIPRESS, 2008
30

Dalam suatu kontrak dikenal dengan tiga unsur, yaitu sebagai

berikut:44

a. Unsur esensiali

Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu

kontrak karena tanpa adanaya kesepakatan tentang unsur sesiali

ini maka tidak ada kontrak.

b. Unsur naturalia

Unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam

Undang-undang sehingga apabila diatur oleh para pihak dalam

kontrak, Undang-undang yang mengaturya. Dengan demikian,

unsur naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada

dalam kontrak.

c. Unsur aksidentalia

Unsur aksidentalia merupakan uinsur yang nanti ada atau

mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya.

4. Asas-asas Hukum Suatu Perjanjian

Hukum kontrak atau yang disebut dengan perjanjian memiliki asas-

asas yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Asas kebebasan berkontrak

Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata mengenai asas

kebebasan berkontrak yang menyatakan sebagai berikut:

44
Ibid, hlm. 31.
31

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku


sebagai Undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”

Sehingga kebebasan berkontrak memberikan jaminan

kepada para pembuat perjanjian secara bebas dalam beberapa

hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya adalah

sebagai berikut:45

1) Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau


tidak,
2) Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan
perjanjian,
3) Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian,
4) Bebas menentukan bentuk perjanjian,
5) Kebebasan lainya yang dianggap tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

b. Asas Konsensualisme

Asas ini termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang

menyatakan bahawa, untuk sahnya sebuah perjanjian diperlukan

adanya empat syarat yaitu sebagai berikut:

1) Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan dirinya (de


toesteming),
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (de
bekwaamhing),
3) Suatu hal tertentu (een bepald onderwerp),
4) Suatu penyebab yang legak (een geoorloofde oorzaak).

Sehingga asas konsensual menganut paham dasar suatu

perjanjian itu sudah lahir sejak tercapainya kata sepakat.46

Suatu perjanjian timbul apabila ada konsensus atau

persesuaian kehendak antara para pihak. Dengan kata lain,

45
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 9.
46
I.G. Rair Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Jakarta, Ksiant Blanc, 2008, hlm. 35.
32

sebelum tercapainya kata sepakat, perjanjian tidak menikat.

Konsesus tersebut tidak perlu ditaati apabila salah satu pihak

menggunakan paksaan, penipuan, ataupun terdapat kekeliruan

akan objek kontrak.47

c. Asas pacta sun servanda

Asas pacta sunt servanda sangat berkaitan dengan akibat

dari sebuah perjanjian antar para pihak yang mebuatnya. Asas

pacta sun servanda ditentukan dalam Pasal 1338 KUH Perdata,

dalam Pasal tersebut menyatakan bahwa:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku


sebagai Undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”.

Dalam sebuah perikatan atau perjanjian sudah termasuk

didalamnya kesepakatan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh

para pihak. Jika salah satu dari pihak tidak bisa melaksanakan

kesepakatan akan melalui mekanisme hukum yang berlaku,

sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Hal ini dapat

diartikan bahwa, suatu kontrak telah terdapat didalamnya janji

yang mengikat para pihak sesuai dengan undang-undang. 48

d. Asas keperibadian (personalitas)

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan

47
Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,
hlm. 5.

48
Salim HS, op.cit., hlm. 158.
33

saja. Sehingga dalam Pasal 1315 KUH Perdata, yang

menyatakan bahwa:

“Pada umumnya seseorang dapat mengadakan


perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”

Sehingga asas personalitas menunjukan bahwa suatu

perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya selaku

individu maupun sebagai subjek hukum pribadi, hanya berlaku

dan mengikat untuk dirinya sendiri.

B. Kajian Umum Tentang Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Suatu perjanjian yang sudah saling disepakati sudah

selayaknya untuk dihormati dan dilaksanakan oleh para pihak. Prinsip

melaksanakan perjanjian yaitu mewujudkan atau melaksanakan apa

yang menjadi isi dalam perjanjian, atau mewujudkan prestasi dalam

perjanjian. Adapun bentuk-bentuk prestasi dalam perjanjian menurut

ketentuan pasal 1234 KUH Perdata adalah : memberi sesuatu, berbuat

atau melakukan sesuatu dan tidal berbuat sesuatu, dengan syarat

prestasi tersebut harus diperkenankan, harus tertentu atau dapat

ditentukan dan harus mungkin dilaksanakan.

Jika seseorang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan

perjanjian itu, kewajiban bagi pihak-pihak untuk melaksanakan atau

jika tidak memenuhi atau melaksanakan kewajiban sebagaimana

ditetapkan dalam perikatan atau perjanjian tersebut sesuai dengan


34

ketentuan-ketentuan yang berlaku maka disebut wanprestasi.49

Selanjutnya mengenai pengertian wanprestasi dapat dikemukakan

disini, manurut Mariam Darus Badrulzaman, adalah :

1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan.

2. Debitur terlambat memenuhi perikatan, dan

3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa wanprestasi itu pada hakekatnya suatu tindakan

seseorang yang terikat suatu perjanjian yang tidak dapat melaksanakan

prestasinya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan disepakati

sebelumnya. Wanprestasi itu sendiri tentu akan membawa

kekecewaan bagi kreditur, sebab kewajiban debitur atau prestasi yang

diharapkan oleh pihak kreditur tidak dapat dipenuhi.

2. Saat terjadinya Wanprestasi

Menurut Abdulkadir M, sesorang itu dikatakan lalai, apabila

pihak dalam perjanjian tersebut berada dalam tiga hal, yaitu :

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru.

3. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya.

49
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam Perpektif BW, Nuansa Aulia, Bandung, 2012,
hlm. 168.
35

Sedangkan menurut Subekti, seseorang itu dikatakan lalai

(wanprestasi), apabila ia tidak memenuhi kewajibannya, atau terlambat

memenuhi kewajibannya, tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan.

Untuk menyatakan salah satu pihak tersebut telah melakukan

wanprestasi, undang-undang telah menentukan terlebih dahulu harus

diperlukan suatu pernyataan lalai atau alpa. Pernyataan lalai atau alpa

ini merupakan hukum untuk sampai kepada suatu tahap di mana

misalnya debitur dinyatakan ingkar janji atau prestasi.

Di dalam Pasal 1238 KUH Perdata menyatakan bahwa:

“Si berutang tadi, apabila ia dengan surat perintah atau


dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,
ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang akan
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.”
Wanprestasi terjadi disebabkan karena adanya kesalahan, kelalaian,

dan kesengajaan. Debitur berkewajiban untuk menyerahkan suatu

barang, tidak ada kewajiban untuk memelihara barang sebagaimana

disyaratkan oleh undang-undang, bertanggung jawab atas berkurangnya

nilai harga barang tersebut karena kesalahan.50

Untuk menentukan unsur kelalaian atau kealpaan tidaklah mudah

perlu dilakukan pembuktian, karena seringkali tidak dijanjikan dengan

tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang

dijanjikan.51 Yang paling mudah untuk menetapkan seorang melakukan

wanprestasi ialah dalam perjanjian yang bertujuan untuk tidak

50
Yahya, Op.Cit, Hal 60
51
Yahman, Op.Cit, Hal 84
36

melakukan suatu perbuatan. Apabila orang itu melakukannya berarti ia

melanggar perjanjian, ia dapat dikatakan melakukan wanprestasi.52

3. Akibat Wanprestasi

Terhadap kelalaian atau kealapaan debitur untuk melakukan

sesuatu sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian akan

mempunyai akibat-akibat yang tidak enak bagi pihak debitur

sebagaimana berikut ini.53

1. Debitur harus membayar ganti kerugian yang telah diderita


oleh kreditur (Pasal 1234 KUH Perdata).
2. Perikatan tetap ada, kreditur masih menuntut kepada debitur
pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di
samping itu, kreditur berhak untuk menuntut ganti rugi akibat
keterlambatan melaksanakan prestasinya, hal ini disebabkan
kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur
melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.
3. Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadi wanprestasi
(Pasal 1237 ayat (2) KUH Perdata). Ketentuan ini hanya berlaku
bagi perikatan untuk memberikan sesuatu.
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik,
kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266
KUH Perdata.

Untuk menilai besarnya kerugian yang dialami oleh

kreditur akibat wanprestasi ini ada dua teori yang dapat dipergunakan:

1. Teori Conditio Sine Quanon, yan mengajarkan bahwa

seluruh akibat yang muncul, karena ditimbulkan oleh suatu

sebab, baik itu merupakan akibat yang langsung ataupun

sebagai akibat yang tidak langsung dari suatu sebab. Teori

52
Subekti, Op.Cit, Hal 46
53
Salim HS, op.cit., hlm. 180.
37

ini tidak diikuti oleh para hakim dalam menilai kerugian

akibat wanprestasi.

2. Teori Adequate Veroozaking, yang mengajarkan bahwa suatu

peristiwa dianggap sebagai akibat dari suatu peristiwa yang lain,

apabila peristiwa yang pertama secara langsung diakibatkan

oleh peristiwa kedua dan menurut pengalaman dalam

masyarakat dapat diduga akan terjadi. Teori ini yang diikuti oleh

para hakim.

Selain dua teori tentang ajaran penggantian kerugian seperti di

atas, di dalam proses peradilan seorang hakim diberi kewenangan

“descrecionaire”, yaitu suatu kewenangan hakim untuk menilai

seberapa besar kerugian yang dialami pihak kreditur sebagai akibat dari

wanprestasi tersebut.54

C. Kajian Umum Tentang Keagenan

Pengertian Agen dan Keagenan Agen adalah seseorang yang

melakukan suatu perbuatan hukum dan menciptakan akibat hukum untuk

kepentingan orang lain.55 Sedangkan keagenan atau jasa keagenan adalah

jenis usaha jasa perantara untuk melakukan suatu transaksi bisnis tertentu

yang menjadi penghubung antara prinsipal dengan konsumen dan agen

adalah perantara dalam jasa keagenan ini. Jenis-jenis keagenan adalah

sebagai berikut:

54
Eka Suniarti, Tesis : Tanggung Jawab PT Pos Indonesia (Persero) dalam Perjanjian
Pengangkutan Paket Pos, Universitas Bengkulu, 2012, Hlm. 22.
55
Subekti, Op.cit., hlm. 158.
38

a. Agen Manufaktur adalah agen yang berhubungan langsung dengan

pabrik untuk melakukan pemasaran atas seluruh atau sebagian

barang-barang hasil produksi tersebut.

b. Agen Penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak

penjual, yang bertugas untuk menjual barang-barang milik pihak

prinsipal kepada pihak konsumen.

c. Agen Pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak

pembeli, yang bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas

barang-barang yang telah ditentukan.

d. Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum

untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah

ditentukan.

e. Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus

per kasus atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut.

f. Agen Tunggal/Ekslusif adalah penunjukan hanya satu agen untuk

mewakili prisnsipal untuk suatu wilayah tertentu seperti agen gas

LPG.

Pihak lain dalam keagenan adalah prinsipal, yaitu orang atau

badan hukum yang memberi perintah kepada agen dan segala akibat

hukum dari perbuatan hukum yang akan dilakukan adalah menjadi

tanggung jawab dari prinsipal. Jadi, agen diberi kuasa oleh prinsipal

untuk bertindak untuk dan atas nama pihak prinsipal untuk

melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Dalam hal nya


39

penelitian ini, PT. Andisa Kurnia Usaha yang merupakan agen

bertugas untuk menyalurkan dan memasarkan gas LPG 3 Kg kepada

masyarakat atas nama PT.Pertamina sebagai prinsipal.

Prinsipal membutuhkan jasa dari seorang agen karena

beberapa sebab, seperti:56

a. Prinsipal tidak menguasai area pemasaran untuk memasarkan

barang dan/ atau jasanya.

b. Prinsipal terlalu sibuk dengan pekerjaan pokoknya sehingga

harus melakukan pendelegasian pekerjaannya.

c. Prinsipal membutuhkan pihak lain yang memiliki koneksi atau

hubungan bisnis serta jaringan pemasaran yang luas sehingga

sasaran dan target pemasaran barang dan/ atau jasanya segera

terealisasi. Secara tidak langsung jasa keagenan tumbuh secara

signifikan.

Hal itu karena peran jasa keagenan dibutuhkan oleh berbagai

pelaku usaha yang memiliki hambatan dalam hal teritorial, koneksi

dan kesibukan dari pihak tersebut. Maka dari itu, diperlukannya

seorang agen untuk mengerjakan tugas-tugas atau pendelegasian

pekerjaan dari prinsipal.

56
Levi Lana, “Problematika Hukum Dalam Jasa Keagenan”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.
13, April 2001.
40

BAB III

BENTUK WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN ANTARA PT. ANDISA

KURNIA USAHA DENGAN USAHA PERSEORANGAN TENTANG

PENGADAAN GAS LPG 3KG BAGI MASYAKARAT DI KABUPATEN

BENGKULU TENGAH

A. Isi Perjanjian Antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan Usaha


Perseorangan tentang pengadaan Gas LPG 3kg bagi Masyarakat di
Kabupaten Bengkulu Tengah.
41

Peranjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan

kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-

kutub hak dan kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian

dan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban. Isi perjanjian

merupakan inti dari perjanjian dimana kesepakatan kedua belah pihak

kemudian dituangkan dalam klausula-klausula tertulis. Isi Perjanjian berisi

tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak masing-masing. Hak

merupakan Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya

tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan kewajiban merupakan sesuatu

yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab. Adapun hak dan

kewajiban para pihak yaitu PT Andisa Kurnia Usaha dengan pihak

perusahaan perseorangan yaitu Pangkalan LPG 3Kg berdasarkan isi

perjanjian yaitu sebagai berikut :

1. Hak PT Andisa Kurnia Usaha dan Pangkalan LPG 3Kg yaitu sebagai

berikut:57

a. Hak PT Andisa Kurnia Usaha

a) Berhak menerima pembayaran dari pihak kedua atas Tabung Gas

LPG 3 Kg Baru beserta isinya seharga Rp. 150.000/Tabung.

b) Berhak melakukan peringatan dan mengakhiri perjanjian jika

Pangkalan Gas LPG 3 Kg melakukan wanprestasi.

b. Hak Pangkalan LPG 3 Kg

57
Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama Pangkalan LPG 3 Kg, Nomor:
34/AKU-SPP/BT/2018.
42

a) membeli tabung LPG 3Kg baru beserta isinya 150.000 (seratus

lima puluh ribu ) per tabung.

b) berhak menyalurkan Gas LPG 3Kg ke seluruh Desa yang ada di

daerah atau wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah.

c) berhak mengetahui segala bentuk pengurangan atau penambahan

volume kontrak oleh pihak pertama

d) berhak atas volume kontrak 500 Tabung Gas/Bulan atau 20

Tabung Gas/hari, tergantung dengan alokasi yang diberikan oleh

PT. Pertamina (PERSERO).

2. Kewajiban PT. Andisa Kurnia Usaha dan Pangkalan Gas LPG 3kg

a. Kewajiban PT. Andisa Kurnia Usaha

a) Wajib menyerahkan rencana alokasi (Kitir) kepada Pangkalan Gas

LPG 3kg setiap bulan maksimal 1 hari sebelum memasuki bulan

berikutnya.

b) Segala bentuk pengurangan dan penambahan Volume Kotrak oleh

PT. Andisa Kurnia Usaha wajib di ketahui oleh Pangkalan Gas

LPG 3kg serta dilaporkan kepada PT. Pertamina.

b. Kewajiban Pangkalan Gas LPG 3kg

a) Melayani konsumen dengan baik dan sopan

b) Bekerjasama secara baik dengan PT. Andisa Kurnia Usaha untuk

kelancaran penyaluran dan ditribusi LPG 3 Kg untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.
43

c) Aktif dan bertanggungjawab dalam pengusahaan dan pelayanan

kepada konsumen dan menjaga citra PT. Andisa Kurnia Usaha

terhadap masyarakat dengan menjamin pelayanan yang

memuaskan dan optimal bagi para konsumen.

d) mempunyai perizinan yang ditentukan oleh pemerintah daerah.

e) menyediakan alat pemadam kebakaran dan timbangan yang sesuai

dan memenuhi syarat.

f) menyediakan tempat atau gudang yang aman untuk penyimpanan

LPG 3 Kg.

g) mempunyai Tabung Gas LPG 3 Kg sendiri untuk perputarannya /

rolling.

h) Memasang papan pangkalan dan identitas pangkalan yang

terdapat keterangan HET, nama pangkalan, dan contact keluhan

pelanggan serta ditempatkan di lokasi yang terlihat dengan jelas

oleh umum.

i) Menjual LPG dengan hanya kepada pengguna rumah tangga dan

usaha mikro (sesuai dengan peraturan Menteri ESDM No. 26

Tahun 2009 Pasal 18)

j) Mengisi Log Book sesuai dengan tata cara yang berlaku

k) Dilarang menimbun LPG 3Kg dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan pribadi, pihak lain yang dapat menyebabkan

kelangkaan LPG 3 Kg.


44

l) Dilarang mengurangi dan memindahkan / mengoplos isi LPG 3

Kg ke tabung lain, apabila Pangkalan LPG 3 Kg melakukan hal

tersebut, maka menjadi tanggung jawab Pangkalan Gas LPG 3 Kg

tanpa melibatkan PT. Andisa Kurnia Usaha dan akan melakukan

pengehentian pasokan LPG 3 Kg serta dilakukan pemutusan

hubungan hubungan usaha.

m) Tidak boleh mengambil LPG 3 Kg dari Agen lain dan pangkalan

lain kecuali atas persetujuan PT. Andisa Kurnia Usaha atau PT

Pertamina

n) Tidak akan menjual atau memperdagangkan jatah alokasi

pangkalannya kepada pangkalan lain dan atau memindah

tangankan pangkalan pihak lain.

o) Menjual Gas LPG 3 Kg sesuai dengan harga ecerean tertinggi

(HET) Rp. 15.300 / Tabung (dan atau sesuai dengan ketentuan

yang berlaku).

p) Menerima dan menyimpannota transaksi pembelian, LPG 3 Kg

dengan lengkap dan rapih dan pihak PT Andisa Kurnia Usaha

serta harus dapat memperlihatkan apabila ada pemeriksaan dari

PT Pertamina.

q) Tidak diperbolehkan menunjuk pihak lain untuk mengelola

pangkalannya

r) Wajib mematuhi pertauran kode etik LPG 3 Kg


45

s) Pembayaran tunai atau non tunai sesuai dengan kebijakan PT.

Pertamina di Kabupaten/Kota yang ditunjuk

t) Dilarang mengambil Bright Gas 5,5 Kg dari Agen lain dan pihak

lain seain persetujuan pihak PT. Andisa Kurnia atau Pihak PT.

Pertamina.

Jika diperhatikan lebih lanjut, maka dapat dilihat bahwa kewajiban

isi perjanjian lebih banyak dibebankan kepada pangkalan Gas LPG 3 Kg

yang merupakan perusahaan perseorangan. Meskipun demikian setiap

kewajiban yang hars dilaksanakan oleh pangkalan merupakan klausula-

klausula baku yang ditetapkan agar tercipta penyaluran Gas LPG 3 Kg

kepada masyarakat dengan lancar dan harga yang seimbang.

B. Bentuk Wanprestasi dalam Perjanjian Antara PT. Andisa Kurnia Usaha


dengan Usaha Perseorangan tentang pengadaan Gas LPG 3kg bagi
masyakarat di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Setiap pihak yang melakukan perjanjian pasti mengharapkan dalam

pelaksanaannya perjanjian tersebut dapat berjalan dengan lancar, akan tetapi

tetap saja suatu perjanjian tidak selalu berjalan mulus dan ada saja pihak-

pihak yang melakukan wanprestasi. Dengan adanya wanprestasi yang

dilakukan oleh salah satu pihak maka akan menimbulkan masalah atau

sengketa yang baru dan menyebabkan anggapan yang buruk oleh salah satu

pihak kepada pihak yang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1548 sampai dengan

Pasal 1600, sifat aturan tersebut mengikat para pihak yang menimbukan
46

konsekuensi diantara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

Suatu perjanjian yang telah disepakati haruslah dilaksanakan oleh para

pihak sesuai dengan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut. Akan

tetapi ada kalanya dalam suatu perjanjian, perjanjian tersebut tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, baik karena

kelalaian salah satu pihak dalam perjanjian atau kedua belah pihak. Selain itu

penyebab wanprestasi oleh salah satu pihak yang lain yang dengan sengaja

melakukan wanprestasi demi mendapatkan keuntungan lebih.

Dalam perjanjian kerjasama pengadaan Gas antara PT. Andisa Kurnia

Usaha dengan pihak Pangkalan gas LPG 3 Kg terdapat wanprestasi yang

dilakukan oleh salah satu pihak yaitu pihak pangkalan gas LPG 3 Kg yang

berupa:58

a. Tidak memperbarui papan nama yang telah pudar.

Kelalaian yang dilakukan oleh pihak pangkalan salah satunya

yaitu tidak melakukan pengecekan terhadap papan nama, bagi yang

telah memasang papan nama. Papan nama yang telah dipasang

telah pudar sehingga tidak ada lagi informasi yang dapat dibaca

oleh masyarakat. Papan nama yang bertujuan untuk memberikan

informasi menjadi tidak lagi sesuai dengan fungsinya sebab

tulisan-tulisan yang tertulis di papan nama tersebut telah hilang dan

tidak diperbaharui.

58
Wawancara dengan Andrina Wahyuni Zikri, Direktur PT Andisa Kurnia Usaha di Jalan
Raya Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah, pada tanggal 9 April 2019.
47

b. Tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan timbangan yang

sesuai dan memenuhi syarat.

Alat pemadam kebakaran berupa tabung yang berisi gas untuk

memadamkan api jika kemungkinan terjadi kebakaran di gudang

pangkalan. Kemungkinan kebakaran sangat besar karena gudang

pangkalan umumnya terisi penuh oleh gas. Akan tetapi pada

kenyataannya pada pelaksanaan perjanjian beberapa pangkalan

tidak memenuhi kewajibannya untuk memasang alat pemadam

kebakaran. Selain tidak memasang alat pemadam kebakaran

adapula pangkalan yang telah memasang alat pemadam kebakaran

akan tetapi alat pemadam tersebut telah kadaluarsa dan tidak dapat

digunakan.

c. Tidak Menjual LPG dengan hanya kepada pengguna rumah tangga

dan usaha mikro (sesuai dengan peraturan Menteri ESDM No. 26

Tahun 2009 Pasal 18)

Dalam Perjanjian Antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan

Pangkalan juga di jelaskan bahwa Pangkalan hanya boleh

memasarkan Gas LPG 3kg kepada pengguna rumah tangga dan

Usaha Mikro saja sesuai yang telah di atur dalam Peraturan Menteri

ESDM No.26 Tahun 2009 Pasal 18. Dalam kenyataannya

Pangkalan Gas LPG 3kg masih memasarkan Gas LPG 3kg tidak

untuk pengguna rumah tangga dan usaha mikro, akan tetapi juga

memasarkan Gas LPG 3kg kepada warung-warung untuk kemudian


48

di ecer lagi kepada rumah tangga dan usaha mikro. Hal ini dapat

membuat Harga Gas LPG 3kg jauh di atas HET yang telah

ditentukan oleh Agen PT. Andisa Kurnia Usaha.

d. Menjual LPG 3 Kg tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi

(HET) yaitu Rp. 15.300 / Tabung, tetapi dengan harga yang lebih

tinggi.

Salah satu wanprestasi yang dilakukan oleh pangkalan yaitu

menjual Gas LPG 3 Kg di atas Harga Eceran tertinggi (HET).

Bentuk wanprestasi yang demikian telah banyak terjadi di

kalangan pangkalan Gas LPG 3 Kg. Terutama saat Gas LPG

3 Kg mengalami kelangkaan sementara permintaan dan

kebutuhan akan Gas bertambah banyak setiap harinya.

Berdasarkan pembahasan bentuk-bentuk wanprestasi di atas

dapat dilihat bahwa bentuk-bentuk wanprestasi lebih banyak

dilakukan oleh pihak pangkalan yang merupakan perusahaan

perorangan. Hal ini sesuai dengan isi perjanjian yang dalam

pembentukan isinya kewajiban pangkalan lebih banyak dibanding

kewajiban Agen yaitu PT. Andisa Kurnia Usaha.


49

BAB IV
UPAYA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN
ANTARA PT. ANDISA KURNIA USAHA DENGAN USAHA
PERSEORANGAN TENTANG PENGADAAN GAS LPG 3 KG
BAGI MASYARAKAT DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian


Antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan Usaha Perseorangan
tentang pengadaan gas LPG 3kg bagi Masyarakat di Kabupaten
Bengkulu Tengah.

Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu.59 Tidak terkecuali ketika dalam

perjanjian terdapat pihak yang melakukan wanprestasi atau ingkar janji,

hal tersebut tentu disebabkan oleh beberapa hal. Adapun dalam perjanjian

pengadaan Gas LPG 3 Kg antara PT. Andisa Kurnia Usaha dengan

59
Diunduh dari http://kbbi.web.id/faktor diakses pada tanggal 5 September 2019.
50

pangkalan Gas LPG 3 Kg, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pangkalan Gas LPG 3 Kg tidak melaksanakan apa yang menjadi

kewajibannya, beberapa faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Sebab tidak memperbarui papan nama yang telah pudar.

Kewajiban membuat papan nama bagi pangkalan Gas LPG 3

Kg yaitu bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen

tentang Identitas atau nama pangkalan yang dimiliki, kemudian Harga

Eceran Terendah (HET), berisi nomor telephone atau kontak

Pemerintah Daerah, Kontak Pertamina, dan kontak Agen dalam hal ini

yaitu PT.Andisa Kurnia Usaha. Informasi tersebut berfungsi bagi

masyarakat jika ingin melakukan pengaduan tentang keluhan terhadap

gas yang dibeli. Menurut Megawati60, sebab tidak diperbaruinya papan

nama merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membuat papan nama

serta anggapan pemilik pangkalan yang menganggap bahwa

masyarakat Desa sekitar telah banyak mengenal pangkalan Gas

tersebut sehingga merasa tidak perlu utnuk dibuat yang baru.

b. Sebab tidak memperbarui tabung pemadam yang telah kadaluarsa.

Keamanan dan keselamatan kerja menjadi prioritas di tempat

kerja, terutama Agen yang menjual Gas LPG 3kg karena dengan

risiko kebakaran sangat tinggi di himbau oleh PT. Pertamina untuk

memiliki Alat Pemadam Api setiap Pangkalan dan Agen Gas LPG 3kg
60
Wawancara dengan Megawati, karyawan pangkalan Gas LPG 3 Kg milik Sri Budiman
di Desa Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah pada tanggal 10 April 2019.
51

hal ini bertujuan ketika terjadi kebakaran di Pangkalan atau Agen Gas

LPG 3kg dapat segera di padamkan sehingga api tidak akan membesar

dan menghabiskan aset yang ada.

Hampir semua pangkalan Gas LPG 3Kg memiliki tabung

pemadam kebakaran, hanya saja tabung tersebut telah kadaluarsa dan

tidak berfungsi. Menurut Muniratul Fatriyah,61 alasan belum

diperbaruinya tabung gas yang ada yaitu disebabkan pemilik

pangkalan lupa mengecek bahwa isi tabung pemadam kebakaran telah

kadaluarsa. Selain lupa tidak melakukan pengecekan pangkalan Gas

LPG 3kg juga beralasan bahwa harga tabung yang mahal membuat

mereka tidak menggantinya dengan isi ulang yang baru meskipun

mengetahui isi telah kadaluarsa.

Kelalaian dengan tidak mengisi ulang tabung pemadam

kebakaran ini tentu akan berakibat pada berbahayanya gudang yang

digunakan, terutama jika jumlah Gas LPG 3kg yang tidak sedikit.

c. Tidak Menjual LPG dengan hanya kepada pengguna rumah tangga

dan Usaha Mikro (sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 26

Tahun 2009 Pasal 18)

Faktor yang mempengaruhi pangkalan LPG 3 Kg Menjual Gas

LPG 3kg tidak hanya kepada pengguna rumah tangga dan Usaha

61
Wawancara dengan Muniratul Fitriyah, pemilik pangkalan Gas LPG 3 Kg di Desa
Kembang Seri, Kecamatan Talang Empat Bengkulu Tengah pada tanggal 10 April 2019.
52

Mikro menurut Yandi62 yaitu Karena Pangkalan Gas LPG 3kg tidak

memperdulikan siapa yang membeli Gas LPG 3kg, sebab warung-

warung membeli Gas LPG 3kg tidak hanya membeli 1 atau 2 Gas

LPG 3kg tetapi dalam jumlah yang relatif banyak sehingga Pangkalan

LPG 3kg dapat menghabiskan penjualan Gas LPG 3kg sesuai dengan

tabung Gas yang dimiliki pangkalan Gas LPG 3kg sehingga dapat di

isi kembali secara penuh oleh Agen PT. Andisa Kurnia Usaha sesuai

Alokasi yang telah di tentukan.

d. Menjual LPG 3 Kg tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET)

yaitu Rp. 15.300 / Tabung, tetapi dengan harga yang lebih tinggi

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Penjualan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang hal tersebut

tentu dapat merugikan masyarakat. Karena di dalam Perjanjian antara

PT. Andisa Kurnia Usaha dengan Usaha Perseorangan atau Pangkalan

Gas LPG 3kg telah di tentukan Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu

Rp. 15.300. Menurut Pangkalan Anda Faktor yang mempengaruhi

Pangkalan Gas LPG 3kg Menjual Gas LPG 3kg di atas Harga Eceran

Tertinggi (HET) disebabkan oleh keinginan pemilik Pangkalan untuk

memperoleh keuntungan yang lebih besar dari harga yang telah

diperjanjikan dengan PT. Andisa Kurnia Usaha.63

62
Wawancara dengan Yandi, pemilik pangkalan Gas LPG 3 Kg Desa Nakau Kecamatan
Talang Empat, pada tanggal 10 April 2019.
63
Wawancara dengan Anda, pemilik pangkalan Gas LPG 3 Kg Desa Pekik Nyaring,
Kecamatan Pondok Kelapa, pada tanggal 10 April 2019.
53

B. Upaya Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Antara PT.

Andisa Kurnia Usaha dengan Usaha Perseorangan tentang pengadaan

Gas LPG 3kg bagi masyakarat di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Secara umum Kreditur dapat menuntut debitur yang telah

melakukan wanprestasi hal-hal sebagai berikut :64

a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur;

b. Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur

(Pasal 1267 KUH Perdata);

c. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin

kerugian karena keterlambatan (HR 1 November 1918);

d. Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian;

e. Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur.

Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda.

Adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam

hal ini yaitu pangkalan gas LPG 3Kg yang merupakan Usaha

Perseorangan tidak serta merta kemudian perjanjian menjadi berakhir.

Pada perjanjian ini para pihak berusaha menyelesaikan sengketa dan

masalah dengan cara-cara yang telah disediakan oleh Hukum Perdata

dalam memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Pada perjanjian

pengadaan Gas LPG 3 Kg antara PT Andisa Kurnia Usaha dengan

Pangkalan LPG 3 Kg, ketika pangkalan gas LPG 3Kg melakukan beberapa

wanprestasi terhadap beberapa isi perjanjian maka Agen Gas LPG 3kg PT.

64
R. Subekti. Op.cit, hal. 45.
54

Andisa Kurnia Usaha kemudian melakukan penyelesaian dengan tahapan-

tahapan sebagai berikut:65

1. Memanggil pemilik pangkalan ke kantor PT. Andisa Kurnia Usaha

untuk diberikan pembinaan.

Memanggil pihak pangkalan Gas LPG 3 Kg yang melakukan

wanprestasi merupakan salah satu cara yang pertama sekali dilakukan

untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap penyelesaian ini, pihak

yang pangkalan Gas LPG 3 Kg diminta untuk datang ke kantor Agen

atau kantor PT.Andisa Kurnia yang beralamat di Jalan Raya Pekik

Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Setelah datang

ke kantor agen PT. Andisa Kurnia Usaha kemudian Pangkalan Gas

LPG 3 Kg mendapatkan pembinaan dari pihak Agen dengan cara

memperlihatkan dan menjelaskan kembali perjanjian kerjasama yang

telah dibuat oleh kedua belah pihak yang berisi hak dan kewajiban PT.

Andisa Kurnia Usaha dan hak dan kewajiban pangkalan Gas LPG 3

Kg.

Adapun dalam proses menjelaskan isi perjanjian kembali

tersebut, pihak Agen akan menjelaskan kembali klausula-klausula

mana yang telah dianggap diingkari oleh pihak pangkalan Gas LPG 3

Kg. Setelah dilakukan pembinaan kemudian pihak pangkalan Gas

LPG 3 Kg diminta untuk melengkapi dan melaksanakan kewajiban

65
Wawancara dengan Andrina Wahyuni Zikri, Direktur PT Andisa Kurnia Usaha di Jalan
Raya Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah, pada tanggal 12 April 2019.
55

yang tidak dilaksanakan tersebut dan akan melakukan pengecekan

kembali ke gudang pangkalan Gas LPG 3 Kg secara langsung.

1. Memberikan surat peringatan 1, 2 sampai 3.

Jika setelah satu minggu kemudian hal-hal yang dijelaskan

pada saat pembinaan tidak dilaksanakan oleh pangkalan Gas LPG 3

Kg yang melakukan wanprestasi, maka kemudian akan diberikan surat

peringatan yang berisi tentang rekomendasi sesuai dengan perihal

yang tidak dilaksanakan oleh pihak pangkalan Gas LPG 3 Kg surat

peringatan ini juga disertai dengan pemotongan alokasi bulanan

terhitung sejak surat peringatan dibuat dan seterusnya.

2. Melakukan negosiasi

Jika dalam kurun waktu tertentu pihak pangkalan Gas LPG 3

Kg yang sama kembali melakukan wanprestasi maka kemudian PT.

Andisa Kurnia Usaha selaku pihak Agen melakukan negosiasi dengan

pihak pangkalan Gas LPG 3 Kg yang melakukan wanprestasi.

Negosiasi tersebut dilakukan dalam rangka membahas tentang

kelanjutan hubungan kerjasama jika pihak pangkalan tetap melakukan

ingkar janji terhadap isi perjanjian kerjasama antara kedua belah

pihak. Apabila perjanjian kerjasama ingin tetap dilanjutkan maka

pihak pangkalan untuk selanjutnya tidak boleh melakukan waprestasi

terhadap isi perjanjian.


56

3. Pemutusan perjanjian kerjasama

Pemutusan perjanjian kerjasama yang dimaksud yaitu

diakhirinya perjanjian oleh pihak agen yaitu PT Andisa Kurnia Usaha

untuk tidak lagi melakukan kerjasama pengadaan Gas LPG 3 Kg

dengan Pangkalan Gas LPG 3 Kg karena pangkalan yang telah

melakukan wanprestasi tersebut dianggap tidak serius melakukan

kerjasama dengan pihak Agen.

Berdasarkan beberapa upaya penyelesaian wanprestasi di atas salah

satu upaya hukum yang digunakan oleh para pihak dalam menyelesaikan

wanprestasi yaitu dengan melakukan negosiasi. Negosiasi berkaitan

dengan upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan sebelum kemudian

dilakukan pemutusan kerjasama oleh salah satu pihak yaitu PT. Andisa

Kurnia Usaha.
57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pangkalan Gas LPG 3 Kg


yaitu sebagai berikut:
a. Tidak memperbarui papan nama yang telah pudar. Kelalaian yang

dilakukan oleh pihak pangkalan salah satunya yaitu tidak melakukan

pengecekan terhadap papan nama, bagi yang telah memasang papan

nama. Papan nama yang telah dipasang telah pudar sehingga tidak ada

lagi informasi yang dapat dibaca oleh masyarakat.

b. Tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan timbangan yang sesuai

dan memenuhi syarat. Alat pemadam kebakaran berupa tabung yang

berisi gas untuk memadamkan api jika kemungkinan terjadi kebakaran


58

di gudang pangkalan. Kemungkinan kebakaran sangat besar karena

gudang pangkalan umumnya terisi penuh oleh gas.

c. Tidak Menjual Gas LPG 3kg dengan hanya kepada pengguna rumah

tangga dan Usaha Mikro (sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No.

26 Tahun 2009 Pasal 18). Dalam kenyataannya Pangkalan Gas LPG

3kg masih memasarkan Gas LPG 3kg tidak untuk pengguna rumah

tangga dan usaha mikro, akan tetapi juga memasarkan Gas LPG 3kg

kepada warung-warung untuk kemudian di ecer lagi kepada rumah

tangga dan usaha mikro. Hal ini dapat membuat Harga Gas LPG 3kg

jauh di atas HET yang telah ditentukan oleh Agen PT. Andisa Kurnia

Usaha.

d. Menjual LPG 3 Kg tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET)

yaitu Rp. 15.300 / Tabung tetapi dengan harga yang lebih tinggi. Salah

satu wanprestasi yang dilakukan oleh pangkalan yaitu menjual Gas

LPG 3 Kg di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Bentuk wanprestasi

yang demikian telah banyak terjadi di kalangan pangkalan Gas LPG 3

Kg.

2. Upaya penyelesaian yang dilakukan oleh para pihak dengan adanya

wanprestasi yaitu PT.Andisa Kurnia memberikan pembinaan terhadap para

pangkalan Gas LPG 3 Kg. Pembinaan merupakan langkah pertama yang

dilakukan oleh PT Andisa Kurnia Usaha dengan cara memanggil pihak

pangkalan Gas LPG 3 Kg yang melakukan wanprestasi terhadap isi


59

perjanjian kemudian menunjukan kembali isi perjanjian yang telah dibuat

dan dijelaskan kembali isi perjanjian tersebut kepada pihak pangkalan. Jika

telah dilakukan pembinaan pihak pangkalan tetap melakukan wanprestasi

kembali maka PT Andisa Kurnia Usaha kemudian memberikan surat

peringatan 1, 2 sampai ke 3. Jika surat peringatan 3 telah diberikan

kemudian pihak pangkalan Gas LPG 3 Kg tetap melakukan wanprestasi

maka PT. Andisa Kurnia Usaha melakukan negosiasi dengan pihak

pangkalan apakah perjanjian akan tetap dilanjutkan atau diakhiri.

B. Saran
1. Sebaiknya PT. Andisa Kurnia Usaha rajin melakukan pengecekan terhadap

pelaksanaan pengeceran Gas LPG 3 Kg yang dilakukan oleh pihak

pangkalan sehingga pihak pangkalan Gas LPG 3 Kg dapat memenuhi

kewajibannya dengan baik dan perjanjian terlaksana dengan lancar.

2. Untuk menjaga kelancaran dalam pelaksanaan perjanjian perusahaan

perseorangan pangkalan Gas LPG 3 Kg seharusnya melaksanakan apa

yang telah menjadi kewajibanya sebagaimana tertuang dalam isi

perjanjian, karena dengan setuju untuk membuat dan menandatangani

perjanjian maka pangkalan dianggap setuju dengan isi perjanjian dan

bersedia melaksanakannya.
60

Anda mungkin juga menyukai