Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 4

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Sistem Manajemen Engine

Dosen Pengampu:
Drs. Gunawan, M.T.

Imam Afifulloh
20021021

TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN TEGAL
2023
1. Sebutkan 4 kelemahan sistem pengapian konvensional
Jawab :
a. Tidak efisien dalam mengatur timing pengapian: Sistem pengapian konvensional
hanya dapat mengatur timing pengapian berdasarkan putaran mesin, sehingga
tidak dapat menyesuaikan pengapian dengan kebutuhan mesin yang berubah-
ubah. Hal ini dapat mengakibatkan performa mesin tidak optimal bahkan dapat
merusak komponen mesin.
b. Sulit diatur pada kondisi ekstrem: Sistem pengapian konvensional sulit diatur
pada kondisi ekstrem, seperti pada suhu rendah atau tinggi, dan tekanan
atmosfer yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada sistem
pengapian, seperti kesulitan dalam menyalakan mesin, mesin tidak berjalan
dengan baik, dan bahkan mesin mogok.
c. Penyewaan terhadap kebocoran listrik: Sistem pengapian konvensional
menggunakan komponen-komponen listrik yang rentan terhadap kebocoran dan
korosi. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada sistem pengapian, seperti
kerusakan pada kabel pengapian, busi, dan pengapian koil.
d. Memerlukan perawatan yang rutin: Sistem pengapian konvensional memerlukan
perawatan yang rutin, seperti penggantian busi, kabel pengapian, dan pengapian
koil. Hal ini dapat mengakibatkan biaya perawatan yang tinggi dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan perawatan.
2. Sebutkan penentu campuran udara dan bahan bakar yang baik untuk mesin EFI!
EFI (Electronic Fuel Injection) adalah sistem injeksi bahan bakar elektronik yang
menggantikan karburator tradisional pada mesin pembakaran dalam. Penentu
campuran udara dan bahan bakar yang baik untuk mesin EFI adalah sebagai berikut:
a. Sensor massa udara (Mass Airflow Sensor/MAS): Sensor ini mengukur jumlah
udara yang masuk ke mesin dan mengirimkan informasi ke unit kontrol mesin
(ECU), yang kemudian mengatur jumlah bahan bakar yang disemprotkan ke
injektor.
b. Sensor tekanan udara (Manifold Absolute Pressure/MAP): Sensor ini mengukur
tekanan udara di dalam manifold intake mesin dan memberikan informasi kepada
ECU untuk mengatur jumlah bahan bakar yang disemprotkan ke injektor.
c. Sensor suhu air pendingin (Coolant Temperature Sensor/CTS): Sensor ini
mengukur suhu air pendingin yang mengalir ke dalam mesin dan memberikan
informasi kepada ECU untuk mengatur jumlah bahan bakar yang disemprotkan
ke injektor.
d. Sensor posisi throttle (Throttle Position Sensor/TPS): Sensor ini mengukur posisi
katup throttle dan memberikan informasi kepada ECU untuk mengatur jumlah
bahan bakar yang disemprotkan ke injektor.
e. Sensor oksigen (Oxygen Sensor/O2): Sensor ini mengukur kandungan oksigen
dalam gas buang dan memberikan informasi kepada ECU untuk mengatur jumlah
bahan bakar yang disemprotkan ke injektor.
Dengan menggunakan informasi dari sensor-sensor ini, ECU dapat menghitung
campuran udara dan bahan bakar yang tepat untuk mesin. Campuran udara dan
bahan bakar yang optimal akan memberikan kinerja mesin yang baik, efisiensi bahan
bakar yang tinggi, dan emisi gas buang yang rendah.
3. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya percikan api busi pada mesin
EFI!
Jawab:
a. Tekanan bahan bakar: Tekanan bahan bakar yang rendah dapat menyebabkan
pembakaran bahan bakar tidak sempurna dan menghasilkan percikan api bus
kecil.
b. Kondisi bus: Kondisi bus yang buruk atau aus dapat mengurangi intensitas
percikan api dan memengaruhi kinerja mesin secara keseluruhan.
c. Kelembaban udara Kelembaban udara yang tinggi dapat membuat busi menjadi
basah dan sulit untuk memproduksi percikan api yang kuat.
d. Kualitas bahan bakar: Kualitas bahan bakar yang buruk atau mengandung
kotoran dapat mempengaruhi pembakaran dan menghasilkan percikan api yang
kecil.
e. Pengaturan waktu pengapian: Pengaturan waktu pengapian yang tidak tepat
dapat mengurangi intensitas percikan api bus dan mempengaruhi kinerja mesin.
f. Kondisi sistem pengapian: Sistem pengapian yang rusak atau bermasalah dapat
mengurangi intensitas percikan api dan memengaruhi kinerja mesin.
g. Sensor-sensor pada mesin: Sensor-sensor pada mesin EFI yang bermasalah
dapat menghasilkan data yang tidak akurat dan mengurangi intensitas percikan
api bus.
h. Pengaturan injeksi bahan bakar: Pengaturan injeksi bahan bakar yang tidak tepat
dapat menghasilkan Pembakaran yang tidak sempurna dan menghasilkan
percikan api yang kecil.
4. Jelaskan hal-hal yang mempengaruhi kesesuaian ECU mesin agar bisa dipakai tipe
mesin yang lain!
Jawab:
ECU mesin dapat digunakan untuk tipe mesin yang lain jika ECU tersebut dapat
mengontrol dan memonitor sistem mesin yang sesuai dengan karakteristik tipe mesin
tersebut. ECU pada dasarnya adalah komputer yang diprogram untuk mengontrol
berbagai fungsi mesin, seperti pengaturan bahan bakar, pengapian, dan sistem emisi
gas buang.
Dalam pengoperasiannya, ECU akan menerima informasi dari berbagai sensor pada
mesin, seperti sensor udara, sensor tekanan udara di intake manifold, sensor suhu
mesin, sensor posisi throttle, dan lain-lain. Informasi ini kemudian diolah oleh ECU
dengan menggunakan program atau algoritma tertentu, dan dihasilkan keluaran
yang mempengaruhi fungsi mesin, seperti pembukaan bahan bakar injektor atau
pengaturan pengaturan waktu pengapian.
Meskipun setiap tipe mesin memiliki karakteristik yang berbeda, namun fungsi dasar
mesin pada umumnya sama, yaitu menghasilkan daya dari Pembakaran campuran
bahan bakar dan udara di ruang bakar. Oleh karena itu, pada dasarnya ECU yang
sudah diprogram dengan benar dan dapat mengontrol fungsi dasar mesin, dapat
digunakan pada tipe mesin yang berbeda.
Namun perlu diingat bahwa tidak semua ECU dapat dipakai untuk semua tipe mesin,
karena perbedaan karakteristik mesin dan konfigurasinya yang sangat beragam.
Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi dan penyesuaian pada sistem mesin
untuk memastikan kesesuaian antara ECU dan tipe mesin yang akan digunakan.
Kesesuaian ECU dengan tipe mesin yang lain dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a. Tipe mesin: ECU harus sesuai dengan tipe mesin yang akan digunakan, karena
setiap mesin memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal ukuran dan
konfigurasinya.
b. Konfigurasi mesin: Konfigurasi mesin yang berbeda seperti jumlah silinder, jenis
bahan bakar, dan sistem pendingin dapat mempengaruhi keseimbangan ECU.
c. Jenis sensor: Jenis sensor yang digunakan pada mesin juga harus sesuai dengan
jenis sensor yang dipakai pada ECU, karena setiap sensor memiliki karakteristik
yang berbeda.
d. Kapasitas mesin: ECU harus dapat menangani kapasitas mesin yang lebih besar
atau lebih kecil, tergantung pada tipe mesin yang akan digunakan.
e. Kebutuhan daya: ECU harus memiliki kekuatan daya yang cukup untuk
mengoperasikan sistem mesin yang lebih besar atau lebih kecil.
f. Jenis bahan bakar: ECU pada kendaraan modern biasanya sudah didesain untuk
bekerja dengan jenis bahan bakar tertentu, seperti bensin atau solar. Jadi, jika
ingin mengganti bahan bakar, maka ECU juga harus disesuaikan.
g. Sistem pendingin: ECU pada kendaraan modern juga biasanya terintegrasi
dengan sistem pendingin mesin, sehingga perlu disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas mesin yang baru.
h. Fitur dan fungsi: ECU pada kendaraan modern biasanya dilengkapi dengan
berbagai fitur dan fungsi tambahan, seperti kontrol emisi, kontrol kelistrikan, dan
lain sebagainya. Jadi, saat mengganti ECU, pastikan fitur dan fungsi tersebut
masih relevan dan sesuai dengan kebutuhan mesin yang baru.
5. Jelaskan penyebab kerusakan ECU pada mesin EFI!
Jawab:
a. Over-voltage atau under-voltage: Tegangan listrik yang tidak stabil atau tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan oleh ECU dapat merusak komponen
elektronik di dalamnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh masalah pada
alternator, tegangan regulator, atau baterai.
b. Overheating: ECU terdiri dari banyak komponen elektronik yang sensitif terhadap
suhu tinggi. Jika mesin terlalu panas atau terjadi masalah pada sistem
pendinginan, suhu di sekitar ECU dapat meningkat dan merusak komponen
elektronik di bagian dalam.
c. Korsleting: Korsleting dapat terjadi pada kabel-kabel yang terhubung dengan
ECU atau di dalam ECU itu sendiri. Hal ini dapat merusak jalur sirkuit dan
komponen elektronik di dalam ECU.
d. Tumpahan air atau kelembaban: ECU juga sangat sensitif terhadap kelembaban
dan air. Jika air atau kelembaban masuk ke dalam ECU, maka akan merusak
komponen elektronik di dalamnya.
e. Kerusakan fisik: ECU dapat rusak akibat goncangan atau kerusakan fisik lainnya,
misalnya akibat tertabrak atau jatuh.
f. Usia pakai: Semakin lama penggunaan ECU, semakin besar kemungkinan
terjadinya kerusakan karena komponen elektronik di dalamnya mengalami
penurunan kualitas atau keausan.

Anda mungkin juga menyukai