Anda di halaman 1dari 7

EFI

ENGINE MANAGEMENT SYSTEM


(TUGAS 4)

Dosen Pengampu:
Drs. Gunawan, M.T.

Disusun oleh :
MUHAMMAD CHAJIB HARY PAMUNGKAS
20021025

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
TEGAL
2023
1. Sebutkan 4 (empat) kelemahan sistem pengapian konvensional
2. Sebutkan penentu campuran udara dan bahan bakar yang baik untuk mesin EFI!.
3. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya percikan api busi pada mesin
EFI!
4. Jelaskan hal-hal yang mempengaruhi kesesuaian ECU mesin agar bisa dipakai tipe
mesin yang lain!.
5. Jelaskan penyebab kerusakan ECU pada mesin EFI!.

JAWAB
1. a. Kunci kontak On mesin beum hidup platina menutup

b. Penurunan tegangan sekunder coil : Pada saat terjadinya pemutusan arus p


rimer pada kontak pemutus platina pada saat platina membuka, pemutusan ar
us primer ini tidak akan langsung dapat putus sehingga kondisi ini dapat menu
nda pemutusan arus listrik. 

Hal ini dikarenakan pada tegangan listrik yang tinggi dapat menimbulkan lonca
tan listrik (listrik dapat melewati penghantar udara). Oleh sebab itu pada siste
m pengapian konvensional menggunakan komponen condensor yang berfungsi
untuk menyerap arus listrik sehingga tidak akan terjadi loncatan bunga api keti
ka platina membuka.
c. Kunci kontak on platina

d. Tidak memiliki pengaturan perubahan sudut dwell : Sudut dwell diukur dari s
udut lamanya pemassaan rangkaian primer pada coil pengapian (lamanya arus p
rimer mengalir). Pada sistem pengapian konvensional ini, besarnya sudut dwell r
elatif nilainya tetap (tidak berubah-ubah).

2. Pada proses pembakaran di engine tidak terlepas dari 3 sayrat yaitu udara,
bahan bakar dan api. Agar tenaga yang dihasilkan optimal maka tekanan
kompresi harus tinggi , waktu pengapian yang tepat dan campuran udara dan
bahan bakar yang sesuai . Pada proses pembakaran sempurna memiliki rasio
perbandingan AFR 14,7 :1 (udara dan 1 bahan bakar) yang biasa disebut
stokiometrik. Sistem pasokan bahan bakar elektronik alias  electronic fuel injection
(EFI) didukung beberapa sensor.

Sensor-sensor ini bertugas memberi data kepada ECU (Electronic Control U


nit) untuk diolah sebelum menentukan debit bahan bakar yang harus disemprotka
n ke ruang bakar via injektor.Semakin banyak sensor, semakin baik efsiensi mesin
yang dihasilkan.

Berikut sebagian sensor-sensor yang terdapat di dalam sistem injeksi mesin mobil


a)Throttle Position Sensor (TPS)

Sensor ini berfungsi untuk memberikan data mengenai sudut


bukaan throttle. Semakin besar bukaan, semakin banyak pula udara
yang masuk, sehingga debit bahan bakar pun perlu disesuaikan.

b) Air Flow Meter (AFM)/Manifold Air Pressure (MAP)

AFM biasanya diletakkan sebelum throttle body.Sensor ini


mengukur kecepatan dan volume aliran udara masuk.Jika tidak
menggunakannya, berarti ECU memerlukan MAP untuk membaca
kevakuman di dalam intake manifold. Makanya MAP diletakkan setelah
throttle body.

c) Water Temperature Sensor

Jumlah bahan bakar yang disemprotkan dan waktu pengapian


saat kondisi mesin dingin dan di suhu kerja normal harus berbeda. Untuk
mengetahui kondisi ini, tentu ECU memerlukan data yang diperoleh dari
suhu air pendingin mesin.

d) Crankshaft Sensor

Berfungsi sebagai pemantau putaran kruk as untuk memberi input 


waktu pengapian di tiap putaran mesin.

e) Oxygen Sensor

Sensor yang terletak di saluran gas buang ini berperan untuk


memantau kadar oksigen di gas buang.Jika kadar oksigen berlebihan,
berarti terjadi campuran terlalu miskin atau lean. ECU pun segera
mengurangi semprotan bensin di injektor. Begitu pula sebaliknya,
sehingga rasio ideal campuran bahan bakar dapat tetap terjaga di segala
kondisi.

3. Hal hal yang mempengaruhi besar kecilnya percikan api busi pada mesin EFI

Untuk kendaraan bermotor yang menggunakan sistem injeksi atau EFI ini
bisa dilihat ketika posisi kunci kontak masih berada di posisi “ON”. Pada saat itu
sistem elektrikal dalam sebuah mobil akan langsung aktif dengan terhubungnya
main relay. Kemudian ECM atau   Engine Control Module  juga akan langsung
mengaktifkan fuel pump untuk memompa bahan bakar dari tangki secara
otomatis. Namun dalam cara kerja mesin injeksi ini, pompa bahan bakar akan
menyala dengan selang waktu tertentu. Karena bertujuan agar tekanan yang
terdapat pada serangkaian injeksi atau EFI bisa bangkit hingga mencapai 315
sampai 340 Kpa. Hebatnya, pompa tersebut akan secara otomatis mati dalam
waktu tertentu dengan bantuan dari ECM.

Biasanya komponen ECU yang digunakan pada sistem bahan bakar EFI yaitu
komponen semikonduktor, seperti condenser. Tak hanya itu saja, jika pada
sistem konvensional bahan bakar mengalir dengan bantuan fuel pump secara
mekanis, maka pada sistem injeksi bahan bakar akan mengalir dengan sendiri.
Bahkan bisa mengisi hingga mencapai ke tekanan maksimum.

Ketika tekanan bahan bakar tersebut telah mencapai batasnya, maka


pressure regulator akan segera membuka saluran return feed. Saluran tersebut
berguna untuk mengembalikan bahan bakar kembali ke tangki. Proses inipun
akan berjalan secara otomatis berdasarkan perintah dari ECU atau Electronic
Control Unit yang memiliki peran layaknya otak.

Sensor CKP dan CMP pun akan menginformasikan ke ECM bahwa mesin
sedang berputar. CKP dan CMP sendiri merupakan sinyal sensor yang memiliki
fungsi untuk mendeteksi RPM mesin serta posisi TOP silinder 1.

Dengan begitu ECM akan memberikan tegangan pada pompa bahan bakar
agar tetap menyala selama mesin berputar atau cranking. Sementara untuk
beberapa sensor pendukung lainnya seperti MAF, IAT, MAP, TPS, dan O2 akan
menjadi acuan ECM dalam menentukan kapasitas bahan bakar yang akan
diinjeksikan. Untuk bisa mengatur jumlah bahan bakar tersebut, ECM pada
sistem bahan bakar EFI akan menggunakan pengaturan waktu pembukaan
injector.

4. hal hal yang mempengaruhi kesesuaian ECU mesin agar bisa dipakai tipe mesin
yang lain adalah jenis jenis EcU yang digunakan dan komponen pada mesin
setiap pabrikan. ECU yang berbeda dapat digunakan untuk transmisi, control
traksi atau ABS, AC, fungsi tubuh dan kontrol pencahayaan, mesin, kantong
udara, atau sistem lain yang mungkin dimiliki kendaraan. Beberapa kendaraan
dapat menggabungkan lebih dari satu ECU ke dalam satu unit yang disebut
modul kontrol powertrain (PCM).

Unit-unit ini dapat menjadi keuntungan dengan memiliki lebih banyak modul di
satu lokasi tetapi mungkin menjadi kerugian dengan menambahkan kabel lebih
panjang untuk mencapai komponen yang dioperasikannya. Sebagian besar
kendaraan baru telah mulai menggunakan saluran komunikasi antara modul
yang berbeda pada kendaraan sehingga mereka dapat berbagi informasi dan
sensor redundan tidak harus digunakan.

Misalnya, sensor kecepatan di roda mendeteksi kecepatan roda dan akan


menjadi input ke modul rem anti-lock (ABS) ECU. Alih-alih mengirim banyak
kabel dari satu sensor ke ECU lainnya, ECU ABS akan membagikan informasi
pada jalur komunikasi jaringan ke semua ECU yang menggunakan informasi,
seperti transmisi untuk perpindahan gigi, speedometer untuk menunjukkan
kecepatan kendaraan, atau sistem suspensi untuk mengontrol suspensi sesuai
kebutuhan.

Penggunaan sensor input berbagi di seluruh kendaraan hanya


menggunakan dua jalur data antara ECU telah memotong jumlah kabel yang
digunakan dalam kendaraan. Berbagi informasi antar modul juga berarti
mereka membutuhkan bahasa yang sama di antara mereka sehingga mereka
dapat beroperasi sebagai sebuah kelompok.

Ketika satu komputer mati atau tidak berbagi informasi karena kesalahan, maka
dapat mempengaruhi modul lain jika mereka memerlukan input sensor dari
modul yang gagal. ECU mesin di sebagian besar kendaraan terhubung ke
konektor diagnostik onboard dan akan menyampaikan semua informasi
diagnostik pada saluran ini ke semua modul atau ECU lainnya.

5. Secara umum penyebab kerusakan ECU dibagi dua yakni, kerusakan dari dalam
sistem EFI itu sendiri dan kerusakan dari luar sistem.

Kerusakan dari dalam sistem sendiri

a) Kualitas komponen dari ecu tersebut, walaupun kemungkinannya kecil,


namun untuk ECU pada mobil yang telah berumur lebih dari 10tahun, hal
ini bisa terjadi terutama pada komponen kapasitor,dan resistor.

b) Perlakuan penanganan/service yang tidak sesuai standar pabrikan, hal ini


biasa terjadi pada bengkel yang kurang berpengalaman menangani mobil
EFI. Mereka asal-asalan mencabut ACCU batere, sehingga bisa
menyebabkan over voltage atau over current(walaupun hanya sejenak).

c) Penambahan assesori kendaraan yang asal-asalan. Penambahan asesoris


kendaraan misalnya lampu, power amplifier dan lain-lain yang tidak
benar akan membuat supply tegangan dan arus pada ECU akan
berkurang, sehingga fungsi ECU akan terganggu.

d) Bagian sensor atau actuator yang rusak(korslet ke ground atau +12V)


namun tidak segera di perbaiki juga bisa menyebabkan kerusakan lebih
parah.
e) Penggantian sensor yang tidak sesuai karakteristiknya dengan yang asli.

f) Pemasangan piggyback (alat untuk manipulasi sensor) yang tidak benar.

Kerusakan dari luar sistem

a) ECU rusak karena benturan yang keras

b) Terendam air, bisa karena dicuci ataupun banjir

c) Mobil berada dilingkungan yang ekstrem, misalnya lingkungan dengan


kelembaban yang tinggi, atau udara yang mengandung garam.

d) Mobil berada dilingkungan yang tingkat radiasi gelombang


electromagnetic yang tinggi. Karena ECU terdiri dari rangkaian diskrit
(IC), maka komponen ini sangat peka terhadap electromagnetic.
Contohnya adalah imbas dari loncatan petir, misalnya mobil diparkir
didekat pohon yang tersambar petir, kemungkinan besar loncatan medan
electromagnetic akan merusak ECU.

Anda mungkin juga menyukai