Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM ELEKTRONIC FUEL INJECTION

(EFI) PADA MOBIL AVANZA


“Mengidentifikasi Sensor EFI”

Dosen Pengampu : Dr. Gunadi, M.Pd.

Oleh
Farid Mutohhari
20702251002

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin meningkat, proses kerja
teknologi yang pada mulanya konvensional atau kategori manual, kini telah
bertransformasi menjadi otomatis. Proses kerja otomatisasi terjadi hampir di semua
sektor, salah satu bagian terbesarnya ada pada kendaraan bermotor, yaitu salah satunya
adanya teknologi EFI (Electronic Fuel Injection). Teknologi EFI di adopsi oleh
kendaraan bermotor dengan alasan salah satunya adalah efisiensi, baik efisiensi bahan
bakar, efisiensi pembekaran, maupun efisiensi gas emisi yang dihasilkan. Pada dasarnya,
karakteristik sistem EFI adalah mengontrol sistem bahan bakar yang dilakukan secara
elektronik, mulai dari sensor yang bekerja kemudian mengirim data ke ECU, kemudian
ECU akan memberikan perintah kepada actuator berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pembacaan sensor.
Kompleksitas sistem EFI memerlukan perawatan khusus dan beda dengan sistem
konvensional sebelumnya. Mulai dari sensor, control unit hingga actuator memerlukan
perawatan yang spesifik agar didapat kinerja sistem yang optimal. Sensor EFI merupakan
salah satu bagian dari sistem EFI yang penting untuk selalu dijaga kinerjanya agar tetap
optimal, mengingat sensor merupakan bagian yang bekerja pada permulaanya yaitu
mendeteksi kondisi mesin yang datanya akan dikirim ke ECU, sehingga akan diperoleh
data untuk menyesuaikan perintah. Identifikasi sensor EFI merupakan kegiatan awal
yang harus dikenal dan dipahami, baik fungsi, karakteristik maupun cara kerjanya. Lebih
lanjut pemeriksaan dan pengukuran sensor perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, perlu dilakukan pembahasan mengenai masalah
masalah yang perlu dipecahkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja sensor yang ada di dalam sistem EFI?
2. Apa fungsi sensor sensor yang telah diidentifikasi?
3. Bagaimana karakteristik sensor sensor tersebut?
4. Bagaimana cara kerja sensor EFI?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sistem EFI terdiri dari tiga sub-sistem dasar, yaitu: Sistem Bahan Bakar, Sistem
Induksi Udara, dan Sistem Kontrol Elektronik. Pada sistem bahan bakar, bahan bakar disuplai
dibawah tekanan konstan ke injektor oleh sebuah pompa bahan bakar elektrik. Injektor
menginjeksikan sejumlah bahan bakar tertentu kedalam intake manifold sesuai dengan sinyal
dari electronic control unit (ECU). Sedangkan sistem induksi udara difungsikan untuk
memberikan sejumlah udara untuk proses pembakaran. Sistem kontrol elektronik atau ECU
pada bahan yang digunakan yakni Toyota Avanza tipe E tahun produksi 2008 mengadopsi
seri mesin K3-VE. Mesin ini dilengkapi dengan Toyota Computer Controlled System (TCCS)
yang mengontrol secara sentral sistem EFI, sistem electronic spark advance (ESA), sistem
idle speed control (ISC), diagnostic system, dan lainnya melalui sebuah ECU. Komponen
pada sistem EFI ditunjukkan pada Gambar 2.1 (a) sampai dengan (c) berikut ini.

Gambar 2.1 Komponen Sistem EFI (a)


Gambar 2.1 Komponen Sistem EFI (b)

Gambar 2.1 Komponen Sistem EFI (c)


Fungsi sistem EFI pada mesin ini digunakan untuk menentukan lamanya injeksi yang
diperlukan agar mendapatkan perbandingan udara dan bahan bakar yang optimal.
Berdasarkan diagram kelistrikan mesin pada Global Service Information Center milik
Toyota, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1 (a) dan (b) sistem EFI menggunakan
parameter berbagai sensor untuk menentukan injeksi bahan bakar. Adapun sensor yang
digunakan dalam proses kerja sistem EFI antara lain: sensor temperature udara, sensor
tekanan absolut manifold, sensor posisi throttle, sensor posisi camshaft, sensor cairan
pendingin, sensor oksigen, sensor knock, dan sensor posisi crankshaft. Sedangkan aktuator
pada mesin ini antara lain vacuum switching valve, idle speed control valve, injektor, koil
pengapian , dan camshaft timing oil control valve.
Gambar 2.1 Wiring Diagram Kelistrikan Mesin K3-VE (a)
Gambar 2.1 Wiring Diagram Kelistrikan Mesin K3-VE (b)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Toolbox set
b. Senter
2. Bahan
a. Buku manual Avanza
b. Engine Avanza

B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Perhatikan keselamatan kerja
3. Persiapkan buku pedoman manual
4. Cek kondisi mobil yang akan digunakan sebagai bahan praktek
5. Lakukan proses praktek identifikasi sensor

C. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Alat
- Menggunakan peralatan kerja sesuai dengan standar oprational prosedur (SOP)
- Meletakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan aman saat digunakan,
kemudian bersihkan dan simpan alat kerja ketempat semula setelah digunakan.
2. Keselamatan Bahan
- Menggunakan pedoman kerja/praktik sesuai dengan jenis kendaraan
- Cermati setiap prosedur pada saat bekerja sesuai dengan pedoman kerja/praktik
3. Keselamatan Manusia
- Menggunakan pakaian lengkap yang aman
- Bekerja dengan benar, teliti dan selamat.
D. Hasil Identifikasi Sensor
1. Manifold Absolute Pressure (MAP)

a. Fungsi MAP
Manifold absolute pressure memiliki empat fungsi utama dalam sistem EFI mobil,
fungsi tersebut diantaranya adalah:
1) Mengukur besarnya tekanan udara dalam intake manifold.
2) Mendeteksi kondisi kevakuman pada intake manifold.
3) Menentukan nilai tahanan silicon chip agar injeksi bahan bakar bisa tetap
sesuai.
4) Mengirimkan data tekanan udara pada manifold ke ECU.
b. Karakteristrik MAP
Sensor MAP terdiri dari tiga terminal kabel dan satu selang vakum. Selang vakum
sensor MAP ini terhubung dengan intake manifold chamber, sedangkan tiga
terminal kabel ini yaitu terdiri dari terminal VC, terminal PIM, terminal E2. Di
dalam sensor MAP terdapat komponen silicon chip yang berfungsi merubah
tahanan sesuai dengan tekanan intake manifold. Satu sisi dari silicon chip
terhubung dengan tekanan intake manifold dan satu sisi lainnya terhubung dengan
ruang vakum (vacuum chamber).
c. Cara kerja MAP
Cara kerja MAP sensor adalah dengan membaca perubahan tekanan udara yang
terjadi di dalam intake manifold dan mengubahnya menjadi tegangan listrik dengan
menggunakan flexible silicon chip yang diletakkan diantara ruang vakum absolute
dan ruangan dalam intake manifold. Flexible silicon chip ini berfungsi untuk
mengubah resistensi terhadap perubahan tekanan udara yang terjadi. Ketika
flexible silicon chip ini bergerak dan berubah bentuknya akibat terjadi perubahan
tekanan, maka resistensi (hambatan listrik) di dalam silicon chip ini juga akan
berubah. Perubahan tersebut turut mengubah nilai tegangan output yang mengalir
masuk ke dalam ECU. Tegangan output yang tinggi akan terjadi pada saat throttle
valve dalam kondisi terbuka penuh. Throttle valve yang terbuka penuh akan
meningkatkan tekanan udara di dalam intake manifold. Begitu pula sebaliknya, jika
throttle valve dalam kondisi tertutup, maka tekanan udara di dalam intake manifold
menjadi rendah. Pada intinya MAP akan mengubah tekanan udara didalam intake
manifold menjadi nilai tegangan listrik. Ketika terjadi perubahan tegangan listrik
pada MAP, maka ECU akan menginterpretasikan bahwa telah terjadi perubahan
tekanan di dalam intake manifold.
2. Throttle Positioning Sensor (TPS)

a. Fungsi TPS
Secara umum, TPS memiliki lima fungsi, diantaranya adalah:
1) Menjadi engine mode saat posisi throttle gas menutup (biasanya saat mobil
dalam kondisi idle), setengah membuka, dan terbuka penuh.
2) Menjadi kontrol emisi, terutama saat throttle gas sedang dalam posisi terbuka
penuh serta saat air conditioner mati.
3) Mengontrol bahan bakar agar terhenti saat mesin melakukan deselerasi
(perlambatan).
4) Bertugas mengoreksi takaran perbandingan jumlah udara dan bahan bakar.
5) Bertugas mengoreksi ada tidaknya peningkatan tenaga pada mesin.
b. Karakteristik TPS
sensor TPS ini adalah selalu berada disamping throttle valve atau katup gas.
Perubahan besarnya sinyal voltase output atau tegangan keluar sensor tergantung
dari posisi bukaan throttle valve. TPS yang sering dipakai pada kendaraan injeksi
adalah model variabel resistor dan kontak point.
c. Cara kerja TPS
Pada saat menyalakan kunci kontak, ECU mengirim tegangan referensi 5V ke
semua sensor analognya. Dalam kasus TPS, tegangan referensi diterima oleh salah
satu terminalnya, melewati bahan resistif potensiometer, dan kemudian keluar
melalui TP Signal kembali ke ECU. etika mesin dalam kondisi Idle, tegangan
output sensor di nilainya bawah 0,7 Volt. Sedangkan ketika kondisi mesin beban
penuh, tegangan output bisa mencapai 4,5 Volt.

Seperti yang terlihat pada penjelasan gambar diatas bahwa itu adalah prinsip dasar
bagaimana cara kerja TPS dalam mengeluarkan tegangan output. Sifat
potensiometer yang dapat bergeser dari titik P1 (tegangan) paling rendah hingga
pada titik P6 (tegangan) paling tinggi. Pergerakan setiap titik tergantung dari
injakan pedal gas yang dilakukan oleh pengemudi.
3. Camshaft Position Sensor (CmP)

a. Fungsi CmP Sensor


Secara umum, Camshaft Position Sensor berfungsi untuk memberikan data
masukan ke ECU tentang posisi langkah mesin, untuk menentukan langkah isap
dimana saat terjadi pembukaan injektor / penginjeksian. Jadi, Camshaft Position
Sensor terdiri atas komponen elektronik yang terdapat di dalam sensor case dan
tidak dapat distel maupun diperbaiki. Sensor ini mendeteksi posisi piston pada
langkah kompresi melalui putaran signal rotor yang diputar langsung oleh
camshaft untuk mengetahui posisi pembukaan dan penutupan intake valve dan
exhaust valve juga untuk menentukan kapan terjadinya pengapian dan
penyemprotan bahan bakar pada setiap ruang bakar secara berurutan.
b. Karakteristik CmP Sensor
Camshaft Position Sensor terdiri atas komponen elektronik yang terdapat di dalam
sensor case dan tidak dapat distel maupun diperbaiki. Sensor ini mendeteksi posisi
piston pada langkah kompresi melalui putaran signal rotor yang diputar langsung
oleh camshaft untuk mengetahui posisi pembukaan dan penutupan intake valve dan
exhaust valve juga untuk menentukan kapan terjadinya pengapian dan
penyemprotan bahan bakar pada setiap ruang bakar secara berurutan.
c. Cara kerja CmP Sensor
Camshaft position sensor (CMP Sensor) bekerja dengan memanfaatkan prinsip
induksi elektromagnet. Pada umumnya terdapat dua bagian utama yaitu rotor yang
mempunyai satu nok (tonjolan) yang terbuat dari logam, serta stator yang terbuat
dari magnet permanen. Pada saat mesin berputar, maka camshaft akan ikut
berputar, hal ini akan membuat rotor akan berputar. Pada saat nok (tonjolan)
memotong medan magnet dari stator maka akan timbul sinyal PWM yang berupa
tegangan. Tegangan ini timbul dari pick up coil yang kemudian dikirimkan ke ECU
sebagai informasi mengenai posisi Top 1. Saat tonjolan mendekati stator (kutub
magnet) maka akan terjadi perubahan medan magnet pada gulungan coil. Akibat
perubahan medan magnet tersebut maka gulungan akan menghasilkan tegangan
induksi. Besarnya tegangan induksi sesuai dengan kecepatan dan kekuatan
perubahan pada medan magnet. Semakin cepat mesin berputar maka tonjolan akan
semakin cepat memotong medan magnet pada stator. Oleh karena itu sinyal
tegangan yang dihasilkan akan semakin cepat juga. Informasi ini akan digunakan
untuk menentukan saat penginjeksian dan timing pengapian.
4. Crankshaft Position (CkP) Sensor

a. Fungsi CkP Sensor


Secara umum, Crankshaft Position Sensor memiliki tiga fungsi utama, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Membaca sudut posisi poros engkol
2) Menentukan waktu pengapian dan penginjeksian bahan
3) Mendeteksi putaran mesin
b. Karakteristik CkP Sensor
CkP Sensor terdiri atas komponen elektronik yang terdapat di dalam sensor case
dan tidak dapat distel maupun diperbaiki. Sensor ini mendeteksi posisi poros
engkol untuk mengetahui posisi piston dan mengetahui juga pembukaan dan
penutupan intake valve dan exhaust valve juga untuk menentukan kapan terjadinya
pengapian dan penyemprotan bahan bakar pada setiap ruang bakar secara
berurutan.
c. Cara kerja CmP Sensor
Cara kerja cranshaft position sensor (CKP) memanfaatkan sensor putaran. Namun
dalam penggunaan jenis sensor, ada dua jenis yaitu sensor induktif dan sensor
effect hall. Sensor induktif memanfaatkan induksi yang dihasilkan oleh pickup
coil. Biasanya CKP sensor yang menggunakan induksi terdiri dari dua kabel.
Sementara itu, CKP sensor yang menggunakan effect hall memanfaatkan effect hal
untuk mendeteksi putaran dan posisi crankshaft.
5. Water Temperature Sensor (WTS)

a. Fungsi Water Temperature Sensor


Sensor WTS memiliki fungsi untuk mensensor atau mendeteksi suhu dari air
pendingin. Sensor WTS ini juga ada yang menyebutnya dengan istilah sensor ECT
(Engine Coolant Temperature).
b. Karakteristik Water Temperature Sensor
Letak dari sensor WTS ini yaitu di tempatkan di blok mesin atau pada rumah
thermostat bagian bawah. Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu
thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien), yaitu bekerjanya sensor ini
adalah ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini
akan menurun dan sebaliknya bila suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau
resistansi pada sensor ini akan naik.
c. Cara kerja Water Temperature Sensor
Sensor WTS dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan
signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW. Tegangan
output dari sensor WTS ini akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan nilai
tahanan atau resistansi yang ada pada sensor WTS ini, kemudian output signal
sensor WTS ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan
menjadi signal inputan ECU yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan
untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI.
6. Intake Air Temperatur Sensor (IAT)

a. Fungsi Intake Air Temperatur Sensor


IAT sensor berfungsi untuk mengukur atau mendeteksi temperatur udara yang
masuk ke dalam intake manifold.
b. Karakteristik Intake Air Temperatur Sensor
IAT Sensor pada mesin injeksi tipe L-EFI menyatu dengan Air flow sensor (MAF
sensor). IAT sensor biasanya berada disaluran antara filter udara dan throttle body,
sedangkan pada mesin injeksi tipe D-EFI, IAT sensor biasanya berada setelah air
filter. IAT Sensor ini menggunakan komponen elektronik berupa thermistor yang
digunakan sebagai pendeteksi temperatur udara yang masuk ke dalam intake
manifold. Besar kecilnya tahanan pada komponen thermistor ini berubah-ubah
sesuai dengan tinggi rendahnya suhu atau temperatur udara yang melewatinya
c. Cara kerja Intake Air Temperatur Sensor
ECU akan memberikan sinyal tegangan sebesar 5 volt ke IAT sensor melalui
internal resistor sebagai tegangan input. Nilai tegangan ini akan berubah sesuai
dengan kondisi dari temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold karena
sifat IAT sensor yang memanfaatkan thermistor jenis NTC. Fluktuasi dari tegangan
yang ditimbulkan oleh IAT sensor ini akan dideteksi oleh ECU sebagai perubahan
temperatur udara yang masuk pada sensor dan menjadi sinyal inputan dari ECU
yang nantinya sebagai salah satu dasar untuk menentukan seberapa banyak
penginjeksian bahan bakar yang harus diinjeksikan oleh injektor ke dalam ruang
bakar.
7. Oxygen Sensor

a. Fungsi Oxygen Sensor


Fungsi sensor oksigen adalah untuk mendeteksi jumlah oksigen dalam gas buang
dan mengirim sinyal ke unit kontrol mesin atau ECM. Unit kontrol ini akan
mengatur campuran bahan bakar udara ke tingkat yang optimal. Perihal
kerusakannya, sensor oksigen bisa dilihat dari bau asap knalpot yang keluar.
b. Karakteristik Oxygen Sensor
Sensor oksigen yang paling umum diterapkan untuk mengukur konsentrasi gas
buang oksigen untuk mesin pembakaran internal dalam mobil. Sensor oksigen pada
mobil terdiri dari dua bagian, heater atau pemanas dan bagian sensor itu sendiri.
Oleh karena itu, oksigen sensor memiliki empat kabel, dua kabel untuk heater dan
dua kabel lagi untuk sensor.
c. Cara Oxygen Sensor
Oksigen sensor akan membandingkan jumlah kandungan O2 dari sisa pembakaran
dengan O2 udara luar (Artinya kandungan oksigen dalam gas buang (0,3 – 3 %)
dibandingkan dengan kandungan oksigen pada udara atmosfir (20,8 %). Kemudian
hasil perbandingan O2 ini di konversikan oleh ZrO2 (Zirconia electrolyte)
komponen pada O2 Sensor menjadi arus listrik. Jika kandungan oksigen dalam gas
buang sekitar 3 % ( campuran kurus ), O2 sensor menghasilkan tegangan 0,1 volt.
Jika kandungan oksigen dalam gas buang sekitar 0,3 % ( campuran kaya ), O2
sensor menghasilkan tegangan 0,9 volt. Tegangan listrik inilah yang nantinya
disebut sinyal output yang akan di kirimkan ke ECU sebagai informasi hasil
pembakaran yang terjadi pada ruang bakar yg dideteksi melalui gas buang.
Oksigen sensor bekerja seperti switch yang secara konstan akan memberikan sinyal
setiap ada perubahan campuran bahan bakar. ECU akan menjaga campuran bahan
bakar mendekati campuran ideal dengan melakukan kebalikan dari apa yang
dilaporkan oleh oksigen sensor. Jika oksigen sensor memberikan sinyal bahwa
campuran bahan bakar terlalu gemuk, maka ECU akan memperpendek waktu kerja
injektor untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang disemprotkan, agar campuran
menjadi lebih kurus. Saat oksigen sensor mendeteksi bahwa campuran bahan bakar
terlalu kurus ECU akan memperpanjang waktu kerja injektor untuk menambah
jumlah bahan bakar yang disemprotkan, pengaturan terus menerus seperti ini akan
menjaga mesin bekerja dengan campuran bahan bakar mendekati campuran ideal.
8. Knock Sensor
a. Fungsi Knock Sensor
Knock sensor atau knocking sensor pada kendaraan injeksi berfungsi untuk
mendeteksi terjadinya knocking atau atau getaran atau ketukan pada mesin.
Knocking pada engine biasanya disebabkan karena pengapian yang terlalu maju.
Knocking merupakan getaran yang berfrekuensi tinggi yang disebabkan oleh
terjadinya ledakan atau pembakaran yang prematur di dalam ruang bakar silinder
atau pembakaran yang bukan disebabkan oleh letupan bunga api busi.
b. Karakteristik Knock Sensor
Untuk mendeteksi getaran atau knocking pada mesin maka knock sensor memakai
komponen piezo electric. Komponen piezo electric ini akan mengirimkan signal
output yang sebanding dengan getaran yang terjadi pada mesin.
c. Cara Knock Sensor
Ketika mesin mengalami ketukan atau knocking maka knock sensor akan
mendeteksinya. Setelah itu knock sensor akan mengirimkan data tersebut ke ECU
sebagai inputan untuk diproses selanjutnya. Ketika ECU menerima data dari knock
sensor maka ECU akan memerintahkan pengapian untuk dimundurkan beberapa
derajat sampai tidak terjadi lagi knocking. Setelah knocking hilang, maka knocking
sensor akan mendeteksi bahwa tidak ada lagi getaran atau knocking pada mesin
dan kemudian knocking sensor akan mengirimkan data signal ke ECU. Sehingga
ECU akan memajukan kembali saat pengapian seperti semula jika tidak terjadi lagi
knocking.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembahasan sensor EFI, ditemukan kurang lebih
sebanyak 8 sensor yang bekerja dalam sistem EFI pada mobil Toyota Avanza. Sensor
tersebut meliputi Manifold Absolute Pressure (MAP), Throttle Positioning Sensor (TPS),
Camshaft Position Sensor (CmP), Crankshaft Position Sensor (CkP), Water Temperatur
Sensor (WTS), Oxygen Sensor (O2 Sensor), Intake Air Temperature Sensor (IATS), dan
Knock Sensor.
LAMPIRAN PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai