Oleh
Farid Mutohhari
20702251002
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin meningkat, proses kerja
teknologi yang pada mulanya konvensional atau kategori manual, kini telah
bertransformasi menjadi otomatis. Proses kerja otomatisasi terjadi hampir di semua
sektor, salah satu bagian terbesarnya ada pada kendaraan bermotor, yaitu salah satunya
adanya teknologi EFI (Electronic Fuel Injection). Teknologi EFI di adopsi oleh
kendaraan bermotor dengan alasan salah satunya adalah efisiensi, baik efisiensi bahan
bakar, efisiensi pembekaran, maupun efisiensi gas emisi yang dihasilkan. Pada dasarnya,
karakteristik sistem EFI adalah mengontrol sistem bahan bakar yang dilakukan secara
elektronik, mulai dari sensor yang bekerja kemudian mengirim data ke ECU, kemudian
ECU akan memberikan perintah kepada actuator berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pembacaan sensor.
Kompleksitas sistem EFI memerlukan perawatan khusus dan beda dengan sistem
konvensional sebelumnya. Mulai dari sensor, control unit hingga actuator memerlukan
perawatan yang spesifik agar didapat kinerja sistem yang optimal. Sensor EFI merupakan
salah satu bagian dari sistem EFI yang penting untuk selalu dijaga kinerjanya agar tetap
optimal, mengingat sensor merupakan bagian yang bekerja pada permulaanya yaitu
mendeteksi kondisi mesin yang datanya akan dikirim ke ECU, sehingga akan diperoleh
data untuk menyesuaikan perintah. Identifikasi sensor EFI merupakan kegiatan awal
yang harus dikenal dan dipahami, baik fungsi, karakteristik maupun cara kerjanya. Lebih
lanjut pemeriksaan dan pengukuran sensor perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, perlu dilakukan pembahasan mengenai masalah
masalah yang perlu dipecahkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja sensor yang ada di dalam sistem EFI?
2. Apa fungsi sensor sensor yang telah diidentifikasi?
3. Bagaimana karakteristik sensor sensor tersebut?
4. Bagaimana cara kerja sensor EFI?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sistem EFI terdiri dari tiga sub-sistem dasar, yaitu: Sistem Bahan Bakar, Sistem
Induksi Udara, dan Sistem Kontrol Elektronik. Pada sistem bahan bakar, bahan bakar disuplai
dibawah tekanan konstan ke injektor oleh sebuah pompa bahan bakar elektrik. Injektor
menginjeksikan sejumlah bahan bakar tertentu kedalam intake manifold sesuai dengan sinyal
dari electronic control unit (ECU). Sedangkan sistem induksi udara difungsikan untuk
memberikan sejumlah udara untuk proses pembakaran. Sistem kontrol elektronik atau ECU
pada bahan yang digunakan yakni Toyota Avanza tipe E tahun produksi 2008 mengadopsi
seri mesin K3-VE. Mesin ini dilengkapi dengan Toyota Computer Controlled System (TCCS)
yang mengontrol secara sentral sistem EFI, sistem electronic spark advance (ESA), sistem
idle speed control (ISC), diagnostic system, dan lainnya melalui sebuah ECU. Komponen
pada sistem EFI ditunjukkan pada Gambar 2.1 (a) sampai dengan (c) berikut ini.
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Perhatikan keselamatan kerja
3. Persiapkan buku pedoman manual
4. Cek kondisi mobil yang akan digunakan sebagai bahan praktek
5. Lakukan proses praktek identifikasi sensor
C. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Alat
- Menggunakan peralatan kerja sesuai dengan standar oprational prosedur (SOP)
- Meletakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan aman saat digunakan,
kemudian bersihkan dan simpan alat kerja ketempat semula setelah digunakan.
2. Keselamatan Bahan
- Menggunakan pedoman kerja/praktik sesuai dengan jenis kendaraan
- Cermati setiap prosedur pada saat bekerja sesuai dengan pedoman kerja/praktik
3. Keselamatan Manusia
- Menggunakan pakaian lengkap yang aman
- Bekerja dengan benar, teliti dan selamat.
D. Hasil Identifikasi Sensor
1. Manifold Absolute Pressure (MAP)
a. Fungsi MAP
Manifold absolute pressure memiliki empat fungsi utama dalam sistem EFI mobil,
fungsi tersebut diantaranya adalah:
1) Mengukur besarnya tekanan udara dalam intake manifold.
2) Mendeteksi kondisi kevakuman pada intake manifold.
3) Menentukan nilai tahanan silicon chip agar injeksi bahan bakar bisa tetap
sesuai.
4) Mengirimkan data tekanan udara pada manifold ke ECU.
b. Karakteristrik MAP
Sensor MAP terdiri dari tiga terminal kabel dan satu selang vakum. Selang vakum
sensor MAP ini terhubung dengan intake manifold chamber, sedangkan tiga
terminal kabel ini yaitu terdiri dari terminal VC, terminal PIM, terminal E2. Di
dalam sensor MAP terdapat komponen silicon chip yang berfungsi merubah
tahanan sesuai dengan tekanan intake manifold. Satu sisi dari silicon chip
terhubung dengan tekanan intake manifold dan satu sisi lainnya terhubung dengan
ruang vakum (vacuum chamber).
c. Cara kerja MAP
Cara kerja MAP sensor adalah dengan membaca perubahan tekanan udara yang
terjadi di dalam intake manifold dan mengubahnya menjadi tegangan listrik dengan
menggunakan flexible silicon chip yang diletakkan diantara ruang vakum absolute
dan ruangan dalam intake manifold. Flexible silicon chip ini berfungsi untuk
mengubah resistensi terhadap perubahan tekanan udara yang terjadi. Ketika
flexible silicon chip ini bergerak dan berubah bentuknya akibat terjadi perubahan
tekanan, maka resistensi (hambatan listrik) di dalam silicon chip ini juga akan
berubah. Perubahan tersebut turut mengubah nilai tegangan output yang mengalir
masuk ke dalam ECU. Tegangan output yang tinggi akan terjadi pada saat throttle
valve dalam kondisi terbuka penuh. Throttle valve yang terbuka penuh akan
meningkatkan tekanan udara di dalam intake manifold. Begitu pula sebaliknya, jika
throttle valve dalam kondisi tertutup, maka tekanan udara di dalam intake manifold
menjadi rendah. Pada intinya MAP akan mengubah tekanan udara didalam intake
manifold menjadi nilai tegangan listrik. Ketika terjadi perubahan tegangan listrik
pada MAP, maka ECU akan menginterpretasikan bahwa telah terjadi perubahan
tekanan di dalam intake manifold.
2. Throttle Positioning Sensor (TPS)
a. Fungsi TPS
Secara umum, TPS memiliki lima fungsi, diantaranya adalah:
1) Menjadi engine mode saat posisi throttle gas menutup (biasanya saat mobil
dalam kondisi idle), setengah membuka, dan terbuka penuh.
2) Menjadi kontrol emisi, terutama saat throttle gas sedang dalam posisi terbuka
penuh serta saat air conditioner mati.
3) Mengontrol bahan bakar agar terhenti saat mesin melakukan deselerasi
(perlambatan).
4) Bertugas mengoreksi takaran perbandingan jumlah udara dan bahan bakar.
5) Bertugas mengoreksi ada tidaknya peningkatan tenaga pada mesin.
b. Karakteristik TPS
sensor TPS ini adalah selalu berada disamping throttle valve atau katup gas.
Perubahan besarnya sinyal voltase output atau tegangan keluar sensor tergantung
dari posisi bukaan throttle valve. TPS yang sering dipakai pada kendaraan injeksi
adalah model variabel resistor dan kontak point.
c. Cara kerja TPS
Pada saat menyalakan kunci kontak, ECU mengirim tegangan referensi 5V ke
semua sensor analognya. Dalam kasus TPS, tegangan referensi diterima oleh salah
satu terminalnya, melewati bahan resistif potensiometer, dan kemudian keluar
melalui TP Signal kembali ke ECU. etika mesin dalam kondisi Idle, tegangan
output sensor di nilainya bawah 0,7 Volt. Sedangkan ketika kondisi mesin beban
penuh, tegangan output bisa mencapai 4,5 Volt.
Seperti yang terlihat pada penjelasan gambar diatas bahwa itu adalah prinsip dasar
bagaimana cara kerja TPS dalam mengeluarkan tegangan output. Sifat
potensiometer yang dapat bergeser dari titik P1 (tegangan) paling rendah hingga
pada titik P6 (tegangan) paling tinggi. Pergerakan setiap titik tergantung dari
injakan pedal gas yang dilakukan oleh pengemudi.
3. Camshaft Position Sensor (CmP)
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembahasan sensor EFI, ditemukan kurang lebih
sebanyak 8 sensor yang bekerja dalam sistem EFI pada mobil Toyota Avanza. Sensor
tersebut meliputi Manifold Absolute Pressure (MAP), Throttle Positioning Sensor (TPS),
Camshaft Position Sensor (CmP), Crankshaft Position Sensor (CkP), Water Temperatur
Sensor (WTS), Oxygen Sensor (O2 Sensor), Intake Air Temperature Sensor (IATS), dan
Knock Sensor.
LAMPIRAN PRAKTIKUM