OLEH:
AUFI NADZARY 1741220034
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat beraktivitas untuk menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Automatic Transmission Pada Toyota Fortuner
“ ini. Walaupun banyak isi dari rangkuman karya ilmiah ini penulis kutip langsung dari
sumber. Tapi penulis berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan
saudara-saudari yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “Automatic
Transmission Pada Toyota Fortuner “.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem manajemen chassis
di Politeknik Negeri Malang.
Makalah ini berisi informasi tentang “Automatic Transmission Pada Toyota Fortuner”.
Yang penulis harapkan pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan
dengan Automatic Transmission yang akan penulis bahas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terima kasih,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Rumusan Tujuan.........................................................................................1
1.4 Batasan Masalah..........................................................................................1
1.5 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II. DASAR TEORI..........................................................................................3
2.1 Pengertian Automatic Transmission...........................................................3
2.2 Jenis-Jenis Automatic Transmission...........................................................3
2.3 Transmisi Otomatis Jenis Torque Converter...............................................4
2.4 Continously Variable Transmisision.........................................................10
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................14
3.1 Transmisi Otomatis Pada Toyota Fortuner...............................................14
3.2 Cara Penggunaan Transmisi Otomatis Toyota Fortuner 4X4...................14
3.3 Bagian-Bagian Utama dan Fungsi Dasar..................................................14
3.4 Perawatan Transmisi Otomatis Pada Toyota Fortuner..............................20
3.5 Pengecekan Kerusakan Komponen-Komponen Transmisi Tipe A343F. .24
BAB IV. PENUTUP..............................................................................................62
4.1 Kesimpulan...............................................................................................62
4.2 Saran..........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
DASAR TEORI
Posisi P (Park)
Pada posisi ini kendaraan tidak dapat bergerak (roda tidak dapat diputar) tetapi mesin
dapat dihidupkan.Posisi ini digunakan untuk kendaraan yang diparkir, atau pada
kendaraan untuk keperluan mesin dihidupkan tetapi kendaraan tidak dijalankan.
Posisi R (Reverse)
Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan mundur.
Posisi N (Netral)
Pada posisi ini kendaraan tidak bergerak tetapi roda dapat diputar dan mesin dapat
dihidupkan.Hanya posisi N dan P mesin dapat dihidupkan, posisi N transmisi pada
posisi netral, biasanya digunakan untuk menghidupkan mesin sebelum kendaraan
dijalankan atau ketika kendaraan berhenti sementara mesin hidup, seperti menunggu
lampu hijau menyala di perempatan jalan.
Posisi D (Drive)
Posisi D, digunakan untuk menggerakkan kendaraan bergerak maju secara otomatis
dan dapat mengatur posisi kerja dari gigi 1, 2 dan 3, atau sebaliknya, jika switch O/D di-
posisikan ON, transmisi secara otomatis dapat mengatur kerja dari gigi 1, 2, 3 dan 4
atau sebaliknya. Posisi ini biasanya digunakan untuk jalan normal dan rata.
4
Posisi 2
Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan bergerak maju, tetapi secara
otomatis hanya dapat mengatur posisi kerja dari gigi 1 ke gigi 2 atau sebaliknya,
biasanya digunakan untuk jalanan menanjak atau turunan tajam.
Posisi L/1
Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan bergerak maju tetapi hanya pada
posisi gigi 1 saja, biasanya digunakan untuk jalanan yang sangat menanjak atau turunan
yang sangat tajam yang tidak dapat dilakukan pada posisi gigi 2.
5
a. Fungsi dari torque converter adalah :
1) Melipatgandakan momen yang dihasilkan oleh mesin
2) Menjadi kopling otomatis yang mengirimkan momen mesin menuju ke
transmisi
3) Menyerap getaran mesin
4) Melembutkan putaran mesin
5) Sebagai pompa oli ke hidraulic control system
b. Bagian-bagian utama dari Torque Converters :
Bagian utama torque converters (dari kiri ke kanan): Turbine Runner,
Stator, Impeller Pum.
c. Cara kerja torque converters
Prinsip dasar cara kerja torque converters diambil dari dua kipas angin
yang dipasang saling berhadapan, dimana kipas yang satu dialiri arus listrik
(PLN) sementara yang satunya dibiarkan tanpa dialiri arus listrik. Pada hal ini
kipas yang tidak dialiri arus listrik akan ikut berputar karena tertiup angin dari
kipas yang berada dihadapanya dengan arah yang sama, prinsip dasar inilah
yang digunakan pada torque converters.
d. Lock up mechanism
Torque converter tidak selamanya menyalurkan tenaga putar ke transmisi
dengan perbandingan 1 : 1, tapi ada sebagian kecil tenaga yaitu sekitar 4 - 5 %
yang hilang. Hal ini tentunya sangat merugikan karena akan mengakibatkan
pemborosan bahan bakar. Untuk menghindari hal tersebut di buat mekanisme
lock up mechanism yang akan mengunci torquer converter ketika kendaraan
berjalan pada kecepatan 37 mph atau 60 km/jam atau lebih tinggi. Ketika
mekanisme ini bekerja maka tenaga putar dari mesin akan di salurkan 100 %
menuju ke transmisi.
2. Planetary Gear Unit
Planetary gear unit dipakai untuk menaikan dan menurunkan momen mesin,
menaikan dan menurunkan kecepatan kendaraan, di pakai untuk memundurkan
kendaraan dan dipakai untuk bergerak maju. Pada dasarnya planetary gearunit
dipakai mesin untuk menghasilkan tenaga dan menggerakan kendaraan dengan
beban yang berat dengan tenaga yang ringan.
Hubungan antara kecepatan dan momen mesin dapat di jelaskan sebagai
berikut: Pada saat kendaraan berhenti dan mau berjalan dibutuhkan momen yang
besar, dan pada posisi ini dibutuhkan gigi yang rendah untuk menggerakan
kendaraan. Akan tetapi pada kecepatan yang tinggi maka akan dibutuhkan gigi
yang tinggi dan momen yang kecil untuk menjaga laju kendaraan.
6
3. Hydraulic Control System
Bagian ini mengontrol kerja dari rem dan koling pada transmisi otomatis
dengan tekanan yang diperoleh dari pompa oli. Unit pengendali hidrolik
mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai berikut:
1) Untuk membangkitkan/mengahasilkan tekanan hidrolik
Pompa oli mempunyai fungsi membangkitkan tekanan hidrolik.
Pompa oli membangkitkan tekanan hidrolik yang diperlukan untuk
pengoperasian transaxle otomatis dengan menggerakkan tempat/kotak
pengubah tenaga putar (mesin).
2) Menyesuaikan tekanan hidrolik
Tekanan hidrolik yang ditekan oleh pompa oli disesuaikan dengan
pentil pengatur utama. Juga pentil katup penghambat menghasilkan
tekanan hidrolik yang sesuai dengan output mesin
3) Mengalihkan (shift) roda gigi (untuk mengoperasikan kopling dan rem)
Ketika operasi kopling dan rem pada unit roda gigi planetary dialihkan
(switch), roda gigi dialihkan.Jalur cairan diciptakan sesuai dengan posisi
shift oleh pentil manual. Ketika kecepatan lendaraan meningkat, signal
sikirimkan ke pentil solenoid dari mesin & ECT ECU (Electronic Control
Unit). Pentil solenoid mengoperasikan setiap pentil shift ke pemindahan
(shifting) roda gigi
Komponen-komponen utama dari unit kontrol hidrolik adalah sebagai berikut:
• Pompa oli • Valve body
• Primary regulator valve • Manual valve
• Shift valve • Solenoid valve
• Throttle valve
4. Automatic Transmision Fluid
Minyak transmisi otomatis mempunyai kualitas yang tinggi dengan berbagai
macam bahan tambah. Minyak transmisi otomatis ini di kontrol oleh katup hidrolik
melalui transmisi ke gear shift dan melumasi komponen yang berputar dari
transmisi otomatis.
Minyak transmisi otomatis harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
• kekentalan yang sesuai • stabil terhadap panas dan oksidasi
• tidak berbusa • koefisien gesek yang sesuai
• berwarna • mempunyai bahan tambah yang lain
Minyak transmisi otomatis (ATF) mempunyai macam-macam viskositas dan
koefisien geseknya. Hal ini perlu diketahui karena pengunaan miyka transmisi
otomatis bisa berbeda tiap tipe kendaraan.
7
Penggunaan miyak transmisi otomatis yang tidak benar tidak hanya
menurunkan tenaga, tetapi juga bisa menyebabkan bunyi serta kerusakan yang lain.
2.3.3 Cara Kerja Transmisi Otomatis Jenis Torque Converter Pada Mobil
Berikut adalah cara kerja transmisi otomatis :
Poros Engkol >> Torque Converter >> Planetary Gear >> [Differential >> Drive
Shaft >> Roda] pada penggerak roda belakang, bagian didalam kurung kotak diganti [As
Kopel>> Gardan/Differential>>Roda]
Torque converter menggantikan kopling mekanikal pada transmisi manual.
Lewat torque converter ini torsi disalurkan dengan mekanisme pompa dan turbin.
Didalam torque converter terdapat 3 buah baling-baling. Yang pertama bekerja sebagai
pompa yang dikopel langsung dengan mesin. Yang kedua "turbin" dikopel langsung
dengan planetray gear. Dan yang terakhir adalah stator. Cara kerjanya, baling-baling yang
terkopel pada mesin berputar untuk memompakan Oli transmisi didalam sebuah ruang
tertutup. Lalu tekanan oli tersebut mendorong turbin layaknya air bertekanan yang
menggerakkan pembangkit listrik tenaga air. Konsep sederhananya, anda menyalakan
sebuah kipas angin lalu tepat didepannya anda letakkan kipas angin yang lain dalam
keadaan mati. Maka kipas angin yang mati tadi akan berputar seiring meningkatnya
tekanan udara dari kipas angin yang menyala. Dari sistem tersebut, didapatkan
peningkatan torsi pada turbin saat RPM pada mesin meningkat. Karena itulah
perlengkapan ini disebut torque converter. Karena dia merubah putaran tinggi pada mesin
menjadi torsi saat dibutuhkan. Namun alat ini jugalah yang menyebabkan konsumsi
bahan bakar pada mobil matik meningkat. Karena pompa dan turbin tidak akan pernah
berputar 1:1 saat berbeban. Oleh karena itu, pada pengembangannya di aplikasikan
perangkat "lock up" yang akan mengunci pompa dan turbin secara mekanis untuk
mendapatkan efisiensi saat RPM tinggi dan overdrive. Lalu fungsi stator? Nah stator
adalah pengembangan sistem dua baling-baling menjadi 3 baling baling. Dimana baling
diantara pompa dan turbin tidak bergerak. Oleh karena itu dinamakan stator (statis:diam)
dan fungsinya adalah mengoptimalkan arah tekanan oli untuk menggerakkan turbin.
8
Planetary Gear. Komponen ini menggantikan gigi-gigi rasio pada transmisi
manual untuk merubah rasio putaran turbin terhadap roda. Fungsi utamanya sebetulnya
tidaklah berbeda dengan fungsi transmisi manual yang biasa anda ganti-ganti dengan tuas
persneling saat menjalankan mobil. Namun desain fisiknya yang berbeda cukup jauh.
Pada planetary gear tidak ada dua barisan roda gigi yang saling berhubungan
dengan rasio berbeda-beda.
Tetapi sebuah roda gigi yang dikelilingi banyak roda gigi kecil dan ruman
planetary yang memiliki gigi dibagian dalamnya. Untuk lebih jelas, carilah gambarnya di
search engine. Karena cukup sulit menggambarkannya hanya dengan tulisan. Nah,
disinilah Valve body bekerja. Valve body mengatur jalannya oli untuk merubah rasio
planetary gear secara hidraulis.
Itulah cara kerja tranmisi yang banyak digunakan pada mobil-mobil yang
bersliweran saat ini. Torque converter menyebabkan mobil serasa berjalan dengan
kopling yang selip. Dan planetary gear menyebabkan mobil seperti memindahkan giginya
secara otomatis.
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Transmisi Otomatis Jenis Torque Converter
Kelebihan :
1) Lebih mudah perawatannya
2) Masih memberikan kesan fun to drive dengan hentakan yang lebih terasa
3) Komponen pengganti (spareparts) lebih mudah didapat.
Kelemahan :
1) Hentakan perpindahan gigi masih terasa, sehingga kurang nyaman bagi
penumpang.
9
2.4 Continously Variable Transmisision
Continously Variable Transmisision atau yang biasa orang bilang CVT ini merupakan
pengganti gear box transmision pada transmisi otomotis. Bila kita melihat pada gambar di
atas, memang sangat berbeda jauh bentuknya maupun komponennya bila di bandingkan
dengan transmisi gearbox. Pada CVT secara garis umum tergabung dengan adanya sepasang
pulley adjustable dan sebuah belt yang membuat kedua pulley ini berputar pada putaran
yang sama. Pulley ini akan “mengembang” dan “mengempis” untuk mengatur ratio
perpindahan gigi. Sehingga pada saat mobil berjalan lambat, seperti pada gambar di sebelah
kiri. Dan saat berkecepatan tinggi terdapat pada gambar sebelah kanan. Pada transmisi CVT,
memungkinkan transmsisi dapat merubah posisi gigi-nya sampai tak terhingga. Tergantung
dari bergeseran pulley tersebut.
Pada transmisi CVT untuk mengubah perpindahan gigi, CVT tidak lagi menggunakan
roda-roda gigi seperti transmisi manual dan otomatis konvensional (gigi planet). Pada
transmisi otomatik konvensional masih ada gigi planet yang mengubah atau memindahkan
gigi dengan cara “meloncat”. Hanya, perpindahan gigi yang diatur secara otomatis.
10
Gambar.2.3 Komponen CVT
Transmisi CVT milik secara kontinu memonitor durasi dan bukaan gas, dan secara
otomatis mengubah mode pengendaraan untuk kontrol yang optimal. Dengan
mengoptimalkan range rasio dari kecepatan belt dan melengkapi transmisinya dengan
kontrol tekanan pulleyside secara langsung, sistem transmisi ini memberikan rasa
berkendara yang natural, meningkatkan efisiensi transmisi, dan memperbaiki tingkat
ekonomis bahan bakar.
Secara teknis, roda bergigi konvensional dalam CVT diganti dengan dua drum yang
ukurannya dapat berubah, dan selembar sabuk baja (steel drive belt). Pergerakan sabuk baja
ini dibentuk oleh setiap drum. Diameter dari setiap drum diatur oleh sebuah komputer
transmisi yang menambah atau mengurangi tekanan minyak ke dalam setiap bagian yang
bergerak dari setiap drum.
Ini adalah rasio rendah (gigi 1). Didalam gigi tinggi (top gear) tekanan tinggi minyak
masuk ke dalam katrol penggerak "drive pulley". Diameter drum sekarang berputar balik
sehingga katrol penggerak berputar lebih cepat dari katrol yang bergerak. Di dalam kedua
posisi ini, rasio terendah dan tertinggi, komputer transmisi membantu menyeimbangkan
tekanan minyak ke setiap drum dan ini menghasilkan rasio yang tepat ke kondisi jalanan dan
posisi akselerator dan moda pengendaraan mobil (drive mode).
Karena itulah, mobil yang menggunakan transmisi manual dan otomatik konvensional,
ditulis perbandingan giginya: 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Sedangkan pada transmisi CVT,
tidak ada. Pasalnya, begitu putaran mesin naik atau turun - sesuai dengan beban atau muatan
- perbandingan gigi langsung berubah.
11
2.4.1 Cara Kerja CVT
12
2) Memerlukan perhatian khusus dalam perawatan, terutama pada kendaraan roda
dua karena roda dua menggunakan belt karet. Sedangkan mobil menggunakan
steel belt
3) Memerlukan tingkat pelumasan yang sangat sensitif, oli yang dibutuhkan
adalah oli yang dapat melumasi setiap pergerakan pulley & belt tetapi tanpa
harus terjadi slip.
2.4.3 Technology CVT saat ini - CVT-7
Transmisi CVT dengan sistem belt-driven, dapat menyalurkan tenaga dari mesin ke
roda dengan halus, respon yang cepat dan tanpa hentakan. Virtual gear ratio map dan 7-
speed mode untuk simulasi perpindahan transmisi yang dinamis.
Transmisi otomatis yang konvensional terdiri atas sejumlah rasio tingkat kecepatan
yang tetap. Sistem transmisi dengan otomatis memilih tingkat kecepatan yang paling
sesuai dengan kecepatan aktual kendaraan dan posisi pedal gas. Meskipun begitu, kondisi
ideal kerap masih tidak tercapai. Oleh karena itu, sejumlah transmisi otomatis
menggunakan perubah torque ("torque converter") yang terhubung langsung dengan
mesin.
Meski perangkat di atas terpasang dengan sistem "lock-up clutch:" atau kopling
yang terkunci, hanya sekitar 90 persen tenaga mesin yang terpakai dengan efisien. CVT
tidak menggunakan perangkat rasio tingkat percepatan yang tetap.
CVT juga tidak menggunakan "perubah torque" (torque converter) yang justru
mencuri tenaga mesin. Sesuai dengan namanya, sistem ini tidak beroperasi secara
bertahap, melainkan bekerja dari posisi diam ke kecepatan maksimum dengan halus dan
tak terputus.
Dengan terus-menerus mencocokkan rasio ideal transmisi dengan kerja mesin,
maka mesin kendaraan akan bekerja dengan sangat efisien baik dalam pengoperasian
13
mode "D" atau drive di jalan raya atau penampilan yang lebih garang dengan mode "S"
atau sport untuk kondisi off-road (HR-V 4WD).
BAB III
PEMBAHASAN
14
1. Torque Converter
15
2. Planetary Gear Unit
19
6. Automatic Transmission Fluid (ATF)
Gambar.3.8 ATF.
Fungsi automatic transmission fluid :
1) Memindahkan momen puntir pada torque converter
2) Mengendalikan hydraulic control system, demikian juga kerja kopling dan rem
pada transmisi otomatis.
3) Melumasi planetary gear dan bagian-bagian lain yang bergerak.
20
Gambar.3.9 Nomor Seri Mesin dan Transmisi Pada Toyota Fortuner
21
Gambar.3.10 Konstruksi Transmisi Otomatis pada Toyota Fortuner
Perawatan transmisi otomatis yang paling utama yaitu rajin mengecek keadaan oli,
keteraturan mengganti oli dan memperhatikan spesifikasi pelumas transmisi otomatis
(automatic transmision fluid). Jika kita tidak memperhatiakan hal diatas maka dapat
menyebabkan transmsisi otomatis mengalami kerusakan dan untuk perbaikannya tidaklah
murah.
Maka dari itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Cara mengecek ATF
Dalam pemakaian mobil sehari-hari, perlu juga dilakukan pemeriksaan oli transmisi
matik. Baik untuk melihat volume maupun memeriksa kondisi cairannya. Ada beberapa
22
mobil yang sudah tidak menggunakan dipstick di transmisinya. Untuk mobil seperti ini,
satu-satunya cara memeriksanya adalah dengan memperhatikan lampu indikator di
dasbornya. Biasanya ditandai dengan simbol roda gigi. Berikut cara pemeriksaan ATF
dengan metode manual yang bisa dilakukan sendiri.
a. Periksa kondisi oli secara faktual melalui dipstick transmisi otomatis.
b. Jumlah ATF di transmisi harus dilihat dalam dua kondisi: dingin dan panas. Dalam
kondisi dingin (sebelum mobil dihidupkan) oli harus berada di batas “COLD”.
c. Parkir kendaraan pada permukaan yang rata dan tarik rem parkir.
d. Dengan mesin dalam keadaan idle dan rem parkir dikenakan, geser tuas pemindah
gigi ke semua posisi dari "P" hingga "L". Kemudian kembalikan ke posisi P.
e. Tarik keluar dipstick dan bersihkan.
f. Tancapkan lagi kerdalam pipanya.
g. Tarik keluar dan cek apakah level fluida berada dalam range "HOT". Bila levelnya
tidak dalam range HOT, tambah fluida transmisi.
h. Temperatur ATF standar: 70 sampai 80° C (158 sampai 176° F)
23
3.5 Pengecekan Kerusakan Komponen-Komponen Transmisi Tipe A343F
3.5.1 Jika terjadi kerusakan pada speed sensor
560 sampai
1–2 20°C (68°F) 680 Ω
24
2. Periksa speed sensor kendaraan no.2
25
1. Periksa sensor temperatur fluida transmisi otomatis.
26
1. Periksa Posisi switch parkir/netral assembly
a. Operasikan rem parkir dan putar switch pengapian ke
ON.
b. Injak pedal rem dan periksa bahwa mesin dapat
dihidupkan saat shift lever dalam posisi N atau P, tetapi
tidak dapat dihidupkan dalam posisi lainnya.
c. Periksa bahwa lampu mundur menyala dan buzzer
peringatan mundur berbunyi saat shift lever pada posisi
R, tetapi tidak berfungsi dalam posisi lainnya.
2. Lepas hubungan kabel dari terminal negatif baterai
PERINGATAN: Tunggu setidaknya 90 detik setelah
melepas hubungan kabel dari terminal negatif (-) baterai untuk
mencegah airbag dan seat belt pretensioner menjadi aktif.
3. Lepas hubungan konektor switch posisi parkir/netral
4. Lepas switch posisi parkir/netral assembly
27
Gambar 3.19 tempat pengukuran switch posisi parkir/netral
Tahanan standar:
Gambar 3.20 p
28
b. Luruskan alur switch dengan garis dasar netral.
c. Tahan switch pada posisi ini dan kencangkan baut.
Momen:
13 N*m{ 133 kgf*cm , 10 ft.*lbf }
d. Setelah penyetelan, lakukan pemeriksaa
3.5.4 Jika terjadi kerusakan pada sistem shift lock
29
1. Pemeriksaan pada kendaraan
a. Periksa kerja shift lock
1) Pindahkan tuas pemindah gigi ke P.
2) Putar switch pengapian ke OFF.
3) Cek apakah shift lever tidak dapat digerakkan ke
berbagai posisi selain P.
4) Putar switch pengapian ke ON, injak pedal rem dan
periksa bahwa shift lever dapat digerakkan ke posisi
lainnya.
2. Periksa kerja tombol pembebas shift lock
a. Ketika mengoperasikan shift lever dengan menekan
tombol pembebas shift lock, periksa bahwa lever dapat
digerakkan ke berbagai posisi kecuali P. Jika
pengoperasiannya tidak dapat dilakukan sesuai
spesifikasi, periksa shift lever assembly.
3. Periksa cara kerja kunci interlock
a. Putar switch pengapian ke ON.
b. Tekan pedal rem dan gerakkan shift lever ke berbagai
posisi kecuali P.
c. Periksa bahwa switch pengapian telah diputar ke OFF.
d. Gerakkan shift lever ke posisi P, putar switch pengapian
ke posisi OFF dan periksa bahwa kunci dapat dicabut.
Bila hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi, periksa unit
kontrol shift lock.
4. Periksa ecu kontrol shift lock
30
a. Ukur voltase pada konektor.
PERHATIAN:
Jangan melepaskan konektor shift lock control ECU.=
Voltase standar:
Hubungan Tester Kondisi Kondisi Spesifikasi
31
Gambar 3.24 letak pengukuran tahanan pada konektor
a. Ukur tahanan pada konektor.
PERHATIAN: Jangan melepaskan konektor shift lock
control ECU. Tahanan standar:
Kondisi
Hubungan Tester
Spesifikasi
32
1) Lepas hubungan konektor solenoid.
2) Hubungkan kabel positif (+) baterai ke terminal 1
(KLS+1) dan kabel negatif (-) ke terminal 2 (KLS-).
3) Periksa bahwa suara kerja dari solenoid dapat
didengar.
Bila hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti
solenoid.
3.5.5 Jika terjadi kerusakan pada torque converter clucth dan drive plate
33
3) Dengan torque converter diberdirikan pada
sampingnya, periksa bahwa clutch mengunci saat
SST diputar berlawanan arah jarum jam dan
berputar bebas danlembut saat diputar searah jarum
jam. Jika hasilnnya tidak sesuai spesifikasi,
bersihkan converter dan periksa lagi one-way clutch.
Jika hasilnya tidak sesuai spesifikasi, ganti
converter.
b. Tentukan kondisi torque converter clutch.
34
diambil dari torque converter clutch.
35
c. Ganti ATF dalam torque converter clutch.
1) Bila ATF berubah warna dan/atau beraroma tak
sedap, kuras ATF dalam torque converter clutch
seluruhnya, dan keringkan ATF dengan
menghadapkan ke atas torque converter
d. Bersihkan dan periksa oil cooler dan pipa penyalur oli.
1) Bila torque converter clutch diperiksa atau ATF
diganti, bersihkan oil cooler dan pipa penyalur oli.
PERHATIAN:
a) Berikan udara kompresor bertekanan 196 kPa
(2 kgf/cm2, 28 psi) ke dalam selang inlet.
b) Bila terdapat bubuk halus yang banyak dalam
ATF, tambahkan ATF baru menggunakan
pompa bucket dan bersihkan oil cooler dan
pipa saluran oli sekali lagi.
2) Bila ATF butek, periksa oil cooler (radiator).
e. Mencegah perubahan bentuk dan kerusakan torque
converter cluth ke gear pompa oli.
1) Bila ada suatu tanda dikarenakan campur tangan
ditemukan di ujung baut torque converter clutch dan
dasar lubang baut, ganti baut dan torque converter
clutch.
2) Semua baut harus sama panjangnya.
3) Pastikan bahwa tidak ada spring washer yang hilang
36
2. Periksa drive plate dan ring gear
37
converter clutch. Jika runout tidak dapat dikoreksi, ganti
torque converter clutch.
PERHATIAN: Tandai posisi torque converter clutch
sehingga akhirnya dapat dipasang dengan benar.
b. Lepas torque converter clutch.
3.5.6 Jika terjadi kerusakan pada pompa oli
38
2. Periksa stator shaft assembly
21.58 mm 27.08 mm
(0.8496 in.) (1.0661 in.)
39
a. Tekan driven gear ke satu sisi dari bodi.
b. Menggunakan feeler gauge, ukur celah katup.
Celah bodi standar: 0.07 sampai 0.15 mm (0.0028
sampai 0.0059 in.)
Celah bodi maksimum: 0.2 mm (0.0079 in.)
Bila celah bodi lebih besar dari maksimum, ganti
drive gear, driven gear atau bodi pompa.
40
d. Menggunakan mistar baja dan feeler gauge, ukur celah
samping dari kedua gear.
Celah samping standar : 0.02 sampai 0.05 mm (0.0008
sampai 0.0020 in.)
Celah samping maksimum: 0.1 mm (0.004 in.)
Bila celah samping lebih besar dari maksimum, ganti
drive gear, driven gear atau bodi pompa.
PERHATIAN:
Terdapat 5 perbedaan tebal untuk drive dan driven
gear.
41
4. Periksa putaran drive gear pompa oli
42
1. Periksa coast brake band ke-2
Tabel. panjang
43
Bila panjangnya tidak sesuai spessifikasi, ganti rod
dengan yang baru meskipun brake band bekerja secara
normal.
3.5.8 Jika terjadii kerusakan pada rem overdrive
44
2. Periksa overdrive brake return spring
45
PERINGATAN: Sebelum memasang disc yang baru,
rendam dulu dalam ATF sekurang-kurangnya 15 menit.
4. Periksa kerja piston dari over drive brake
46
1. Periksa overdrive one-way clutch
47
3. Periksa langkah piston dari overdrive direct clutch
48
Langkah piston standar: 1.85 sampai 2.15 mm (0.0728
sampai 0.0846 in.)
Jika langkahnya tidak sesuai spesifikasi, periksa disc.
4. Periksa overdrive direct clutch disc
49
a. Menggunakan jangka sorong, ukur panjang bebas pegas
bersama dengan dudukan pegas.
Panjang bebas standar: 15.8 mm (0.622 in.)
Jika panjangnya tidak sesuai spesifikasi, ganti pegas.
6. Periksa overdrive direct clutch piston
50
a. Menggunakan dial indicator, ukur diameter dalam
bushing planetary gear.
Diameter dalam maksimum: 11.27 mm (0.4437 in.) Bila
diameter dalam melebihi nilai maksimum, ganti
planetary gear.
51
1. Periksa pack clearance dari direct clutch
52
Bila pack clearance tidak sesuai dengan spesifikasi,
part mungkin akan dirakit dengan tidak benar.
Periksa dan pasang ulang. Bila pack clearance
tetap tidak sesuai spesifikasi, pilih flange lain.
PERHATIAN:
Ada 8 perbedaan ketebalan flange. Tebal flange
standar:
Kondisi Kondisi
No. No.
Spesifikasi Spesifikasi
3.3 mm 3.7 mm
53 57
(0.130 in.) (0.146 in.)
3.4 mm 3.8 mm
54 58
(0.134 in.) (0.150 in.)
3.5 mm 4.0 mm
55 60
(0.138 in.) (0.157 in.)
3.6 mm 4.2 mm
56 62
(0.142 in.) (0.165 in.)
Gambar 3.59 d
53
a. Ganti semua disc jika salah satu dari problem
berikut muncul: 1) disc, plate atau flange aus atau
terbakar, 2) lining dari disc terkelupas atau berubah
warna, atau 3) beralur atau nomor cetakan telah
rusak meskipun hanya sedikit.
PERINGATAN:
Sebelum memasang disc yang baru, rendam dulu
dalam ATF sekurang-kurangnya 15 menit.
3. Periksa direct return spring
54
a. Periksa bahwa check ball bebas dengan
mengguncangkan piston.
b. Periksa bahwa valve tidak terdapat kebocoran
dengan memberikan udara komproser bertekanan
rendah.
5. Periksa direct clutch drum
Gambar 3.62 p
a. Menggunakan dial indicator, ukur diameter dalam
bushing pada cluth drum.
Diameter dalam maksimum: 53.97 mm (2.1248 in.)
Bila diameter dalam lebih besar dari maksimum,
ganti cluth drum.
3.5.11 Jika terjadi kerusakan pada forward clutch
55
1. Periksa langkah piston dari forward clutch
3.0 mm 3.8 mm
90 94
(0.118 in.) (0.150 in.)
3.2 mm 4.0 mm
91 95
(0.126 in.) (0.157 in.)
3.4 mm 4.2 mm
92 96
(0.134 in.) (0.165 in.)
56
3.6 mm 4.4 mm
93 97
(0.142 in.) (0.173 in.)
Tabel. Tebal flange standart
57
a. Periksa bahwa check ball bebas dengan
mengguncangkan piston.
b. Periksa bahwa valve tidak terdapat kebocoran dengan
memberikan udara komproser bertekanan rendah.
58
Gambar 3.68 komponen-komponen sun gear dan one-way
clutch
59
Gambar 3.70 pengukuran bushing pada planetary sun gear
a. Menggunakan dial indicator, ukur diameter dalam
bushing pada planetary sun gear.
Diameter dalam maksimum: 27.08 mm (1.0661 in.)
Bila diameter dalam lebih besar dari maksimum, ganti
planetary sun gear.
3.5.13 Jika terjadi kerusakan second brake
61
3.5.14 Jika terjadi kerusakan pada rear planetary gear
62
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
63