Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL


LARUTAN PARENTERAL VOLUME KECIL DOSIS TUNGGAL (AMPUL)

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Apt. Inding Gusmayadi, M.Si

DISUSUN OLEH :
Dara Prameswari (2004015081)
Dhea Aulia Putri (2004015093)

KELOMPOK 3
KELAS F1

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam
wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan
secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (DepKes, 1995).
Preparat parenteral adalah bentuk-bentuk obat yang digunakan pada tubuh dengan
cara merobek, menusuk kulit atau selaput lendir, menggunakan alat suntik langsung ke
pembuluh darah atau daerah-daerah tertentu. Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat
dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Semua bahan dan
proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau
mikrobiologis (Priyambodo, B, 2007).
Pada sediaan injeksi proses sterilisasi sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi
yang dapat terjadi dengan mudah. Sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi
mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaannya secara
berulang-ulang (Ansel,2005).
Infus merupakan larutan dalam jumlah yang besar terhitung mulai dari 10mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatanyang cocok. Sediaan
infus sangatlah penting, dari penggunaannya ini semua infussangat sering digunakan pada
pasien-pasien di rumah sakit. Infus ini bergunauntuk menggantikan cairan-cairan tubuh
yang hilang karena disebabkan olehkekurangan cairan akibat muntah, diare yang
berkepanjangan, sebagai penambahenergi, serta pengganti makanan bila seorang penderita
penyakit tidak dapat lagi mengkonsumsi makanan seperti biasanya.
Tonisitas, dua larutan dikatan isotonis satu sama lain apabila kedua larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosa yang sama. Larutan obat suntik yang mempunyai tekanan
osmosa yang lebih tinggi dari tekanan osmosa cairan tubuh dinamakan hipertonis,
sebaliknya larutan dengan tekanan osmosa yang lebih rendah dinamakan hipotonis. Bila
larutan bersifat hipertonis, sel akan pecah atau mengekrut yang menimbulkan rasa nyeri
dan bisa kembali pulih seperti awal (reversible). Sedangkan bila larutan bersifat hipotonis,
sel akan mengembang atau pecah dan tidak bisa pulih kembali atau permanen (irreversible)

B. Tujuan Praktikum
a. Mampu memahami definisi/pengertian dari injeksi parenteral volume kecil dosis
tunggal
b. Mampu memahami persyaratan dalam pembuatan sediaan injeksi parenteral volume
kecil dosis tunggal
c. Mampu menghitung tonisitas sediaan injeksi parenteral volume kecil dosis tunggal
d. Mampu memformulasikan sediaan injeksi parenteral volume kecil dosis tunggal
e. Mampu membuat injeksi parenteral volume kecil dosis tunggal
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat : Ampul, Beaker glass, Batang pengaduk, Corong kaca, Gelas ukur, Kertas saring,
Pinset, Pipet tetes kaca, Spatel, Spuit, Kertas perkamen, Ketas pH lakmus dan
Pemantik gas
Bahan : Asam askorbat, Na. Subkarbonat, Thiocarbamidum, dan Aqua pro injeksi

B. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang Asam askorbat 1,1 gram, Na. Subkarbonat 0,528 gram, dan Thiocarbamidum
0,132 gram
3. Kalibrasi beaker glass 1,1 mL dengan Aqua pro injeksi
4. Larutkan Asam askorbat dengan 1,1 mL Aqua pro injeksi
5. Larutkan Na. Subkarbonat dengan 1 mL Aqua pro injeksi
6. Larutkan Thiocarbamidum dengan 0,012 mL Aqua pro injeksi
7. Campurkan semua bahan dalam beaker glass yang sudah di kalibrasi dan di cukupkan
hingga tanda kalibrasi
8. Cek pH menggunakan kertas pH lakmus
9. Saring larutan menggunakan corong dan kertas saring
10. Kemudian masukkan hasil penyaringan kedalam ampul menggunakan spuit sebnayak
1,1 mL
11. Segel ampul dengan memanaskan leher ampul dengan pemantik gas hingga
kemerahan. Lalu ujung ampul ditarik dengan pinset hingga mulut ampul tertutup rapat
12. Lakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
13. Berikan etiket, brosur, dan kemasan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Praktikum


Uji pH 6
(Farmakope Indonesia VI Hal. 176; pH antara 5,5 – 7,0)

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan Injeksi Vitamin C yang bertujuan
agar mahasiswa dapat mengetahui cara membuat sediaan injeksi volume kecil pelarut air
dan mengetahui metode-metode Pembuatan Injeksi Vitamin C. Injeksi adalah suatu
sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus disuspensikan
atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dilakukan dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah
pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam dosis tunggal atau wadah dosis
ganda (Anonim, 1979).
Pada praktikum pembuatan larutan parenteral volume kecil dosis tunggal ini
menggunakan Vitamin C sebagai zat aktif. Vitamin C atau asam askorbat adalah vitamin
larut dalam air yang diindikasikan sebagai pengobatan dan pencegahan defisiensi
(Martindale ed 26 Hal. 2000). Selain Vitamin C juga digunakan Na. Subkarbonat,
Thiocarbamidum sebagai bahan tambahan, dan Aqua pro injeksi sebagai pelarutnya.
Thiocarbamidum digunakan sebagai pengawet yang bermanfaat untuk mencegah
kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian, sedangkan Na. Subkarbonat digunakan
untuk mempertahankan pH atau sebagai pengatur pH agar pH sediaan dapat mencapai pH
yang sesuai.
Larutkan semua bahan yang sudah ditimbang menggunakan Aqua pro injeksi,
kemudian campurkan semua bahan sampai homogen dan dicukupkan pada beaker glass
yang sudah di kalibrasi. Jika sudah homogen cek pH menggunakan kertas pH lakmus, dan
saring larutan menggunakan kertas saring. Setelah disaring, masukkan hasil penyaringan
kedalam sebanyak 1,1 mL menggunakan spuit dan lakukan sebanyak dua kali di ampul
yang berbeda. Kemudian, panaskan leher ampul menggunakan pemantik gas hingga mulut
ampul tertutup dengan rapat. Sterilisasi ampul dengan autoklaf pada suhu 121º selama 15
menit.
Didapatkan hasil pH setelah pengujian menggunakan kertas pH lakmus. Sediaan
yang dibuat memiliki pH basa yaitu pH 6. Sediaan yang dibuat sudah memenuhi syarat
berdasarkan Farmakope Indonesia yaitu pH antara 5,5 – 7,0. Jika pH tidak sesuai dengan
Farmakope Indonesia bisa disebabkan karna kesalahan dalam formulasi sediaan, dimana
kadar Na. Subkarbonat belum cukup untuk mengatur pH menjadi pH yang sesuai.

Adapun keuntungan dari sediaan parenteral :


a. Obat memiliki onset (mulai kerja) yang cepat
b. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
c. Biovabilitas obat dalam traktus gastrointestinal dapat dihindarkan
d. Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau dalam keadaan koma

Adapun kelemahan dari sediaan parenteral :


a. Rasa nyeri saat disuntikan
b. Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik
c. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki terutama
sesudah pemberian intravena
d. Obat hanya dapat diberikan oleh perawat yang kompeten
e. Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril.
KESIMPULAN

Jadi pada praktikum pembuatan larutan parenteral volume kecil dosis tunggal ini menggunakan
Vitamin C atau asam askorbat sebagai zat aktifnya. Sediaan yang dibuat memililiki pH basa yaitu
6, sehingga sediaan yang dibuat memenugi syarat berdasarkan Farmakope Indonesia yaitu pH
antara 5,5 – 7,0.

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi VI.2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Martindale Edisi 36. 2009. Royal Pharmaceutical Society of Great Britain

Pratama S. Novita D. Dkk. 2018. Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril I.V. Labolatorium
Kimia Farmasi. Tanggerang: Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah
LAMPIRAN

Laporan Sementara
Etiket

Netto : 1 ml

VITsteril®
Injeksi Vitamin C
Pemakaian secara I.V

Tiap 1ml mengandung :


Vitamin C……..………………………..100mg

No. Reg : DKL8100200143A1


No. Batch : PK43010323
Mgf. Date : Maret 2023
Exp. Date : Maret 2026

TERLINDUNGI DARI CAHAYA

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


UNTUK PEMAKAIAN LUAR

Diproduksi Oleh :
PT.KITA

Jakarta – Indonesia

Brosur

Netto : 1 ml
VITsteril®
Injeksi Vitamin C
Aturan Pakai : Komposisi :
Injeksi Intravena 100 mg Indikasi : Tiap 1 ml mengandung :
25 – 75 mg/ hari Vitamin C digunakan dalam Vitamin C ……………..100 mg
pengobatan dan pencegahan defisiensi
Cara Penyimpanan : HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Dalam wadah dosis tunggal atau dosis Kontraindikasi :
ganda, sebaiknya dari wadah tidak Pasien riwayat gangguan ginjal atau No. Reg : DKL81002001439A1
tembus cahaya. riwayat batu ginjal No. Batch : PK43010323
Mgf. Date : Maret 2023
Peringatan dan Perhatian : Exp. Date : Maret 2026
Hindari pada pasien dengan gangguan Efek Samping :
ginjal atau memiliki riwayat batu Pemberian secara injeksi dapat Diproduksi Oleh :
ginjal, dan diberikan secara hati-hati menyebabkan diare, hiperoksaluria PT.KITA
kepada pasien dengan hiperok dan pembentukan batu ginjal.

Jakarta – Indonesia
Netto : 1 ml
Jakarta – Indonesia
PT.KITA
Diproduksi Oleh :
Injeksi Vitamin C
VITsteril®
VITsteril®
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Cara Penyimpanan :
VITsteril®
Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari wadah tidak
tembus cahaya. HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Cara Penyimpanan :
Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari wadah tidak
tembus cahaya.
No. Reg

Exp. Date
No. Batch
Mgf. Date

VITsteril®
: Maret 2026
: Maret 2023
: PK43010323
: DKL81002001439A1

: Maret 2023

: DKL81002001439A1
: PK43010323
: Maret 2026
VITsteril®

No. Reg
No. Batch
Mgf. Date
Exp. Date
Vitamin C digunakan dalam pengobatan dan pencegahan defisiensi
Indikasi :
Vitamin C ……………..100 mg
Tiap 1 ml mengandung :
Komposisi : HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Anda mungkin juga menyukai