Anda di halaman 1dari 2

Berita Politik : Risma Curhat Pemberantasan Demam Berdarah Kepada Megawati

Jakarta – Dalam rangka Apel Besar Harlah NU ke-93, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati
Soekarnoputri menyempatkan diri untuk tandang ke kediaman Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Dalam kunjungannya, Risma sedikit curhat perihal upaya untuk memberantas jentik nyamuk.
Lantaran keinginan Risma untuk memberantas demam berdarah.

“Begitu duduk bersama Ibu Megawati, Bu Risma langsung menyampaikan bagaimana arahan Ibu
Megawati untuk pemberantasan demam berdarah terus dilakukan. Selain membentuk pemantau
jentik dengan penuh semangat Bu Risma menyatakan telah membeli kodok dari Kediri,” kata
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, di Jakarta,
Sabtu (30/4)

Menurut Hasto, kodok dikenal sebagai musuh alami nyamuk. “Ibu Megawati memang pernah
menceritakan kepada Bu Risma bagaimana kodok dipelihara di Teuku Umar untuk memberantas
nyamuk,” tutur Hasto yang bersama Ketua DPP Pranando Prabowo mendampingi pertemuan
tersebut.

Hasto mengingat, saat itu, Megawati kemudian menyarankan kepada Risma untuk membeli kodok
dari Tabanan, Bali. “Kodok dari Tabanan meski bentuk tubuhnya tidak begitu besar, namun efektif
untuk memangsa nyamuk,” ucap Hasto menirukan ucapan Megawati.

Risma pun semangat dalam menanggapi saran tersebut, dan kodok akan dipelihara di taman-
taman Kota Surabaya sehingga terasa ‘nyanyian alam’. Menurut Hasto, Megawati-Risma terlihat
sangat akrab. Keduanya penggemar tanaman, dan menjadikan tanaman sebagai bagian dari warna
politik kemanusiaan yang menjadi perhatian utama Megawati.
“Tidak heran jika Ibu Megawati memimpin Yayasan Kebun Raya. Seluruh kepala daerah PDIP
didorong untuk mencintai tanaman, dan sekiranya memungkinkan membuka kebun raya
sebagaimana dilakukan kepala daerah PDIP di Kalteng, Kalbar, Kuningan, Tabanan, Jateng, dan
Kota Surabaya,” papar Hasto.

Ditambahkan Hasto, begitu besar perhatian Megawati terhadap tanaman, sampai hal-hal kecil pun
diperhatikan. “Sebagai contoh, kami dilarang membuang biji salak, sebab biji salak tersebut
memiliki hak hidup,” ujar Hasto.

Anda mungkin juga menyukai