Anda di halaman 1dari 8

ANALISA

UKURAN BUTIR

Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah, baik dengan cara mekanis maupun
dengan metode hidrometer

Kompetensi :
Mahasiswa dapat menganalisa gradasi contoh tanah, baik dengan metode mekanis
maupun dengan metode hidrometer

Indikator :
 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian gradasi
 Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pengujian dengan baik
 Mahasiswa dapat melakukan pengujian gradasi
 Mahasiswa dapat menyajikan hasil pengujiannya sesuai dengan format yang
diberikan

Dasar Teori

Analisa ukuran partikel dari sebuah contoh tanah melibatkan penentuan persentase
berat partikel dalam rentang ukuran yang berbeda. Distribusi ukuran partikel tanah
berbutir kasar dapat menggunakan metode pengayakan (sieving). Contoh tanah
dilewatkan melalui satu set saringan standar yang memiliki lubang dengan ukuran
makin kecil dari atas kebawah. Berat tanah yang tertahan pada setiap saringan
ditentukan dan persentase komulatif dari berat tanah yang melewati tiap saringan
dihitung. Jika terdapat partikel-partikel berbutir halus pada tanah, contoh tanah
tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mencuci contoh tanah
tersebut dengan air melalui ukuran saringan terkecil.

Distribusi ukuran partikel tanah berbutir halus atau fraksi berbutir halus dari contoh
tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan metode pengendapan (hidrometer).
Metode ini didasarkan pada hukum stokes yang mengatur kecepatan pengendapan
partikel berbentuk bola dalam suatu suspensi: makin besar partikel makin besar pula
kecepatan mengendapnya, dan sebaliknya. Hukum tersebut tidak berlaku untuk
partikel yang berukuran lebih kecil dari 0,0002 mm dimana pergerakannya
dipengaruhi oleh gerak Brown. Contoh tanah yang akan diuji terlebih dahulu
dibersihkan dari kotoran-kotoran organik dengan menggunakan hydrogen peroksida.
Contoh tersebut dibuat menjadi suspensi dalam air suling dan ditambahkan larutan
pemisah butiran agar partikel satu dengan lain saling terpisah. Suspensi yang
didapat diendapkan dalam tabung pengendap. Dari hokum stokes dapat dihitung
waktu turun (t) partikel berukuran D (diameter yang ekivalen dengan penurunan)
sejauh kedalaman tertentu dalam suspensi. Jika setelah waktu tertentu, t, di
kedalaman tertentu contoh tanah diambil dengan pipet, maka contoh tanah tersebut
hanya akan mengandung partikel-partikel yang berukuran lebih kecil dari D dengan
konsentrasi yang sama dengan pada awal pengendapan. Jika dalam suatu waktu
diambil pada kedalaman berbeda, maka dapat ditentukan distribusi ukuran butiran
partikel dari berat tanah yang diambil. Alternatif lain untuk mengambil contoh selain
dengan pipet adalah dengan mengukur suspensi tersebut dengan alat hydrometer.
Berat jenis (spesific gravity) tergantung pada berat partikel tanah dalam suspensi
pada saat pengukuran. Rincian lengkap penentuan distribusi ukuran partikel dengan
metode penyaringan (mekanik) dan pengendapan (hydrometer) ada pada langkah-
langkah kerja masing-masing.

Distribusi ukuran butiran partikel tanah dapat digambarkan dengan sebuah kurva
diatas kertas semi logaritmik, dimana ordinatnya adalah persentase berat partikel
yang lebih kecil dari ukuran absisnnya yang diketahui. Makin landai kurva distribusi,
makin besar rentang distribusinya dan makin curam kurva makin kecil rentang
distribusinya.Tanah berbutir kasar dideskripsikan bergradasai baik jika tidak ada
ukuran partikel-partikel yang ukurannya menyolok dalam satu rentang distribusi dan
jika masih ada partikel yang berukuran sedang. Secara umum tanah bergradasi baik
diwakili oleh kurva distribusi yang cembung dan mulus. Tanah berbutir kasar
dideskripsikan bergradasai buruk jika ukurannya seragam atau jarang ada partikel-
partikel yang berukuran sedang ( terdapat loncatan ukuran tanah ). Ukuran partikel
digambar pada kurva dengan skala logaritme sebagai absis. Jadi jika ada dua jenis
contoh yang memiliki derajat keseragaman (uniformity) yang sama, maka akan ada
dua kurva yang sama bentuknya meskipun letak ordinatnya berlainan.

Ukuran efektif ( D10 ) menyatakan ukuran ayakan dimana 10% dari material lolos
pada ayakan tersebut. D30 dan D60 didefinisikan analog dengan D10. Secara umum
kemiringan dan bentuk kurva distribusi dapat digambarkan dengan bantuan
koefisien keseragaman ( CU = uniformity coeffisient ) dan koefisien gradasi ( C C =
coefficient of curvature ) yang dirumuskan dengan :
2
D 60 D 30
CU = CC =
D 10 dan D 60 D10

Tanah yang bergradasi baik, akan mempunyai nilai Cu > 4 untuk pasir dan
mempunyai nilai Cu > 6 untuk kerikil dan nilai Cc antara 1 dan 3 (untuk kerikil dan
pasir).

8.1 ANALISA
AYAKAN
1. Peralatan
1. Seperangkat saringan, tutup dan pan alas
2. Sikat pembersih saringan
3. Mesin pengocok/ sieve shaker
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
5. Palu karet
6. Talam
7. Oven
8. Desikator

2. Benda Uji
Untuk melakukan analisa gradasi, diperlukan contoh tanah sebanyak seperti yang
tercantum pada Tabel 4.1 di bawah, tergantung pada ukuran butir terbesar.
Untuk analisa butiran bahan yang lolos saringan No. 10 (2 mm) diperlukan bahan
sejumlah 110 gram untuk tanah kepasiran dan sebanyak 60 gram untuk tanah
kelanauan atau kelempungan.

Tabel 8.1 Menentukan jumlah sampel


Diameter butir Jumlah
terbesar sampel
(mm) (gram)
9,5 500
25,0 2000
50,0 4000
75,0 5000
(Lihat juga Al-Khafaji, 1992)
3. Perhitungan

1. Persentase tanah yang tertinggal pada masing-masing ayakan :

berat tertinggal
= 100 %
berat total

2. Prosentase komulatif tanah yang tertinggal pada ayakan = jumlah tanah yang
tertinggal pada semua ayakan yang sama dan lebih besar dari ayakan
bersangkutan.
3. Persentase lolos = 100% - persentase komulatif tanah yang tertinggal
4. Buat grafik antara ukuran ayakan dengan persentase lolos

Tabel 8.2 Susunan Ayakan yang umum (Al-Khafaji, 1992)

Kombinasi A Kombinasi B
Dominan gravel Dominan pasir Dominan gravel Dominan pasir
dan material dan material
berbutir halus berbutir halus
3” No. 4 3” No. 4
2” No. 10 1 ½” No. 10
1 ½” No. 20 ¾” No. 16
1” No. 40 3/8” No. 30
¾” No. 60 No. 4 No. 50
3/8” No. 140 No. 8 No. 100
No. 4 No. 200 No. 16 No. 200
Pan Pan Pan Pan

Tabel 8.3 Ukuran Ayakan Standar Amerika (Al-Khafaji, 1992)

No. Ukuran No. Ukuran


Saringan (mm) Saringan (mm)
3” 76,20 No. 25 0,710
2” 50,80 No. 30 0,600
1 ½” 38,10 No. 35 0,500
1” 25,40 No. 40 0,425
¾” 19,05 No. 45 0,335
½” 12,70 No. 50 0,330
3/8” 9,52 No. 60 0,250
¼” 6,35 No. 70 0,212
No. 4 4,75 No. 80 0,180
No. 5 4,00 No. 100 0,150
No. 6 3,35 No. 120 0,125
No. 7 2,80 No. 140 0,106
No. 8 2,36 No. 170 0,090
No. 10 2,00 No. 200 0,075
No. 12 1,70 No. 230 0,063
No. 14 1,40 No. 270 0,053
No. 16 1,18 No. 325 0,045
No. 18 1,00 No. 400 0,038
No. 20 0,85

Grafik Gradasi

100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
% lolos

50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran ayakan (mm)

Tabel 8.4 Analisa Ayakan

Deskripsi tanah :..........................................................................................................


Lokasi :..........................................................................................................
Nomor lubang bor :..................
Kedalaman :.................
Diuji oleh :..........................................................................................................
Tanggal :..................

Satuan Sebelum dicuci Setelah dicuci


Berat container gr
Berat container + benda uji gr
Berat benda uji gr
No. Ayakan Ukuran Berat % % %
(mm) tertahan tertahan kumulatif lolos
(gr)
4 4,75
10 2,00
20 0,85
40 0,425
100 0,150
200 0,075
pan

8.2 ANALISA
HIDROMETER

1. Tujuan
Menentukan distribusi/pembagian butir tanah yang lolos saringan no. 200.

2. Peralatan
1. Ayakan No. 10 (2 mm)
2. Hydrometer
3. Thermometer 0-50oC ketelitian 0,1oC.
4. Mixer
5. Oven
6. Sodium hexametaphospate (calgon)
7. Evavorating dish
8. Timbangan
9. Pipet
10.Stopwatch
11.Talam
12.aquades

3. Perhitungan
1. Persentase tanah lebih halus (N) dapat dihitung dengan rumus:
Gs V
N= γ (r −r a )100 %
Gs −1 W s c kalikan 1/1000 karena pembacaan.

Dimana :
Gs = spesifik grafity
V = volume suspensi (1000ml)
Ws = Berat tanah kering
γ c = berat jenis air pada suhu percobaan 20oC
R = pembacaan hydrometer pada suspensi
Rw = pembacaan hydrometer pada air suling dalam suhu yang sama

2. Efektif diameter D dapat dihitung dengan rumus :

zr
D=
√ √
18 μ
γ s −γ w t

Dimana :
  viskositas air pada suhu percobaan
γ s= berat jenis tanah
γw = berat jenis air pada suhu percobaan
zr = jarak dari permukaan suspensi ke pusat volume hydrometer
= -266,7 R + 288,7
t = total waktu pembacaan

3. Koreksi persen lebih halus N’:

W1
N '=N =N %
Ws lebih halus dari ayakan No 200

Dimana :
N = % lebih halus
W1= berat tanah kering yang lolos ayakan No. 200
W2= berat seluruhnya dari tanah kering untuk perhitungan analisa ayakan

4. Catatan
1. Defloculating agent yang dipakai adalah sodium hexametaphpospate (40 grm
per liter aquadest)
2. Campuran ini harus sering-sering diganti (sekurang-kurangnya sebulan sekali
atau menyesuaikan Ph pada Ph 8 – 9.
Tabel 8.5 ANALISA HIDROMETER

Volume larutan V = cm3


Berat sampel kering untuk hydrometer Ws1 = gr
Berat sampel kering untuk ayakan Ws = gr
Berat tanah lolos ayakan no.200 W1 = gr
Berat jenis tanah Gs =
Berat volume butir tanah s = gr/cm3
Temperatur percobaan T = o
C
Berat volume air pada T w = gr/cm3
gr.dt/cm
Harga viskositas air pada T  = 2

Type Hydrometer : ASTM (E100) 151H - 713


Bacaan
Waktu (t) hydrometer (R-Rw) N Zr Zr/t D N'
(cm/dt (micron
(menit) R Rw (%) (cm) ) ) (%)
0.25
0.5
1
2
5
15
30
60
240
1440

Grafik Gradasi

100
90
80
Persentase lolos (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
1 10 100 1000
Ukuran Butir (micron)

Anda mungkin juga menyukai