Anda di halaman 1dari 3

Bagus D. M.

(H0244 - Utsman bin Affan)

Huruf Muqatha’ah
Tafsiran Huruf Muqatha’ah
Ketika membahas awal surat Al-Baqarah yang terdapat pula huruf muqatha’ah seperti alif laam miim,
Ibnu Katsir menjelaskan yang intinya sebagai berikut.

Para ulama pakar tafsir berselisih pendapat mengenai hakikat huruf muqatha’ah yang terdapat di
awal-awal surat.

Ada ulama yang mengatakan bahwa Allah yang mengetahui maksudnya. Hakikat huruf-huruf tersebut
diserahkan pada Allah dan para ulama tidak menafsirkannya. Yang berpendapat seperti ini adalah dari
sahabat-sahabat utama yaitu Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan Ibnu Mas’ud.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah tersebut memiliki tafsiran. Namun mereka
berselisih pendapat mengenai tafsirannya. Seperti ada pendapat yang menyatakan bahwa huruf
muqatha’ah tersebut adalah di antara nama Al-Qur’an. Juga ada yang menyatakan bahwa huruf
muqatha’ah adalah di antara nama Allah.

Namun pendapat pertama bahwa huruf muqatha’ah itu diserahkan maknanya pada Allah lebih tepat.
Sedangkan pendapat kedua tidaklah didukung dengan dalil. Seperti misalnya ada yang menafsirkan
surat Yasin dengan “wahai manusia”, karena yaa adalah huruf nida’ (panggilan) yang berarti wahai.
Sedangkan siin adalah dari kata insan yang berarti manusia. Pendapat ini tidak didukung oleh dalil
yang kuat sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Tafsir
Surat Yasin, hlm. 8.

Sumber https://rumaysho.com/11480-huruf-muqathaah-dan-hikmahnya.html

Cara Membaca
dalam qiraah Imam Hafsh dari ‘Ashim (cara baca yang mengikuti riwayat dua ulama qiraah), huruf
muqatha’ah dibaca sebagaimana nama aslinya dalam abjad hijaiyah, dengan tetap mengikuti kaidah
tajwid dalam cara membacanya.

Sebagai contoh:

Tulisan : ‫ الم‬kita baca alif laam miim. Atau jika kita tulis dalam teks arab:
‫ا‬ َ
‫أ ِلـف َلم ِميم‬

Kita menemukan ada 3 hukum tajwid pada teks ini:


‫ا‬
1. Mad aridh lis sukun, yaitu pada kata [‫]َلم‬. Pada kata ini terdapat dua huruf mati yang bergandengan:
alif dan mim. Kaidahnya: jika ada dua huruf mati yang bergandengan dan huruf pertama adalah huruf
illah maka dihukumi mad aridh lis sukun, yang dibaca 4 – 6 harakat. Huruf illah : [‫ ]ا – و – ي‬yang
berfungsi memanjangkan.
2. Idhgham mimii atau idgham mutamatsilain, yaitu pada kata: [‫]الم ميم‬. Di situ mim mati ketemu mim
di depannya. Dan idgham mutamatsilain dibaca ghunnah (ditahan dengan mendengung).

3. Mad aridh lis sukun pada kata [‫]ميم‬. Pada kata ini terdapat dua huruf mati yang bergandengan: ya
dan mim. Sehingga berlaku hukum mad aridh lis sukun, yang dibaca 4 – 6 harakat.

Untuk memudahkan cara baca, di Alquran cetakan indonesia, huruf lam dan mim diberi harakat ~
(seperti alis), mengingatkan agar dibaca panjang. Karena hukum tajwid yang berlaku adalah mad ‘aridh
lis sukun. Meskipun bisa jadi, tanda seperti ini tidak kita jumpai pada Alquran cetakan yang lain.
Namun cara membacanya tetap sama.

Sebagai tambahan, anda berlatih membaca ‫كهيعص‬. Cara baca yang benar: Kaaf – ha – ya – ‘aiin –
shaad. Atau jika ditulis lebih lengkap:
ْ ‫َكاف اها ايا اع‬
‫ي اصاد‬

Kita menemukan beberapa hukum tajwid pada kalimat di atas:


َ
1. Mad aridh lis sukun, pada kata [‫]كاف‬. Pada kata ini terdapat dua huruf mati yang bergandengan: alif
dan fa’. Kita punya kaidah: jika ada dua huruf mati yang bergandengan dan huruf pertama adalah
huruf illah maka dihukumi mad aridh lis sukun, yang dibaca 4 – 6 harakat.
‫ا‬ ‫ ا‬yang panjangnya 2 harakat. Karena itu, pada tulisan di atas, huruf
2. Mad thabi’i, pada kata [‫ ]ها‬dan [‫]يا‬,
ha dan ya tidak diberi harakat alis.
‫ ا‬karena ada ya dan nun yang mati, sementara harakat sebelum ya bukan
ْ ‫]ع‬,
3. Mad layn, pada kata: [‫ي‬
kasrah. Mad layn dibada 4 – 6 harakat.
ْ ‫] اع‬, di situ nun mati ketemu huruf shad. Hukum
4. Ikhfa’ pada pertemuan antara ain dan shad [‫ي اصاد‬
nun mati atau tanwin yang ketemu huruf shad dan beberapa saudaranya, dibaca samar
mempersiapkan untuk mengucapkan shad.
‫ ا‬Sebagaimana penjelasan sebelumnya.
5. Mad aridh lis sukun, pada kata [‫]صاد‬.
‫ ا‬karena di situ dal mati di akhir kata. Dan cara membacanya dengan
6. Qalqalah kubro, pada kata [‫]صاد‬,
dipantulkan.

Referensi: https://konsultasisyariah.com/18632-cara-membaca-ayat-alif-laam-miim.html

Pembagian Huruf Muqathaah


Ditinjau dari segi panjang bacaannya (madd), huruf-huruf muqatha’ah terbagi menjadi 4 macam: tidak
dibaca panjang, panjang 2 harakat, panjang 4 atau 6 harakat, dan panjang 6 harakat. Rinciannya
sebagai berikut:

1. Pertama, huruf muqatha’ah yang tidak dibaca panjang. Hanya ada 1 huruf yaitu huruf alif.
Ketika membaca alif, cukup mengatakan “alif” tanpa ada madd atau bacaan panjang baik di
bunyi “a” maupun “lif” nya. Huruf muqatha’ah berupa alif dapat ditemukan misalnya
pembuka Q.S. Al-Baqarah [2].
2. Kedua, huruf muqatha’ah yang dibaca panjang sekitar 2 harakat. Terdapat 5 huruf yaitu huruf
ya, tha, ra, ha (‫)ح‬, dan ha (‫)ه‬. Cara membacanya cukup dengan memanjangkan tanpa ada
tambahan bunyi hamzah mati di akhir.
Contoh membaca huruf muqatha’ah yang ada dalam Q.S. Thaha [20] dengan mengatakan
“thaa – haa”. Contoh lainnya dalam Q.S. Yasin [36] dengan membaca “yaa – siiiiiin”, bukan
dibaca “yasa”.
3. Ketiga, huruf muqatha’ah yang dibaca panjang sekitar 4 atau 6 harakat. Dua pilihan panjang
bacaan ini disebabkan terdapat bacaan lin di dalam hurufnya. Huruf muqatha’ah tersebut
adalah huruf ain.Huruf muqatha’ah ain dapat ditemukan di Q.S. Maryam [19] dan Q.S. as-
Syura [42].
Contoh membaca huruf muqatha’ah yang ada di Q.S. Maryam [19] adalah “kaaaaaaf – haa –
yaa – aiiiin – shaaaaaad” atau “kaaaaaaf – haa – yaa – aiiiiiin – shaaaaaad”.
4. Keempat, huruf muqatha’ah yang dibaca panjang sekitar 6 harakat. Ada 7 huruf yang dibaca
demikian. Ketujuh huruf itu adalah huruf sin, shad, qaf, kaf, lam, mim, dan nun. Dalam mushaf,
ketujuh huruf ini diberi tanda garis melengkung di atas hurufnya yang menandakan dibaca
panjang sekitar 6 harakat.
Contoh membaca huruf muqatha’ah yang ada di Q.S. Al-Araf [7] dengan mengatakan “alif –
laaaaaam – miiiiiim – shaaaaaad”, bukan dibaca alamasha atau tidak dipanjangkan sekitar 6
harakat.

Sumber : https://tafsiralquran.id/huruf-muqathaah-cara-baca-dan-pembagiannya-dalam-ilmu-
tajwid/

Hikmah Adanya Huruf Muqatha’ah di Awal Surat


Ada beberapa pendapat mengenai hikmah huruf muqatha’ah di awal-awal surat:

1- Untuk menunjukkan awal-awal surat. Namun menurut Ibnu Katsir pendapat ini adalah pendapat
yang lemah karena tidak semua surat diawali dengan huruf muqatha’ah.

2- Awal-awal surat ini diawali dengan muqatha’ah supaya sampai di tengah orang musyrik yang
menentang sehingga ketika mereka mendengar, mereka mau membaca. Pendapat ini adalah
pendapat yang lemah karena jika maksudnya seperti itu tentu di setiap awal surat mesti ada huruf
muqatha’ah. Begitu pula pendapat ini lemah karena surat Al-Baqarah dan Ali Imran diawali dengan
huruf muqatha’ah namun pembicaraannya bukan ditujukan pada orang musyrik.

3- Huruf muqatha’ah yang terletak di awal surat ini untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur’an. Artinya,
manusia atau makhluk tidak bisa mendatangkan yang semisal Al-Qur’an. Padahal huruf muqatha’ah
itu ada dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, setelah penyebutan huruf muqatha’ah yang dibicarakan
adalah tentang Al-Qur’an. Inilah yang terdapat dalam 29 surat.

Pendapat ketiga di atas dikemukakan oleh Fakhrudddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, didukung pula
oleh Az-Zamakhsyari dalam kitab Kasyafnya dan juga menjadi pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dan Abu Hajjaj Al-Mizzi. Demikian penjelasan yang disarikan dari Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-
‘Azhim, 1: 241-248.

Hikmah terakhir itulah yang dikuatkan pula oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam
Tafsir Surat Yasin, hlm. 9.

Sumber https://rumaysho.com/11480-huruf-muqathaah-dan-hikmahnya.html

Anda mungkin juga menyukai