Anda di halaman 1dari 34

9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.

com

Monday, September 6, 2021 | Issue Number : Edisi 8, Vol.9

Monthly Law Review Agustus 2021

General Corporate
1. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 25 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pendaftaran, Perubahan,
Dan Penghapusan Jaminan Fidusia

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

Penerima fidusia, atau kuasa maupun wakilnya (secara bersama-sama disebut “Pemohon”) yang bermaksud
untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia, perubahan Sertifikat jaminan fidusia atau penghapusan
Sertifikat jaminan fidusia melalui sistem pendaftaran jaminan fidusia (“Sistem”) wajib terlebih dahulu
memperoleh hak akses ke Sistem.
Untuk memperoleh hak akses, Pemohon wajib mengisi permohonan pendaftaran elektronik dengan
informasi berbeda-beda sesuai dengan jenis Pemohon, yaitu: 1) Notaris; 2) Korporasi (industri perbankan,
industri keuangan nonbank, bidang lainnya); dan 3) Perseorangan.
Dalam kondisi tertentu, Pemohon saat ini dapat memperbaiki data yang salah yang telah diajukan dalam
proses pendaftaran jaminan fidusia, serta mengubah Sertifikat jaminan fidusia dan pemberitahuan
penghapusan jaminan fidusia.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4179.

2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 26 Tahun 2021 tentang Syarat dan Tata Cara Pengenaan Tarif
Nol Rupiah atas Pelayanan Jasa Hukum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

Dalam kerangka yang baru ini, setiap layanan berikut yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum (“Direktorat Jenderal”) dapat diberikan tarif nol rupiah: 1) Informasi tentang data tertentu
(yaitu: perseroan terbatas, yayasan, perkumpulan, persekutuan komanditer, persekutuan firma, protokol
notaris, kurator, wasiat, fidusia, partai politik, pewarganegaraan, status kewarganegaraan dan/atau penyidik
pegawai negeri sipil); 2) Pemblokiran dan pembukaan pemblokiran akses sistem administrasi badan hukum
terhadap perseroan terbatas, yayasan dan/atau perkumpulan; 3) Pemberian keterangan rumusan dan
identifikasi sidik jari secara elektronik atau nonelektronik; dan/atau 4) Pewarganegaraan dan status
kewarganegaraan. Tarif nol rupiah ini akan diberikan sejalan dengan kepentingan pemerintahan, termasuk
yang berkaitan dengan kegiatan berikut: 1) Penyelidikan; 2) Penyidikan; 3) Perpajakan; 4) Kemanusiaan;
dan/atau 5) Penyelenggaraan urusan pemerintahan lainnya.
Pengenaan tarif nol rupiah untuk pelayanan akan dilaksanakan berdasarkan: 1) Permohonan; 2) Nota
kesepahaman; dan/atau 3) Perjanjian Kerja Sama (PKS). Permohonan tersebut harus disampaikan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (“Direktur Jenderal”). Berdasarkan
permohonan tersebut, Direktur Jenderal kemudian akan menerbitkan jawaban tertulis kepada pemohon
tersebut dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak permohonan diterima.

3. Surat Edaran Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 18 Tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Surat Edaran Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 17 Tahun 2021 tentang
Peralihan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Menjadi Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
Melalui Sistem OSS

Tanggal Berlaku: 29 Juli 2021

Ringkasan:

Mengubah berbagai rincian yang berkaitan dengan kegiatan usaha dan kode Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia sehubungan dengan penerapan sistem Online Single Submission berbasis risiko yang baru

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 1/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi No. IMI-0158.GR.01.01 Tahun 2021 tentang Ketentuan perpanjangan Izin
Tinggal Bagi Orang Asing Pemegang ITAS/ITAP yang Berada di Luar Negeri

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

SE ini mewajibkan Kepala Kantor Imigrasi untuk memperpanjang izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap
dan/atau izin masuk kembali bagi warga negara asing yang berada di luar negeri yang izin tinggalnya akan
habis berlaku.
Perpanjangan tersebut akan diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh penjamin/penanggung
jawab warga negara asing tersebut kepada kepala kantor imigrasi, dengan syarat: 1) Penjamin tersebut
melampirkan fotokopi paspor; 2) Permohonan akan diselesaikan tanpa melalui proses pengambilan
biometrik dengan persetujuan Direktur Jenderal; dan 3) Penjamin/penanggung jawab melaporkan
kedatangan warga negara asing tersebut ke kantor imigrasi terkait dalam 30 hari kerja setelah kedatangan
mereka.

5. Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 No. 17 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam
Negeri Pada Masa Pandemi COVID-19  

Tanggal Berlaku: 11 Agustus 2021

Ringkasan:

Surat edaran ini mengamanatkan seluruh Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (“PPDN”) saat ini wajib untuk
menerapkan protokol berikut: 1) Bertanggung jawab atas kesehatannya masing-masing dan mematuhi
berbagai syarat dan ketentuan yang berlaku; 2) PPDN yang berpergian dengan moda transportasi udara dari
pulau Jawa dan Bali ke wilayah yang saat ini ditetapkan sebagai daerah dengan Perlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (“PPKM”) Level 4 dan Level 3, wajib menunjukkan kartu vaksinasi dan hasil negatif tes
RT-PCR yang diambil dalam 2 x 24 sebelum perjalanan (“Tes RT-PCR”); 3) Perjalanan jarak jauh yang dilakukan
dengan moda transportasi udara di wilayah Jawa – Bali saat ini mewajibkan PPDN untuk menunjukkan kartu
vaksinasi dan hasil negatif tes RT-PCR atau kartu vaksin dua dosis dan hasil negatif tes antigen (“Tes
Antigen”); 4) Setiap PPDN yang berpergian dengan moda transportasi laut, darat, penyebrangan feri atau
kereta api dan dari wilayah di pulau Jawa dan Bali yang saat ini ditetapkan sebagai daerah dengan PPKM
Level 4 dan Level 3 wajib menunjukkan kartu vaksin dan hasil negatif Tes RT-PCR atau Tes Antigen; 5) Setiap
PPDN yang melakukan perjalanan jarak jauh yang dilakukan dengan moda transportasi laut, darat,
penyebrangan feria tau kereta api di pulau Jawa dan Bali wajib menunjukkan kartu vaksin dan hasil negatif
Tes RT-PCR atau Tes Antigen; 6) Setiap PPDN yang melakukan perjalanan jarak jauh dengan moda
transportasi ked an dari wilayah di pulau Jawa dan Bali yang ditetapkan sebagai daerah dengan PPKM Level 1
dan Level 2 wajib menunjukkan hasil negatif Tes Rt-PCR atau Tes Antigen; 7) Perjalanan rutin yang dilakukan
dalam wilayah aglomerasi hanya mewajibkan pelaku perjalanan untuk menunjukkan Surat Tanda Registrasi
Pekerja (STRP) atau Surat Tugas; dan 8) Anak usia di bawah 12 tahun saat ini dilarang melakukan perjalanan
dalam negeri antarprovinsi/kabupaten/kota.  

6. Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 No. 18 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan
Internasional Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019  

Tanggal Berlaku: 11 Agustus 2021

Ringkasan:

Mengacu pada surat edaran ini, larangan masuk ke wilayah Indonesia, secara langsung atau melalui transit di
negara lain, tetap berlaku bagi pelaku perjalanan internasional yang merupakan Warga Negara Asing
(“WNA”), kecuali jika pelaku perjalanan tersebut memenuhi kriteria berikut: 1) Melakukan perjalanan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 27 Tahun
2021 tentang Pembatasan Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia Dalam Masa Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat Darurat; 2) Melakukan perjalanan sesuai dengan skema perjanjian bilateral Travel
Corridor Arrangement (TCA); dan/atau 3) Telah memperoleh pertimbangan khusus tertulis atau izin dari
kementrian/lembaga terkait.
Seluruh pelaku perjalanan internasional, baik Warga Negara Indonesia (“WNI”) dan WNA wajib memiliki kartu
atau sertifikat (fisik atau digital) vaksin COVID-19 dosis lengkap. Jika WNA belum menerima vaksin di luar

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 2/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

negeri, maka akan divaksinasi di tempat karantina pada saat kedatangan di Indonesia setelah selesai
melakukan dua tes Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (“RT-PCR”) dengan hasil negatif,
dengan syarat berikut: 1) WNA berusia 12 – 17 tahun; 2) Pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal
dinas; 3) Pemegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP).
Pada saat kedatangan, seluruh pelaku perjalanan internasional wajib melakukan tes RT-PCR ulang dan wajib
melakukan karantina selama 8 x 24 jam dengan syarat berikut: 1) WNI yang merupakan pekerja migran
Indonesia, pelajar, atau pegawai pemerintah yang kembali dari perjalanan dinas luar negeri sesuai dengan
Keputusan Kepala Satuan Tugas No. 11 Tahun 2021; 2) WNI yang tidak memenuhi kriteria yang disebutkan
pada nomor (1) di atas dan WNA, termasuk diplomat asing. Seluruh pihak tersebut, selain kepala perwakilan
luar negeri dan keluarga, akan wajib melakukan karantina di akomodasi karantina pilihan.
Surat edaran saat ini mewajibkan seluruh akomodasi karantina untuk memiliki rekomendasi dari Satuan
Tugas, dengan catatan bahwa mereka juga memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku dari Perhimpunan
Hotel dan Restoran Indonesia untuk kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan
(cleanliness, health, safety and environmental sustainability/CHSE), yang ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan untuk Jakarta dan wilayah sekitarnya atau oleh dinas kesehatan setempat di wilayah lain.

Perbankan
7. Peraturan Bank Indonesia No. 23/8/PBI/2021 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No.
21/9/PBI/2021 tentang Laporan Bank Umum Terintegrasi

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

Sebagai akibat dari Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang sedang berlangsung, pandemi, yang memiliki
dampak besar pada bank-bank yang menghadapi kesulitan menyerahkan laporan mereka secara lengkap,
akurat, terkini dan tepat waktu, Bank Indonesia (“BI”) sekarang telah memperpanjang kembali batas waktu
untuk penerapan sistem pelaporan terintegrasi BI.
Batas waktu berikut untuk penyampaian dan/atau koreksi laporan kini telah diubah: 1) Penyampaian laporan
dan/atau koreksi laporan untuk data akhir bulan Desember 2019 sampai dengan data akhir bulan Desember
2021; dan 2) Penyampaian laporan dan/atau koreksi laporan sejak data bulan Januari 2022.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4181.

8. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/15/PADG/2021 tentang Implementasi Standar Nasional
Open Application Programming Interface Pembayaran

Tanggal Berlaku: 16 Agustus 2021

Ringkasan:

Peraturan menetapkan seperangkat standar yang berkaitan dengan pengoperasian Application


Programming Interfaces (“API”) untuk transaksi pembayaran. Standar Nasional Open API Pembayaran
(“SNAP”) terdiri dari berbagai spesifikasi teknis, spesifikasi operasional dan petunjuk pelaksana dan terdiri dari
dokumen berikut: 1) standar teknis dan keamanan, standar data, dan spesifikasi teknis SNAP; dan 2) Pedoman
tata kelola SNAP.
Penyedia layanan Open API pembayaran (“Penyedia”) dan pengguna layanan yang berbentuk penyedia jasa
pembayaran (“Pengguna PJP”) wajib menerapkan Opern APi Pembayaran berbasis SNAP (“SNAP-API”)
dalam sistem pembayaran Open API yang saat ini diselenggarakan oleh Penyelenggara dan Pengguna PJP.
Lebih lanjut, Penyedia juga wajib menjamin bahwa Bukan Pengguna PJP bekerja sama selama pelaksanaan
SNAP-API.
Penyelenggara yang melakukan kegiatan penatausahaan sumber dana melalui SNAP-API wajib
melaksanakan otorisasi setiap kali memproses transaksi pembayaran atau hanya satu kali pada saat transaksi
pertama dan berlaku untuk jangka waktu tertentu (atau sampai dicabut). Selain itu, jika Penyedia atau
Pengguna PJP bermaksud mengakses data konsumen untuk memproses transaksi melalui penggunaan
SNAP-API, maka Penyedia atau Pengguna PJP harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
konsumen yang bersangkutan melalui verifikasi/otentikasi identitas pihak terkait atau validasi hak akses.
Selama pengembangan sistem Pembayaran Open API, Penyedia dan Pengguna PJP diwajibkan untuk: 1)
Melakukan pengujian pada aplikasi pengujian SNAP-API melalui developer site SNAP terkait; 2) Melakukan
pengujian fungsionalitas; 3) Menetapkan prosedur dan menyusun dokumentasi yang berlaku terkait dengan

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 3/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

pengembangan, perubahan, dan pemeliharaan sistem; 4) Mengajukan permintaan verifikasi ke SRO; dan 5)
Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum

Tanggal Berlaku: 30 Oktober 2021

Ringkasan:

Para pihak yang mendirikan bank umum dalam bentuk bank berbadan hukum Indonesia (“Bank BHI”) wajib
memenuhi persyaratan berikut: 1) Memiliki modal disetor paling sedikit sebesar Rp. 10 triliun (atau jumlah
lainnya yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan); 2) Dimiliki oleh pihak Indonesia (warga atau badan hukum
Indonesia) atau pihak Indonesia yang bersekutu dengan pihak asing (warga atau badan hukum asing),
namun, tingkat kepemilikian pihak asing tersebut paling besar adalah 99% dari modal disetor bank; dan 3)
Wajib memiliki persetujuan prinsip dan izin usaha.
Bank umum diperbolehkan untuk beroperasi hanya sebagai bank digital yang melakukan kegiatan usahanya
melalui saluran elektronik tanpa perlu memiliki kantor fisik, dengan pengecualian satu kantor fisik sebagai
kantor pusatnya. Untuk beroperasi sebagai bank digital, bank umum wajib memenuhi sejumlah persyaratan
untuk bank digital dan mendirikan bank melalui salah satu metode berikut: 1) Pendirian Bank BHI baru
sebagai bank digital; atau 2) Transformasi Bank BHI yang sudah ada menjadi bank digital.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4193.

10. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 13/POJK.03/2021 tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum

Tanggal Berlaku: 30 Oktober 2021

Ringkasan:

Produk bank umum (“Bank”) dikategorikan sebagai berikut: 1) Produk Bank dasar, yang terdiri dari
produk/jasa yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana, kegiatan penyaluran dana dan kegiatan
sederhana lainnya; dan 2) Produk Bank lanjutan, yang terdiri dari produk berbasis teknologi informasi, produk
yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan atau produk lembaga jasa keuangan selain bank, produk
yang memerlukan persetujuan atau perizinan dari otoritas lain; dan produk lain yang bersifat kompleks.
Bank yang berencana untuk menawarkan produk bank lanjutan sebelumnya wajib memperoleh izin dari
Otoritas Jasa Keuangan.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4195.

11. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 18/SEOJK.03/2021 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan No. 8/SEOJK.03/2019 tentang Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat

Tanggal Berlaku: 27 Juli 2021

Ringkasan:

Mengubah format dan tata cara penyusunan laporan bulanan bank perkreditan rakyat (“BPR”). Format
tersebut mengacu pada kode tertentu (misalnya form 00.00 untuk informasi pokok BPR, form 00.02 untuk
data anggota direksi dan anggota dewan komisaris BPR, form 00.09 untuk data anggota direksi dan anggota
dewan komisaris BPR yang berhenti menjabat).

Pasar Modal
12. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 19/SEOJK.04/2021 tentang Kebijakan Stimulus dan Relaksasi Ketentuan
Terkait Pengelolaan Investasi dalam Menjaga Kinerja dan Stabilitas Pasar Modal Akibat Penyebaran Corona Virus
Disease 2019

Tanggal Berlaku: 5 Agustus 2021

Ringkasan:

Dalam SEOJK 19/2021, kewajiban untuk menyesuaikan komposisi portofolio efek reksa dana yang berbentuk
kontrak investasi kolektif yang tidak disebabkan oleh tindakan transaksi yang dilakukan oleh manajer
https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 4/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

investasi saat ini telah disesuaikan menjadi paling lambat 40 hari bursa. Sementara itu, kewajiban untuk
menyesuaikan komposisi portofolio efek reksa dana yang berbentuk kontrak investasi kolektif terkait
tindakan transaksi yang dilakukan oleh manajer investasi saat ini telah disesuaikan menjadi paling lambat 20
hari bursa.  
Ketentuan yang mengatur jangka waktu kewajiban reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang
pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif memeiliki dana kelolaan paling sedikit 10 miliar Rupiah saat
ini telah disesuaikan sebagai berikut: 1) Maksimum 130 hari bursa setelah pernyataan pendaftaran reksa dana
menjadi efektif; atau 2) Maksimum 160 hari bursa setelah pernyataan pendaftaran reksa dana menjadi efektif
bagi reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana indeks yang melakukan
penawaran umum yang bersifat terbatas.
Lebih lanjut, ketentuan yang mengatur jangka waktu kewajiban untuk melakukan pembubaran reksa dana
berbentuk kontrak investasi kolektif dengan total nilai aktiva bersih kurang dari 10 miliar Rupiah saat ini telah
disesuaikan menjadi 160 hari bursa berturut-turut.
Terakhir, bagi manajer investasi dan agen penjual efek reksa dana yang melakukan penjualan efek reksa dana
melalui sistem elektronik, untuk mempermudah pembelian reksa dana bagi investor yang melakukan
transaksi reksa dana secara elektronik, pembelian reksa dana dapat dilakukan melalui sistem pembayaran
elektronik yang berupa: 1) Virtual account yang disediakan oleh perusahaan penyedia layanan gerbang
pembayaran (payment gateway); 2) Layanan transfer dana yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia;
dan 3) Inovasi mekanisme pembayaran transaksi reksa dana lainnya, dengan syarat manajer investasi dan
agen penjual efek reksa dana yang melakukan kegiatan penjualan melalui sistem elektronik tersebut
memenuhi sejumlah syarat, yang ditetapkan oleh OJK.

13. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 20/SEOJK.04/2021 tentang Kebijakan Stimulus dan Relaksasi Ketentuan
Terkait Emiten atau Perusahaan Publik

Tanggal Berlaku: 10 Agustus 2021

Ringkasan:

Pada intinya, Kebijakan Stimulus yang baru terdiri dari unsur-unsur berikut: 1) Perpanjangan jangka waktu
berlakunya laporan keuangan; 2) Perpanjangan jangka waktu berlakunya laporan penilai; 3) Perpanjangan
masa penawaran awal; 4) Penundaan masa penawaran umum atau pembatalan penawaran umum; 5)
Perpanjangan batas waktu penyampaian laporan berkala; 6) Perpanjangan batas waktu penyelenggaraan
rapat umum pemegang saham; 7) Kondisi tertentu perusahaan terbuka dalam melakukan penambahan
modal tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD); 8) Penyampaian laporan dan
keterbukaan informasi melalui sistem pelaporan elektronik; 9) Penggunaan sistem penawaran umum
elektronik; 10) Perpanjangan jangka waktu pemenuhan keajiban pengalihan saham hasil pembelian kembali.

14. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 21/SEOJK.04/2021 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi
Calon Pihak Utama Perusahaan Pemeringkat Efek

Tanggal Berlaku: 10 Agustus 2021

Ringkasan:

Penilaian kemampuan dan kepatutan pihak-pihak berikut yang dicalonkan sebagai pihak utama harus
dilakukan oleh OJK: 1) Pemegang saham pengendali (“PSP”); 2) Calon anggota direksi (“Direksi”); dan 3) Calon
anggota dewan komisaris (“Dewan Komisaris”).
Faktor-faktor berikut akan dinilai dalam penilaian kemampuan dan kepatutan pihak-pihak yang disebutkan
di atas: 1) Integritas dan kelayakan keuangan calon PSP; dan 2) Integritas, reputasi keuangan dan kompetensi
bagi calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
Permohonan persetujuan untuk menjadi pihak utama harus disampaikan oleh: 1) Calon PSP atau calon
anggota Direksi dalam hal permohonan tersebut diajukan bersama dengan permohonan izin usaha untuk
perusahaan pemeringkat efek; atau 2) anggota Direksi dalam hal perusahaan pemeringkat efek telah
memiliki izin usaha. Permohonan tersebut harus disampaikan kepada OJK sesuai dengan format dokumen
yang ditetapkan dalam Lampiran SEOJK 21/2021.
Sebelum lembaga pemeringkat efek mengajukan permohonan dan dokumen administratif penyerta yang
diwajibkan untuk menjadi pihak utama, perusahaan pemeringkat efek tersebut sebelumnya harus
menyusun daftar pemenuhan dokumen persyaratan administratif sesuai dengan format dokumen yang
ditetapkan dalam Lampiran SEOJK 21/2021.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 5/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

15. Peraturan II-A – Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. KEP-00061/BEI/07-2021 Tahun 2021 tentang
Perdagangan Bersifat Ekuitas

Tanggal Berlaku: 26 Juli 2021

Ringkasan:

Dalam peraturan baru ini, ketentuan yang mengatur waktu perdagangan untuk pasar reguler, pasar tunai
dan pasar negosiasi dibagi menjadi dua periode pemberlakuan, yaitu: 1) 26 Juli – 3 Desember 2021; dan 2) 6
Desember 2021 sampai seterusnya.
Ketentuan yang secara khusus mengatur tampilan yang menampilkan informasi tentang Indicative
Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) dalam sesi pra-pembukaan dan pra-
penutupan akan mulai berlaku pada 6 Desember 2021.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4182.

16. Keputusan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia No. KEP-0025/DIR/KSEI/0721/2021 tentang Peraturan PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia No. XI-A tentang Tata Cara Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham
yang Disertai dengan Pemberian Kuasa Melalui Electronic General Meeting System KSEI (eASY.KSEI)

Tanggal Berlaku: 27 Juli 2021

Ringkasan:

Penerbit efek wajib memasukkan data dan informasi terkait pengumuman rapat umum pemegang saham
(“RUPS”) melalui eASY.KSEI sesuai dengan mekanisme yang ditentukan oleh penyedia eASY.KSEI dengan
tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemegang saham yang berhak menghadiri RUPS dan memenuhi persyaratan dapat memberikan kuasa
kepada pihak yang berhak melalui eASY.KSEI untuk menghadiri dan memberikan suara mereka. Pemegang
saham yang berhak untuk menghadiri RUPS adalah pemegang saham yang terdaftar pada daftar pemegang
saham yang diterbitkan oleh: 1) Kustodian Sentral Efek Indonesia (“KSEI”), untuk saham dalam penitipan
kolektif di KSEI; 2) Biro administrasi efek atau penerbit efek yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri,
untuk saham dalam bentuk warkat; dan 3) Biro administrasi efek atau perusahaan terbuka non penitipan
kolektif yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri, untuk saham yang tidak didaftarkan dalam
penitipan kolektif di KSEI, pada tanggal tertentu sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penerbit efek wajib menyampaikan ringkasan risalah RUPS melalui eASY.KSEI dengan isi dan batas waktu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, ringkasan risalah RUPS tersebut akan
dipublikasikan kepada masyarakat umum melalui situs penyedia eASY.KSEI sesuai dengan mekanisme yang
ditetapkan oleh penyedia eASY.KSEI.

Energi
17. Peraturan Presiden No. 69 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan No. 191 Tahun 2014 tentang
Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak

Tanggal Berlaku: 3 Agustus 2021

Ringkasan:

Perubahan Kedua saat ini mengizinkan penunjukan langsung untuk dilakukan terkait penyediaan dan
pendistribusian jenis bahan bakar minyak tertentu oleh anak perusahaan badan usaha sesuai dengan
ketentuan berikut: 1) Kepemilikan saham langsung oleh badan usaha lebih dari 50%; dan 2) Anak perusahaan
tersebut emiliki izin usaha niaga.
Setiap badan usaha yang telah ditunjuk untuk menyediakan dan mendistribusikan jenis bahan bakar minyak
tertentu saat ini wajib menerapkan langkah-langkah berikut: 1) Menjamin ketersediaan jenis bahan bakar
minyak tertentu; 2) Memprioritaskan produksi kilang dalam negeri; dan3) Memiliki secara langsung atau tidak
langsung (melalui anak perusahaan) kepemilikan kilang minyak dan gas bumi dalam negeri.
Meskipun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dapat menetapkan harga jual eceran jenis bahan bakar
minyak tertentu dan bahan bakar minyak khusus penugasan dan formula penghitungan harga dasar, harga
jual eceran jenis bahan bakar minyak umum ditentukan oleh badan usaha berdasarkan harga tertinggi.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 6/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

18. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 6 Tahun 2021 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan

Tanggal Berlaku: 1 April 2021

Ringkasan:

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Swasta, Badan Layanan Umum dan
koperasi yang bergerak di bidang usaha penyediaan tenaga listrik dan jasa penunjang tenaga listrik wajib
mempekerjakan tenaga teknik yang memenuhi berbagai standar kompetensi yang berlaku bagi tenaga
teknik, yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat kompetensi yang masih berlaku sesuai dengan
klasifikasi dan kualifikasi kompetensi yang berlaku di bidang ketenagalistrikan.
Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (“SKTTK”) yang ditetapkan oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral wajib dilaksanakan oleh pemegang izin usaha di bidang ketenagalistrikan dan
dijadikan acuan terkait dengan: 1) Penyusunan jenjang kualifikasi ketenagalistrikan; 2) Pelaksanaan sertifikasi
kompetensi; dan/atau 3) Penyelenggaraan pendidikan vokasi/pelatihan keterampilan. (Pasal 22)
Pelaksanaan SKTTK dalam rangka penyusunan jenjang kualifikasi ketenagalistrikan dilakukan melalui
pengemasan SKTTK dalam program yang dapat dilakukan paling lama satu tahun sejak SKTTK tersebut
ditetapkan oleh Menteri atau secara bersamaan dengan perumusan konsep desain SKTTK.
Seluruh tenaga teknik dan asesor (baik tenaga dalam maupun luar negeri) yang dipekerjakan oleh
pengusaha ketenagalistrikan wajib mendapatkan sertifikasi kompetensi melalui keikutsertaan dalam
program sertifikasi kompetensi. SKTTK harus dijadikan acuan dalam pelaksanaan program sertifikasi
kompetensi terkait dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Penetapan ruang lingkup klasifikasi lembaga sertifikasi
kompetensi; 2) Pelaksanaan penilaian kompetensi atau penilaian lainnya; dan 3) Pelaksanaan pemantauan
terhadap pemegang sertifikat kompetensi.

19. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 11 Tahun 2021 2021 tentang Pelaksanaan Usaha
Ketenagalistrikan

Tanggal Berlaku: 11 Juni 2021

Ringkasan:

Usaha ketenagalistrikan meliputi: 1) Usaha penyediaan tenaga listrik, baik untuk kepentingan umum maupun
untuk kepentingan sendiri; dan 2) Usaha penunjang tenaga listrik, yang meliputi usaha jasa penunjang
tenaga listrik dan usaha industri penunjang tenaga listrik.
Setiap badan usaha yang bertujuan untuk menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum wajib memperoleh: 1) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Umum (“IUPTLU”); 2) Penetapan
wilayah kerja; 3) Pengesahan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL); dan 4) izin penjualan, izin
pembelian dan/atau izin interkoneksi jaringan tenaga listrik lintas negara.
Badan usaha yang bertujuan untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
mereka sendiri dengan total kapasitas pembangkit tenaga listrik lebih dari 500 kilowatt per sistem instalasi
tenaga listrik wajib mendapatkan izin usaha penyediaan tenaga listrik sementera (“IUPTLS”). Sedangkan
apabila kapasitas pembangkit listrik maksimal 500 kilowatt per sistem instalasi tenaga listrik atau kurang,
maka badan usaha yang bersangkutan hanya wajib menyampaikan laporan yang menyangkut usaha
penyediaan tenaga listrik yang dilakukan untuk kepentingan sendiri kepada Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral.
Usaha jasa penunjang tenaga listrik dapat dilaksanakan oleh pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik (IUJPTL), meskipun pemegang IUPTLU atau IUPTLS juga dapat melaksanakan usaha tersebut, kecuali
untuk kegiatan sebagai berikut: 1) Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik; 2) Sertifikasi peralatan dan
pemanfaat tenaga listrik; 3) Sertifikasi kompetensi teknisi ketenagalistrikan; 4) Sertifikasi badan usaha jasa
penunjang tenaga lsitrik; dan 5) Jasa lain yang berhubungan langsung dengan penyediaan tenaga listrik.

20. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 14 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar Kinerja Energi
Minimum untuk Peralatan Pemanfaat Energi

Tanggal Berlaku: 22 Juni 2021

Ringkasan:

Produsen dalam negeri dan importir (“Pelaku Usaha”) wajib untuk menerapkan Standar Kinerja Energi
Minimum (“SKEM”) untuk peralatan pemanfaatan energi dengan mencantumkan tanda SKEM atau
pencantuman label Tanda Hemat Energi pada peralatan tersebut.
https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 7/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Sebelum mematuhi ketentuan yang disebutkan di atas, Pelaku Usaha wajib memperoleh Sertifikat Hemat
Energi dengan mengajukan permohonan kepada Lembaga Sertifikasi Produk (“LSPro”). LSPro kemudian
akan melakukan pengujian kinerja sebelum penerbitan sertifikat tersebut.
Prosedur umum pelaksanaan SKEM berada dalam pembinaan dan pengawasan Direktur Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

21. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 17 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Gas Suar
Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi  

Tanggal Berlaku: 9 Juli 2021

Ringkasan:

Kontraktor dan badan usaha yang telah memperoleh Izin Usaha Pengolahan (“Badan Usaha”) wajib
mengelola gas suarnya melalui kegiatan sebagai berikut: 1) Pemanfaatan gas suar bakar (yang harus
diprioritaskan); dan 2) Pembakaran.
Pembakaran dapat dilakukan dalam hal: 1) Pembakaran rutin; 2) Pembakaran tidak rutin; 3) Pembakaran
untuk keselamatan; 4) Pembakaran dari gas bertekanan rendah dan/atau pembakaran dengan kandungan
rata-rata gas pengotor lebih dari 50% mole; 5) Kondisi atau peristiwa yang diakibatkan oleh kegagalan suatu
sistem atau instalasi peralatan; 6) Pembakaran dari tambahan gas sebagai bahan bakar untuk pembakaran
gas suar yang mengandung gas pengotor untuk mempertahankan nyala api; dan 7) Pembakaran dari
produksi gas bumi yang mengalami kendala komersialisasi.
Kontraktor dan/atau Badan Usaha yang melakukan kegiatan pembakaran dan/atau pemanfaatan gas suar
kini diperbolehkan untuk bekerja sama dengan kontraktor dan/atau Badan Usaha lain yang lokasi
lapangannya berdekatan dengan lokasi lapangannya sendiri.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4186.

22. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2021 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak
Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri

Tanggal Berlaku: 9 Juli 2021

Ringkasan:

Sebelum terlibat dalam impor, kontraktor minyak bumi dalam negeri (“Kontraktor”) atau afiliasi mereka
sekarang diminta untuk: 1) Menawarkan Minyak Bumi bagian Kontraktor dan kondensat (“Minyak Bumi”)
kepada PT Pertamina dan/atau pemegang izin pengolahan minyak bumi (“Usaha Minyak Bumi”); atau 2)
Mengikutsertakan PT Pertamina dan/atau Usaha Minyak Bumi dalam lelang Minyak Bumi bagian Kontraktor.
Negosiasi yang berurusan dengan penawaran dari Kontraktor atau afiliasinya harus mencapai kesepakatan
dalam waktu 20 hari sejak penawaran tersebut dibuat, jika tidak, Kontraktor atau afiliasinya dapat menjual
kepada pihak lain.
Kontraktor atau afiliasinya harus menyerahkan hasil negosiasi sebagai lampiran untuk permohonan mereka
untuk mendapatkan rekomendasi ekspor Minyak.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4183.

23. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 19 Tahun 2021  tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 4 Tahun 2018 Pengusahaan Gas Bumi Pada Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan
Gas Bumi

Tanggal Berlaku: 9 Juli 2021

Ringkasan:

Perubahan menyatakan bahwa jika tidak ada badan usaha pemegang Hak Khusus Wilayah Jaringan
Distribusi   (“Hak Khusus”) untuk melakukan kegiatan di Wilayah Jaringan Distribusi dan Wilayah Niaga
Tertentu, maka ketentuan berlaku ketentuan berikut: 1) Kegiatan usaha niaga gas bumi melalui pipa dapat
dilakukan oleh badan usaha lain setelah mendapatkan Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi (“Izin Usaha”)
dari Menteri, sepanjang wilayah yang dibangun belum masuk dalam penetapan Wilayah Jaringan Distribusi
oleh Badan Pengatur pada tahun berjalan (sebelumnya, badan usaha juga wajib untuk mendapatkan
pertimbangan dari Badan Pengatur); dan 2) Badan usaha, sebagai pemegang Izin Usaha, dapat membangun

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 8/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

fasilitas dan penyaluran gas bumi kepada konsumen baru setelah melakukan penyesuaian Izin Usaha sampai
ditetapkannya badan usaha pemegang Hak Khusus.
Selain itu, selama penerbitan Izin Usaha kepada badan usaha lainnya yang melakukan kegiatan usaha niaga
gas bumi melalui pipa, Menteri dapat meminta pertimbangan dari Badan Pengatur.

24. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 20 Tahun 2021 tentang Penghitungan Harga Jual Eceran
Bahan Bakar Minyak

Tanggal Berlaku: 9 Juli 2021

Ringkasan:

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (“Menteri”) telah menetapkan berbagai harga jual eceran per liter
untuk minyak tanah (kerosene), minyak solar (oil gas) dan bahan bakar minyak khusus penugasan.
Harga jual eceran setiap liter minyak tanah (kerosene) di titik serah adalah nilai nominal tetap yang sudah
termasuk pajak pertambahan nilai (“PPN”). Namun, setiap liter minyak tanah (kerosene) disubsidi dan subsidi
ini dihitung melalui formula berikut: (harga eceran untuk setiap liter minyak tanah (kerosene) tidak termasuk
PPN) – (harga dasar untuk setiap liter minyak tanah (kerosene)).
Harga jual eceran untuk setiap liter minyak solar (gas oil) di titik serah dihitung dengan formula berikut:
([harga dasar + PPN] – subsidi) + pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
Harga jual eceran untuk setiap liter bahan bakar minyak khusus penugasan di titik serah dihitung dengan
formula berikut: harga dasar + biaya tambahan distribusi di wilayah penugasan sebesar 2% dari harga dasar +
PPN + pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
Harga jual eceran untuk setiap liter jenis bahan bakar minyak umum ditentukan oleh badan usaha terkait
berdasarkan formula harga tertinggi, sebagai berikut: harga dasar + PPN + pajak bahan bakar kendaraan
bermotor + margin dengan jumlah tertinggi sebesar 10% dari harga dasar. Badan Usaha tersebut wajib
melaporkan penetapan dan pelaksanaan harga ecerannya kepada Menteri setiap bulan atau setiap saat
terjadi perubahan harga tersebut.

25. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 23 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak
dan Gas Bumi untuk Kontrak Kerja Sama Yang Akan Berakhir

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

Sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan investasi di wilayah kerja minyak dan gas bumi yang akan
berakhir kontrak kerja samanya (“Wilayah Kerja”), kontraktor kini dapat memperpanjang kontrak kerja sama
paling lama 20 tahun untuk setiap perpanjangan. Sementara itu, PT Pertamina (Persero) dapat mengajukan
permohonan terkait dengan pengelolaan Wilayah Kerja kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kerangka hukum baru ini kini memungkinkan kontraktor dan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan
pengalihan participating interest sebesar 51% dengan ketentuan tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
baru ini.
  Dalam hal setiap kontrak kerja sama yang telah ditandatangani namun belum efektif sebelum
diundangkannnya peraturan ini (yaitu 19 Juli 2021), pihak-pihak terkait harus memastikan bahwa mereka
mematuhi ketentuan-ketentuan dengan komitmen kerja pasti dan pengalihan participating interest
sebagaimana diatur dalam kerangka kerja baru ini.

26. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 118.K/MG.04/MEM.M/2021 tentang Harga Gas Bumi
Tertentu di Pembangkit Tenaga Listrik (Plant Gate)

Tanggal Berlaku: 30 Juni 2021

Ringkasan:

Menetapkan harga gas bumi tertentu, yang terdiri dari unsur-unsur berikut: 1) Volume gas bumi; 2)
Penyesuaian komponen harga gas bumi; 3) Tarif penyaluran, yang terdiri dari biaya transportasi dan biaya
midstream.
Tarif atas penyaluran gas bumi termasuk pajak pertambahan nilai atas penyaluran gas bumi melalui jasa
pengangkutan dan/atau penyimpanan gas bumi yang diberikan oleh pemegang izin pengangkutan dan/atau

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 9/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

penyimpanan. Pajak pertambahan nilai tidak akan dikenakan apabila penyaluran tersebut dilakukan melalui
pemanfaatan sarana pengangkutan dan/atau penyimpanan milik sendiri.
Pemegang izin usaha niaga gas bumi dapat menjual sisa volume gas bumi kepada konsumen lain secara
komersial melalui penerapan harga gas bumi awal/tidak disesuaikan jika PT PLN (Persero) dan/atau badan
usaha pembangkitan tenaga listrik lainnya tidak dapat menyerap gas bumi yang disalurkan oleh pemegang
izin usaha niaga gas bumi tersebut.
PT PLN (Persero) dan/atau badan usaha pembangkitan tenaga listrik lainnya wajib melaporkan pemanfaatan
volume dan harga gas bumi tertentu di pembangkit tenaga listrik (plant gate) kepada Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral setiap bulan atau sewaktu-waktu dibutuhkan. Sementara itu, pemegang izin usaha
niaga gas bumi wajib melaporkan hal-hal berikut kepada Menteri setiap bulan atau sewaktu-waktu
dibutuhkan: 1) Volume dan harga gas bumi yang disalurkan yang dikenakan harga gas bumi tertentu pada
pembangkit tenaga listrik (plant gate); dan 2) Volume dan harga gas bumi yang disalurkan yang tidak
terserap oleh PT PLN dan/atau badan usaha pembangkitan tenaga listrik lainnya.

27. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 125.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Harga Jual Eceran Jenis
Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan

Tanggal Berlaku: 12 Juli 2021

Ringkasan:

Menetapkan harga jual eceran per liter untuk jenis bahan bakar minyak berikut di titik serah: 1) Minyak Tanah
(kerosene): Rp. 2.500 (termasuk pajak pertambahan nilai); 2) Minyak solar (gas oil): Rp. 5.150 (termasuk pajak
pertambahan nilai dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor); 3) Bensin RON 88: Rp. 6.450 (termasuk pajak
pertambahan nilai dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor).
Harga ini berlaku sejak 1 Juli 2021.

28. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 134.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Pengguna dan Harga
Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Harga gas bumi tertentu untuk pengguna gas bumi tertentu di bidang industri terdiri atas unsur-unsur
berikut: 1) Volume gas bumi; 2) Penyesuaian komponen gas bumi; 3) Tarif penyaluran, yang terdiri atas biaya
transportasi dan biaya midstream. Tarif penyaluran tersebut tunduk pada peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku apabila terkait dengan pemanfaatan fasilitas pemegang izin usaha pengangkutan
dan/atau pemegang izin usaha penyimpanan.
Pemegang izin usaha niaga gas bumi kini diwajibkan untuk melaporkan realisasi volume dan harga kepada
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, khususnya yang berkaitan dengan bidang-bidang berikut: 1)
Penyaluran gas bumi dengan harga gas bumi tertentu; dan 2) Penyaluran gas bumi yang tidak terserap oleh
pengguna gas bumi. Namun, pemegang izin tersebut kini diperbolehkan untuk menjual volume gas bumi
yang tidak diserap oleh pengguna gas bumi kepada konsumen lain.
Kegiatan penyaluran gas bumi terkait, perjanjian, ketetapan tarif dan dokumen administrasi baik yang
dilakukan, ditetapkan atau diterbitkan berdasarkan keputusan 2020 akan tetap diakui dan berlaku.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4192.

29. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 135.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor No. 118.K/MG.04/MEM.M/2021 tentang Harga Gas
Bumi Tertentu di Pembangkit Tenaga Listrik (Plant Gate)

Tanggal Berlaku: 30 Juni 2021

Ringkasan:

Tarif penyaluran yang berlaku sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas pemegang izin usaha
pengangkutan dan/atau pemegang izin usaha penyimpanan tunduk pada peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Sebelumnya, secara jelas disebutkan bahwa tarif penyaluran ini dikenakan pajak
pertambahan nilai.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 10/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Tarif penyaluran yang berlaku sehubungan dengan sarana pengangkutan dan/atau penyimpanan yang
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan usaha niaga yang dimiliki atau dikuasai oleh pemegang izin usaha
niaga gas bumi bukan merupakan “penyerahan jasa” yang seharusnya tunduk pada peraturan perundang-
undangan perpajakan dan itu akan menjadi bagian dari nilai pembentuk harga terkait.
Jenis-jenis dokumen berikut yang disetujui atau ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 91 K/10/MEM/2020 akan tetap diakui dan berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan yang diatur dalam keputusan baru ini: 1) Perjanjian jual beli gas bumi; 2) Keputusan
tentang tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa; 3) Perjanjian pengangkutan gas bumi; dan/atau 4)
Dokumen administrasi lainnya yang berkaitan dengan penerapan harga gas bumi tertentu.

30. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 139.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Pemenuhan Kebutuhan
Batubara Dalam Negeri

Tanggal Berlaku: 4 Agustus 2021

Ringkasan:

Pihak-pihak tertentu wajib untuk mengalokasikan 25% dari rencana hasil produksi batubara tahunan, yang
disetujui oleh pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri guna menghasilkan tenaga
listrik (baik untuk masyarakat umum maupun untuk kepentingan berbagai pihak) dan untuk bahan baku
industri/bahan bakar. Pihak-pihak tertentu tersebut terdiri dari: 1) Pemegang Izin Usaha Pertambangan atau
Izin Usaha Pertambangan Khusus tahap kegiatan Operasi Produksi Batubara; 2) Para Pihak dalam Perjanjian
Karya tahap kegiatan Operasi Produksi Batubara; 3) Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai
Kelanjutan Operasi Kontrak Karya/Perjanjian Karya Batubara.
Jika para pihak tersebut tidak memenuhi kewajiban yang disebutkan di atas atau tidak memenuhi kontrak
penjualannya, maka mereka akan dikenakan sanksi sebagai berikut: 1) Larangan ekspor batubara sampai
mereka memenuhi kewajiban/kontrak tersebut di atas, kecuali para pihak tersebut belum mengadakan
kontrak penjualan dengan pengguna batubara di dalam negeri atau batubara mereka dianggap tidak
memiliki pasar dalam negeri; 2) Pembayaran denda dan dana kompensasi.
Harga jual batubara yang digunakan untuk penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum ditetapkan
sebesar USD 70 per metrik ton free-on-board vessel, yang harganya berdasarkan spesifikasi acuan (yaitu 6.322
kkal/kg GAR, total moisture 8%, total sulfur 0,8% dan ash 15%).
Badan usaha yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum wajib menyusun
rencana pemenuhan kebutuhan dalam negeri setiap tahun dengan mengutamakan mekanisme kontrak
jangka panjang.

Ketenagakerjaan
31. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 15 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemberian Manfaat Jaminan Kehilangan
Pekerjaan

Tanggal Berlaku: 28 Juli 2021

Ringkasan:

Manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan (“JKP”) akan diberikan dalam bentuk pembayaran uang tunai, akses
informasi pasar kerja dan pelatihan kerja. Manfaat JKP dalam bentuk pembayaran uang tunai
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (“BPJS Ketenagakerjaan”),
sedangkan dua manfaat lainnya di atas diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan.
Manfaat JKP diberikan kepada peserta yang mengalami pemutusan hubungan kerja, termasuk hubungan
kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).
Peserta tersebut juga harus bersedia bekerja kembali.
Pelatihan kerja akan diberikan melalui lembaga pelatihan kerja milik pemerintah, swasta atau perusahaan
yang memenuhi persyaratan berikut: 1) Harus meberikan program pelatihan kerja yang didasarkan pada
standar kompetensi kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dengan memperhatikan standar kompetensi
kerja nasional, internasional atau khusus; 2) Harus telah terdaftar dan diverifikasi oleh Sistem Informasi
Ketenagakerjaan; 3) Harus telah terakreditasi dari lembaga akreditasi lembaga pelatihan kerja, yang
dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat akreditasi; dan 4) Harus mendapat persetujuan Menteri.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4180.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 11/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

32. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 16 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan  No. 14 Tahun 2021 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Corona Virus Disease 2019

Tanggal Berlaku: 28 Juli 2021

Ringkasan:

Perubahan saat ini telah merevisi persyaratan bagi pekerja/karyawan yang berhak untuk menikmati bantuan
pemerintah dalam bentuk subsidi gaji/upah sebagai berikut: 1) Warga negara Indonesia, yang dibuktikan
dengan kepemilikan nomor induk kependudukan; 2) Peserta aktif program jaminan sosial ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (“BPJS Ketenagakerjaan”) sampai dengan bulan Juni
2021; 3) Mempunyai gaji/upah paling banyak 3,5 juta Rupiah per bulan; 4) Bekerja di wilayah yang ditetapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dan Level 4; dan 5) Diutamakan yang
bekerja pada sektor usaha industri barang konsumsi, transportasi atau aneka industri, serta property dan real
estate dan perdagangan dan jasa kecuali jasa pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan klasifikasi data
sektoral di BPJS Ketenagakerjaan.
Gaji/upah tersebut yang akan disubsidi harus merupakan gaji/upah terakhir yang dilaporkan oleh pengusaha
atau pemberi kerja ke BPJS Ketenagakerjaan dan tercatat yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
Selain itu, ketentuan bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi gaji/upah akan memprioritaskan
pekerja/karyawan yang belum menerima kartu prakerja, program keluarga harapan atau program bantuan
produktif usaha mikro.
Perubahan saat ini telah merevisi bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi gaji/upah menjadi bentuk uang
sebesar Rp. 500.000,00 per bulan selama dua bulan yang akan segera dibayarkan (sebelumnya, uang sebesar
Rp. 600.000,00/bulan tersedia sampai dengan empat bulan).

33. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 104 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama
Masa Pandemi COVID-19  

Tanggal Berlaku: 13 Agustus 2021

Ringkasan:

Pedoman baru yang ditetapkan dalam Kepmenaker 104/2021 terdiri dari hal-hal berikut: 1) Pelaksanaan skema
kerja dari rumah (work from home - “WFH”) dan kerja dari kantor/tempat kerja (work from office/workplace -
“WFO”); 2) Pembayaran gaji dan hak-hak pekerja/buruh lainnya; dan 3) Langkah-langkah yang ditunjukan
untuk menghindari pemutusan hubungan kerja.
Skema WFO harus dilaksanakan melalui kegiatan berikut: 1) Penetapan persentase pekerja/buruh yang
bekerja dengan skema WFO sesuai dengan peraturan yang mengatur pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat, yang ditetapkan oleh pemerintah; 2) Pembagian haro kerja bulanan secara bergilir untuk
memberikan kesempatan kepada seluruh pekerja/buruh untuk bekerja dengan tetap memperhatikan
kapasitas maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah; 3) Pengurangan jam kerja.
Pekerja/buruh yang bekerja dalam skema WFO atau WFH atau gabungan dari keduanya tetap berhak untuk
menerima upah yang layak. Namun, pemberi kerja yang tidak mampu secara finansial untuk membayar
upah normal yang diterima oleh pekerja/buruh akibat dampak pandemi COVID-19 yang tengah berlangsung
diizinkan untuk membuat penyesuaian upah berdasarkan perjanjian antara pemberi kerja tersebut dan
pekerja/buruh.
Pemberi kerja, pekerja/buruh, serikat pekerja/buruh dan pemerintah wajib memprioritaskan proses dialog
yang bertujuan untuk mencari solusi terbaik dalam hal menjaga kelangsungan usaha dan bekerja. Dalam hal
ini, pemutusan hubungan kerja sebaiknya hanya digunakan sebagai upaya terakhir dari seluruh upaya yang
telah habis yang bertujuan untuk mengatasi hubungan industrial yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Setiap perusahaan yang mengalami dampak nyata dalam hal kelangsungan usaha dan bekerja sebagai
akibat dari pandemi COVID-19 harus melakukan upaya berikut untuk menghindari pemutusan hubungan
kerja: 1) Penyesuaian tempat kerja; 2) Penyesuaian waktu kerja; 3) Merumahkan pekerja/buruh secara bergilir;
4) Melakukan penyesuaian besaran dan cara pembayaran upah; 5) Mengurangi fasilitas dan/atau tunjangan
pekerja/buruh; 6) Tidak melakukan perpanjangan jangka waktu terhadap perjanjian kerja waktu tertentu,
yang dilakukan secara selektif; dan/atau 7) Melakukan pensiun bagi pekerja/buruh yang sudah memenuhi
syarat dan/atau menawarkan pensiun dini.

Jasa Keuangan Umum

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 12/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

34. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 14/POJK.03/2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No. 34/POJK.03/2018 tentang Penilaian Kembali Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Memperkenalkan indikasi baru yang dapat digunakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) untuk meminta
penilaian kembali pihak utama (misalnya. jika pihak utama diyakini menghambat atau mengganggu upaya
yang sedang dilakukan oleh OJK, pihak utama lainnya atau pihak ketiga lainnya untuk menangani masalah
solvabilitas dan/atau likuiditas yang berkaitan dengan lembaga jasa keuangan).
Memberi wewenang kepada OJK untuk menetapkan hasil penilaian kembali akhir tanpa persyaratan untuk
mengikuti langkah penilaian kembali yang diperlukan dan untuk menetapkan periode yang lebih pendek
untuk pengajuan tanggapan dari pihak-pihak utama yang dinilai kembali dalam kondisi tertentu.
Menyatakan bahwa pihak utama mana pun yang gagal penilaian kembali akan diperlakukan sebagai pihak
yang terkait dengan lembaga jasa keuangan terkait untuk jangka waktu tertentu yang akan berjalan
bersamaan dengan lamanya waktu di mana pihak tersebut akan dilarang menjadi pemegang saham atau
pihak utama di lembaga jasa keuangan.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4196.

Infrastruktur dan Jasa Konstruksi


35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 23 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan
Pengusahaan Jalan Tol Atas Prakarsa Badan Usaha

Tanggal Berlaku: 8 Juni 2021

Ringkasan:

Proyek prakarsa yang akan diselesaikan dengan pengusahaan jalan tol yang disiapkan dan diusulkan oleh
badan usaha tersebut kepada Menteri harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Terintegrasi secara teknis
dan diselenggarakan sesuai dengan rencana induk (Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional); 2) Layak secara
ekonomi dan finansial; dan 3) Diajukan oleh badan usaha yang memiliki kemampuan keuangan yang
memadai untuk membiayai pengusahaan jalan tol.
Keseluruhan prosedur penetapan proyek prakarsa meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penyampaian
surat pernyataan maksud dan dokumen persyaratan terkait oleh badan usaha pengusul (atau oleh
konsorsium badan usaha) kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ("Menteri"); 2)
Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan; 3) Evaluasi awal oleh Menteri atau pihak yang
berwenang; 4) Penerbitan izin prinsip; 5) Penyusunan dokumen studi kelayakan dan penyampaian rencana
kerja dan laporan kemajuan pelaksanaan secara periodik; 6) Pengajuan proposal proyek kepada Menteri; 7)
Pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan dan evaluasi akhir; dan 8) Penerbitan izin proyek prakarsa.
Menteri dapat memberikan kompensasi tertentu kepada pemrakarsa proyek prakarsa yang telah ditentukan,
sebagai berikut: 1) Pemberian tambahan nilai sebesar 10%; 2) Pemberian hak menyamakan penawaran; dan 3)
Penggantian biaya pemrakarsa yang dikeluarkan dalam pembuatan pengusahaan jalan tol.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4188.

Tanah dan Properti


36. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 20 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Terlantar

Tanggal Berlaku: 15 Juli 2021

Ringkasan:

Obyek yang akan ditetapkan sebagai kawasan terlantar yang akan ditertibkan meliputi: 1) Kawasan
pertambangan; 2) Kawasan perkebunan; 3) Kawasan industri; 4) Kawasan pariwisata; 5) Kawasan
perumahan/permukiman skala besar/terpadu; 6) Kawasan lain yang pemanfaatannya berdasarkan surat
izin/konsesi/perizinan berusaha yang berkaitan dengan pemanfaatan tanah dan ruang.
Obyek yang akan ditetapkan sebagai tanah terlantar yang akan ditertibkan meliputi: 1) Tanah yang saat ini
berada di bawah hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai atau hak pengelolaan; dan 2)
Tanah yang diperoleh berdasarkan keputusan/surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 13/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

menjadi dasar peguasaan, pemilikan atau penggunaan tanah tersebut oleh perseorangan atau badan
hukum (dasar penguasaan atas tanah – “DPAT”).
Secara umum, tata cara penertiban kawasan dan tanah terlantar meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Evaluasi; 2) Peringatan; dan 3) Penetapan. (Pasal 21 dan 41)
Tindakan pendayagunaan berikut dapat dilakukan terhadap kawasan yang telah ditetapkan sebagai tanah
terlantar: 1) Setiap dokumen izin/konsesi/perizinan berusaha yang dicabut terkait dengan kawasan terlantar
dapat dialihkan/diberikan kepada pihak lain; dan/atau 2) Kawasan terlantar dapat ditetapkan sebagai aset
bank tanah.
Tanah yang ditetapkan sebagai tanah terlantar dapat ditetapkan sebagai: 1) Aset bank tanah; dan/atau 2)
tanah cadangan umum negara (TCUN), yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum dan negara
melalui proses reforma agraria, proyek strategis nasional, bank tanah atau untuk tujuan cadangan negara
lainnya.

37. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2021  tentang
Pertimbangan Teknis Pertanahan

Tanggal Berlaku: 21 Juli 2021

Ringkasan:

Pertimbangan teknis pertanahan (“Pertimbangan”) diwajibkan untuk melakukan kegiatan tertetunn dan
memperoleh fungsi tertentu, yaitu: 1) Penerbitan Pertimbangan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(“KKPR”); 2) Sebagai basis penegasan status dan rekomendasi penguasaan tanah timbul; dan 3) Sebagai
penyelenggaraan kebijakan pemanfaatan tanah dan pendaftaran tanah untuk lokasi yang telah memperoleh
Pertimbangan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Terdapat enam tahapan yang wajib dilakukan terkait prosedur pemberian Pertimbangan, yaitu: 1) Pengajuan
permohonan; 2) Peninjauan lapangan; 3) Pengolahan dan analisis data; 4) Rapat pembahasan; 5) Penyusunan
risalah dan peta; dan 6) Penerbitan Pertimbangan.
Jangka waktu Pertimbangan adalah sebagai berikut: 1) Sesuai dengan jangka waktu KKPR yang
bersangkutan (untuk Pertimbangan yang diterbitkan untuk penerbitan KKPR); atau 2) Pertimbangan akan
tetap berlaku selama tidak terdapat perubahan rencana peruntukan ruang pada RTR yang menjadi acuan
penerbitan Pertimbangan (untuk Pertimbangan yang diterbitkan untuk penegakan status penguasaan
tanah timbul dan penyelenggaraan kebijakan pemanfaatan tanah).
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4185.

38. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 13 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang

Tanggal Berlaku: 21 Juli 2021

Ringkasan:

Secara umum, Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (“KKPR”) untuk kegiatan usaha akan dilaksanakan
melalui sistem Online Single Submission (“OSS”)  melalui penerbitan dokumen-dokumen berikut: 1)
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (“KKKPR”); and 2) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang (“PKKPR”).
KKKPR untuk kegiatan usaha akan dikeluarkan sesuai dengan kesesuaian rencana lokasi kegiatan
pemanfaatan ruang karena berkaitan dengan Rencana Detail Tata Ruang (“RDTR”) yang telah diintegrasikan
ke dalam sistem OSS. Sementara itu, kegiatan PKKPR akan diizinkan jika tidak ada RDTR yang tersedia atau
jika RDTR yang tersedia belum diintegrasikan ke dalam sistem OSS.
KKPR mengganti izin lokasi yang sekarang sudah usang. Namun, setiap izin lokasi yang dikeluarkan sebelum
diundangkannya peraturan baru ini akan tetap berlaku sampai tanggal berlakunya.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4189.

Manufakturing dan Industri


39. Peraturan Menteri Perindustrian No. 16 Tahun 2021 tentang Rekomendasi Impor Bahan Berbahaya

Tanggal Berlaku: 13 Juli 2021

Ringkasan:
https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 14/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Untuk mendapatkan persetujuan untuk impor bahan berbahaya (“B2”) dari Menteri Perdagangan,
perusahaan yang telah mendapatkan Angka Pengenal Importir Produsen (“API-P”) dan perusahaan yang
telah mendapatkan Angka Pengenal Importir Umum (“API-U”) diminta untuk mendapatkan rekomendasi
dari Menteri Perindustrian.
Agar dianggap memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan untuk rekomendasi yang disebutkan di
atas, Perusahaan API-P dan perusahaan API-U pertama-tama harus diverifikasi oleh lembaga pelaksana
verifikasi yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrian.
Perusahaan API-P dan perusahaan API-U yang telah mendapatkan rekomendasi wajib menyerahkan laporan
bulanan tentang pengembangan impor mereka kepada Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
yang dimulai sejak tanggal penerbitan persetujuan impor yang relevan.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4178.

40. Peraturan Menteri Perindustrian No. 17 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian  No. 31
Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemanfaatan Fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor
Barang dan Bahan untuk Memproduksi Barang dan/atau Jasa oleh Industri Sektor Tertentu yang Terdampak
Pandemi COVID-19

Tanggal Berlaku: 27 Juli 2021

Ringkasan:

Dalam Perubahan, setiap bea masuk terutang yang harus dibayar oleh pengusaha kawasan berikat atau
Pengusaha di Kawasan Berikat merangkap Penyelenggara di Kawasan Berikat (“PDKB”) atas pengeluaran
barang dan bahan ke tempat lain dalam daerah pabean dapat ditanggung oleh pemerintah dalam bentuk
Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (“BM-DTP”).
BM-DTP dapat diberikan terkait hal-hal berikut: 1) Impor barang dan bahan untuk menghasilkan jasa oleh
perusahaan yang juga perusahaan industri terkait perbaikan dan/atau perawatan (maintenance, repair and
overhaul) pesawat terbang; and 2) Pengeluaran barang dan bahan yang berasal dari luar daerah pabean ke
tempat lain dalam daerah pabean dari: a) Pusat Logistik Berikat   (“PLB”); b) Kawasan berikat; c) Kawasan
bebas; atau d) Kawasan Ekonomi Khusus (“KEK”), yang diberikan kepada perusahaan yang beroperasi di
bidang industri perbaikan dan/atau perawatan (maintenance, repair and overhaul) pesawat terbang untuk
kegiatan yang menghasilkan jasa.
Pemerintah juga dapat memberikan BM-DTP untuk pengeluaran barang dan bahan berikut ke tempat lain
dalam daerah pabean: 1) Barang yang telah menjadi bagian dari barang yang dilakukan jasa perbaikan
dan/atau perawatan (maintenance, repair and overhaul) pesawat terbang; atau 2) Barang yang dipergunakan
untuk melakukan jasa perbaikan dan/atau perawatan (maintenance, repair and overhaul) pesawat terbang di
luar tempat yang disebutkan di atas. BM-DTP tersebut berlaku untuk perusahaan industri yang merupakan
PLB atau Pengusaha di PLB merangkap Penyelenggara di PLB (PDPLB), pengusaha kawasan berikat, PDKB,
pengusaha kawasan bebas atau pengusaha KEK yang wajib membayar bea masuk terutang.

41. Peraturan Menteri Perindustrian No. 18 Tahun 2021 tentang Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan
Pada Industri Penyempurnaan Kain dan Industri Pencetakan Kain

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan (“Program”) akan dilaksanakan pada industri
penyempurnaan kain (KBLI 13132) dan pencetakan kain (KBLI 13133) yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut: 1) Berbadan hukum Indonesia; 2) Memiliki akun SIINas dan telah menyelesaikan self-assessment INDI
4.0; 3) Telah menyusun laporan data industri yang mencakup periode satu tahun sebelumnya; 4) Memiliki
perizinan berusaha industri yang berlaku minimal dua tahun; 5) Memiliki bukti penguasaan lahan tempat
kegiatan usaha yang bersangkutan dilakukan; 6) Melakukan pembelian mesin/peralatan dengan total nilai
Rp. 500 juta dan yang sudah terpasang dengan baik; 7) Telah menyusun rencana transformasi Industri 4.0; 8)
Memiliki fasilitas pengolahan limbah produksi; 9) Telah memenuhi semua kewajiban pembayaran yang
terkait dengan angsuran pokok, bunga dan/atau margin; dan 10) Tidak boleh mengikuti program
restrukturisasi mesin/peralatan lainnya.
Program dilaksanakan dalam bentuk potongan harga melalui penggantian sebagian dari harga pembelian
mesin/peralatan. Nilai penggantian tersebut telah dibatasi sebesar 25% dari harga pembelian terkait untuk
mesin/peralatan dalam negeri atau sebesar 10% dari harga pembelian terkait untuk mesin/peralatan luar
negeri. Selanjutnya, nilai total dari setiap penggantian harga pembelian mesin/peralatan telah dibatasi
sebesar Rp. 1 Milyar.
https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 15/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Penggantian harga pembelian mesin/peralatan hanya akan ditawarkan sehubungan dengan pembelian yang
diselesaikan melalui salah satu metode berikut: 1) Pembelian melalui penggunaan dana pribadi; 2) Kredit
perbankan; 3) Kredit yang diberikan oleh lembaga jasa keuangan bukan bank; dan/atau 4) Kredit yang
diberikan oleh penyedia barang.

42. Peraturan Menteri Perindustrian No. 19 Tahun 2021 tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata Cara Pengenaan Tarif
Tertentu atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perindustrian

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Secara umum, peraturan ini mengatur 16 jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (“PNBP”) yang berlaku di
Kementerian Perindustrian (“Kementerian”), yang terbagi dari berbagai jasa pelayanan, denda dan royalti.
Tarif dapat dikenakan untuk jasa pelayanan teknis berdasarkan kontrak kerja sama, sedangkan tarif PNBP
75% dan 0% juga dapat dinikmati oleh pihak tertentu.
Tarif PNBP 75% dan 0% dapat dinikmati oleh pihak-pihak berikut: 1) Siswa; 2) Industri kecil; 3) Peneliti atau
fungsional lain di lingkungan Kementerian; dan sebagainya.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4194.

43. Surat Edaran Menteri Perindustrian No. 3 Tahun 2021 tentang Operasional dan Monilitas Kegiatan Industri Pada
Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19  

Tanggal Berlaku: 23 Juli 2021

Ringkasan:

Surat Edaran saat ini telah menetapkan seperangkat pedoman dan prosedur operasional dan mobilitas
terkait kegiatan industri. Pedoman tersebut mencakup aspek-aspek berikut: 1) Izin operasional dan mobilitas
kegiatan industri, yang wajib dimiliki oleh perusahaan industri jika mereka ingin menjalankan operasionalnya
selama masa kedaruratan kesehatan masyarakat  COVID-19; 2) Pelaksanaan protokol kesehatan; 3) Pelaporan;
4) Verifikasi dan pemeriksaan lapangan; dan 5) Sanksi.
Protokol kesehatan wajib yang disebutkan di atas terdiri dari unsur-unsur berikut: 1) Pembentukan satuan
tugas COVID-19; 2) Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan pabrik; 3) Melakukan upaya
pencegahan dan penanganan COVID-19, yang termasuk screening, pembatasan pekerja, penyediaan
suplemen, program vaksinasi, testing, tracing, treatment dan lainnya; 4) Mengamanatkan seluruh karyawan
untuk menerapkan protokol kesehatan.

44. Instruksi Menteri Perindustrian No. 1 Tahun 2021 tentang Produk Oksigen Sebagai Komoditas Startegis Industri
dalam Masa Kedaruratan Kesehatan COVID-19

Tanggal Berlaku: 2 Juli 2021

Ringkasan:

Instruksi ini menyatakan bahwa seluruh perusahaan industri yang mengelola kimia dasar anorganik gas
industri untuk menerapkan langkah-langkah berikut: 1) Mengoptimalkan kapasitas produksi selama masa
kedaruratan kesehatan COVID-19 sesuai dengan hasil evaluasi dan verifikasi yang dilakukan oleh Direktur
Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil di Kementerian Perindustrian (“Direktur Jenderal”); 2)
Mengalokasikan produksi oksigen untuk pemenuhan keperluan medis; dan 3) Melaporkan pelaksanaan
produksi, distribusi, dan harga produk oksigen kepada Direktur Jenderal secara berkala atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan. 
Direktur Jenderal kemudian akan menerapkan tindakan berikut, di antaranya: 1) Melakukan evaluasi dan
verifikasi kemampuan produksi perusahaan gas industri terkait dengan kemampuan produksi kimia dasar
anorganik, serta oksigen yang diperlukan untuk keperluan medis; 2) Memantau pelaksanaan produksi,
distribusi dan harga produk oksigen untuk keperluan medis; 3) Menginventarisasi perusahaan industri yang
menggunakan produk oksigen yang diproduksi dari kimia dasar anorganik oleh perusahaan gas industri
binaan Direktur Jenderal.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 16/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Moneter & Sistem Pembayaran


45. Peraturan Bank Indonesia No. 23/9/PBI/2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 22/12/PBI/2020
tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal Melalui Bank

Tanggal Berlaku: 19 Juli 2021

Ringkasan:

Bank Appointed Cross-Currency Dealer (“ACCD”) Indonesia dilarang melakukan transaksi domestic non-
deliverable forward di negara mitra dalam mata uang rupiah terhadap mata uang negara mitra. Larangan ini
sekarang mengecualikan penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal tertentu yang dilakukan sesuai
dengan kerangka kerja sama penyelesaian dengan mata uang lokal terkait antara Indonesia dan negara
mitra terkait.
Bank ACCD Indonesia yang melanggar larangan ini akan dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
Sanksi yang semula diatur dalam kerangka Peraturan Bank Indonesia No. 20/10/PBI/2018 (dan perubahannya)
kini telah dicabut.

46. Peraturan Bank Indonesia No. 23/1o/PBI/2021 tentang Pasar Uang

Tanggal Berlaku: 31 Desember 2021

Ringkasan:

Transaksi yang diizinkan melalui pasar uang rupiah dan pasar uang valuta asing terdiri dari: 1) Transaksi jual
beli instrument keuangan di pasar uang rupiah dan pasar uang valuta asing; 2) Transaksi pinjam meminjam
atau pendanaan dalam rupiah dan/atau valuta asing selain kredit atau pembiayaan syariah; 3) Transaksi
pinjam-meminjam instrument keuangan (securities lending) dalam rupiah dan/atau valuta asing; 4) Transaksi
derivative suku bunga rupiah atau valuta asing; dan 5) Transaksi di pasar uang rupiah dan pasar uang valuta
asing lainnya.
PBI menetapkan bahwa transaksi di pasar uang dapat dilakukan melalui metode berikut: 1) Pemindahan
dana pokok secara penuh (gross); 2) Pemindahan dana dengan memperhitungkan selisih kewajiban atas
transaksi (netting); atau 3) Penyelesaian transaksi lain yang ditetapkan BI

47. Peraturan Bank Indonesia No. 23/11/PBI/2021 tentang Standar Nasional Sistem Pembayaran  

Tanggal Berlaku: 13 Agustus 2021

Ringkasan:

Cakupan Standar Sistem Pembayaran Nasional (“Standar Nasional”) yang baru terdiri dari aspek-aspek
berikut: 1) Tata kelola; 2) Manajemen risiko; 3) Standar keamanan sistem informasi; 4) Interkoneksi dan
interoperabilitas; dan/atau 5) Aspek lain, yang ditetapkan oleh BI. Penting untuk dicatat bahwa Standar
Nasional juga akan mengatur cakupan minimum spesifikasi teknis dan operasional, serta pedoman
pelaksanaan terstandardisasi.
Tahapan yang terdapat dalam pembentukan Standar Nasional yang baru dijabarkan sebagai berikut: 1)
Perencanaan Standar Nasional; 2) Penyusunan spesifikasi teknis, spesifikasi operasional dan pedoman
pelaksanaan terstandardisasi; dan 3) Pelaksanaan uji coba.
Peraturan ini memberi kewenangan kepada BI untuk menentukan kebijakan dan peraturan yang secara
khusus mengatur pelaksanaan Standar Nasional yang baru dan yang wajib dipenuhi oleh penyedia sistem
pembayaran dan infrastruktur sistem pembayaran. Kebijakan dan peraturan tersebut harus mengatur hal-hal
khusus berikut: 1) Pihak yang wajib mematuhi Standar Nasional; 2) Tahapan pelaksanaan, termasuk jangka
waktu; 3) Cakupan wilayah; 4) Pembatasan transaksi; 5) Mekanisme uji coba dan verifikasi penerapan Standar
Nasional; 6) Ruang lingkup pemprosesan transaksi; 7) Kewajiban para pihak dalam penerapan Standar
Nasional; dan/atau 8) Kebijakan dan peraturan lainnya.

48. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/13/PADG/2021 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 21/23/PADG/2019 tentang Laporan Bank Umum
Terintegrasi

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 17/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Tanggal Berlaku: 2 Agustus 2021

Ringkasan:

Menetapkan bahwa penyampaian laporan dan/atau koreksi laporan meliputi: 1) Penyampaian laporan
dan/atau koreksi laporan untuk data antara Desember 2019 dan Desember 2021 (sebelumnya Juni 2021); dan
2) Penyampaian laporan dan/atau koreksi laporan untuk data sejak Januari 2022 (sebelumnya Juli 2021) dan
seterusnya.
Karena perubahan yang diuraikan di atas, semua referensi yang dibuat untuk bulan Juni 2021 dan Juli 2021
kini telah disesuaikan masing-masing menjadi Desember 2021 dan Januari 2022.
Mewajibkan pihak pelapor untuk menyampaikan laporan dan/atau koreksi data Januari 2022 pada hari ke-10
(untuk informasi terkait risiko) atau hari ke-23 (untuk informasi keuangan) bulan April, Juli, Oktober dan
Januari.

49. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/12/PADG/2021 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral
antara Indonesia dan Malaysia Menggunakan Rupiah dan Ringgit Melalui Bank

Tanggal Berlaku: 2 Agustus 2021

Ringkasan:

Untuk memfasilitasi penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal (local currency
settlement – “LCS”), Bank Indonesia (“BI”) dapat melakukan penunjukkan bank Appointed Cross-Currency
Dealer (“ACCD”) Indonesia, sepanjang memenuhi kriteria terkait dengan hal-hal berikut: 1) Tingkat kesehatan;
2) Kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan dan transaksi keuangan antara Indonesia dan Malaysia dan
membangun jaringan bisnis dengan lembaga perbankan Malaysia; dan 3) Kriteria lain yang disepakati oleh BI
dan otoritas Malaysia terkait.
Mekanisme penunjukan bank ACCD Indonesia setidaknya harus mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1) Calon bank mengajukan permohonan kepada BI dan Bank Negara Malaysia; 2) BI dan Bank Negara
Malaysia kemudian memproses permohonan; dan 3) BI dan Bank Negara Malaysia menyetujui atau menolak
permohonan tersebut.
Batas atas saldo agregat rekening special purpose non-resident account (“SNA”), yang dimiliki oleh setiap
bank ACCD Malaysia di bank ACCD Indonesia ditetapkan sebesar Rp. 400 miliar pada akhir hari kerja tertentu.
Sementara itu, bank ACCD Indonesia diwajibkan untuk mempertahankan saldo agregat SNA sebesar MYR
100 juta pada akhir hari kerja tertentu.

50. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/14/PADG/2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 22/20/PADG/2020 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral antara
Indonesia dan Jepang Menggunakan Rupiah dan Yen Melalui Bank

Tanggal Berlaku: 5 Agustus 2021

Ringkasan:

Menambah berbagai jenis transaksi rupiah terhadap yen yang baru yang dapat dilakukan oleh bank
Appointed Cross-Currency Dealer (“ACCD”) Indonesia dalam pelaksanaan penyelesaian mata uang lokal
rupiah-yen, khususnya: 1) Transaksi cross-currency swap; dan 2) Transaksi domestic forward non-deliverable.
Bank ACCD Indonesia juga dapat melakukan jenis transaksi baru ini untuk pelaksanaan squaring position
dari bank ACCD Jepang untuk transaksi yen terhadap rupiah.
Meningkatkan batas transaksi rupiah terhadap yen yang wajib dibuktikan melalui underlying transaksi dari
US$ 250.000 menjadi US$ 500.000.
Dokumen underlying transaksi yang terdiri dari perkiraan kini diperbolehkan dalam kaitannya dengan
transaksi yang sedang berlangsung dan/atau investasi langsung. Sebelumnya, dokumen tersebut hanya
dapat digunakan terkait dengan transaksi yang sedang berlangsung.
Perkiraan underlying transaksi yang diuraikan di atas dihitung berdasarkan hal-hal berikut: 1) Rencana
penerimaan atau kebutuhan pembayaran untuk transaksi yang sedang berjalan dan/atau investasi langsung;
dan 2) Profil risiko nasabah. Sebelumnya, perhitungan dapat didasarkan pada rencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di atas untuk jangka waktu paling lama satu tahun.

Sumber Daya Alam


https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 18/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

51. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor No. 29 Tahun 2021 tentang Sistem Ketertelusuran dan Logistik
Ikan Nasional

Tanggal Berlaku: 10 Juni 2021

Ringkasan:

Sistem ketertelusuran ikan akan diterapkan di seluruh rantai pasok (yaitu di tahap pra-produksi, produksi,
distribusi, pengolahan dan pemasaran) untuk produk perikanan yang berasal dari impor, dengan tujuan
untuk diekspor dan dijual di dalam negeri. Proses ketertelusuran itu sendiri harus mengidentifikasi data
tertentu terkait dengan produk perikanan, khususnya: 1) Bahan baku; 2) Bahan tambahan lainnya; 3) Sejarah
pengolahan; 4) Pengemasan; 5) Distribusi; dan 6) Lokasi produk pasca pengiriman.
Sistem logistik ikan nasional harus memuat informasi berikut: 1) Pengadaan, khususnya rincian terkait
dengan pengadaan hasil perikanan yang berasal dari berbagai sumber (misalnya budi daya, impor, dll); 2)
Penyimpanan, khususnya ketersediaan hasil perikanan melalui berbagai fasilitas penyimpanan (yaitu fasilitas
gudang beku, gudang dan kolam ikan/tambak); 3) Transportasi, yang memuat semua jenis transportasi yang
memenuhi syarat; dan 4) Distribusi, khususnya informasi tentang lokasi pengiriman dan rute distribusi.
Sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional akan diimplementasikan melalui aplikasi Stelina. Untuk
dapat mengakses dan menggunakan sistem Stelina, pelaku usaha harus mendaftarkan nomor induk
usahanya dan/atau nomor kartu sektor perikanannya, dan juga harus memasukkan tanggal semua transaksi
yang berkaitan dengan ketertelusuran penangkapan ikan, budi daya dan pemasaran tertentu jenis ikan.

52. Peraturan Menteri Pertanian No. 29 Tahun 2021 tentang Penamaan dan Pendaftaran Varietas Tanaman

Tanggal Berlaku: 2 Agustus 2021

Ringkasan:

Dalam kerangka hukum yang baru ini, penamaan dan pendaftaran varietas tanaman dapat dilakukan secara
online. Mengenai hal ini, Permentan 29/2021 menetapkan persyaratan dan prosedur untuk pendaftaran
varietas lokal dan varietas hasil pemuliaan.
Prosedur pendaftaran secara keseluruhan untuk varietas lokal dijabarkan sebagai berikut: 1) Lembaga terkait
(Contoh: bupati, walikota atau gubernur) mengajukan permohonan pendaftaran kepada Kepala Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (“Kepala PVTPP”); 2) Permohonan kemudian akan
diproses, dengan syarat persyaratan telah dipenuhi; 3) Kepala PVTPP kemudian akan menginformasikan
pemohon bahwa mereka akan menerima jawaban penerimaan dalam 30 hari kerja setelah permohonan
diterima; 4) Setelah permohonan diterima, pusat PVTPP kemudian akan menerbitkan tanda daftar varietas
lokal.
Sementara itu, keseluruhan prosedur pendaftaran untuk varietas hasil pemuliaan dijabarkan sebagai berikut:
1) Pemilik varietas hasil pemuliaan mengajukan permohonan pendaftaran kepada Kepala PVTPP; 2)
Permohhonan kemudian akan diproses, dengan syarat persyaratan telah dipenuhi; 3) Kepala PVTPP
kemudian akan menginformasikan pemohon bahwa mereka akan menerima jawaban penerimaan dalam 30
hari kerja setelah permohonan diterima; 4) Setelah permohonan diterima, PVTPP kemudian akan
menerbitkan tanda daftar varietas hasil pemuliaan.

Farmasi, Pelayanan Kesehatan dan Standar Obat dan Makanan


53. Peraturan Menteri Kesehatan No. 23 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19)

Tanggal Berlaku: 28 Juli 2021

Ringkasan:

PT Bio Farma (Persero) dapat mengajukan permohonan pengadaan vaksin kepada Menteri Kesehatan dalam
rangka memprakarsai program vaksinasi Gotong Royong, antara lain: 1) Vaksinasi bagi pegawai badan
hukum/badan usaha, serta keluarganya dan individu lain yang terkait dengan keluarganya; dan 2) Vaksinasi
bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan usaha badan hukum/badan usaha, sebagai
bagian dari upaya tanggung jawab sosial perusahaan.
Warga negara asing diperbolehkan untuk divaksinasi dalam program vaksinasi Gotong Royong melalui cara-
cara berikut: 1) Diperkerjakan oleh badan hukum/usaha yang memprakarsai vaksinasi Gotong Royong; 2)

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 19/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Mendaftar untuk berpartisipasi dalam program ini melalui perwakilan negara asing atau LSM internasional
(warga negara asing tersebut harus memiliki izin tinggal dan nomor paspor); atau 3) Mendaftar untuk
mengikuti program ini melalui badan hukum/badan usaha yang memprakarsai vaksinasi Gotong Royong
(warga negara asing tersebut harus memiliki KITAS/KITAP/izin tinggal dan nomor paspor).
Vaksin COVID-19 yang digunakan dalam program vaksinasi Gotong Royong tidak dapat diterima melalui
hibah, sumbangan, pemberian dari masyarakat maupun hibah luar negeri (baik bilateral maupun
multilateral).

54. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. HK.02.01/MENKES/871/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong

Tanggal Berlaku: 13 Juli 2021

Ringkasan:

Agar pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong berjalan dengan efektif dan efisien, instruksi teknis diperlukan
sebagai referensi dalam pelaksanaan vaksinasi gotong royong. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan saat
ini tengah menyiapkan petunjuk teknis untuk pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melaksanakan vaksinasi Gotong Royong harus menunggu
penetapan petunjuk teknis tersebut.
PT Bio Farma (Persero) sebagai distributor yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendistribusikan vaksin
COVID-19 harus berkordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait dengan distribusi vaksin COVID-19 ke
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pelaksana vaksinasi Gotong Royong.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menunggu petunjuk teknis untuk ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan sebelum memberikan user id kepada fasilitas pelayanan kesehatan.

55. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. HK.02.02/I/2845/2021 tentang Batas Tarif Tertinggi Pemeriksaan Reserve
Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

Tanggal Berlaku: 16 Agustus 2021

Ringkasan:

Menetapkan batas tarif tertinggi untuk pemeriksaan Reserve Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR) termasuk pengambilan swab, sebagai berikut: 1) Rp495.000,00 untuk pemeriksaan RT-PCR di Jawa dan
Bali; dan 2) Rp525.000,00 untuk pemeriksaan RT-PCR di luar Jawa dan Bali.
Batas tariff tertinggi yang disebutkan di atas berlaku bagi orang yang melakukan pemeriksaan RT-PCR atas
permintaan sendiri/mandiri, dan tidak berlaku untuk kegiatan penelusuran kontak atau rujukan kasus COVID-
19 ke rumah sakit, yang penyelenggaraannya mendapatkan bantuan pemeriksaan RT-PCR dari pemerintah
atau merupakan bagian dari penjaminan pembiayaan pasien COVID-19.

56. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 18 Tahun 2021 tentang Pedoman Uji Farmakodinamik Praklinik
Obat Tradisional

Tanggal Berlaku: 9 Juli 2021

Ringkasan:

Menetapkan pedoman bagi industri obat tradisional, usaha kecil dan importir yang telah memperoleh izin
usaha dan yang hendak mengajukan permohonan uji farmakodinamik praklinik obat tradisional. Pedoman
tersebut membahas pelaksanaan hal-hal berikut: 1) Uji farmakodinamik praklinik obat tradisional; dan 2)
Penelitian tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang obat tradisional.
Industri obat tradisional, usaha kecil dan importir dapat menggunakan cara lain berdasarkan acuan yang sah
dan/atau cara yang telah disahkan setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

57. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Obat Tradisional, Obat Kuasi, Suplemen Kesehatan dan Kosmetika

Tanggal Berlaku: 13 Juli 2021

Ringkasan:

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 20/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Menetapkan pedoman tindak lanjut hasil pengawasan untuk: 1) Obat tradisional (yaitu jamu, obat tradisional
impor, obat tradisional lisensi, obat herbal terstandar, fitofarmaka); 2) Obat kuasi; 3) Suplemen kesehatan; dan
4) Kosmetika.
Pengawasan terhadap obat tradisional, obat kuasi dan suplemen kesehatan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: 1) Fasilitas produksi dan distribusi; 2) Penandaan; 3) Kegiatan
promosi; dan 4) Monitoring efek samping.
Pengawasan kosmetika harus dilaksanakan terkait dengan aspek-aspek sebagai berikut: 1) Fasilitas produksi
dan distribusi; Penandaan; 3) Kegiatan promosi; 4) Dokumen informasi; dan 5) Monitoring efek samping.
Fasilitas distribusi tersebut di atas termasuk fasilitas distribusi berbasis elektronik.
Temuan yang dihasilkan dari setiap proses pengawasan dapat berupa temuan minor, mayor, dan kritis serta
dapat ditindaklanjuti dengan pembinaan teknis dan/atau pengenaan sanksi administratif (misalnya
peringatan tertulis, penarikan produk dari pasar, penghentian kegiatan).

58. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 21 Tahun 2021 tentang Penerapan Sistem Jaminan Keamanan
dan Mutu Pangan Olahan di Sarana Peredaran

Tanggal Berlaku: 4 Agustus 2021

Ringkasan:

Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan (“SMKPO”) wajib diterapkan bagi semua pelaku
usaha yang mengedarkan pangan olahan. Untuk melaksanakan SMKPO, pelaku usaha wajib menerapkan
cara peredaran pangan olahan yang baik (“CPerPOB”).
Pelaku usaha yang telah menerapkan pedoman CPerPOB selanjutnya dapat mengajukan permohonan
penerbitan sertifikasi SMKPO, yang terdiri dari: 1) Sertifikat Pemenuhan Komitmen SMKPO; dan/atau 2)
Sertifikat Pemenuhan Standar SMKPO. Semua sertifikat SMKPO diterbitkan oleh Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan (“BPOM”) dan hanya berlaku untuk satu fasilitas peredaran.
Setelah mendapatkan sertifikat SMKPO, pelaku usaha selanjutnya wajib: 1) Memenuhi standar atau
komitmen SMKPO dalam waktu enam bulan sejak sertifikat SMKPO diterbitkan; 2) Memastikan bahwa
mereka memegang dokumen SMKPO yang benar dan membentuk tim SMKPO.Untuk informasi
selengkapnya, lihat ILB No. 4191.

59. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 20 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan No. 31 Tahun
2018 tentang Label Pangan Olahan

Tanggal Berlaku: 2 Agustus 2021

Ringkasan:

Dalam hal dimana pangan olahan tidak diedarkan oleh produsen atau importir, Perubahan saat ini
mewajibkan pelaku usaha untuk mencantumkan frasa, “Tidak diperdagangkan secara eceran,” dan, “Tidak
untuk dikemas ulang,” atau kalimat lain dengan arti serupa pada label seluruh pangan olahan. Namun,
kewajiban ini tidak berlaku untuk pangan olahan yang dijual oleh produsen secara langsung kepada pelaku
usaha untuk keperluan pengolahan kembali.
Perubahan saat ini mewajibkan persentase kandungan bahan baku untuk dicantumkan pada label seluruh
pangan olahan yang mengandung: 1) Bahan baku yang memberikan identitas pada pangan olahan; 2) Bahan
baku yang ditekankan pada pelabelan baik dalam bentuk kata-kata atau gambar; atau 3) Bahan baku yang
merupakan nama jenis pangan olahan.
Sementara itu, label seluruh bahan tambahan pangan yang dijual dalam kemasan eceran wajib
mencantumkan informasi berikut: 1) Kalimat, “Bahan tambahan pangan”; 2) Nama golongan bahan
tambahan pangan; 3) Nama jenis bahan tambahan pangan; 4) Batas maksimal penggunaan bahan
tambahan pangan dalam pangan olahan; dan 5) Daftar bahan penolong yang terkandung dalam aditif
pangan (jika ada).

60. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.02.01.1.2.06.21.233 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelayanan Publik Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetika Selama Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19)

Tanggal Berlaku: 3 Juni 2021

Ringkasan:

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 21/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Menetapkan pedoman untuk keperluan sebagai berikut: 1) Penerbitan izin edar obat tradisional dan
suplemen kesehatan, serta pemberitahuan kosmetika; 2) Penerbitan sertifikat cara pembuatan obat
tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetika yang baik, serta surat pernyataan yang memuat standar
keamanan, khasiat/manfaat dan/atau mutu produk yang bersangkutan; 3) Penerbitan surat keterangan
impor obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetika; 4) Penerbitan persetujuan rancangan iklan
produk; dan 5) Penyediaan informasi impor atau ekspor obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetika.
Pedoman ini berlaku bagi pelaku usaha yang bergerak di industri obat tradisional, suplemen kesehatan dan
kosmetika, serta pejabat di Badan Pengawas Obat dan Makanan.

61. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.02.02.1.2.07.21.281 Tahun 2021 tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 02.02.1.2.11.20.1126 Tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorizations/EUA)

Tanggal Berlaku: 6 Juli 2021

Ringkasan:

Perubahan kedua memperbarui prosedur pemberian Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Use
Authorizations/EUA), terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek berikut: 1) Persyaratan label; 2)
Persetujuan lot release; 3) Distribusi; dan/atau 4) Pemantauan farmakovigilans. Aspek-aspek ini secara
komprehensif dijabarkan dalam Lampiran Perubahan Kedua.

62. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.02.02.1.2.07.21.288 Tahun 2021 tentang Petunjuk
Teknis Prinsip Penggunaan Obat Melalui Skema Perluasan Pengguaan Khusus (Expanded Access Program) Pada
Kondisi Darurat

Tanggal Berlaku: 12 Juli 2021

Ringkasan:

Menetapkan petujuk yang membahas kegiatan-kegiatan berikut: 1) Pemberian persetujuan skema perluasan
pengguaan khusus (expanded access program – “EAP”) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2)
Pengajuan permohonan EAP oleh kementerian/lembaga yang bertanggung jawab di bidang kesehatan,
institusi kesehatan dan fasilitas kesehatan; dan 3) Penyediaan obat berbasis EAP oleh berbagai pihak,
termasuk industri farmasi dan pedagang besar farmasi.
EAP sendiri mengacu pada skema yang mengizinkan penggunaan obat-obatan yang telah terbukti dapat
mengurangi efek atau menyembuhkan penyakit tertentu (walaupun khasiat dan keamanannya masih
menjadi bahan penelitian yang sedang berlangsung) dalam rangka mitigasi kondisi darurat yang disebabkan
oleh penyakit yang mengancam jiwa yang obatnya belum tersedia atau terbatas.

Pajak dan Pungutan Nonpajak


63. Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.03/2021 tentang Penetapan Jenis Barang Kena Pajak Selain Kendaraan
Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Tata Cara Pengecualian Pengenaan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah

Tanggal Berlaku: 26 Juli 2021

Ringkasan:

Berbagai barang kena pajak selain kendaraan bermotor yang saat ini akan dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah  (“PPnBM”) dijabarkan sebagai berikut: 1) Huniah mewah dengan harga jual di atas 30 miliar
Rupiah akan dikenakan tarif PPnBM sebesar 20%; 2) Balon udara yang dapat dikemudikan, senjata api dan
peluru senjata api akan dikenakan tarif PPnBM sebesar 40%; 3) Helikopter, kendaraan udara lainnya, artileri,
revolver dan pistol akan dikenakan tarif PPnBM sebesar 50%; 4) Kapal pesiar mewah dan yacht yang
digunakan untuk selain keperluan negara dan angkutan umum akan dikenakan tarif PPnBM sebesar 75%.
Namun, impor dan penyerahan barang berikut dikecualikan dari pengenaan PPnBM: 1) Peluru senjata api
yang digunakan untuk keperluan negara; 2) Pesawat udara dengan tenaga penggerak untuk keperluan
negara atau angkutan udara niaga; 3) Senjata api untuk keperluan negara; 4) Kapal pesiar, kapal ekskursi
dan/atau kendaraan air yang dirancang untuk pengangkutan orang, kapal feri dan semua jenis dan/atau

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 22/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

yacht yang digunakan untuk kepentingan negara atau angkutan umum; dan 5) Yacht untuk usaha
pariwisata.

64. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2021 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Jasa Sewa
Ruangan dan Bangunan Kepada Pedagang Eceran yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Pemerintah berjanji akan menanggung pajak pertambahan nilai (“PPN”) yang terutang atas penyerahan jasa
sewa ruangan dan bangunan kepada pedagang eceran untuk tahun anggaran 2021 antara Agustus 2021 dan
Oktober 2021. Bangunan/ruangan tersebut merupakan: 1) Toko dan gerai yang berdiri sendiri; atau 2) Toko dan
gerai yang terletak di pusat perbelanjaan, komplek pertokoan, fasilitas apartemen, hotel, rumah sakit, fasilitas
pendidikan, fasilitas transportasi publik, fasilitas perkantoran dan pasar rakyat.
Jumlah PPN yang akan ditanggung oleh pemerintah akan dihitung dengan mengalikan tarif PPN terkait
dengan dasar pengenaan pajak dan akan berbentuk penggantian (termasuk biaya pelayanan yang dapat
ditagihkan secara terpisah atau bersamaan dengan jasa sewa terkait).
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan jasa sewa yang dibahas di sini wajib membuat
dokumen-dokumen sebagai berikut: 1) Faktur Pajak; dan 2) Laporan realisasi PPN ditanggung pemerintah.

65. Peraturan Menteri Keuangan Nomor No. 103/PMK.010/2021 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan
Rumah Tapak dan Unit Hunian Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021

Tanggal Berlaku: 30 Juli 2021

Ringkasan:

Pemerintah berjanji untuk menanggung pajak pertambahan nilai (“PPN”) yang terutang untuk penyerahan
rumah tapak dan unit hunian rumah susun untuk tahun anggaran 2021 jika: 1) Rumah tapak atau unit hunian
rumah susun memenuhi persyaratan tertentu; dan 2) Penyerahan terjadi pada saat penandatanganan akta
jual beli atau perjanjian pengikatan jual beli lunas terkait dan hak untuk menggunakan atau menguasai
properti yang bersangkutan selesai paling lambat pada 31 Desember 2021 (dibuktikan dengan berita acara
serah terima yang resmi).
Persyaratan rumah tapak dan unit hunian rumah susun tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1) Harga jual
paling tinggi setiap rumah atau unit ditetapkan sebesar Rp. 5 miliar; 2) Rumah atau unit tersebut harus baru
dan harus diserahkan dalam kondisi siap huni.
Fasilitas PPN ini dapat dimanfaatkan oleh orang pribadi untuk pembelian satu rumah tapak atau satu unit
hunian rumah susun. Orang pribadi tersebut meliputi: 1) Warga Negara Indonesia yang telah memperoleh
nomor pokok wajib pajak atau nomor identitas kependudukan; dan 2) Warga negara asing yang telah
memperoleh nomor pokok wajib pajak dan memenuhi berbagai persyaratan yang berlaku terkait dengan
kepemilikan properti yang bersangkutan.
Jumlah PPN yang akan ditanggung pemerintah dijelaskan sebagai berikut: 1) 100% dari PPN yang terutang
(jika harga jual paling tinggi Rp 2 miliar); dan 2) 50% dari PPN yang terutang (jika harga jual antara Rp 2 miliar
sampai dengan Rp 5 miliar).
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan rumah tapak atau unit hunian rumah susun yang
dibahas di sini wajib membuat dokumen sebagai berikut: 1) Faktur Pajak; dan 2) Laporan realisasi PPN
ditanggung pemerintah.

66. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. PER-8/BC/2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai No. PER-17/BC/2017 tentang Tata Cara Pembayaran Cukai Secara Berkala Untuk
Pengusaha Pabrik yang Melaksanakan Pelunasan Dengan Cara Pembayaran

Tanggal Berlaku: 15 Juli 2021

Ringkasan:

Pengusaha pabrik yang melunasi cukai yang terutang dengan mencicil harus menyelesaikan pembayaran
cukai tersebut pada tanggal-tanggal sebagai berikut: 1) tanggal 14 bulan berikutnya setelah bulan
dikeluarkannya barang kena cukai (jika barang kena cukai dikeluarkan antara tanggal 1 sampai dengan
tanggal 15 bulan tersebut); dan 2) tanggal 28 bulan berikutnya setelah bulan dikeluarkannya barang kena

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 23/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

cukai (jika barang kena cukai dikeluarkan antara tanggal 15 bulan tersebut sampai dengan akhir bulan
tersebut).

67. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-39/PJ/2021 tentang Implementasi Compliance Risk Management dan
Business Intelligence

Tanggal Berlaku: 13 Juli 2021

Ringkasan:

Hasil implementasi compliance risk management akan digunakan sebagai bagian dari peta risiko kepatuhan
wajib pajak. Peta ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan kegiatan dan dalam penentuan tindakan
yang diprioritaskan terkait dengan proses bisnis. Hasil implementasi compliance risk management tersebut
meliputi fungsi: 1) Ekstensifikasi; 2) Pelayanan; 3) Edukasi perpajakan; 4) Pengawasan dan pemeriksaan; dan 5)
Penagihan.
Business intelligence diimplementasikan dalam rangka mendukung compliance risk management dalam
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pengawasan, pemeriksaan dan penagihan serta untuk menghasilkan
output yang dapat diintegrasikan ke dalam semua keputusan strategis yang dibuat dalam proses bisnis di
Direktur Jenderal Pajak.

Teknologi, Media dan Telekomunikasi


68. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 11 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri No. 6
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Tanggal Berlaku: 12 Agustus 2021

Ringkasan:

Perubahan saat ini telah menetapkan jangka waktu yang baru untuk penghentian penyiaran televisi analog,
proses yang secara umum dikenal sebagai Analogue Switch Off (“ASO”). Jadwal yang baru ini dijabarkan
dalam tiga tahap berikut: 1) Tahap pertama: paling lambat selesai pada 30 April 2022 (sebelumnya, batas
waktu ditetapkan pada 17 Agustus 2021); 2) Tahap kedua: paling lambat selesai pada 25 Agustus 2022 paling
lambat; dan 3) Tahap ketiga: paling lambat selesai pada 2 November 2022. 
Selain itu, Perubahan saat ini mengizinkan Lembaga Penyiaran Swasta (“LPS”) yang ingin memberikan
layanan penyiaran radio dan televisi melalui media terestrial untuk mengajukan Izin Penyelenggaraan
Penyiaran (“IPP”) untuk pendidikan, kesehatan masyarakat, kebencanaan dan/atau pertahanan dan
keamanan.
Pemohon IPP Keperluan Khusus sebelumnya wajib memperoleh rekomendasi dari lembaga terkait yang
bertanggung jawab atas sektor-sektor yang disebutkan di atas yang diminati. Permohonan kemudian harus
disampaikan bersama dengan dokumen yang membuktikan bahwa pemohon tersebut memenuhi
kebutuhan masyarakat dan menegaskan ketersediaan slot multipleksing yang dapat digunakan oleh LPS
tersebut.
LPS yang dapat memperoleh IPP Keperluan Khusus wajib menyiarkan program yang sejalan dengan sektor
yang mereka ajukan setidaknya 80% dari keseluruhan program siaran.

Perdagangan
69. Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No. 5 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penetapan Daftar
Bursa dan Kontrak Berjangka Luar Negeri Dalam Rangka Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri

Tanggal Berlaku: 28 Juni 2021

Ringkasan:

Mengubah daftar bursa dan kontrak berjangka luar negeri dalam rangka penyaluran amanat nasabah ke
bursa luar negeri, khususnya dengan: 1) Menghapus berbagai kontrak berjangka (misalnya bitcoin futures
contracts dari Chicago Mercantile Exchange; iron ore contracts dari Dalian Commodity Exchange); 2)
Menambahkan Micro DAX Futures ke European Exchange; dan 3) Menambahkan bursa ke Shanghai

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 24/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

International Energy Exchange untuk kontrak berjangka medium sour crude oil, low-sulfur fuel oil dan TSR 20
futures.

70. Surat Edaran Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No. 276/BAPPEBTI/SE/07/2021 tentang
Penggunaan Kurs JISDOR Bank Indonesia Dalam Laporan Keuangan yang Disampaikan oleh Pelaku Usaha
Melalui Sistem E-Reporting BAPPEBTI

Tanggal Berlaku: 1 Agustus 2021

Ringkasan:

Pelaku usaha perdagangan berjangka dan perdagangan fisik komoditi wajib menyampaikan laporan
keuangan, sedangkan lembaga kliring berjangka wajib menyediakan acuan kurs JISDOR Bank Indonesia
yang akan digunakan oleh pelaku usaha perdagangan berjangka dan perdagangan fisik komoditi untuk
melaporkan melalui situs e-reporting.
Acuan kurs JISDOR terbaru dapat diakses melalui situs e-reporting serta melalui situs resmi Bank Indonesia.

Transportasi dan Logistik


71. Peraturan Menteri Perhubungan No PM.27 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengawasan dan Pengenaan Sanksi
Administratif terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Penerbangan

Tanggal Berlaku: 27 Mei 2021

Ringkasan:

Seluruh operator penerbangan yang melakukan pelanggaran dapat dikenakan sanksi administratif, yang
dikenali dan/atau ditemukan berdasarkan hasil pengawasan inspektur penerbangan. Pengawasan tersebut
termasuk: 1) Audit; 2) Inspeksi; 3) Pengamatan; 4) Pemantauan; dan 5) Pengujian.
Pengawasan yang disebutkan di atas harus dilakukan sesuai dengan: 1) Jadwal pengawasan rutin; atau 2)
Pengawasan tidak terjadwal/incidental. Lebih lanjut, pengawasan incidental harus dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut: 1) Berdasarkan laporan yang masuk dari masyarakat, operator penerbangan, atau
inspektur penerbangan yang sedang tidak bertugas; 2) Tindak lanjut pengenaan sanksi administratif.
Sementara itu, sanksi administrative tersebut termasuk: 1) Peringatan; 2) Pembekuan; 3) Pencabutan;
dan/atau 4) Denda administratif.

72. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 28 Tahun 2021 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
Penerbangan Nasional

Tanggal Berlaku: 27 Mei 2021

Ringkasan:

Personel keamanan penerbangan (yaitu personel keamanan penerbangan, personel fasilitas keamanan
penerbangan, inspektur keamanan penerbangan internal, manajer keamanan penerbangan dan instruktur
keamanan penerbangan) harus dipekerjakan oleh operator penerbangan melalui proses seleksi, yang
meliputi langkah-langkah berikut: 1) Pengisian formulir lamaran kerja; 2) Pemeriksaan kesehatan; 3)
Wawancara; 4) Pemeriksaan latar belakang; dan 5) Tes potensi/psikotes
Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh seluruh personel keamanan penerbangan adalah sebagai berikut: 1)
Telah menyelesaikan program pendidikan formal minimal tamatan Sekolah Menengah Umum (SMU) atau
sederajat; 2) Sehat jasmani dan rohani; 3) Stabil secara emosional; 4) Menunjukkan perilaku yang baik; 5) Tidak
pernah terlibat dalam tindak pidana; 6) Tinggi badan minimal pria/wanita ditetapkan masing-masing 165/160
cm dengan berat IMT proporsional; 7) Memiliki kemampuan penglihatan dan pendengaran yang baik; 8)
Tidak boleh buta warna; 9) Memiliki keterampilan komunikasi lisan dan tulisan yang baik; dan 10) Bebas dari
narkotika, psikotropika dan zat adiktif berbahaya lainnya. Perlu dicatat bahwa kriteria lain yang lebih spesifik
berlaku dalam kaitannya dengan setiap jenis personel keamanan penerbangan tertentu.

73. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.29 Tahun 2021 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
172 tentang Penyelenggara Pelayanan Manajemen Lalu Lintas dan Telekomunikasi Penerbangan

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 25/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Tanggal Berlaku: 3 Juni 2021

Ringkasan:

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian tentang Penyelenggara Pelayanan Manajemen Lalu Lintas
dan Telekomunikasi Penerbangan menetapkan ketentuan terkait hal-hal berikut 1: 1) Penyelenggaraan
pelayanan manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan; 2) Sertifikasi penyelenggara pelayanan
manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan; 3) Kewenangan dan kewajiban penyelenggara
pelayanan manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan; dan 4) Pengenaan sanksi administratif.
Penyelenggaraan pelayanan manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan meliputi: 1) Pelayanan
lalu lintas penerbangan termasuk di dalamnya manajemen ruang udara dan (Air Traffic Flow
Management/ATFM); dan 2) Pelayanan telekomunikasi penerbangan.
Operator manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan wajib memiliki sertifikat penyelenggara
pelayanan manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan yang disahkan oleh Menteri
Perhubungan (“Menteri”) melalui Direktur Jenderal Perhubungan Udara (“Direktur Jenderal”).
Kewajiban penyelenggara pelayanan manajemen lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan adalah sebagai
berikut: 1) Melaksanakan pelayanan lalu lintas dan telekomunikasi penerbangan sesuai dengan sertifikat yang
dimiliki; 2) Menyusun dan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan personel; 3) Menyusun dan
memelihara dokumen manual operasi sehingga selalu dalam keadaan terkini sesuai dengan perkembangan
teknologi dan peraturan perundang-undangan; 4) Melaksanakan pelayanan lalu lintas dan telekomunikasi
penerbangan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada manual operasi dan standar operasional
prosedur yang telah disahkan; 5) Melaporkan apabila terdapat perubahan alamat kantor; 6) Menyampaikan
informasi kepada unit pelayanan informasi aeronautika mengenai pelayanan lalu lintas penerbangan yang
diselenggarakan, jam operasi dan fasilitas yang dimiliki dan apabila terdapat perubahan atau gangguan
pelayanan guna publikasi informasi aeronautika; 7) Melaksanakan pelaporan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830 tentang Pemberitahuan dan Pelaporan Kecelakaan
dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil serta Prosedur Investigasi Kecelakaan dan kejadian Serius Pesawat
Udara Sipil; dan 8) Melakukan pengawasan internal untuk menjaga kualitas atau mutu pelayanan lalu lintas
dan telekomunikasi penerbangan paling sedikit satu kali dalam dua tahun dan melaporkan hasilnya kepada
Direktur Jenderal.

74. Peraturan Menteri Perhubungan No. 30 Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Minimal Penumpang Angkutan
Udara

Tanggal Berlaku: 27 Mei 2021

Ringkasan:

Semua badan usaha angkutan udara niaga berjadwal yang melayani rute angkutan udara dalam negeri wajib
menentukan kelompok pelayanan yang bersangkutan sebelum melaksanakan kegiatan angkutan udara
niaga berjadwal. Kelompok pelayanan tersebut dirinci sebagai berikut: 1) Pelayanan dengan standar
maksimum; 2) Pelayanan dengan standar menengah; atau 3) Pelayanan dengan standar minimum. Dalam
penyelenggaraan pelayanan tersebut, badan usaha angkutan udara niaga berjadwal harus memenuhi
standar pelayanan yang sejalan dengan asas perlindungan konsumen, yang meliputi: 1) Standar pelayanan
penumpang kelas ekonomi; dan 2) Standar pelayanan bagi penumpang berkebutuhan khusus.
Standar pelayanan penumpang sedikitnya mencakup standar minimal sebagai berikut: 1) Informasi yang jelas
tentang jenis dan spesifikasi pelayanan yang ditawarkan oleh badan usaha angkutan udara; 2) Akses
informasi yang jelas dan transparan tentang pemberlakuan tarif; 3) Syarat dan ketentuan pengangkutan yang
tidak bertentangan dengan asas perlindungan konsumen; 4) Informasi kepastian operasional penerbangan;
5) Hak dan perlindungan penumpang apabila penerbangan mengalami gangguan operasional, termasuk
gangguan penerbangan skala besar; 6) Penumpang berkebutuhan khusus harus memperoleh akses ke
layanan transportasi udara tanpa diskriminasi dan berhak untuk menyampaikan kebutuhan tertentu selama
penerbangan (pre-notification); dan 7) Penumpang harus dapat menyampaikan pengaduan dan semua
pengaduan harus ditindaklanjuti oleh badan usaha angkutan udara. (Pasal 6 [1])
Sebagai tambahan, standar minimal tersebut meliputi: 1) Standar layanan sebelum penerbangan; 2) Standar
layanan selama penerbangan; dan 3) Standar layanan setelah penerbangan.

75. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor No. PM.32 Tahun 2021 tentang Standar Pembangunan Bandar Udara
serta Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter

Tanggal Berlaku: 31 May 2021

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 26/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Ringkasan:

Peraturan ini menetapkan berbagai standar yang harus dipatuhi dalam pembangunan bandar udara dan
tempat pendaratan dan lepas landas helikopter (heliport). Secara umum bandar udara terdiri dari bandar
udara umum dan bandar udara khusus. Sementara itu, heliport terdiri dari heliport di daratan (surface-level
heliport), heliport di atas gedung (elevated heliport) dan heliport di perairan (helideck). Pembangunan
heliport dapat dilakukan oleh pemrakarsa terkait setelah terlebih dahulu memenuhi berbagai standar yang
berbeda tergantung pada jenis heliport.
Selain itu, pembangunan bandar udara meliputi pembangunan baru dan pembangunan pengembangan.
Proyek pembangunan tersebut dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa dan/atau penyelenggara bandar udara
umum setelah terlebih dahulu memenuhi berbagai standar pembangunan terkait dengan bidang-bidang
berikut: 1) Bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan; 2) dokumen penetapan lokasi bandar udara; 3)
Dokumen rancangan teknis terinci fasilitas bandar udara; dan 4) Persetujuan lingkungan.
Dalam pembangunan bandar udara dan heliport, pemrakarsa/penyelenggara terkait harus memenuhi
kewajiban sebagai berikut: (1) Melaksanakan pekerjaan pembangunan bandar udara/heliport sesuai dengan
rencana induk/peta lokasi bandar udara dan dengan gambar denah rencana heliport terkait; 2) Bertanggung
jawab atas segala dampak yang timbul akibat pembangunan bandar udara/heliport terkait; 3) Mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang keselamatan dan keamanan penerbangan serta
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 4) Menyediakan akses untuk keperluan pengawasan
dalam pembangunan bandar udara/heliport; 5) Melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan pembangunan
bandar udara/heliport secara berkala setiap tiga bulan kepada Menteri Perhubungan (“Menteri”), gubernur
dan/atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya; dan 6) Melaporkan hasil seluruh kegiatan
pembangunan bandar udara/heliport kepada Menteri setelah selesainya pembangunan bandar
udara/heliport.

76. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.39 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
No. PM.58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Jika peralatan dan bahan penanggulangan yang disimpan di atas kapal tertentu tidak mampu mengatasi
pencemaran di perairan dan pelabuhan, maka nakhoda harus segera melapor kepada Syahbandar terdekat.
Syahbandar kemudian akan berkoordinasi mengenai penanggulangan pencemaran dengan menggunakan
personil, peralatan dan bahan yang tersedia di pelabuhan.
Penanggulangan pencemaran dari kapal di perairan dan pelabuhan, serta upaya pemulihan lingkungan yang
dilakukan untuk menanggulangi pencemaran tersebut, harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

77. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.40 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
No. PM.129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Penetapan alur-pelayaran yang meliputi terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri harus
ditetapkan melalui izin penyelenggaraan alur-pelayaran bagi badan usaha.
Badan usaha dapat terlibat dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan alur-pelayaran di laut
yang meliputi terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri yang dikelola oleh badan usaha yang
bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Menteri Perhubungan. Persetujuan
tersebut mencakup penentuan alur-pelayaran di laut yang mencakup terminal khusus atau terminal untuk
kepentingan sendiri.
Apabila beberapa terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri dikelola oleh badan usaha, maka
penyelenggaraan alur-pelayaran yang meliputi beberapa terminal khusus atau terminal untuk kepentingan
sendiri dapat dilakukan secara bersama-sama, sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang
harus dilaporkan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis.
Melalui penerbitan amandemen ini, ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Peraturan Menteri
Perhubungan No. PM.129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di
Perairan, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang mengatur pelaksanaan perizinan berusaha berbasis risiko.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 27/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

78. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.45 Tahun 2021 tentang Pengukuran Kapal

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Semua kapal harus diukur sebelum memulai operasi untuk menentukan panjang, lebar, dalam dan
tonasenya sesuai dengan metode pengukuran kapal yang relevan. Metode pengukuran kapal tersebut terdiri
dari: 1) Pengukuran dalam negeri; 2) Pengukuran internasional; dan 3) Pengukuran khusus.
Permohonan pengukuran kapal diajukan oleh pemilik kapal atau kuasanya kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut (“Direktur Jenderal”) atau Kepala Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal terdekat di
tempat kapal berada. Permohonan pengukuran kapal tersebut dapat diajukan dengan syarat bahwa
bangunan kapal secara fisik setidaknya telah mencapai tahap penyelesaian lambung kapal, geladak utama
dan seluruh bangunan atas.
Perhitungan dan penentuan tonase kotor (gross tonnage/GT) dan tonase bersih (net tonnage/NT) harus
diselesaikan dengan menggunakan daftar ukur yang disusun dan ditandatangani oleh ahli ukur kapal atau
pelaksana pengukuran kapal penangkap ikan yang melakukan pengukuran kapal sesuai dengan metode
pengukuran yang dipilih.
Daftar ukur tersebut akan menjadi dasar dikeluarkannya surat ukur yang berlaku selama kapal tidak
mengalami perubahan ukuran, tonase dan namanya. Akan tetapi, surat ukur baru wajib diterbitkan jika kapal
mengalami: 1) Perubahan bangunan yang mempengaruhi keseluruhan ukuran dan/atau tonase kapal,
sebagaimana tercantum dalam surat ukur terkait (termasuk setiap perubahan yang dilakukan pada unsur-
unsur berikut, antara lain: konstruksi, bangunan, jumlah penumpang dan sarat muat); 2) Perubahan metode
ukur yang digunakan terkait dengan kapal; dan/atau 3) Perubahan nama kapal.

79. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.48 Tahun 2021 tentang Konsesi dan Kerja Sama Bentuk Lainnya Antara
Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Secara umum, peraturan ini menetapkan berbagai ketentuan yang secara khusus mengatur berbagai
kegiatan usaha yang dapat dilakukan di pelabuhan, yang dirinci sebagai berikut: 1) Penyediaan dan/atau
pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang; dan 2) Jasa terkait kepelabuhanan.
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan melalui kerja sama antara penyelenggara pelabuhan (“Penyelenggara”)
dengan badan usaha pelabuhan (“Badan Usaha”) di bidang kepelabuhanan terdiri dari kegiatan usaha yang
berkaitan dengan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang, meliputi: 1)
Pengelolaan fasilitas pelabuhan yang telah dibangun, dikembangkan dan/atau dioperasikan; 2)
Pembangunan pelabuhan baru; 3) Pembangunan terminal baru; 4) Terminal untuk kepentingan sendiri yang
berubah fungsi menjadi terminal umum; 5) Terminal khusus yang berubah menjadi pelabuhan; 6)
Penyelenggaraan alur-pelayaran; dan 7) Wilayah tertentu di perairan dan daratan yang berfungsi sebagai
pelabuhan.
Bentuk kerja sama antara Penyelenggara dan Badan Usaha tersebut di atas dapat berupa: 1) Konsesi; atau 2)
Kerja sama bentuk lainnya (yaitu kerja sama terkait pemanfaatan, operasi, persewaan dan kontrak
manajemen).
Tata cara pemberian konsesi meliputi: 1) Pemberian konsesi melalui mekanisme pelelangan; atau 2)
Pemberian konsesi melalui mekanisme penugasan atau penunjukan.

80. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 49 Tahun 2021 tentang Pengujian dan Sertifikasi Perlengkapan Kapal

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Dalam kerangka ini, perlengkapan kapal (seperti: perlengkapan navigasi, alat penolong, dll.) dan komponen
kapal (seperti: bahan, permesinan, sistem akomodasi, dll.) wajib dilakukan pengujian dan sertifikasi.
Perlengkapan kapal dan komponen kapal tersebut wajib menjalani tiga tahap pengujian, sebagai berikut: 1)
Pengujian pertama (pemeriksaan dokumen, pengujian laboratorium dan pengujian lapangan); 2) Pengujian
berkala (dilakukan setiap dua tahun enam bulan terhitung dari tanggal terbit sertifikat pengujian pertama);
dan 3) Pemeriksaan tahunan.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 28/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Tahap pengujian yang disebutkan di atas akan dilaksanakan setelah permohonan pengujian dan sertifikasi
telah disampaikan kepada Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (“Kepala Balai”), dengan salinan
permohonan tersebut ditembuskan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Hasil pengujian akan dituangkan dalam bentuk laporan pengujian. Jika hasil menunjukkan bahwa
perlengkapan dan komponen kapal memenuhi syarat sertifikasi, maka Kepala Balai akan menerbitkan
sertifikat berikut, yang dijabarkan dalam jenis-jenis berikut: 1) Sertifikat pengujian pertama; 2) Halaman
pengesahan untuk pengujian berkala yang terlampir pada sertifikat pengujian pertama; dan 3) Sertifikat
pengujian tahunan.

81. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.50 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Secara umum kegiatan usaha yang berlangsung di pelabuhan meliputi: 1) Penyediaan dan/atau pelayanan
jasa kapal, penumpang dan barang; dan 2) Pelayanan jasa kepelabuhanan.
Secara khusus, penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang dirinci sebagai berikut: 1)
Jasa dermaga untuk bertambat; 2) Jasa pengisian bahan bakar dan air bersih; 3) fasilitas naik turun
penumpang dan/atau kendaraan; 4) Jasa dermaga untuk bongkar muat barang dan peti kemas; 5) Jasa
pergudangan dan penimbunan, alat bongkar muat dan peralatan pelabuhan; 6) Jasa terminal peti kemas,
curah cair, curah kering dan Ro-Ro; 7) Jasa bongkar muat barang; 8) pusat distribusi dan konsolidasi barang;
dan/atau 9) Jasa kapal tunda.
Sementara itu, penyediaan dan/atau pelayanan terkait dengan kepelabuhanan meliputi: 1) Penyediaan
fasilitas penampungan sampah; 2) Penyediaan depo peti kemas; 3) Penyediaan pergudangan; 4) Jasa
pembersihan dan pemeliharaan gedung perkantoran; 5) Instalasi air bersih dan listrik; 6) Pelayanan pengisian
air tawar dan minyak; 7) Penyediaan kantor untuk kepentingan pengguna jasa pelabuhan; 8) Penyediaan
fasilitas gudang pendingin; 9) Perawatan dan perbaikan kapal; 10) Pengemasan dan pelabelan; 11) Fumigasi
dan pembersihan/perbaikan kontainer; 12) Angkutan umum ke dan dari pelabuhan; 13) Ruang tunggu
kendaraan bermotor; 14) Kegiatan industri tertentu; 15) Kegiatan perdagangan; 16) Kegiatan terkait dengan
penyediaan tempat bermain dan layanan rekreasi; 17) Jasa periklanan; dan/atau 18) Perhotelan, restoran,
pariwisata, pos dan telekomunikasi.

82. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.51 Tahun 2021 tentang Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi
Manajemen Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Verifikasi harus dilakukan untuk memastikan terselenggaranya manajemen keamanan kapal dan fasilitas
pelabuhan dan harus dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1) Verifikasi terhadap kapal (verifikasi awal,
verifikasi antara, verifikasi pembaharuan, verifikasi tambahan); dan 2) Verifikasi terhadap fasilitas pelabuhan
(verifikasi pertama, verifikasi kedua, verifikasi ketiga, verifikasi keempat).
Permohonan verifikasi awal untuk memastikan penerbitan International Ship Security Certificate (“ISSC”)
sementara dan verifikasi pembaharuan untuk memperpanjang masa berlaku ISSC untuk memastikan
penerbitan ISSC harus diajukan oleh pemohon dalam bentuk surat permohonan yang disampaikan kepada
Menteri Perhubungan (“Menteri”) melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut (“Direktur Jenderal”) disertai
dengan dokumen berikut: 1) sertifikat Perwira Keamanan Perusahaan (Company Security Officer – “CSO”); 2)
sertifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship Security Officer – “SSO”); 3) Surat penunjukan CSO; 4) Surat
penunjukan SSO; dan/atau 5) Dokumen internal audit.
Permohonan verifikasi pertama untuk memastikan penerbitan Pernyataan Pemenuhan Fasilitas Pelabuhan
(Statement of Compliance of a Port Facility – “SoCPF”) sementara dan verifikasi ketiga SoCPF permanen
untuk memastikan penerbitan SoCPF disampaikan oleh pemohon terkait dalam bentuk surat permohonan
yang disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal disertai dengan dokumen berikut: 1) sertifikat
Perwira Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officer – “PFSO”); 2) Surat Keputusan
penunjukan PFSO; 3) Laporan training, drill dan exercise; dan 4) Dokumen internal audit.

83. Peraturan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2021 tentang Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan
Sendiri 

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 29/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri harus dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau badan usaha. Sementara itu, terminal khusus dan terminal untuk
kepentingan sendiri hanya dapat dibangun sesuai dengan pertimbangan teknis dan ekonomi, atau jika
pelabuhan terdekay yang tersedia tidak dapat mengakomodir beberapa kegiatan usaha pokok, termasuk: 1)
Pertanian; 2) Kehutanan; 3) Perikanan; 4) Pertambangan dan penggalian; 5) Industri pengolahan; 6)
Pengadaan listrik, gas, uap air panas, dan udara dingin; 7) Pengelolaan air, pengelolaan air limbah dan daur
ulang; 8) Konstruksi; 9) Perdagangan besar; 10) Penyediaan akomodasi; 11) Kawasan pariwisata, taman wisata
alam dan taman nasional; dan 12) Kegiatan tertentu yang memerlukan fasilitas dermaga.
Terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri hanya dapat dioperasikan sejalan dengan kegiatan
berikut: 1) Kegiatan lalu lintas kapal, turun naik penumpang, dan bongkar muat barang berupa bahan baku,
hasil produksi dan/atau peralatan penunjang produksi untuk kepentingan sendiri; dan 2) Kegiatan
pemerintahan, penelitian, pendidikan dan pelatihan serta sosial.
Perizinan berusaha untuk pembangunan terminal khusus dapat diberikan maksimum selama lima tahun,
yang dapat diperpanjang maksimum selama dua tahun, sementara izin usaha pengoperasian terminal
khusus tersebut dapat diberikan maksimum selama lima tahun, yang juga dapat diperpanjang.
Pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin usaha dari:
1) Menteri: untuk terminal khusus yang berlokasi di daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan utama dan pengumpul; 2) Gubernur: untuk terminal untuk kepentingan sendiri yang
berlokasi di daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan pengumpan regional;
dan 3) Bupati/walikota: untuk terminal untuk kepentingan sendiri yang berlokasi di daerah lingkungan kerja
dan daerah lingkungan kepentingan untuk pelabuhan pengumpan lokal.

84. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.53 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor No. PM.125 Tahun 2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Semua lokasi pembuangan di darat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Jika lokasi tersebut
berada di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan: harus
mendapat persetujuan dari penyelenggara pelabuhan; atau 2) Jika lokasi tersebut berada di luar daerah
lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan: harus mendapat persetujuan
dari pemerintah daerah. Selain itu, lokasi pembuangan di darat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Harus merupakan daerah daratan yang tidak terpengaruh oleh pasang tertinggi; dan/atau 2) Tidak boleh
mengubah garis pantai.
Setiap pihak yang ingin melakukan pekerjaan reklamasi harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
pihak-pihak berikut: 1) Bupati/Walikota: untuk reklamasi yang akan dilakukan di wilayah perairan pelabuhan
pengumpan lokal dan pelabuhan sungai dan danau; 2) Gubernur: untuk reklamasi yang akan dilakukan di
wilayah perairan pelabuhan pengumpan regional; dan 3) Direktur Jenderal Perhubungan Air (“Direktur
Jenderal”): untuk reklamasi yang akan dilakukan di wilayah perairan pelabuhan utama, pelabuhan
pengumpul dan terminal khusus.
Badan usaha pelabuhan, pengelola terminal untuk kepentingan sendiri dan pengelola terminal khusus dapat
diberikan hak guna bangunan atau hak atas tanah lainnya atau hak pengelolaan tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun demikian, hak guna bangunan atau hak atas tanah
lainnya tersebut tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Pemegang persetujuan pekerjaan reklamasi wajib melaksanakan hal-hal berikut: 1) Membayar penerimaan
negara bukan pajak atas persetujuan pekerjaan reklamasi; 2) Memasang tanda dan rambu navigasi yang
dapat dilihat dengan jelas baik siang maupun malam hari serta berkoordinasi dengan Syahbandar dan distrik
navigasi setempat selama pelaksanaan pekerjaan reklamasi yang bersangkutan; 3) Bertanggung jawab
penuh atas dampak dari setiap pekerjaan reklamasi yang dilakukan; 4) Melaporkan pekerjaan reklamasi
setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan diketahui oleh penyelenggara pelabuhan dan/atau
Syahbandar setempat; 5) Menyerahkan hak pengelolaan lahan hasil dari setiap pekerjaan reklamasi kepada
penyelenggara pelabuhan pada saat pekerjaan reklamasi selesai; 6) Menyerahkan seluas 5% dari total lahan
hasil pekerjaan reklamasi kepada pengelola pelabuhan yang berada di area reklamasi untuk digunakan
kegiatan pemerintahan di sektor kepelabuhanan; dan 7) Memulai pekerjaan reklamasi dalam waktu tiga
bulan sejak persetujuan pekerjaan reklamasi diterbitkan.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 30/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

85. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.57 Tahun 2021 2021 tentang Tata Cara Pemeriksaan, Pengujian dan
Sertifikasi Keselamatan Kapal

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Menetapkan berbagai tata cara pemeriksaan, pengujian dan sertifikasi keselamatan kapal terkait dengan: 1)
kapal berbendera Indonesia di atas GT 500 yang berlayar di perairan internasional; atau 2) kapal berbendera
Indonesia yang berlayar di perairan Indonesia yang diatur dalam ketentuan internasional.
Semua pengadaan, pengembangan, pembangunan dan pengoperasian kapal dan peralatan terkait harus
dilakukan sesuai dengan persyaratan keselamatan kapal yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangang terkait, serta berbagai ketentuan internasional. Persyaratan keselamatan kapal meliputi: 1)
Material; 2) Konstruksi; 3) Bangunan; 4) Permesinan dan perlistrikan; 5) Stabilitas; 6) Tata susunan peralatan
dan perlengkapan keselamatan dan pemadam kebakaran; dan 7) Elektronika kapal.
Semua peralatan dan komponen kapal yang akan digunakan di atas kapal harus diuji. Selain itu, pengujian
peralatan dan komponen kapal harus dibuktikan melalui sertifikasi yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
Semua kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal berdasarkan hasil proses
pemeriksaan dan pengujian akan diterbitkan sertifikasi keselamatan kapal oleh Menteri Perhubungan.
Sertifikasi keselamatan kapal meliputi: 1) Sertifikat keselamatan kapal penumpang; dan 2) Sertifikat
keselamatan kapal barang.

86. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.58 Tahun 2021 tentang Sertifikasi Maritime Labor Convention

Tanggal Berlaku: 16 Juni 2021

Ringkasan:

Menetapkan berbagai ketentuan tentang pemenuhan standar dan penerbitan sertifikat Maritime Labor
Convention (“MLC”) untuk kapal berbendera Indonesia berukuran 500 gross tonnage (“GT”) atau lebih yang
menuju ke luar negeri, termasuk: 1) Kapal barang; 2) Kapal penumpang; dan 3) Kapal fungsi khusus.
Akan tetapi, pemenuhan standar dan penerbitan sertifikat MLC tersebut dikecualikan untuk: 1) Kapal negara;
2) Kapal perang; 3) Kapal penangkap ikan; 4) Kapal yang digunakan tidak untuk tujuan komersial apa pun;
dan 5) Kapal yang dibuat secara tradisional.
Kapal berbendera Indonesia tujuan luar negeri wajib memenuhi MLC 2006 dan perubahannya, yang
dibuktikan dengan: 1) Sertifikat MLC; 2) Deklarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim (“DMLC”)
Bagian I; 3) DMLC Bagian II.
Pemilik kapal atau operator kapal wajib memberikan kompensasi kepada awak kapal mereka. Kompensasi
tersebut harus dibayarkan kepada awak kapal yang diberhentikan dari pekerjaannya akibat: 1) Kapal hilang
atau tenggelam; 2) Perusahaan angkutan laut mengalami kebangkrutan; atau 3) Kapal mengalami
perubahan kepemilikan.

87. Peraturan Menteri Perhubungan No. 59 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Terkait dengan
Angkutan di Perairan

Tanggal Berlaku: 7 Juli 2021

Ringkasan:

Kerangka peraturan yang baru ini menyederhanakan berbagai ketentuan yang sebelumnya mengatur
berbagai hal yang berkaitan dengan angkutan di perairan. Ketentuan ini telah dibagi ke dalam beberapa bab,
sebagai berikut: 1) Penyelenggaraan bongkar muat barang (bab III); 2) Penyelenggaraan jasa pengurusan
transportasi (bab IV); 3) Peneyelnggaraan angkutan perairan pelabuhan (bab V); 4) Penyelenggaraan
penyewaan peralatan angkutan laut atau peralatan jasa terkait dengan angkutan laut (bab VI); 5)
Penyelenggaraan Tally mandiri (bab VII); 6) Penyelenggaraan depo peti kemas (bab VIII); 7) Penyelenggaraan
pengelolaan kapal (bab IX); 8) Penyelenggaraan perantara jual beli dan/atau sewa kapal (bab X); 9)
Penyelenggaraan keagenan kapal (bab XI); 10) Penyelenggaraan perawatan dan perbaikan kapal (bab XII); dan
11) Penyelenggaraan keagenan awak kapal  (bab XIII).

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 31/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

88. Surat Edaran Menteri Perhubungan No. 62 Tahun 2021 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang
Dalam Negeri dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Tanggal Berlaku: 11 Agustus 2021

Ringkasan:

Penumpang pesawat udara yang melakukan perjalanan ke dan dari pulau Jawa dan Bali, serta daerah lain
yang diwajibkan untuk menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level-3 dan
Level-4, harus menunjukkan: 1) Kartu vaksin (minimal dosis pertama); dan 2) Hasil uji RT-PCR negatif dari
sampel yang diambil dalam kurun waktu paling lama 2 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Jika penumpang melakukan perjalanan antar bandara di pulau Jawa dan Bali, maka wajib menunjukkan: 1)
Kartu vaksin (minimal dosis pertama) dan hasil tes RT-PCR negatif dari sampel yang diambil dalam kurun
waktu paling lama 2 x 24 jam sebelum keberangkatan; atau 2) Kartu vaksin yang mencantumkan dosis kedua
dan hasil rapid test antigen negatif dari sampel yang diambil dalam kurun waktu paling lama 1 x 24 jam
sebelum keberangkatan.
Jika penumpang melakukan perjalanan dari dan ke luar pulau Jawa dan Bali yang sedang melaksanakan
PPKM Level-1 dan Level-2, maka harus menunjukkan hasil tes RT-PCR negatif dari sampel yang diambil dalam
kurun waktu paling lama 2 x 24 jam sebelum keberangkatan atau hasil rapid test antigen negatif dari sampel
yang diambil dalam kurun waktu paling lama 1 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Personel pesawat udara wajib menunjukkan hasil tes RT-PCR atau rapid test antigen negatif dari sampel
yang diambil dalam kurun waktu paling lama 7 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Physical distancing harus diterapkan pada semua penerbangan dalam negeri berjadwal yang menggunakan
pesawat yang termasuk dalam kategori tertentu (yaitu jet narrow-body dan wide-body), sedangkan kapasitas
maksimum setiap pesawat telah ditetapkan sebesar 70% dari total kapasitas (load factor).

89. Surat Edaran Menteri Perhubungan No. 63 Tahun 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Internasional
dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Tanggal Berlaku: 11 Agustus 2021

Ringkasan:

Pelaku perjalanan internasional baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing wajib
menunjukkan kartu atau sertifikat vaksin (dosis lengkap), jika tidak, pelaku perjalanan tersebut wajib
divaksinasi setibanya di Indonesia setelah hasil tes RT-PCR negatif kedua selama karantina. Pelaku perjalanan
internasional yang merupakan warga negara asing dapat divaksinasi di Indonesia jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut: 1) Berusia 12 - 17 tahun; 2) Memiliki izin tinggal diplomatik atau izin tinggal dinas; dan/atau 3)
Memegang kartu izin tinggal terbatas atau kartu izin tinggal tetap.
Selain hal tersebut di atas, pelaku perjalanan internasional juga wajib menunjukkan: 1) Hasil tes RT-PCR
negatif dari sampel yang diambil 3 x 24 jam sebelum keberangkatan yang hasilnya harus ditunjukkan pada
saat proses pemeriksaan kesehatan atau diunggah melalui aplikasi e-HAC International Indonesia; 2) Kartu
atau sertifikat vaksin.
Pada saat kedatangan, pelaku perjalanan internasional wajib menjalani hal-hal berikut: 1) Tes RT-PCR; dan 2)
Proses karantina atau isolasi mandiri (hanya untuk perwakilan negara asing dan keluarganya) selama 8 x 24
jam setelah kedatangan, termasuk tes RT-PCR kedua yang akan dilakukan pada hari ketujuh karantina.
Warga negara asing yang berada di Indonesia dan akan melakukan perjalanan, baik dalam negeri maupun
luar negeri, wajib divaksinasi.
Pihak-pihak berikut dapat dikecualikan dari kewajiban untuk menunjukkan kartu atau sertifikat vaksin untuk
masuk ke Indonesia: 1) Warga negara asing pemegang visa diplomatik atau visa dinas (untuk kunjungan
resmi/kenegaraan pejabat asing setingkat menteri ke atas), serta warga negara asing yang melakukan
perjalanan ke Indonesia dengan skema Travel Corridor Arrangement; 2) Warga negara asing yang akan
melakukan perjalanan internasional, dengan ketentuan bahwa mereka tetap berada di dalam bandara yang
bersangkutan sambil menunggu penerbangan internasional (jika warga negara asing melakukan perjalanan
di dalam negeri untuk tujuan transit); 3) Warga negara asing yang berusia di bawah 18 tahun; 4) Pelaku
perjalanan internasional dengan kondisi kesehatan khusus yang tidak dapat divaksinasi.

90. Surat Edaran Menteri Perhubungan No. 64 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Menteri
Perhubungan No. 56 Tahun 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan
Transportasi Darat Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Tanggal Berlaku: 12 Agustus 2021

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 32/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

Ringkasan:

Memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan manajemen rekayasa
lalu lintas dan kebijakan manajemen kebutuhan lalu lintas sesuai dengan berbagai kebutuhan dan kondisi
yang berlaku di wilayahnya.
Kebijakan tersebut meliputi: 1) Pengaturan lalu lintas pada ruas jalan tertentu; 2) Pengaturan lalu lintas di
kawasan tertentu yang berpotensi menarik banyak pengunjung dan/atau volume lalu lintas yang signifikan;
3) Pembatasan kendaraan pribadi di sepanjang koridor tertentu atau dalam wilayah tertentu selama periode
tertentu berdasarkan jumlah penumpang atau tanda nomor kendaraan.

91. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor No. 7 Tahun 2021 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor

Tanggal Berlaku: 5 Mei 2021

Ringkasan:

Semua kendaraan bermotor wajib diregistrasikan dan kewajiban registrasi ini berlaku untuk: 1) Registrasi
kendaraan bermotor baru; 2) Registrasi nomor identifikasi kendaraan bermotor dan pemiliknya; 3) Registrasi
perpanjangan kendaraan bermotor; dan 4) Registrasi pengesahan kendaraan bermotor.
Registrasi akan dilaksanakan terhadap kendaraan bermotor yang dimiliki oleh pihak-pihak sebagai berikut: 1)
Perorangan; 2) Instansi pemerintah; 3) Badan usaha; 4) Perwakilan asing; 5) Badan internasional; dan 6) Badan
hukum asing yang berkantor tetap di Indonesia.
Dokumen-dokumen berikut akan diberikan untuk kendaraan bermotor yang telah diregistrasikan: 1) Bukti
pemilik kendaraan bermotor; 2) Surat tanda nomor kendaraan bermotor; dan/atau 3) Tanda nomor kendaraan
bermotor.

Lain-Lain
92. Rancangan Undang-Undang tentang Hukum Acara Perdata Tanggal Berlaku: -

Ringkasan:

Gugatan atau permohonan terkait tuntutan hak dapat disampaikan secara tertulis atau lisan dan wajib
setidaknya memuat informasi berikut: 1) Nama lengkap, jenis kelamin, umur, kewarganegaraan, pekerjaan,
alamat tempat tinggal penggugat/pemohon dan alamat tempat tinggal tergugat (hanya untuk gugatan); 2)
Peristiwa yang dijadikan dasar gugatan/permohonan, yang disertai bukti tertulis (jika ada); dan 3)
Gugatan/permohonan yang dimohonkan untuk dikabulkan oleh pengadilan.
Ketua pengadilan dapat mengabulkan permohonan untuk penyanderaan tergugat yang kalah atau debitor
jika: 1) Terdapat alasan yang berdasar bahwa debitor tersebut akan secara sengaja ingkar untuk membayar
utangnya kepada kreditor tersebut meskipun debitor tersebut mampu menyelesaikan pembayaran tersebut;
2) Penggugat yang menang atau kreditor mampu membuktikan bahwa tergugat yang kalah atau debitor
wajib membayar setidaknya 1 miliar Rupiah; atau 3) Tergugat yang kalah atau debitor tidak berumur 65 tahun
(atau lebih), bukan orang yang belum dewasa, tidak berada dibawah pengampuan dan tidak sedang
hamil/menyusui.
Untuk informasi selengkapnya, lihat ILB No. 4187.

93. Peraturan Presiden Nomor No. 68 Tahun 2021 tentang Pemberian Persetujuan Presiden Terhadap Rancangan
Peraturan Menteri/Kepala Lembaga

Tanggal Berlaku: 6 Agustus 2021

Ringkasan:

Persetujuan presiden harus diperoleh terkait dengan semua rancangan peraturan menteri/kepala lembaga.
Namun, agar rancangan peraturan tersebut dapat disetujui, harus terlebih dahulu memenuhi kriteria sebagai
berikut: 1) Berdampak luas pada kehidupan masyarakat; 2) Secara strategis sejalan dengan program prioritas
presiden, target pemerintah, keamanan nasional dan keuangan negara; dan/atau 3) Bersifat lintas sektor atau
lintas kementerian/lembaga.
Prosedur untuk mendapatkan persetujuan tersebut di atas dirinci sebagai berikut: 1) Harmonisasi konsep
rancangan peraturan; 2) Pengajuan permohonan persetujuan oleh pemrakarsa yang bersangkutan disertai

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 33/34
9/27/21, 11:20 AM Monthly Law Review Agustus 2021 - Hukumonline.com

dengan penyerahan dokumen-dokumen tertentu (yaitu dokumen-dokumen yang menguraikan tentang


urgensi dan hal-hal yang diatur oleh peraturan yang bersangkutan, serta surat pernyataan telah selesainya
proses harmonisasi terkait); 3) Penyampaian rekomendasi persetujuan kepada presiden; dan 4) Penerbitan
persetujuan/penolakan/instruksi lain oleh Presiden.
Rancangan peraturan yang telah disetujui selanjutnya akan ditetapkan oleh pemrakarsa terkait dan
diundangkan melalui Lembaran Negara Republik Indonesia.

94. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan

Tanggal Berlaku: 7 Juli 2021

Ringkasan:

Pedoman baru untuk destinasi pariwisata berkelanjutan secara khusus membahas aspek-aspek berikut: 1)
Pengelolaan berkelanjutan; 2) Keberlanjutan sosial dan ekonomi; 3) Keberlanjutan budaya; dan 4)
Keberlanjutan lingkungan.
Aspek pengelolaan berkelanjutan meliputi bidang-bidang berikut: 1) Kerangka dan struktur pengelolaan; 2)
Keterlibatan pemangku kepentingan; 3) Manajemen tekanan dan perubahan.
Aspek keberlanjutan sosial dan ekonomi meliputi bidang-bidang berikut: 1) Penyediaan manfaat bagi
ekonomi lokal; dan 2) Dampak sosial dan kesejahteraan.
Aspek keberlanjutan budaya meliputi bidang-bidang berikut: 1) Perlindungan warisan budaya; dan 2)
Kunjungan ke situs budaya.
Aspek keberlanjutan lingkungan meliputi bidang-bidang berikut: 1) Konservasi warisan alam; 2) Pengelolaan
sumber daya; dan 3) Pengelolaan limbah dan emisi.

https://pro.hukumonline.com/a/lt613615a2e427e/monthly-law-review-agustus-2021 34/34

Anda mungkin juga menyukai