Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL

PENERAPAN SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI


UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI RUANGAN
MELATI 2A DI RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA

KARYA TULIS ILMIAH

SRI YAYU LESTARI


NIM : 10120046

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
2023

ii
HALAMAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : SRI YAYU LESTARI

NIM : 10120046

Tanda Tangan :

Tanggal :

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk
Dipresentasikan dalam Seminar Proposal KTI

JUDUL : Penerapan Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus Pada


Ibu Post Partum Di Ruangan Melati 2A Di RSUD. dr.
Soekardjo Tasikmalaya
PENYUSUN : Sri Yayu Lestari
NIM : 10120046
Tasikmalaya, … 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hj. Enok Nurliawati S. Kp., M.Kep Ns. Soni Hersoni S.Sos., M.Kep
NIDN. 0427077101 NIDN. 0409107201

Mengetahui,
Ketua Prodi D III Keperawatan

Ns. Asep Robby, M.Kep


NIDN. 0403038302

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi Diploma III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Tunas Husada.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Yayah Syafariah, S.Kep., Ns., M.M., selaku Ketua Yayasan Bakti Tunas
Husada.
2. Dr. Ruswanto, M.Si., selaku Rektor Universitas Bakti Tunas Husada.
3. Dr. Rudy Hidana, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti
Tunas Husada.
4. Ns. Asep Robby, M.Kep, selaku Ketua Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Bakti Tunas Husada.
5. Anih Kurnia, S.Kep, Ners, M.Kep., selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan
selalu memberikan motivasi kepada penulis selama pembelajaran di Universitas
Bakti Tunas Husada.
6. Hj. Enok Nurliawati S. Kp., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ns. Soni Hersoni S.Sos., M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.
8. Seluruh staf dosen dan laboran Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bakti Tunas Husada yang telah membimbing terhadap kelancaran
selama mengikuti perkuliahan.
9. Seluruh staf perpustakaan Universitas Bakti Tunas Husada yang telah membantu
penyediaan buku sumber.
10. Pihak lahan penelitian yang telah mengizinkan dan memfasilitasi dalam proses
pengambilan data.
11. Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan doa, bimbingan, dukungan
material maupun moral selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Bakti
Tunas Husada.
12. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan ke 28 Program Studi Diploma III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Tunas Husada yang telah bersama-sama
menempuh pembelajaran di kampus tercinta.
13. Diri sendiri yang telah kuat berjuang dan pantang menyerah bahkan bisa bertahan
sejauh ini.

iv
14. Semua pihak terutama teman dan sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan.

Tasikmalaya, …………..

Penulis

v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai sivitas akademik Universias BTH, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Sri Yayu Lestari
NIM : 10120046
Program Studi : D III Keperawatan
Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas BTH Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas Karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENERAPAN SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU


POST PARTUM DI RUANGAN MELATI 2A DI RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas BTH berhak menyimpan, mengalihkan media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Tasikmalaya

Pada tanggal:

Yang menyatakan

(Sri Yayu Lestari)

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN ORISINALITAS..............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus.................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
A. Konsep Nifas.............................................................................................5
B. Konsep Involusi Uterus.........................................................................10
C. Konsep Asuhan Keperawatan Nifas....................................................12
D. Konsep Senam Nifas..............................................................................28
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS........................................................36
A. Desain KTI..............................................................................................36
B. Subjek Studi Kasus................................................................................36
C. Fokus Studi.............................................................................................37
D. Definisi Operasional..............................................................................37
E. Lokasi & waktu Studi Kasus................................................................37
F. Prosedur Penulisan KTI........................................................................37
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................38
H. Instrument Studi Kasus.........................................................................38
I. Analisis Data dan Penyajian Data........................................................38
J. Etika Studi Kasus...................................................................................39

vii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. TFU dan Berat Uterus Berdasarkan Masa Involusi...................................6

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gerakan senam nifas hari ke-1..............................................................33


Gambar 2 Gerakan senam nifas hari ke-2..............................................................34
Gambar 3 Gerakan senam nifas hari ke-3..............................................................34
Gambar 4 Gerakan senam nifas hari ke-4..............................................................35
Gambar 5 Gerakan senam nifas hari ke-5..............................................................35
Gambar 6 Gerakan senam nifas hari ke-6..............................................................35
Gambar 7 Gerakan senam nifas hari ke-7..............................................................36

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Kegiatan Penyusunan KTI


Lampiran 2 Lembar Bimbingan KTI
Lampiran 3 Instrumen Wawancara
Lampiran 4 Lembar Hasil Pengukuran TFU

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yang berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari (Pusparina, 2021). Setelah persalinan, kondisi
tubuh ibu akan mengalami perubahan, salah satunya adalah kembalinya
rahim pada ukuran semula. Proses ini disebut dengan involusi uterus.
Involusi uterus merupakan kembalinya rahim pada keadaan sebelum hamil.
Involusi ini dapat mengecilkan rahim dengan berat sekitar 60 gram. Proses
ini dimulai setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot polos rahim. Involusi
merupakan perubahan retrogresif pada rahim yang menyebabkan
berkurangnya ukuran uterus/rahim, involusi uterus hanya berfokus pada
penyusutan rahim saja (Rosdiana et al., 2022).
Kegagalan dalam involusi uterus menjadi salah satu penyebab
terjadinya pendarahan pada post partum, hal ini dikarenakan ketika involusi
berlangsung pada tempat implantasi plasenta ditemukan banyak pembuluh
darah yang terbuka sehingga resiko terjadi perdarahan post partum sangat
besar. Hal ini terjadi jika otot-otot pada uterus tidak berkontraksi dengan
baik untuk menjepit pembuluh darah yang terbuka (Rahayu & Solekah,
2020).
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan involusi uterus antara
lain: akibat dari gangguan kehamilan seperti hipertensi, gangguan sistem
peredaran darah, infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya,
terdapat bekuan darah, atau mioma uteri. Infeksi uterus terjadi saat bakteri
di vagina menjalar ke saluran genital setelah melahirkan (Admasar et al.,
2022)
Apabila terjadi kegagalan pada involusi uterus maka akan
menyebabkan sub-involusi. Gejala dari sub-involusi meliputi Lochea
menetap/berwarna merah segar, penurunan fundus uterus lambat, tonus
uterus lunak, tidak ada perasaan mules atau kontraksi pada ibu nifas yang

1
2

dapat mengakibatkan perdarahan. Pendarahan tersebut dapat menyebabkan


kematian ibu pada masa nifas (Rosdiana et al., 2022).
Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan upaya-upaya dari
perawat agar involusi uterus dapat berjalan sebagaimana mestinya. Menurut
Rosdiana (2020) upaya-upaya perawat untuk mengatasi proses involusi
uterus antara lain: Mobilisasi dini, menyusui, status gizi, usia, pijat
oksitosin, dan senam nifas (Rosdiana et al., 2022).
Senam nifas merupakan latihan fisik yang dilakukan oleh ibu setelah
melahirkan yang bertujuan untuk merangsang otot-otot rahim agar berfungsi
secara optimal, sehingga diharapkan dapat terhindar dari perdarahan post
partum dan rahim dapat kembali pada posisi semula (Pusparina, 2021).
Senam nifas merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk mempercepat
involusi uterus. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rahayu (2020),
Rosdiana (2022), dan Sari (2020), yang menunjukan bahwa senam nifas
berpengaruh terhadap involusi uterus.
Senam nifas merupakan latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu
setelah melahirkan, yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi
kesehatan, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, memulihkan
dan memperbaiki regangan pada otot setelah kehamilan, terutama otot-otot
bagian punggung, dasar panggul dan perut (Sari et al., 2020). Senam nifas
merupakan salah satu usaha untuk menguatkan kontraksi otot rahim, dimana
dengan peningkatan kerja otot rahim ini akan mengakibatkan otot-otot
dalam rahim akan terjepit, yang menyebabkan jaringan otot kekurangan zat-
zat yang diperlukan sehingga jaringan otot bisa mengecil dan ukuran rahim
juga akan mengecil (Rahayu & Solekah, 2020). Senam nifas merupakan
gerakan tubuh yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan
kekuatan otot yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
(Pusparina, 2021)
Berdasarkan dari uraian diatas senam nifas menjadi salah satu
tindakan yang efektif untuk mempercepat involusi uterus terhadap
pengembalian rahim ke bentuk semula dan juga dapat mencegah terjadinya
pendarahan post partum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
3

melaksanakan tindakan senam nifas untuk mempercepat involusi uterus


pada ibu post partum di ruangan Melati 2A RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana penerapan senam nifas untuk
mempercepat involusi uterus pada ibu post partum di ruangan Melati 2A
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan
senam nifas untuk mempercepat involusi uterus pada ibu post partum di
ruangan melati 2A RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden ibu post partum yang
mengikuti senam nifas.
b. Untuk mendapatkan gambaran tahapan pelaksanaan senam nifas
terhadap kecepatan involusi uterus pada ibu post partum.
c. Untuk mendapatkan gambaran respon ibu post partum setelah
melakukan senam nifas.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Ibu Nifas
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu post partum
mengenai manfaat senam nifas untuk mempercepat proses involusi uterus.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu di bidang keperawatan dalam penerapan
senam nifas untuk mempercepat involusi uterus pada ibu post partum.
3. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan informasi mengenai respon dari responden setelah
dilakukan tindakan senam nifas terhadap involusi uterus untuk mempercepat
proses pengembalian rahim pada keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
pada ibu nifas.
4. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur
tindakan senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerpurium) merupakan masa pulihnya kembali yang
dimulai dari persalinan selesai sampai organ-organ dalam kandungan
kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (42
hari) (Pusparina, 2021).
Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, disusul dengan
keluarnya plasenta dan selaput dari tubuh ibu yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Rahayu & Solekah, 2020).
2. Pembagian Masa Nifas
Menurut Pusparina (2021) masa nifas dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Puerperium Dini
Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri
dan berjalan. Dalam agama islam bisa dikatakan waktu yang telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial merupakan kepulihan menyeluruh organ
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk
pemulihan dan sehat sempurna terutama selama hamil atau saat
persalinan memiliki komplikasi. Pada masa ini diperlukan waktu hingga
berminggu-minggu, bulan atau bahkan tahunan untuk mencapai sehat
sempurna.

3. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Nifas


a. Perubahan Fisiologis
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus atau rahim merupakan organ reproduksi wanita yang
memiliki peran penting dalam siklus menstruasi, kesuburan dan
kehamilan. Setelah melahirkan rahim akan mengalami perubahan

4
5

dimana perubahan tersebut dikenal dengan sebutan involusi


(Zamrodah, 2016).
Tabel 1
TFU dan Berat Uterus Berdasarkan Masa Involusi
Waktu Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi Baru Lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu ½ pusat sympisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Normal 30 gr
Sumber : Maritalia (2017)
b) Lochea
Lochea adalah pengeluaran darah rahim yang dikeluarkan
melalui vagina selama nifas. Menurut Maryunani (2012),
pengeluaran Lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna,
antara lain sebagai berikut:
(1) Lochea Rubra
Lochea ini keluar dari hari pertama sampai hari ketiga,
berwarna merah dan hitam. Cairan yang keluar berwarna
merah karena penuh dengan darah segar, sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
(2) Lochea Sanguinolenta
Lochea ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7,
berwarna cokelat kemerahan dan berlendir

(3) Lochea Serosa


Lochea ini berlangsung dari hari ke-7 sampai hari ke-14,
berwarna kekuningan karena mengandung serum, leukosit,
dan robekan atau robekan plasenta.
(4) Lochea Alba
Lochea ini berlangsung setelah hari ke-14, biasanya
berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan. Lochea
ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serat jaringan putih yang mati.
c) Vagina dan Perineum
Setelah melahirkan, vagina dalam keadaan tegang disertai
adanya edema dan memar dalam keadaan masih terbuka. Dalam
satu atau dua hari, pembengkakan vagina akan berkurang.
Dinding vagina akan kembali halus dengan ukuran yang lebih
luas dari biasanya. Ukurannya akan mengecil ketika rugae pulih
pada 3 minggu setelah melahirkan. Vagina akan sedikit lebih
besar dari ukuran vagina sebelum kelahiran pertama (Pusparina,
2021).
6

d) Payudara
Tingkat konsentrasi hormon yang merangsang
perkembangan payudara selama kehamilan (estrogen,
progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu
yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke tingkat
sebelum hamil sebagian bergantung pada apakah ibu menyusui
atau tidak (Pusparina, 2021).
2) Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari setelah lahir. Diuresis
terjadi karena pelebaran saluran kemih. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu setelah melahirkan. Pada masa nifas,
kandung kemih mengalami bengkak, sesak dan hipotonik. Obstruksi
uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan, dan trauma
tersebut dapat berkurang setelah 24 jam setelah persalinan
(Lowdermilk & Perry, 2013).
3) Sistem Musculoskeletal
Setelah melahirkan, dinding perut akan mengendur, dan
melebar selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Hal ini
disebabkan oleh pecahnya serat elastis kulit dan peregangan yang
berlangsung lama akibat pembesaran rahim selama kehamilan. Pada
wanita yang kurus tinggi memiliki diastatis recti, sehingga bagian
garis tengah dinding perut tampak hanya selaput yang menutupi
perut bagian dalam (peritoneum) dengan lapisan otot tipis dan kulit.
Kerentanan ini menonjol saat berdiri atau saat mengejan (Maritalia,
2017).
4) Sistem Endokrin
Selama periode post partum pelepasan plasenta menyebabkan
penurunan hormon yang diproduksi oleh organ ini secara signifikan.
Penurunan hormon HCG, estrogen dan kortisol serta enzim insulin
plasenta membalikkan efek diabetogenik kehamilan, sehingga
menyebabkan kadar gula darah menurun (Lowdermilk & Perry,
2013).
5) Sistem Kardiovaskuler
Selama persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400
cc. Perubahan tersebut terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi. Hemokosentrasi pada persalinan pervagina akan
meningkat, pada hemokosentrasi setelah operasi caesar biasanya
stabil dan kembali normal setelah 2-6 minggu (Lowdermilk, Perry,
2013).
Pada Tekanan darah biasanya stabil dan normal, suhu biasanya
kembali normal dari kenaikannya yang sedikit selama periode
melahirkan dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan. Nadi biasanya normal kecuali ada keluhan persalinan
lama dan sulit atau kehilangan banyak darah (Pusparina, 2021).
6) Sistem Pencernaan
7

Pada wanita yang melahirkan dengan operasi caesar, biasanya


membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi saluran pencernaan
dan nafsu makan kembali normal. Ibu yang melahirkan secara
spontan biasanya lebih cepat lapar karena menghabiskan banyak
tenaga saat melahirkan (Maritalia, 2017).
Biasanya ibu nifas juga akan mengalami konstipasi, namun masih
dalam kondisi normal dimana konstipasi biasanya terjadi selama 3-4
hari. Selain konstipasi, ibu juga akan mengalami hemoroid. Hemoroid
merupakan peristiwa lazim pada periode awal post partum akibat
tekanan pada dasar paggul saat melahirkan (Lowdermilk, Perry,
2013).
7) Sistem Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal antara 18 – 24 kali per menit.
Selama persalinan, laju pernapasan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu mengejan dan menjaga suplai
oksigen ke janin. Setelah lahir, ritme pernafasan akan kembali
normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu
dan denyut nadi (Lowdermilk & Perry, 2013).
8) Sistem Integument
Perubahan kulit selama kehamilan, yang bermanifestasi sebagai
hiperpigmentasi pada wajah (cloasma gravidarum), leher, payudara,
dinding perut dan beberapa lipatan sendi akibat efek hormonal, akan
hilang saat melahirkan (Maritalia, 2017).
b) Perubahan Psikologis
Menurut Maritalia (2017) perubahan psikologis pada ibu dimulai
sejak kehamilan memerlukan penyesuaian. Dalam penyesuian post
partum, ibu dapat melalui tahapan sebagai berikut:
1) Fase Taking-in
Fase ini merupakan masa ketergantungan psikologis ibu, yang
berlangsung dari satu hari ke hari berikutnya dan ibu hanya
berfokus pada dirinya sendiri, Hal ini dapat disebabkan karena
kelelahan. Pada tahap ini ibu cenderung pasif terhadap lingkungan.
2) Fase Taking-hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, saat
ibu mengkhawatirkan ketidakmampuan dan tanggung jawabnya
untuk merawat bayinya. Pada masa ini adalah saat yang tepat bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan karena ibu sudah
dapat menerima nasihat baik tentang perawatan bayi, misalnya
yang akan meningkatkan rasa percaya diri.
3) Fase Letting-go
Perubahan fisiologis tahap ini berlangsug 10 hari setelah
melahirkan dan merupakan tahap dimana ibu mengambil peran dan
tanggung jawab barunya. Ibu sudah mampu beradaptasi dengan
ketergantungan bayinya.
8

B. Konsep Involusi Uterus


1. Pengertian Involusi Uterus
Involusi adalah kembalinya rahim pada ukuran dan kondisi normal
setelah kelahiran bayi. Involusi merupakan pengerucutan rahim yang
terjadi setelah melahirkan dengan bobot akhir sekitar 60 gram. Involusi
terjadi ketika setiap sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang
berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolisis, dimana
zat protein dinding rahim pecah, diserap, dan kemudian dikeluarkan
sebagai urin (Lowdermilk & Perry, 2013).
2. Proses Terjadinya Involusi
Menurut Maryunani (2012) involusi uterus melewati tiga proses, yaitu:
(a) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi pada otot
rahim. Enzim proteolitik memperpendek jaringan otot yang mana
sebelum kehamilan telah mengendur hingga sepuluh kali dari panjang
aslinya dan lima kali lebarnya.

(b) Atrofi jaringan


Jaringan yang berkembang biak dengan adanya atrofi estrogen
dalam jumlah besar sebagai respon terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi
pada otot rahim, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terpisah
dari lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium baru.
(c) Efek Oksitosin
Hormon oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menyempitkan pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan penarikan otot
rahim akan menurunkan aliran darah ke rahim. Proses ini membantu
mengurangi jaringan parut pada tempat implantasi plasenta dan
mengurangi perdarahan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus
Menurut Pusparina (2021) faktor yang mempengaruhi involusi
uterus antara lain:
(a) Umur
Pada wanita yang lebih tua, sangat dipengaruhi oleh proses
penuaan dengan meningkatkan jumlah lemak, mengurangi kelenturan
otot, dan menurunkan penyerapan lemak, protein dan karbohidrat.
Ketika proses ini dikaitkan dengan penurunan protein seiring
bertambahnya usia, ini akan mencegah rahim mengalami kemunduran.
(b) Menyusui
9

Menyusui dini merupakan salah satu yang membantu proses


involusi uteri, karena dengan memberikan ASI kepada bayi sejak lahir
sampai satu jam pertama, akan terjadi kontraksi pada otot polos rahim.
(c) Mobilisasi Dini
Merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mengubah posisi
semula ibu dari posisi berbaring miring. Dari duduk hingga berdiri dalam
beberapa jam setelah melahirkan. Tujuannya yaitu untuk mempercepat
Lochea, mempercepat regresi, meningkatkan manfaat organ saluran
pencernaan dan perkemihan, serta meningkatkan aliran darah.
(d) Status Gizi
Tingkat kecukupan gizi sesuai berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Pada status gizi ibu nifas, pertahanan di dasar ligamentum latum
bertumpu pada kelompok infiltrasi sel bulat yang berfungsi untuk
memberikan pertahanan terhadap penyembuhan kuman dan berguna
untuk menghilangkan jaringan nefrotik terhadap waktu persalinan.
(e) Senam Nifas
Senam nifas merupakan rangkaian gerakan tubuh yang dilakukan
untuk mempercepat pemulihan ibu pada masa nifas. Tujuan senam nifas
adalah untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu, mempercepat proses
involusi uterus dan mengembalikan fungsi uterus.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Nifas
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data informasi yang akurat dari pasien agar mengetahui
berbagai permasalahan yang ada (Pusparina, 2021).
1) Biodata yang memuat identitas klien menurut Rina Martuti (2020), antara
lain:
a) Nama
Untuk mengetahui nama lengkap pasien, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui ada resiko seperti kurang
dari 20 tahun atau belum cukup umur, organ reproduksi belum
matang, siap secara mental dan psikologisnya. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun sangat rentan mengalami perdarahan setelah
melahirkan.
c) Agama
Untuk menentukan keyakinan pasien untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Suku Bangsa
Suku bangsa ini memiliki pengaruh terhadap adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari. Orang-orang belajar dari budayanya, bagaimana
seharusnya mereka menanggapi rasa nyeri misalnya di daerah mereka
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
10

karena mereka melakukan kesalahan, sehingga mereka memilih tidak


megeluh jika ada nyeri.
e) Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuannya,
sehingga perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga akan berpengaruh terhadap gizi pasien.
g) Alamat
Untuk memfasilitasi kunjungan rumah bila diperlukan (Martuti,
2020).
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi pasien berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum (Martuti, 2020).
3) Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarawati (2017) riwayat kesehatan meliputi:
a) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut maupun penyakit kronis seperti: jantung,
diabetes melitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa setelah persalinan.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah memiliki penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post
partum dan bayinya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki
penyakit keturunan keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
dan bayinya.
4) Riwayat Menstruasi
Data ini sangat diperlukan untuk mengetahui kapan mulai
menstruasi, bagaimana siklus mentruasi, berapa lama menstruasi,
banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, dan sifat darah
menstruasi (Martuti, 2020).
5) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin sah, berapa
kali, saat menikah usia berapa tahun, lama perkawinan, dan sudah
mempunyai anak belum (Martuti, 2020).
6) Riwayat Kehamilan
Menurut Saifuddin (2006) riwayat kehamilan diantaranya:
a) Riwayat persalinan yang lalu untuk mengetahui jumlah kehamilan
dan kelahiran pasien.
b) Jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,
dan cara melahirkan.
11

c) Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan


melahirkan.
d) Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir,
apakah ada kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
hidup/mati saat dilahirkan (Martuti, 2020).

7) Riwayat Keluarga Berencana


Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, apakah ada keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta menanyakan rencana KB setelah melahirkan akan
beralih ke kontrasepsi jenis apa (Martuti, 2020).
8) Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006) mengemukakan bahwa riwayat kehamilan
sekarang meliputi:
a) Hari pertama haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
b) Keluhan pasien pada trisemester I, II, III
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa kehamilannya
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi TT : sudah/belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan
imunisasi TT selama hamil
h) Keadaan Psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu
merasa takut atau cemas dengan kondisi sekarang atau tidak
(Martuti, 2020).
9) Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan/tidak, diterima/tidak,
jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui keluarga pasien
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya setelah melahirkan misalnya pada kebiasaan makan dilarang
makan ikan atau yang manis-manis (Griffin, 2019).
10) Penggunaan Obat-obatan/rokok
Untuk mengetahui apakah ibu atau keluarga mengkonsumsi obat
terlarang ataukah ibu merokok (Griffin, 2019).

b. Pola Aktivitas Sehari-hari


Pengkajian pada pola aktivitas sehari-hari klien menurut (Fitriani, 2020)
adalah :
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang meliputi nafsu
makan, frekuensi, banyak, jenis makanan dan juga pantangan makanan.
(2) Eliminasi
12

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kesbiasaan buang air kecil dan
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna
dan bau, apakah terjadi diuresis setelah mehairkan, retensi urine karena
takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan, dan kebiasaan
penggunaan toilet.
(3) Istirahat tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur ibu, berapa jam klien tidur,
kebiasaan tidur misalnya membaca, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang.
(4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genitalia, karena pada masa nifas masih
mengelurakan Lochea.
(5) Aktivitas
Pada pola aktivitas dikai pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
apakah ibu melakukan ambualsi, seberapa sering, apakah mengalami
kesulitan, ibu melakukan aktivitasnya dengan bantuan atau mandiri
(Fitriani, 2020).
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Griffin (2019) pemeriksaan fisik pada ibu post partum antara
lain sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Antropometri
Berat badan merupakan hal yang penting untuk menggambarkan
jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Hal ini karena tubuh
sanhgat sensitif terhadap perubahan keadaan misalnya terkena infeksi,
penurunan nafsu makan.
Tinggi badan dapat menentukan ukuran panggul seseorang, semakin
pendek maka semakin kecil ukuran panggulnya. Hal ini penting diketahui
karena ukuran panggul merupakan faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan melahirkan normal.
Selain mengukur Tinggi badan dan berat badan, diperlukan juga
pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) untuk mengukur resiko KEK pada
wanita usia subur, dan untuk mengetahui status gizi pasien (Griffin,
2019).
2) Pemeriksaan Sistem Pernafasan
a) Hidung
(1) Inspeksi: mengamati keberadaan septum apakah tepat di
tengah, kaji adanya masa abnormal dalam hidung dan adanya
secret
(2) Palpasi: mengkaji adanya nyeri tekan pada hidung
b) Leher
(1) Inspeksi: Mengamati adanya luka, massa abnormal,
kesimetrisan, hiperpigmentasi
(2) Palpasi: Mengkaji adanya distensi vena jugularis,
pembesaran kelenjar tiroid
13

c) Dada
(1) Inspeksi: kesimetrisan dada, bentuk dari rongga dada,
pergerakan nafas (frekuensi nafas, irama, kedalaman
pernafasan, dan upaya pernafasan/ penggunaan otot-otot
bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, maupun
penonjolan
(2) Palpasi: simetris, pergerakan dada, masa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus apakah normal kanan dan kiri
(3) Perkusi: normalnya berbunyi sonor
(4) Auskultasi: normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru.

d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit. Batas normalnya 12 – 20x/menit.
3) Sistem Kardiovaskuler
a) Jantung dan pembuluh darah
(1) Inspeksi: mengamati denyut jantung yang ada di ictus
cordis, periksa tanda homan pada kedua kaki, amati ada
tidaknya varises.
(2) Palpasi: teraba atau tidaknya denyutan
(3) Perkusi: normalnya terdengar pekak
(4) Auskultasi: normalnya terdengan suara tunggal jantung
pertama dan kedua (lub-dub)
b) Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan dimana jika ibu post partum merasakan nyeri
maka tekanan darah akan meningkat, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan. Batas normal tekanan
darah 110/60– 140/90 mmHg (Fitriani, 2020).
c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal nadi berkisar antara 60– 80 x/menit. Denyut nadi di
atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya
suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan
(Maritalia, 2017).
4) Sistem Pencernaan
a) Mulut
14

(1) Inspeksi: mengamati bibir apakah ada kelainan congenital


(bibir sumbing), warna mulut, kesimetrisan, kelembapan,
sianosis atau tidak, pembengkakan, lesi, amati adanya
stomatitis pada mulut, mengamati jumlah dan bentuk gigi,
ada atau tidaknya gigi berlubang (karies gigi), warna gigi,
adanya plak, dan kebersihan gigi.
(2) Palpasi: mengkaji terdapat nyeri tekan atau tidak pada pipi
dan mulut bagian dalam
b) Abdomen
(1) Inspeksi: mengkaji ada tidaknya luka bekas melahirkan,
adanya linia nigra dan adanya strie albican
(2) Palpasi: tinggi fundus uteri, konsistensi rahim.
(3) Perkusi: kaji suara apakah timpani.
(4) Auskultasi: dengarkan bising usus apakah normal 5-20
x/menit
c) Anus
Amati ada tidaknya hemoroid dan pendarahan
5) Sistem Reproduksi
a) Payudara
(1) Inspeksi: kaji kesimetrisan payudara, bengkak atau tidak,
hiperpigmentasi pada aerola, kemerahan pada puting,
bentuk puting terbenam atau menonjol, amati warna kulit
apakah ada retraksi kulit (putting tertarik ke dalam) atau
tidak
(2) Palpasi: kaji apakah kolostrum sudah keluar atau belum,
kaji apakah terasa keras atau tidak, nyeri pada payudara
b) Uterus
Ukur tinggi fundus uteri, kaji kontraksi uterus dan letak uterus.
c) Genitalia
(1) Inspeksi: mengamati persebaran rambut pubis, adanya
luka episiotomi dan jahitan, keadaan luka dengan
menggunakan skala redness, edema, ecchymosis,
discharge dan approximasi (REEDA), pengeluaran Lochea
(warna, jumlah dan bau), amati ada tidaknya gumpalan
15

(2) Palpasi: mengkaji adakah masa abnormal


6) Sistem Persarafan
a) Status mental
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup, atau
kurang baik.
b) Tingkat Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran seseorang bisa dilakukan
dengan penilaian GCS yaitu pemeriksaan respon mata, verbal dan
motoric pasien, dimana pemeriksaan GCS dengan hasil paling
tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan nilai terendah 3 yaitu
E1V1M1.
7) Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas
(1) Inspeksi: mengkaji kesimetrisan dan pergerakan
ekstermitas, kekuatan tonus otot, serta kebersihan pada
ekstremitas atas dan bawah.
(2) Palpasi: mengkaji ada tidaknya edema, varises, reflek
patella positif atau negative, kaji ROM untuk mengetahui
pergerakan sendi pada ekstremitas atas dan bawah.
b) Punggung
(1) Inspeksi: Amati apakah pasien tampak menyangga
kepalanya atau tidak, amati apakah ada tanda-tanda
abnormalitas seperti kifosis, scoliosis, tortikolis atau
perbedaan tinggi bahu, amati apakah pasien memiliki
hambatan pada saat bergerak atau tidak, perhatikan pada
tulang belakang apakah ada kecekungan atau cembung
pada lengkung tulang belakang atau tidak.
(2) Palpasi: kaji apakah ditemukan adanya ketidakselarasa,
lengkungan, benjolan, nyeri ataupun pembengkakan.

8) Sistem Integumen
a) Kepala/rambut
16

(1) Inspeksi: mengamati kesimetrisan muka, amati ada tidaknya


hiperpigmentasi pada wajah ibu (cloasma gravidarum), amati
warna dan keadaan rambut mengenai kebersihan, amati
apakah terdapat edema atau tidak, amati pasien tampak lesu
atau tidak, tampak lemah dan lelah atau tidak
(2) Palpasi: kaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji
pembengkakan pada muka
b) Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus
dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38°C
9) Sistem Sensori
a) Mata
Pada pemeriksaan mata amati kelopak mata mengalami
peradangan atau tidak, kesimetrisan, reflex berkedip baik atau
tidak. Kaji apakah klien bisa melihat dengan jelas jika dalam jarak
jauh atau jarak dekat, hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan
visus mata untuk mengetahui fungsi penglihatan klien.
b) Telinga
Untuk pemeriksaan telinga kaji kesimetrisan telinga kanan dan
kiri, kaji ada peradangan telinga atau tidak, kaji fungsi pendengaran
apakah klien mampu mendengar atau merespon dengan baik atau
tidak.
c) Hidung
Pada pemeriksaan hidung kaji fungsi penciuman baik atau
tidak, bisa dilakukan cara mengamati dari berbagai aroma bau,
seperti bau obat-obatan.

d) Kulit
Pada pemeriksaan kulit kaji fungsi perabaan baik atau tidak,
bisa dilakukan dengan cara uji sensasi nyeri atau sentuhan, kaji
apakah bisa membedakan hangat dan dingin atau tidak.
e) Lidah
Pada pemeriksaan lidah dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi pengecapan baik atau tidak. Kaji apakah klien
bisa membedakan antara rasa manis, asam, pahit, atau asin.
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan
bagian dari penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu,
keluarga atau masyararkat terhadap masalah kesehatan actual, potensial dan
proses kehidupan. Menurut Martuti (2017) dalam (Pusparina, 2021) diagnosa
keperawatan pada ibu post partum antara lain:
1) Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uterus,
proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula.
2) Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin
3) Resiko hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake caiaran
4) Defisit pengetahuan berhungan dengan kurang terpapar informasi
17

5) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka episotomi


post partum, involusi uterus
e. Intervensi
Menurut Pusparina (2021), intervensi yang bisa dilakukan yaitu:
1) Ketidaknyamanan pasca partum b.d involusi uterus, proses
pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula
a) Definisi: Mengidentifikasi dan merawat ibu segera setelah melahirkan
sampai dengan enam minggu.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah tentang ketidaknyamanan pasca partum dapat
teratasi denga kriteria hasil
(1) Keluhan tidak nyaman menurun
(2) Meringis cukup menurun
(3) Luka episiotomy menurun
(4) Kontraksi uterus meningkat
b) Observasi
(1) Monitor tanda-tanda vital
(2) Monitor keadaan lokia (misal: warna, jumlah, bau dan bekuan)
(3) Periksa perineum atau robekan (kemerahan, edema, ekimosis,
pengeluaran, penyatuan jahitan)
(4) Monitor nyeri
(5) Monitor status pencernaan
(6) Monitor tanda infeksi
(7) Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
(8) Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis ibu post partum
c) Terapeutik
(1) Berikan teknik non farmakologi tentang latihan senam nifas
(2) Kontak lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( suhu,
pencahayaan, kebisingan)
(3) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
(2) Jelasakan strategi pereda nyeri
(3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
(4) Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
e) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin


a) Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
diharapkan masalah tentang nyeri yang dirasakan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
18

(1) Melaporkan nyeri terkontrol cukup menurun


(2) Kemampuan mengenali mindset nyeri cukup meningkat
(3) Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
b) Observasi
(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
(2) Identifikasi skala nyeri
(3) Identifikasi respon nyeri non verbal
(4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
(7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup monitor
keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
(8) Monitor efek samping penggunaan analgetik
c) Terapeutik
(1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: Akupresur, terapi musik, teknik imajinasi terbimbing)
(2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(3) Fasilitas istirahat dan tidur
(4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
d) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
(5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
e) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian analgetik
3) Resiko hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake caiaran
a) Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
intravaskuler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah tentang resiko hypovolemia dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
(1) Kekuatan nadi cukup meningkat
(2) Turgor kulit cukup meningkat
(3) Output urine sedang
(4) Keluhan haus meningkat
(5) Konsentrasi urin sedang
b) Observasi
(1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis : frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
19

mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat,


haus, lemah)
(2) Monitor intake dan output cairan
c) Terapeutik
(1) Hitung kubutuhan cairan
(2) Berikan posisi modifled trendelenburg
(3) Berikan asupan cairan oral
d) Edukasi
(1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
(2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
e) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis : NaCl, RL)
(2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
(3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis : albumin,
plasmanate)
(4) Kolaborasi pemberian produk darah
4) Defisit pengetahuan berhungan dengan kurang terpapar informasi
a) Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topic tertentu
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah tentang pengetahuan dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
(1) Perilaku sesuai anjuran verbalisasi minat dalam belajar cukup
meningkat
(2) Kemampuan menjelaskan tentang suatu topic meningkat
(3) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topic cukup meningkat
(4) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
b) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
c) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Edukasi
(1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
(2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
5) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka episotomi
post partum
a) Definisi: Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
20

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan faktor resiko infeksi pada klien dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
(1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
(2) Status imun klien meningkat
b) Observasi
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi
(2) Monitor adanya luka
c) Terapeutik
(1) Pertahankan teknik aseptic
(2) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
(3) Tingkatkan intake cairan
(4) Inspeksi kulit dan mukosa terhadap panas, drainase
d) Edukasi
(1) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
(2) Dorong masukan cairan
(3) Dorong untuk beristirahat
e) Kolaborasi
(1) Kolaborasi penggunaan analgetik
f. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Pusparina, 2021).

g. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak (Pusparina, 2021).
D. Konsep Senam Nifas
1. Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah latihan gerakan yang dilakukan ibu setelah
melahirkan agar otot-otot yang tegang selama hamil dan melahirkan
kembali seperti keadaan semula (Pusparina, 2021).
Menurut Widianti dan Proverawati (2010) senam nifas adalah
latihan fisik yang dilakukan oleh ibu setelah melahirkan, dimana
fungsinya untuk memulihkan kesehatan, mempercepat pemulihan,
mencegah komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada
otot setelah kehamilan, terutama pada otot punggung, dasar panggul
dan perut (Pusparina, 2021).
2. Tujuan Senam Nifas
21

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) tujuan senam nifas


adalah:
a. Membantu mempercepat pemulihan dari kondisi ibu
b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi kandungan
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot selama hamil
dan melahirkan
d. Membantu mengurangi nyeri otot setelah melahirkan
e. Merelaksasikan otot-otot yang mendukung proses kehamilan dan
persalinan
f. Meminimalkan terjadinya kelainan dan komplikasi seperti emboli,
trombosis dan lain-lain (Pusparina, 2021).
3. Manfaat Senam Nifas
a. Membantu penyembuhan trauma otot rahim, perut, dan pinggul serta
mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal
b. Membantu menormalkan persendian yang kendur akibat kehamilan dan
persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan
c. Menghasilkan manfaat psikologis yaitu meningkatkan kemampuan
mengelola stres dan relaksasi sehingga mengurangi depresi pasca
persalinan (Pusparina, 2021).
4. Indikasi dan Kontra Indikasi Senam Nifas
Indikasi senam nifas yaitu pada ibu yang sembuh total tanpa
komplikasi nifas. Senam nifas ini cocok dan baik dilakukan untuk
mencegah DRA (Diastastis Rektus Abdominalis) karena dapat
membantu untuk mengembalikan ke keadaan normal dan dapat
meningkatkan kekuatan otot perut. Selain itu senam nifas juga dapat
membantu untuk mempercepat proses involusi uterus pada ibu post
partum (Pusparina, 2021).
Kontra indikasi senam nifas tidak diperbolehkan pada wanita yang
keadaan umumnya kurang baik seperti memiliki hipertensi, pasca
kejang, demam, ataupun komplikasi persalinan atau penyulit persalinan
lainnya. Demikian pula ibu yang menderita anemia serta ibu yang
mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru sebaiknya tidak
melakukan senam nifas (Pusparina, 2021).
5. Waktu Pelaksanaan Senam Nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan kemudian rutin dilakukan setiap hari pada pagi atau sore
hari. Senam nifas sebaiknya dilakukan di sela waktu makan, karena
22

senam nifas membuat ibu tidak nyaman setelah makan karena perut
masih kenyang (Pusparina, 2021).
6. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri
Selama kehamilan, beberapa otot menegang, terutama otot rahim
dan perut. Setelah melahirkan, rahim tidak cepat kembali ke keadaan
normal, tetapi melalui proses untuk mengembalikannya ke keadaan
semula, yang membutuhkan senam nifas. Senam nifas merupakan
gerakan tubuh yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan
kekuatan otot yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
(Pusparina, 2021).
Latihan otot dasar panggul akan merangsang serabut saraf pada
otot rahim yaitu serat saraf simpatis dan parasimpatis yang mengarah ke
ganglion cerviks dari frankenhauser, yang terletak di dasar ligamentum
sacro uterinum. Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini
meningkatkan kekuatan kontraksi uterus. Kontraksi rahim yang kuat
dan terus menerus serta penarikan otot-otot tersebut meningkatkan
kekuatan rahim dalam proses involusi, sehingga penurunan tinggi
fundus uteri terjadi lebih cepat dibandingkan pada mereka yang tidak
melakukan senam (Pusparina, 2021).
Selain itu, melatih otot perut meregangkan ligamen dan fasia yang
menopang rahim. Ligamen rotundum yang longgar akan kembali
sehingga letak uterus yang sebelumnya retrofleksi akan kembali pada
posisi normal yaitu menjadi anefleksi. Dengan adanya kontraksi uterus
yang kuat dan terus menerus maka akan lebih membantu kerja uterus
dalam mengompresi pembuluh darah akan proses hemostatis. Proses ini
membantu mengurangi ketinggian fundus uteri. Hal ini karena senam
nifas memiliki salah satu keunggulan yaitu mempercepat involusi
uterus yang dapat diukur dengan penurunan tinggi fundus uteri
(Pusparina, 2021).
7. Pelaksanaan dan Standar Prosedur Operasional Senam Nifas
Pelaksanaan durasi setiap melakukan senam nifas antara 5-10
menit. Terdapat 3 langkah utama dalam melakukan senam nifas yaitu
23

langkah relaksasi awal, inti dan relaksasi akhir. Sedangkan pada setiap
langkah terdiri dari beberapa gerakan senam. Senam dilakukan setiap
hari mulai dari hari pertama postpartum sampai hari ke-7 (Pusparina,
2021).
Menurut Rahayu (2020) dan Tim Pokja Pedoman SPO DPP PPNI
(2021) Standar Prosedur Operasional dan gerakan senam nifas antara
lain:

a. Prosedur Tindakan
1) Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama
lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2) Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a) Ruangan yang representatif
b) Matras
c) Pengeras suara, jika perlu
d) Musik, jika perlu
4) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5) Identifikasi pengetahuan dan kemampuan ibu melakukan senam
nifas
6) Anjurkan menggunakan pakaian yang nyaman
7) Lakukan relaksasi awal
a) Berbaring terlentang dalam posisi nyaman
b) Tutup mata, ciptakan rileks pada semua otot-otot
c) Bayangkan hal-hal yang menyenangkan atau tenangkan pikiran
sesuai dengan keyakinan. Kemudian tarik nafas melalui hidung,
tahan lama selama 5-10 detik, lalu keluarkan melalui mulut,
rasakan perubahan pada dada dan seluruh anggota tubuh.
Ulangi gerakan dan lakukan selama 3-5 menit.
8) Ajarkan gerakan senam nifas secara bertahap mulai dari hari
pertama sampai hari ke-7 setelah melahirkan. Langkah-langkah
gerakan senam nifas yaitu:
a) Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan diatas
perut di bawah iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui
hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 kemudian
keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk
membantu mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-
10 kali hitungan pada pagi/sore. Gerakan ini berfungsi untuk
mengencangkan otot perut dan melancarkan peredaran darah.
24

Gambar 2.1
Gerakan senam nifas hari ke-1
b) Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan ke atas di bawah kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan, sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada
pagi/sore. Gerakan ini berfungsi untuk memperlancar
peredaran darah pada sendi tulang ekor.

Gambar 2.2
Gerakan senam nifas hari ke-2
c) Hari ketiga
Kontraksi vagina dengan berbaring terlentang, kedua kaki
diregangkan, Tarik dasar panggul, tahan selama 3 detik
kemudian rileks. Lakukan 8 kali hitungan dalam latihan
pagi/sore. Gerakan ini berfungsi untuk memperbaiki,
memperkuat dan mengencangkan otot panggul. Kontraksi
vagina untuk merapatkan vagina.

Gambar 2.3
Gerakan senam nifas hari ke-3
d) Hari keempat
Memiringkan panggul, berbaring dengan lutut ditekuk.
Kontraksikan kencangkan otot-otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3
detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada
25

pagi/sore. Gerakan ini berfungsi untuk memperbaiki otot tonus


betis dan pelvis serta memperbaiki bentuk tubuh.

Gambar 2.4
Gerakan senam nifas hari ke-4
e) Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijalurkan ke lutut.
Angkat kepala dan bahu kira-kira 45°, tahan 3 detik kemudian
rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada
pagi/sore. Gerakan ini berfungsi untuk mengencangkan otot
perut.

Gambar 2.5
Gerakan senam nifas hari ke-5

f) Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan di samping
badan. Kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara
bergantian antara kaki kiri dan kanan. Jangan menghentakkan
kaki ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun
bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi/sore.
Gerakan ini berfungsi untuk mengurangi nyeri pada tulang
panggul dan mengurangi nyeri pada sendi tulang ekor.

Gambar 2.6
Gerakan senam nifas hari ke-6
g) Hari ketujuh
Tidur terlentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak
melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan,
26

selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur


seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakan telapak
kaki kiri dan kanan ke atas dank e bawah seperti menggergaji.
Lakukan gerakan ini masing-masing selama setengah menit
dengan 10-15 kali gerakan pada pagi/sore. Gerakan ini
berfungsi untuk memperlancar peredaran darah pada kaki dan
membantu ibu lebih rileks dan segar pasca persalinan.

Gambar 2.7
Gerakan senam nifas hari ke-7

Perlu diingat bahwa kekuatan bertumpu pada perut,


tangan diletakan di samping badan untuk mendorong tubuh
untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher.
Lakukan perlahan tidak menghentak dan memaksa (Rahayu &
Solekah, 2020).
9) Monitor kondisi pasien selama menjalankan senam
10) Lakukan relaksasi akhir
Pada setiap senam nifas, ditutup dengan melakukan relaksasi akhir,
bisa dilakukan dengan cara duduk bersila, tutup mata, rileks, tarik
nafas dan lambat melalui hidung, respirasi secara maksimal,
kemudian keluarkan secara perlahan dari mulut. Ulangi gerakan dan
lakukan selama 5 menit.
11) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
12) Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien.
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS

A. Desain KTI
Desain KTI merupakan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap persiapan sampai
tahap penyusunan masalah dalam penelitian (Saryono, 2013). Desain Karya
Tulis Ilmiah pada studi kasus ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan studi kasus (Masriadi, Alfina, Baharudin, 2021).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
Penelitian deskriptif ini dengan pendekatan studi kasus dilakukan dengan
cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik
dari segi yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor yang
mempengaruhi, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan
ataupun perlakuan tertentu (Masriadi, Alfina, Baharudin, 2021).
Dalam penelitian studi kasus ini peneliti akan melakukan penelitian
pada ibu post partum untuk mengeksplorasi masalah keperawatan pada
pasien dengan fokus tindakan/intervensi senam nifas pada pasien ibu post
partum untuk mempercepat proses involusi uterus.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus yang digunakan adalah individu dengan kasus yang
akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun subjek studi kasus yang
akan diteliti adalah satu kasus tentang involusi uterus dengan dua pasien
yang berbeda. Subjek studi kasus ini dirumuskan dalam kriteria inklusi dan
eksklusi, yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu post partum setelah 24 jam melahirkan
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Tidak mempunyai komplikasi pasca persalinan seperti pendarahan, kaki
bengkak, demam, sakit kepala.
d. Bersedia untuk menjadi responden selama 7 hari
2. Kriteria Eksklusi

27
28

a. Ibu post partum sebelum 24 jam atau kurang dari 7 hari


b. Ibu yang mempunyai darah tinggi, anemia, atau komplikasi pasca
melahirkan lainnya
c. Ibu yang menolak untuk di wawancara dan menjadi responden
C. Fokus Studi
Fokus studi merupakan kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
titik acuan kasus. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus studi pada kasus
ini adalah penerapan senam nifas terhadap proses involusi uterus pada ibu
post partum.
D. Definisi Operasional
1. Ibu post partum adalah seorang ibu yang sudah melewati masa kelahiran
bayi, plasenta pada 24 jam post partum atawa hari ke 2 setelah melahirkan.
2. Involusi Uterus adalah suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil, hal ini dapat diketahui perubahannya dengan cara melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba tinggi fundus uteri
3. Senam nifas adalah senam yang biasanya dilakukan sejak hari pertama
sampai hari ketujuh setelah melahirkan, yang mana senam nifas ini di
dampingi oleh peneliti sebagai instrukturnya.
E. Lokasi & waktu Studi Kasus
Lokasi penelitian yang menjadi pengambilan kasus adalah di RSUD
Dr. Soekardjo di ruang Melati 2A. Lama waktu pengambilan kasus yaitu
selama 4 bulan pada bulan Februari – Mei 2023.
F. Prosedur Penulisan KTI
Prosedur penulisan KTI diawali dengan penyusunan usulan/proposal
KTI dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Setelah proposal
disetujui dan telah melakukan seminar proposal, dilanjutkan dengan
pengajuan uji etik ke Universitas BTH , kemudian meminta izin penelitian
ke pihak RSUD, kemudian KTI dilanjutkan dengan pengambilan data,
pengolahan data, penyusunan laporan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan biofisiologis.
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari pasien yang menjadi sasaran penelitian. Yang akan
di analisa tentang wawancara adalah menanyakan apakah ibu memiliki
29

komplikasi pasca persalinan, apakah ada penyulit selama persalinan, apakah


ada riwayat penyakit dari pasien atau dari keluarga terhadap kelahiran bayi
atau tidak.
2. Observasi
Observasi adalah tindakan langsung yang digunakan kepada klien
dengan mengamati perilaku responden selama diberikan latihan senam nifas.
3. Biofisiologis
Biofisiologi merupakan pengukuran yang berorientasi pada fisiologi
manusia. Pengukuran ini bisa didapatkan dengan dilakukannya tindakan
secara langsung kepada pasien melalui pemeriksaan dengan cara palpasi
mengukur tfu dan mengamati perubahan uterus pada pasien.
H. Instrument Studi Kasus
Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Standar
Operasional Prosedur (SOP) senam nifas, yang disusun berdasarkan hasil
penelitian dari Rahayu (2020) dan SOP dari Tim Pokja Pedoman SPO DPP
PPNI (2021)
I. Analisis Data dan Penyajian Data
Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif tidak terstruktur
yang disajikan dalam bentuk narasi atau kuantitatif untuk data kuantitatif.
Analisis dilakukan sejak penulis di lapangan, dimulai sejak pengumpulan
data sampai semua data terkumpul. Teknik analisa data yang digunakan
dengan cara menarasikan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, lembar hasil pengukuran TFU yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah pada involusi uterus. Setelah mendapatkan data tentang
pasien, dilakukan intervensi yaitu senam nifas untuk mempercepat proses
involusi uterus yang dilakukan dari gerakan hari pertama sampai hari ke
tujuh Data/informasi yang didapatkan diinterpretasikan dan dibandingkan
antara 2 orang responden serta teori dengan kasus yang diambil.
J. Etika Studi Kasus
Etika penelitian adalah bentuk pertanggungjawaban peneliti terhadap
penelitian keperawatan yang dilakukan. Masalah etika keperawatan
merupakan masalah yang penting karena penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka etika ini harus benar-benar
diperhatikan. Etika yang mendasari dilaksanakannya penelitian terdiri dari
Informed consent (persetujuan), anonymity (tanpa nama) dan confidentiality
(kerahasiaan) (Masriadi, Alfina, Baharudin, 2021).
30

Semua penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek harus


menerapkan empat prinsip dasar etika penelitian, yaitu:
1. Menghormati atau Menghargai Subjek (respect for person)
Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap kemungkinan
bahaya dan penyalahgunaan penelitian. Peneliti juga harus memperhatikan
terhadap subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitian maka
diperlukan perlindungan.
2. Manfaat (beneficence)
Penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang besar dan
mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek penelitian. Oleh karena itu
desain penelitian harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan dari
subjek peneliti.
3. Tidak membahayakan subjek penelitian (non-maleficence)
Peneliti harus bisa memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi dalam
penelitian sehingga dapat mencegah resiko yang membahayakan bagi subjek
penelitian.
4. Keadilan (justice)
Makna keadilan ini adalah tidak mebeda-bedakan subjek.
DAFTAR PUSTAKA

Admasar, Y., Usman, H., Taqwin, & Kartika, P. (2022). Senam nifas sebagai
alternatif dalam mempercepat penurunan tinggi fundus uterus ibu pasca salin.
Jurnal Kesehatan Tambusai, Vol 3, Nomor (1), 199–204.

Fitriani, N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum. tersedia dalam
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/652/NIA
FITRIANI-1-83.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Griffin, Sharon, J, Reeder., Martin, Leonide, & Deborah, K. (2019). Keperawatan


Maternitas (M. A. Eka, penerjemah), (18th ed). Jakarta: EGC.

Lowdermilk, Perry, C. (2013). Keperawatan Maternitas (8th ed). Singapore:


Elsevier.

Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas (1st ed). Yogyakarta:
Goysen Publishing.

Martuti, R. (2020). Asuhan Keperawatan Post Partum Dengan Penerapan


Latihan Senam Nifas Terhadap Proses Involusi Uterus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sijunjung. Padang: Stikes Perintis Padang.

Maryunani, Nanik., Sukaryati, Yetty. (2012). Senam Hamil, Senam Nifas, Dan
Terapi Musik (1st ed.). Jakarta: CV. Trans Info Media.

Masriadi, Alfina., Baharudin, S. (2021). Metode Penelitian (1st ed.). Jakarta: CV.
Trans Info Media.

PPNI, Tim Pokja. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan


(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Pusparina, Iis., Zubaidah., & Raihana, N. (2021). Asuhan Keperawatan Nifas.


Yogyakarta: Deepublish.

Rahayu, S., & Solekah, U. (2020). Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi
Uterus Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Mariana Kabupaten Banyuasin
Tahun 2020. Jurnal Kebidanan, Vol 12 (02), 157.

Rosdiana, R., Anggraeni, S., & Jamila, J. (2022). Pengaruh Senam Nifas Dan
Mobilisasi Dini Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 13(1), 98.

Sari, R. P., Triyunita, R., & Keraman, B. (2020). Manfaat Senam Nifas Ditinjau
dari Involusi Uteri Ibu Postpartum. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 15(2), 308–
312.

Zamrodah, Y. (2016). Senam Nifas. 15(2), 1–23.


Lampiran 1
RENCANA KEGIATAN PENYUSUNAN KTI

No Kegiatan Januari Februari 2023 Maret 2023 April 2023 Mei 2023 Juni 2023
2023
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan Tema / topic
KTI
2. Penyusunan BAB I
3. Penyusunan BAB II
4. Penyusunan BAB III
5. Pendaftaran seminar
proposal
6. Seminar proposal
7. Revisi proposal
8. Pengajuan KEPK
9. Pengumpulan data
10. Pengolahan data
11. Penyusunan BAB IV
12. Penyusunan BAB V
13. Pendaftaran sidang KTI
14. Sidang KTI
Lampiran 2
LEMBAR BIMBINGAN KTI

Nama Mahasiswa : Sri Yayu Lestari


NIM : 10120046
Nama Pembimbing : Hj. Enok Nurliawati S.Kp. M.Kep
Pembimbing : Utama
Judul KTI : Penerapan Senam Nifas Terhadap Inovolusi Uterus Pada
Ibu Post Partum Di Ruangan Melati 2A Di RSUD DR.
Soekardjo Tasikmalaya

NO TANGGAL KEGIATAN SARAN PEMBIMBING PARAF

1. 16-01-2023 Judul - Disarankan untuk


mengganti topic judul yang
mengarah ke intervensi/
fokus ke tidnakan
keperawatan
- Disarankan untuk
mengambil topic
“Pemberian minum jahe
hangat untuk mengurangi
emesis gravidarum”

2. 19-01-2023 Judul, Latar - Pada awal paragraph


Belakang sumber ambil sumber yang
pertama
- Latar belakang dibuat
layout
- Cari jurnal yang terindikasi
Sinta
- Latar belakang sesuaikan
dengan SPOK dan kaidah
EYD
- Disarankan melihat hasil
KTI dari 2 tahun
kebelakang
- Buat SOP tentang tindakan
wedang jahe

3. 27-01-2023 BAB I - Disarankan mengganti


topic tentang Involusi
uterus
- Gunakan style APA

4. 02-02-2023 BAB I - Kata “terhadap” ubah


menjadi “untuk
mempercepat”
- Dibelakang tanda kurung
kasih tanda titik (.)
- Tambahkan tentang infeksi
dalam involusi uterus
- Hasil penelitian diperingkas
- Jelaskan terlebih dahulu
infeksinya, kemudian
jelaskan tentang senam
nifas
- Dijelaskan mengapa senam
nifas dapat mempercepat
involusi (baca di artikel)
- Tambahkan tujuan untuk
melihat respon ibu setelah
melakukan senam nifas
- Manfaat di uraikan
- Disarankan untuk membaca
referensi dari Lowdermilk.
5. 08-02-2023 BAB I - Tambahkan faktor yang
mempengaruhi kegagalan
involusi uterus
- Jelaskan kenapa bisa
mengalami pendarahan
- Tambahkan dari sumber
lain tentang senam nifas
yang bisa mempercepat
proses involusi
- Perhatikan kalimat
penghubung antar
paragtaf.
Lampiran 3
INSTRUMEN WAWANCARA

1. Berapa usia ibu saat ini?


2. Sudah berapa kali ibu hamil dan melahirkan? apakah pernah mengalami keguguran
sebelumnya?
3. Pendidikan terakhir ibu apa?
4. Apa pekerjaan ibu?
Lampiran 4
Standar Operasional Prosedur Senam Nifas

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR SENAM NIFAS
Pengertian Senam nifas adalah latihan gerakan yang dilakukan ibu setelah
melahirkan agar otot-otot yang tegang selama hamil dan
melahirkan kembali seperti keadaan semula
Tujuan 1. Membantu mempercepat pemulihan setelah
melahirkan
2. Mempercepat proses involusi uterus
3. Membantu memulihkan kekuatan otot dan
kekencangan otot
4. Merelaksasikan otot-otot yang mendukung proses
kehamilan dan persalinan
5. Meminimalisir terjadinya kelainan dan komplikasi,
seperti emboli, thrombosis.
Alat dan Bahan 1. Ruangan yang kondusif / representative
2. Matras
3. Pengeras suara (jika perlu)
4. Musik (Jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan 1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan
4. Cuci tangan 6 langkah
5. Identifikasi pengetahuan dan kemampuan ibu
tentang tindakan senam nifas
6. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman
7. Lakukan Relaksasi awal
a. Berbaring terlentang dalam posisi nyaman
b. Tutup mata, anjurkan merileksasikan otot
c. Bayangkan hal-hal yang membuat pasien
tenang, senang, ajarkan sambil Tarik nafas
melalui hidung, tahan selama 5 detik,
kemudian keluarkan secara perlahan. Ulangi
selama 3-5 menit.
8. Ajarkan gerakan senam nifas
a. Hari Pertama
Lakukan dengan cara berbaring dengan lutut
ditekuk, tangan diatas perut, kencangkan
dinding abdomen untuk mengosongkan paru-
paru. Lakukan sambil nafas dalam melalui
hidung tahan selama 3 detik keluarkan
melewati mulut. Lakukan dalam waktu 5-10
kali hitungan.
b. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan ke atas di bawah
kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan
lengan kiri sedikit dan regangkan lengan
kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan
kaki kiri dan regangkan kaki kanan, sehingga
ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan
tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada
pagi/sore.

c. Hari ketiga
Kontraksi vagina dengan berbaring terlentang,
kedua kaki diregangkan, Tarik dasar panggul,
tahan selama 3 detik kemudian rileks. Lakukan
8 kali hitungan.

d. Hari keempat
Memiringkan panggul, berbaring dengan lutut
ditekuk. Kontraksikan kencangkan otot-otot perut
sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan
otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
Lakukan dalam 10-15 kali gerakan.

e. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan
dijalurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-
kira 45°, tahan 3 detik kemudian rileks dengan
perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan.

f. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus dan kedua
tangan di samping badan. Kemudian lutut
ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian
antara kaki kiri dan kanan. Jangan
menghentakkan kaki ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi
gerakan sebanyak 8 kali.

g. Hari Ketujuh
Tidur terlentang dengan kaki terangkat keatas,
badan agak melengkung dengan letak pada
kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada
jari-jari kaki seperti mencakar dan
meregangkan, selanjutnya diikuti dengan
gerakan ujung kaki secara teratur seperti
lingkaran dari luar ke dalam, kemudian
gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas
dank e bawah seperti menggergaji. Lakukan
gerakan selama setengah menit dengan 10-15
kali gerakan.

9. Monitor kondisi pasien selama menjalankan senam


nifas
10. Lakukan relaksasi akhir
a. Anjurkan duduk bersila/ posisi senyaman
pasien
b. Anjurkan tutup mata sambil Tarik nafas
melalui hidung keluarkan dari mulut secara
perlahan. Ulangi selama 3-5 menit.
11. Cuci tangan 6 langkah
12. Dokumentasikan
Lampiran 5
Format Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN……


DI ……..
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Pasien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin :
4) Agama :
5) Suku Bangsa :
6) Pendidikan :
7) Pekerjaan :
8) Alamat :
9) Diagnosa Medik :
10) No Rekam medik :
11) Tanggal Masuk :
12) Tanggal Pengkajian :
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin :
4) Pekerjaan :
5) Alamat :
6) Hubungan dengan Pasien :
2. Keluhan Utama
………………………………………………………………………
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
…………………………………………………………………….
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
…………………………………………………………………….
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
…………………………………………………………………….
4. Riwayat Perkawinan
a. Status Perkawinan :
b. Perkawinan yang Ke :
c. Usia Saat Menikah :
d. Lama Perkawinan :
5. Riwayat Obstetri
a. Status Obstetri : G… P… A ….
b. Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang Usia Kehamilan Tempat Masalah Selama
ke Pemeriksaan Kehamilan
Kehamilan

6. Riwayat Persalinan yang lalu dan sekarang

Persalinan Penolong Masalah Berat Panjan Imunis Usia anak Keadaan


yang ke Persalinan semasa Badan g asi sekarang bayi
Persalinan Bayi Badan (Hidup/
Bayi Meningg
al)

7. Riwayat Menstruasi
a. Pertama kali menstruasi
b. Siklus mestruasi
c. Lamanya menstruasi
d. Berapa kali ganti pembalut saat menstruasi
e. Masalah saat menstruasi
8. Riwayat Keluarga Berencana
a. Jenis kontrasepsi yang pernah atau sedang digunakan
b. Lamanya pemakaian kontrasepsi
c. Masalah semasa pemakaian kontrasepsi
d. Rencana Pemakaian KB setelah melahirkan akan beralih ke
kontrasepsi jenis apa
9. Riwayat Sosial Budaya
…………………………………………………………………………
10. Riwayat Penggunaan obat-obatan/rokok
11. Pola Aktivitas Sehari-hari
N Kondisi Sebelum Selama
o Sakit Sakit
1. Nutrisi :
- Selera makan
- Frekuensi makan
- Makanan yang di sukai
- Makanan pantangan
- Kebiasaan makan
Cairan :
- Jenis minuman yang
dikonsumsi
- Frekuensi minum
- Kebutuhan cairan
dalam 24 jam
2. Eliminasi BAB :
- Frekuensi BAB
- Konsistensi
- Kesulitan BAB
Eliminasi BAK :
- Frekuensi BAK
- Konsistensi
- Kesulitan BAK
3. Istirahat Tidur :
- Frekuensi tidur
- Berapa jam tidur siang
- Berapa jam tidur
malam
- Gangguan tidur
4. Personal Hygiene :
- Mandi (Frekuensi, cara,
alat mandi, Kesulitan /
dibantu )
- Cuci rambut
- Gunting Kuku
- Gosok Gigi
5. Aktivitas dan
mobilitas fisik :
- Kegiatan sehari hari
- Menggunakan alat
bantu untuk aktivitas
- Kesulitan pergerakan

12. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan : …… Kg
2) Tinggi Badan : …… Cm
3) LILA : …… Cm
b. Sistem Pernafasan
1) Hidung
Inspeksi :
Palpasi :
2) Leher
Inspeksi :
Palpasi :
3) Dada
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
4) Respirasi : ........ x/menit
c. Sistem Kardiovaskuler
1) Jantung dan Pembuluh Darah
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
2) Tekanan Darah : ……… mmHg
3) Nadi : ……… x/menit
d. Sistem Pencernaan
1) Mulut
Inspeksi :
Palpasi :
2) Abdomen
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
3) Anus :
e. Sistem Reproduksi
1) Payudara
Inspeksi :
Palpasi :
2) Uterus :
3) Genitalia
Inspeksi :
Palpasi :
f. Sistem Persyarafan
1) Status Mental :
2) Tingkat Kesadaran :
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas
Inspeksi :
Palpasi :
2) Punggung
Inspeksi :
Palpasi :

h. Sistem Integumen
1) Kepala / rambut
Inspeksi :
Palpasi :
2) Suhu : ….. ℃
i. Sistem Sensori
1) Mata : ………………………………………………..
2) Telinga : ………………………………………………..
3) Hidung : ………………………………………………..
4) Kulit : ………………………………………………..
5) Lidah : ………………………………………………..
B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
C. Perencanaan
N T Diagn Tujuan dan Interven Rasional
o gl osa Kriteria Hasil si
/jam

D. Implementasi
N T Diagnos Implementasi Respon para
o gl a f
/jam

E. Evaluasi
N T Diagnose Evaluasi Paraf
o gl/jam
Lampiran 4
LEMBAR HASIL PENGUKURAN TFU

NO WAKTU PENGUKURAN TINGGI FUNDUS UTERI

PASIEN 1 PASIEN 2

1. 24 Jam pertama

2. Hari ke-2

3. Hari ke-3

4. Hari ke-4

5. Hari ke-5

6. Hari ke-6

7. Hari ke-7

Anda mungkin juga menyukai