Anda di halaman 1dari 15

Peran Audit Internal dalam menilai Kinerja Karyawan Kredit Leasing

Syariah di BFI Finance Cirebon


Fajar Sidik

FSEI, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Kota Cirebon, 45134, Indonesia


Fsidik436@gmail.com

Abstrak
Pada BFI Finance Cirebon terdapat audit internal didalamnya, apabila seorang auditor tidak memiliki
kopetensi maka akan terjadi kesalahan pada pengecekan data konsumen , kemudian kinerja karyawan yang tidak
memenuhi ketentuan perusahaan maka akan terjadi kemampuan yang buruk. Untuk menghindari permasalahan
tersebut maka pihak perusahaan membuat ketentuan atau peraturan. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan penelitian lapangan. Data yang dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi untuk melengkapi informasi dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah peran audit
internal di BFI Finance Cirebon memberikan peranan yang sangat besar dalam berkontribusi untuk mencapai
tujuan perusahaan, karena dalam kegiatannya melakukan pemeriksaan, mengevaluasi serta meningkatkan
efektifitas kerja pada karyawan perusahaan. Audit internal dalam menilai kinerja karyawan kredit leasing
syariah mengevaluasi dan menilai kinerja yang dilakukan oleh karyawan kredit leasing syariah. Penilaian
tersebut meliputi tugas yang dilakukan, progres kerja, dan mengukur kinerja karyawan kredit leasing syariah.
Kemudian karyawan tersebut melakukan pelanggaran maka akan dikenai sanksi berupa SP1, SP2, dan SP3.
Kata Kunci: Audit Internal, Kinerja Karyawan, Leasing Syariah

Role of Internal Audit in Assessing The Performance of Sharia Leasing


Credit Employees at BFI Finance Cirebon
Abstract
At BFI Finance Cirebon there is an internal audit in it, if an auditor does not have the competence
there will be an error in checking consumer data, then the performance of employees who do not meet company
regulations will result in poor skills. To avoid these problems, the company makes provisions or regulations.
The method used is a qualitative method with field research. Data were collected by means of observation,
interviews, and documentation to complete the information in this study. The results of this study are the role of
internal audit at BFI Finance Cirebon provides a very large role in contributing to achieving company goals,
because in its activities it conducts inspections, evaluates and improves work effectiveness of company
employees. Internal audit in assessing the performance of sharia credit leasing employees evaluates and
assesses the performance of sharia credit leasing employees. The assessment includes tasks performed, work
progress, and measuring the performance of sharia leasing credit employees. Then the employee commits a
violation, he will be subject to sanctions in the form of SP1, SP2, and SP3.

Keywords: Internal Audit, Employee Performance, Sharia Leasing

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan di tuntut untuk memiliki manajemen yang baik. Dalam manajemen
perusahaan yang baik pasti dapat meningkatkan efektivitas perusahaannya. Efektivitas suatu
perusahaan dapat tercapai dengan baik sehingga mampu untuk bersaing dengan perusahaan
lainnya. Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi kerja
masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan lainnya mempunyai orientasi
kerja yang berbeda, dan apabila orientasi yang dipersepsikannya tersebut dapat tercapai maka
karyawan dapat merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan maksimal (Makarau et al.,
2016).
Sistem yang efisien dan efektif, menjaga harta, dan integritas data hanya dapat dicapai
jikalau manajemen membuat sistem pengendalian internal yang baik dan peranan audit
internal dapat membantu manajemen dalam mencegah penyimpangan atau penipuan. Jika
pengendalian internal suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan,
ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar (Meikhati & Rahayu,
2015).
Perusahaan leasing sebagai lembaga keuangan non bank yang fungsinya sama dengan
bank sebagai sumber pembiayaan. Leasing menyalurkan pembiayaan berupa barang dimana
barang tersebut dapat dibayar dengan cara angsuran. Leasing merupakan suatu alternatif bagi
peorangan atau perusahaan yang kekurangan modal dalam memenuhi barang yang diinginkan
(Saefuddin, 2019).
Dalam kegiataan transaksinya, leasing salah satu kegiatan ekonomi yang belum ada
aturannya serta ditegaskan baik dalam Al-Qur’an, hadits, maupun ijtihad ulama terdahulu.
Jika dilihat dari realitasnya, perusahaan leasing yang dipandang dari sisi muamalah jenis ini
nampak mengunggulkan pemberi sewa dibandingkan dengan penyewa (Sumiadi, 2018).
Hadirnya sebuah perusahaan pembiayaan dalam bidang leasing (kredit) berupa BFI
Finance memiliki sistem syariah didalamnya, hal ini bertujuan untuk membantu masyarakat
yang ingin melakukan pembiayaan kredit dengan sistem syariah sehingga terbebas dari riba.
Dalam hal ini perusahaan leasing berbasis syariah dapat mengatasi masalah keuangan tanpa
adanya maisyir, gharar, riba, dan bathil didalamnya. Namun demikian perusahaan leasing
tidak terlepas dari kinerja karyawan yang mentargetkan kerjanya agar perusahaan tersebut
menjadi lebih baik, adapun rekap rincian dari laba pendapatan berjalan dari tahun 2017 s/d
2021 sebagai berikut :
Tabel 1
Laporan Pendapatan (Laba Tahun Berjalan)
Tahun Laba Tahun Berjalan

2017 Rp.1.187.510

2018 Rp.1.467.794

2019 Rp.711.682

2020 RP.701.592

2021 Rp.1.131.338
Sumber: Website BFI Finance

Dari tabel diatas dilihat bahwa jumlah pendapatan laba tahun berjalan mengalami
penuruan dan kenaikan dari tahun ketahun contohnya dari tahun 2017 s/d tahun 2020
mengalami penurunan pendapatan, kemudian pada tahun 2021 BFI finanace mengalami
kenaikan pendapatan yang mana kenaikan tersebut menjadi dampak positif bagi pihak
perusahaan. Pembiayaan leasing sendiri banyak digunakan oleh para konsumen, terutama
pembiayaan kredit kendaraan. Dalam BFI finance tersebut terdapat dua jenis produk seperti
berbasis konvensional dan syariah, untuk sistem konvensional terdapat suku bunga sedangkan
syariah tidak ada suku bunga. BFI Finance sendiri dibawah pengawasan otoritas jasa keuangan
dan dewan pengawas syariah.
Berdasarkan tabel dari laporan pendapatan tersebut bisa disebutkan bahwa pada tahun
2017 s/d 2020 kinerja karyawan mengalami penurunan kinerja yang dimana menyebabkan
pendapatan laba tahun berjalan menjadi menurun, kemudian pada tahun 2021 laporan
pendapatan BFI Finance mengalami kenaikan pendapatan yang dimana kinerja karyawan pada
tahun 2021 meningkat menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kinerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas
dari seseorang. Kinerja yang tinggi menjadi suatu langkah untuk menuju pada proses
tercapainya tujuan organisasi atau peerusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat
memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang di antaranya adalah sifat yang agresif,
kreatifitas yang tinggi, kepercayaan pada diri sendiri, kemampuan untuk mengendalikan diri
serta kualitas pekerjaan dan masalah inovasi (Indrasari, 2017).
Kemajuan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
kinerja karyawan. Kinerja karyawan merupakan prestasi yang dicapai seseorang atau kelempok
berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya selaras dengan tujuan organisasi secara
efesiaen dan efetif (Yuniarti et al., 2021).
Audit dapat didefinisikan sebagai proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis,
terdokumentasi, oleh pihak (personal atau tim) yang independent, untuk mendapatkan bukti-
bukti hasil proses penilaian atau evaluasi, yang hasil tersebut diverifikasi dengan kriteria audit
guna ditetapkan status kesesuaian atau ketidak sesuaian (Efansyah & Nugraha, 2019).
Auditing internal sebagai salah satu bentuk upaya dalam mencegah terjadinya
penyelewengan atau penyalahgunaan aset-aset perusahaan dan nama perushaan. Oleh karena
itu, pihak perusahaan memerlukan orang-orang yang memiliki kemampuan dan memiliki
keahlian khusus dalam mencegah terjadinya hal-hal yang mengakibatkan kerugian yang terjadi
di suatu perusahaan (Salsabila & Prayudiawan, 2011).
Leasing merupakan pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses
produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Leasing juga berarti
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal dengan pembayaran secara
berkala oleh perusahaan yang menggunakan barang modal tersebut, dan dapat membeli atau
memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa (Nur’, 2007)
BFI Finance sebagai salah satu perusahaan lembaga keuangan non bank yang bergerak
dalam bidang jasa. BFI Finance Cirebon menyediakan pembiayaan kepada masyarakat luas
seperti kredit dan pembiayaan konsumen antara lain pembiayaan sewa, pembiayaan konsumen,
anjak piutang dengan target ke masyarakat menengah dan menengah ke bawah. Sistem
pembiayaan syariah terbebas dari ketentuan yang dilarang oleh syariat islam seperti gharar,
maisyir, riba, dan bathil, yang mana setiap produk memiliki manfaat didalamnya.
Pada BFI Finance Cirebon terdapat audit internal, sebab perkembangan perusahaan
diniai dari kinerja karyawan, oleh karena itu audit internal sangat penting pada perusahan
untuk mengawasi perkembangan perusahaan. Disisi lain juga faktor yang mempengaruhi
perkembangan perusahaan yaitu kinerja karyawan. Kinerja karyawan sendiri sebagai
pelaksanaan usaha, kemampuan dan persepsi tugas dari diri seseorang.
Sebagai lembaga keuangan pembiayaan, BFI Finance Cirebon menjadikan daya saing
semakin ketat dengan perusahaan pembiayaan lainnya, jika tidak dapat bersaing maka
perusahaan tidak dapat beroperasi dengan baik sehingga menimbulkan kebangkrutan. Pada
BFI Finance Cirebon terdapat audit internal didalamnya, apabila seorang auditor tidak memiliki
kopetensi yang baik dan bahkan tidak tahu bagaimana cara mengelola audit internal maka akan
terjadi kesalahan pada pengecekan data konsumen. Kemudian kinerja karyawan yang tidak
memenuhi ketentuan perusahaan maka akan terjadi penurunan kinerja atau kemampuan yang
buruk, kemudian kinerja tersebut tidak akan maksimal. Pada karyawan kredit leasing syariah
dapat terjadinya hambatan, apabila dalam karyawan tidak menjalankan tugasnya sesuai target
yang diberikan oleh perusahaan dan melakukan kecurangan dalam bertugas maka bisa
timbulnya penurunan pendapat dari perusahaan serta perusahaan dapat dicap negatif oleh
konusmen.
Dari beberapa pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal berperan
penting dalam membantu melindungi aset dan mengurangi kemungkinan terjadinya penipuan
maupun kesalahaan yang terjadi, serta dalam audit dapat meningkatkan efesiensi
pengoperasian perusahaan. Dalam kinerja karyawan dapat berdampak positif pada diri
karyawan itu sendiri seperti menjadi lebih bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apabila
target kredit leasing syariah, karyawan memiliki ketekunan dalam melakukan pekerjaannya
maka akan berdampak baik bagi perusahaan dan karyawan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini sangat penting untuk
diteliti terkait dengan peran audit internal pada kinerja karyawan dalam target kredit leasing
syariah di BFI Finance Cirebon.

KAJIAN PUSTAKA

Audit internal

Peran merupakan atas harapan-harapan dari seseorang yang tedapat pada ciri-ciri
perilaku tertentu yang seharusnya dilaksanakan oleh orang yang menduduki posisi atau status
sosial tertentu dalam lingkungan sekitar. Setiap peran memiliki tugas-tugas tertentu yang
harus dilaksanakan oleh pengemban peran (Mutiawanthi, 2017).
Auditing Internal yaitu Auditor yang bekerja pada suatu manajemen perusahaan
sehingga berstatus sebagai karyawan dari perusahaan tersebut. Auditor Internal merupakan
bagian yang integral (tidak dapat dipisahkan) dari struktur organisasi perusahaan, dimana
perannya dapat memberikan pengawasan serta penilaian secara terus menerus. Auditor
Internal memiliki kepentingan atas efektifitas pengendalian internal di satu perusahaan (Hery,
2019).
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran audit internal
merupakan usaha membantu karyawan lain agar dapat diharapkan bisa mengenali dibidangnya
dengan cara melakukan penilaian dan mengevaluasi serta meningkatkan efektifitas terhadap
manajemen lain yang terdapat pada perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan .

Kinerja Karyawan

Menurut Moeheriono yang dikutip oleh (Silaen et al., 2021) Kinerja karyawan adalah
upaya dalam mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral dan etika, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing individu,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Seorang karyawan yang melaksanakan fungsinya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan serta berhasil secara kualitas maupun kuantitas
disebut juga dengan kinerja.

a. Faktor Kinerja Karyawan


Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja seorang
karyawan, antara lain sebagai berikut (Suwarto, 2020):
1) Faktor Kemampuan
Dalam faktor ini kemampuan sangat dibutuhkan karena secara psikologis
kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan skill, yang artinya
pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang
memadai dalam jabatannya serta terampil dalam melakukan kegiatan dan pengerjannya
sehari-hari, maka akan lebih mudah dalam mencapai kinerja yang maksimal.
2) Faktor Motivasi
Motivasi dapat diartikan yaitu suatu sikap (attitude) yang dimana dalam hal ini
pimpinan dan karyawan harus memiliki sikap yang bijak terhadap situasi kerja (situation)
dilingkungan perusahaannya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi kerja tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja dari
karyawan tersebut dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah sehingga dapat menurunkan efektifitas
kinerja dari karyawan tersebut. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja
dan kondisi kerja.

b. Pengukuran Kinerja Karayawan


Dalam mengukur kinrja karywan perusahaan memerlukan data atau informasi
tentang kinerja karyawan yang terdiri dari tiga kategori yaitu:
1) Informasi berdasarkan ciri-ciri seperti kepribadian oleh karyawan tersebut yang
menyenangkan, inisiatif atau kreatifitas dan mungkin terdapat sedikit pengaruhnya pada
pekerjaan tertentu.
2) Informasi berdasarkan tingkah laku yang lebih memfokuskan pada perilaku yang spesifik
dalam hal ini mengarah pada keberhasilan pekerjaan. Informan perilaku lebih sulit
diidentifikasikan dan mempunyai keuntungan yang secara jelas karena memberikan
gambaran akan perilaku apa yang ingin dilihat oleh pihak manajemen.
3) Informasi berdasarkan hasil mempertimbangkan yang telah dilakukan pemeriksaan
terhadap karyawan atau apa yang telah dicapai karyawan dalam prestasinya. Untuk
pemilihan pekerjaan dimana pengukuran itu mudah dan tepat sesuai dengan
kemampuannya. Akan tetapi, apa yang akan diukur cenderung ditekankan, selain itu apa
yang sama-sama pentingnya tidak diukur dan diabaikan oleh karyawan. Sebagi contoh,
seorang tenaga penjualan mobil yang hanya dibayar berdasarkan penjualan, mungkin
tidak berkeinginan untuk mengerjakan tugas lain seperti administrasi atau pekerjaan lain
yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjualan mobil (Indrasari, 2017).
Leasing Syariah

Leasing syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
baik dilakukan secara sewa guna usaha dan jual-beli dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi
yang akan digunakan oleh penyewa dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran secara
angsuran yang mana menggunakan prinsip syariah, seperti ijarah dan ijarah muntahiyah bi al-
Tamlik. Dalam akad ini perpaduan antara kontrak jual-beli dan akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan barang dan disahkan bahwa barang yang disewakan tersebut akan menjadi
milik penyewa atau lessee.
Pada operational lease, Lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada
Lessee untuk waktu jangka tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental yang besarnya
secarakeseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.
Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-biaya
tersebut, karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga barang tersebut masih cukup
tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi lessee. (Purba, 2019).

a. Mekanisme dan kegiatan yang dilakukan dalam leasing syari’ah


1) Transaksi Ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat atas barang dan jasa.
Pada dasarnya prinsip Ijarah sama dengan jual beli. Namun, perbedaannya terletak pada
obyek transaksi, pada Ijarah obyek transaksinya adalah jasa.
2) Pada akhir sewa, bank dapat menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Oleh
karena itu dalam perbankan syari’ah dikenal dengan Ijarah muntahiya bi alTamlik
(Ijarah dengan wa‟ad, dimana terjadi perpindahan kepemilikan objek ijarah pada waktu
tertentu).
3) Harga sewa dan harga jual diawal perjanjian telah disepakati antara pihak bank dengan
nasabah.
4) Leasing Ijarah merupakan kegiatan pengadaan barang modal oleh lessor (pihak yang
menyewakan) dan diikuti perpindahan kepemilikan kepada lessee (pihak yang
menyewa/penyewa) dengan cara pembelian saham kepemilikan yang pembayarannya
dilakukan secara angsuran (Fadhillah, 2019).

b. Pihak-pihak yang telibat dalam pembiayaan leasing


1) Lessor atau pemberi jasa pembiayaan sewa guna adalah pihak yang memberikan jasa
pembiayaan sewa guna kepada pihak lessee atau penyewa dalam bentuk barang modal
dengan cara leasing. Secara khusus lessor sebuah lembaga perusahaan pembiayaan atau
perusahaan sewa guna yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan
melakukan kegiatan sewa guna usaha.
2) Lessee atau pihak yang menyewa adalah perusahaan atau pihak yang menyewa atau
memperoleh pembiayaan serta membutuhkan sewa guna dari perusahaan sewa guna
dalam bentuk barang modal dari lessor.
3) Supplier atau pemasok adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang modal yang menjadi objek leasing untuk dileasing kepada lessee atau
penyewa dengan pembayaran secara tunai dari lessor atau lembaga perusahaan yang
menyewakan.
4) Kreditur atau Lender disebut juga sebagai Loan Participants atau peserta pinjaman dalam
transaksi leasing. Dalam hal ini, pihak lessee akan dikenakan tambahan biaya untuk
asuransi apabila terjadi sesuatu yang fatal. Biasanya terdiri dari Bank, Perusahaan
Asuransi, atau Yayasan (Runtuwene, 2013).

c. Landasan Hukum Leasing Syariah


Terdapat beberapa dasar hukum leasing syariah diataranya yaitu:
1) Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Ijarah yang berisikan tentang Rukun dan
Syarat ijarah, ketentuan objek ijarah, kewajiban LKS dan hal-hal yang dilakukan jika
terjadinya perselisihan terjadi pada akad berlangsung.
2) Fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Muntahiyah Bi Al-Tamlik. Berisi
tentang rukun dan syarat akad Al-Ijarah Muntahiyah Bi Al-Tamlik, ketentuan, dan hal-
hal yang dilakukan jika terjadinya perselisihan terjadi pada akad berlangsung (MUI,
2022).
3) Surat Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dengan Nomor B-
323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 November tahun 2007 tentang Pernyataan DSN-MUI
atas peraturan Badan pengawas pasar modal dan Lembaga Keuangan. Memutuskan
bahwa keputusan badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan tentang kegiatan
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (Fadhillah, 2019).
4) Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per -03/BL/2007
tentang kegiatan Lembaga Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.
5) Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per -04/BL/2007
tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan
prinsip syari’ah (OJK, 2022).

Sedangkan Leasing Syariah menganut asas-asas yang berpedoman kepada Al-Quran


dan Al-Hadits. Berikut ini landasan hukum:
1) Al-Quran
Dalam leasing syariah mempunyai asas ayat Al-Quran yang membahas
didalamnya yaitu dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233 dan Q.S Az-Zukhruf ayat 32.
a) Firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah ayat 233

‫َّضاعَ ةَ ۗ َوعَ لَى الْ َم ْول ُ ْو ِد لَ ٗه‬ َ ‫ضعْ نَ اَ ْو ََل َده ُ َّن َح ْولَي ِْن َك ِاملَي ِْن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّتِ َّم الر‬ ِ ْ‫ت ي ُر‬ ُ ‫۞ َوالْ َوالِ ٰد‬
‫ض ۤا َّر َوالِ َدة ٌ ۢبِ َولَ ِدهَا َو ََل َم ْول ُ ْودٌ ل َّ ٗه بِ َولَ ِد ٖه‬
َ ُ ‫ف نَفْسٌ اِ ََّل ُوس َْعهَا ۚ ََل ت‬ ُ َّ ‫ف ََل ت ُ َكل‬
ِ ۗ ‫ِر ْزقُه َُّن َو ِكس َْوتُه َُّن بِالْ َمعْ ر ُْو‬
‫اح عَ لَيْ ِه َما َۗواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم‬ َ َ‫اض ِّمنْه َُما َوتَ َشا ُو ٍر فَ ََل ُجن‬ ٍ ‫ص ااَل عَ ْن تَ َر‬ َ ِ‫ث ِمثْ ُل ٰذلِكَ ۚ فَاِ ْن اَ َرادَا ف‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫َوعَ لَى الْ َو‬
ٰ‫ّللا‬ ٰ
َ ٰ ‫اعلَ ُم ْْٓوا اَ َّن‬ َ ٰ ‫ف َواتَّقُوا‬
ْ ‫ّللا َو‬ ِ ۗ ‫اح عَ لَيْكُ ْم اِ َذا َسل َّ ْمت ُ ْم َّمآْ ٰاتَيْت ُ ْم بِالْ َمعْ ر ُْو‬ َ َ‫ضع ُْْٓوا اَ ْو ََل َدكُ ْم فَ ََل ُجن‬ِ ْ‫اَ ْن تَ ْستَر‬
‫صيْ ٌر‬ِ َ‫عْمل ُ ْونَ ب‬ َ َ‫ِب َما ت‬
Artinya:

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu
pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

b) Firman Allah SWT Q.S Az-Zukhruf ayat 32

َ ْ‫ت َرب ِّۗكَ نَحْ ُن قَ َس ْمنَا بَيْنَه ُْم َّم ِعيْ َشتَه ُْم فِى الْ َح ٰيو ِة ال ُّدنْيَ ۙا َو َرفَعْ نَا بَع‬
ٍ ْ‫ضه ُْم فَ ْوقَ بَع‬
‫ض‬ َ ‫اَه ُ ْم يَقْ ِس ُم ْونَ َر‬
َ ‫حْم‬
َ َ‫ت َربِّكَ َخيْ ٌر ِّم َّما ي‬
َ‫جْمع ُْون‬ ُ ‫حْم‬َ ‫ضه ُْم بَعْ ضاا س ُْخ ِريٰاا َۗو َر‬ ُ ْ‫ت لِّيَت َّ ِخ َذ بَع‬
ٍ ‫د ََر ٰج‬
Artinya:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang


menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Astamal, 2022)

2) Al-Hadits
Terdapat beberapa hadits yang menyangkut asas tentang leasing syariah antara lain
sebagai berikut :
a) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berbekam kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu” (HR. Bukhari).
b) Dari Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum
kering keringatnya (HR. Ibnu Majah) (Husen, 2020).
c) “Dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang
tumbuh. Lalu Rasulullah SAW melarang kami cara itu dan memerintahkan kami
agar membayarnya dengan uang emas atau perak.” ( HR.Nasa’i) (Fadhillah, 2019).

METODOLOGI

a. Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah BFI Finance Cirebon dengan jumlah karyawan
sebanyak 80 karyawan, dan sampel pada penelitian ini sebanyak 3 karyawan.
b. Desain Penelitian
Peneliti melakukan desain penelitian dengan menggunakan teknik analisis data sebagai
berikut:
1) Pengumpulan data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan keadaan yang
alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
2) Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
3) Penyajian data
Dalam penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
lebih mudah dipahami.
4) Penarikan kesimpulan
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data. Pada
bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan.
c. Alur Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:
1) Metode Observasi
Dalam tahap observasi, peneliti mengamati langsung pada BFI Finance Cirebon
agar dapat menemukan fakta dilapangan.
2) Metode Wawancara
Wawanacara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk melakukan
penelitian dan menemukan permasalahan yang harus diteliti. Informasi yang didapat
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan narasumber atau informan dari subjek.
Sehingga peneliti mengambil narasumber sebanyak 3 orang yaitu HRD, bagian audit
internal, dan karyawan BFI Finance Cirebon.
Tabel 2
Narasumber
NO Nama Jabatan
1 Janis Ilham Nassyifa S.Psi HRD
2 Hanky Dwi Hadi Syaputra S.E Audit Internal
3 Muhammad Erfan Noor Karyawan

3) Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan sebagai pengumpulan data dengan cara mencatat atau
mendokumentasikan data yang terkait dengan peran audit internal dalam menilai
kinerja karyawan leasing syariah di BFI Finance Cirebon. Adapun dokumentasi yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa foto, rekaman suara wawancara, dan hasil
wawancara tertulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Audit Internal di BFI Finance Cirebon

Audit internal memiliki peran yang sangat besar dalam mencapai tujuan perusahaan
karena memberikan pengaruh besar pada operasional atau kegiatan perusahaan untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas kerja. Audit internal harus dilakukan oleh sesorang
yang kompeten dan independen, karena pelaksanaan audit internal merupakan tahapan penting
yang dilakukan oleh seorang auditor dalam proses auditing untuk menentukan arah dan
pendekatan dalam proses auditing.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Janis Ilham Nassyifa selaku HRD dan
Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra sebagai Audit Internal di BFI Finance Cirebon, peran audit
internal meliputi kedudukan, tugas dan tanggung jawab, serta wewenang. Berikut ini peran
audit internal di BFI Finance Cirebon diantaranya:
a. Kedudukan Audit Internal
Kedudukan audit internal dalam BFI Finance Cirebon dibilang cukup tinnggidan
berat tanggung jawabnya yang dimana kedudukan tersebut menentukan hasil kerja dari
karyawan lain, berikut kedudukan audit intenal di BFI Finance Cirebon:
1) Departemen audit internal bersifat independen yang dimana audit internal tidak
bergantung pada bidang lain dan bertanggung jawab langsung dibawah Presiden
Direktur.
2) Audit internal merupakan karyawan BFI Finance Cirebon yang patuh pada peraturan
perusahaan yang belaku, temasuk dengan penilaian kinerja karyawan.
3) Dalam menjalankan tugasnya, departemen audit internal berkoordinasi serta bekerja
sama dengan Komite Audit Perseroan yang secara sistematis juga bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris.
4) Departemen audit internal diangkat dan diberhentikan langsung dari Presiden Direktur,
setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris. Pemberhentian audit internal dapat
dilakukan apabila tidak memenuhi persyaratan sebagai auditor internal sebagaimana
diatur dalam peraturan diperusahaan serta gagal menjalankan tugas.

sebagaimana yang diungkapkan oleh HRD di BFI Finance Cirebon sebagai berikut:

“Audit internal bersifat independen dan bekerja sama dengan komite audit
perseroan. Audit internal juga diangakat atau diberhentikan oleh presiden direktur yang
disetujui oleh dewan komisaris, audit internal juga dalam pelaksanaan kegiatannya harus
mematuhi peraturan perusahaan yang ada”. (Bapak Janis Ilham Nassyifa, HRD BFI
Finance Cirebon, wawancara tanggal 21 Maret 2022).

b. Tugas dan Tanggung Jawab Audit Internal di BFI Finance Cirebon


Seorang auditor memegang tugas dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
keberlangsungan operasional perusahaan. Sebagai departemen independen, audit internal
bertanggung jawab atas pemeriksaan serta penilaian efesiensi dan efektivitas pada bidang
kegiatan yang ada di BFI Finance Cirebon. Tugas dan tanggung jawab audit internal di BFI
Finance Cirebon sebagai berikut:
1) Menyusun dan melaksanakan rencana audit internal tahunan, Merupakan rencana yang
sangat penting dari kegiatan audit internal yang dimana auditor menyusun dan
melaksanakan yang akan dilakukan oleh audit internal dalam satu tahun kedepan.
2) Mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan manajemen risiko sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Dalam pencapaian bisnis perusahaan audit internal mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan untuk menghidari bahayanya kerugian pada perusahaan.
3) Melakukan pemeriksaan terhadap bidang keuangan, operasional, pemasaran, teknologi
informasi, sumber daya manusia, dan kegiatan lainnya untuk mendapatkan data yang
akurat dan menghindari dari kecerobohan serta kecurangan karyawan yang dilakukan
tidak disengaja maupun disengaja.
4) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang sudah
diperiksa pada semua tingkat manajemen di BFI Finance Cirebon.
5) Membuat laporan dan menyampaikan hasil laporan tersebut kepada Presiden Direktur
dan Dewan Komisaris.
6) Memantau dan menganalisis kembali manajemen yang telah diberikan saran perbaikan
serta melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan tersebut.
7) Bekerja sama dengan Komite Audit. Komite audit berperan sebagai penghubung kepada
komisaris dan pemegang saham.
8) Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan. Pemeriksaan khusus untuk
memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap piutang perusahaan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian audit internal BFI Finance Cirebon
sebagai berikut:

“Tugas dan tanggung jawab audit intenal salah satunya menyusun dan
melaksanakan rencana audit tahunan, mengevaluasi pengendalian internal dan
manajemen risiko sesuai kebijakan perusahaan, membeikan saran pada semua
manajemen, membuat laporan, memantau kembali manajemen yang diberi saran
perbaikan, bekerja sama dengan komite audit, dan melakukan pemeriksaan khusus” .
(Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra, Audit Internal BFI Finance Cirebon, wawancara
tanggal 28 Maret 2022).

c. Wewenang Audit Internal


Dalam melakukan pemeriksaan internal, auditor internal mempunyai wewenang
untuk mengakses beberapa yang diperlukan saat melakukan pemeriksaan diperusahaan dan
termasuk karyawan perusahaan, diantaranya yaitu:
1) Mengakses seluruh informasi
Pada saat pemeriksaan, audit internal membutuhkan informasi yang jelas dan
akurat supaya saat melakukan pemeriksaan seorang auditor harus mempunyai akses
penuh pada informasi tersebut, sehingga auditor dapat melakukan pemeriksaan dengan
benar. Informasi tersebut harus yang relevan tentang perusahaan serta terkait dengan
tugas dan fungsinya.
2) Melakukan komunikasi secara langsung dengan direksi, dewan komisaris, dan k omite
audit.
Dalam mengawasi kegiatan operasional perusahaan audit internal diberikan
wewenang untuk melakukan komunikasi secara langsung dengan direksi, dewan
komisaris, dan komite audit, sehingga dapat memberikan informasi keadaan peusahaan
yang sedang.
3) Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal.
Koordinasi audit internal dengan audit eksternal yaitu bertujuan untuk
mengevaluasi dan melakukan pemeriksaan sistem yang ada pada perusahaan secara
teratur serta menentukan rencana kedepannya untuk mencegah terjadinya kecurangan
atau tindakan penipuan yang dilakukan dengan tidak disengaja maupun disengaja.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian audit internal BFI Finance
Cirebon sebagai berikut:

“Audit internal mempunyai wewenang diperusahaan yaitu dapat mengakses


seluruh informasi terkait dengan tugas dan fungsi, selain itu audit internal juga dapat
berkomunikasi secara langsung dengan direksi, dewan komisari, dan komite audit. Audit
internal juga melakukan koordinasi dengan audit ekternal untuk mengevaluasi dan
melakukan pemeriksaan pada perusahaan”. (Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra, Audit
Internal BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 28 Maret 2022).

Audit Internal dalam menilai Kinerja Karyawan BFI Finance Cirebon

Audit internal menilai kinerja karyawan dilakukan untuk mengevaluasi kerja dari
karyawan. Menilai kinerja karyawan diharapkan memberi tahu karyawan dalam membangun
pemahaman yang dapat bermanfaat pada kinerja karyawan untuk mencapai tujuan yang ada.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Bapak Muhammad Erfan Noor selaku
karyawan, Bapak Janis Ilham Nassyifa selaku HRD dan Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra
sebagai Audit Internal di BFI Finance Cirebon. Berikut ini Audit Internal dalam menilai kinerja
karyawan Kredit Leasing Syariah di BFI Finance Cirebon adalah:
a. Tugas Karyawan Kredit Leasing Syariah BFI Finance Cirebon
Karyawan kredit leasing syariah di BFI Finance Cirebon bertugas sebagai collection
atau penagihan aset perusahaan yang belum dilunasi oleh konsumen yang telah m elakukan
transaksi kredit leasing syariah di BFI Finance Cirebon. Staf penagihan yang bertugas pada
kredit leasing syariah tersebut diharuskan menyiapkan data yang relevan untuk
memberitahu dan mengingatkan pada konsumen supaya melakukan pembayaran yang yang
telah ditetapkan sebelumnya pada perjanjian transaksi kredit leasing syariah. Selain itu
konsumen yang telat dalam melakukan pembayaran atau pelunasan maka karyawan kredit
leasing akan melakukan penagihan secara langsung dengan datang kealamat konsumen. Hal
ini diungkapkan oleh karyawan BFI Finance sebagai berikut:

“tugas dari karyawan kredit leasing syariah di BFI Finance Cirebon sebagai collection
atau penagihan konsumen yang belum melunasi kredit leasing syariah. sebelum melakukan
penagihan secara langsung kepada konsumen, karyawan harus menyiapkan data yang
relevan untuk mengingatkan konsumen terlebih dahulu”. (Bapak Muhammad Erfan Noor,
Karyawan BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 23 Maret 2022).

Audit intrnal mengevaluasi dan memeriksa karyawan dengan mencari data relevan
yang karyawan lakukan dalam melaksanakan tugas, sehingga audit internal menghubungi
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan inteviu. Jika
karyawan melakukan tugas nya denga tidak benar dan baik atau melanggar peaturan yang
ada di perusahaan maka karyawan tersebut akan dilaporkan kepada atasannya dan diberi
sanksi oleh perusahaan. Hal ini diungkapan oleh audit internal BFI Finance Cirebon sebagai
berikut:

“saya sebagai audit internal akan mewawancarai konsumen untuk memeriksa apakah
karyawan tersebut melanggar peraturan dan melakukan kecurangan atau tidak, jikalau
karyawan tersebut melakukan pelanggaran maka saya laporkan kepihak atasannya”. (Bapak
Hanky Dwi Hadi Syaputra, Audit Internal BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 28
Maret 2022).

b. Progres kerja Karyawan Kredit Leasing syariah BFI Finance Cirebon


Perusahaan dalam meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja, pihak manejemen
melakukan dorongan kepada karyawan untuk menambahkan produktifitas ker janya dengan
beberapa ketentuan. Salah satu untuk mendorong produktifitas kerja karyawan yaitu dengan
memberi motivasi kerja karyawan, sehingga dengan memotivasi karyawan tersebut dapat
menciptakan kreatifitas kerja dan mendorong karyawan agar bersemangat dalam bekerja
samapai mengejar target kerjanya (Baiti et al., 2020).
Hasil atau prestasi kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan yang baik secara
kualitas maupun kuantitas sesuai tanggung jawab, disebut dengan kinerja karyawan.
Kemudian, untuk meningkatkan serta menghasilkan kinerja karyawan yang baik maka
seorang karyawan diberikan motivasi dan masukan untuk mengembangkan kinerja dari
karyawan hal ini membantu karyawan agar lebih paham dalam aspek apa saja yang harus
diperbaiki serta membantu karyawan yang sering merasa tidak percaya diri dalam
melakukan kerjanya. Selain itu karyawan yang bekerja melebihi ekspetasi perusahaan maka
karyawan tersebut dapat penghargaan dari perusahaan.

Hal ini diungkapkan oleh karyawan BFI Finance sebagai berikut:

“kerja karyawan dapat menghasilkan kinerja karyawan yang baik maka perusahaan
atau rekan kerja dapat memotivasi dan memberikan masukan terhadap karyawan, serta
perusahaan memberikan penghargaan terhadap karyawan agar dapat menghasilkan kinerja
karyawan yang baik dan unggul”. (Bapak Muhammad Erfan Noor, Karyawan BFI Finance
Cirebon, wawancara tanggal 23 Maret 2022)
Bapak Janis Ilham Nassyifa juga memberikan tanggapan yang hampir sama dengan
Bapak Muhammad Erfan Noor sebagai berikut:

“untuk meningkatkan kinerja karyawan yang baik karyawan diberikan motivasi dan
masukan untuk mengembangkan kinerjanya”. (Bapak Janis Ilham Nassyifa, HRD BFI
Finance Cirebon, wawancara tanggal 21 Maret 2022).

c. Mengukur kinerja karyawan kredit leasing syariah


Dalam SOP dimana setiap perusahaan tidak terlepas dari segi evaluasi yang
dimilikinya, sehingga evaluasi tersebut dapat memberikan kesan positif maupun yang
negatif, pengevaluasian tersebut dilihat dari periode waktu atau kurun waktu tertentu yang
mana karyawan dapat bekerja dan memenuhi kewajiban yang terdapat pada standar
ketentuan pihak perusahaan, sehingga apabila terjadi kesalahaan atau penyimpangan maka
dapat segera dilakukan perbaikan dengan segera. Kesalahan tersebut dapat dilihat dari
evaluasi yang didapatkan melalui wawancara bersama Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra
sebagai Audit Internal dan didukung oleh penjelasan dari Bapak Janis Ilham Nassyifa selaku
HRD di BFI Finance Cirebon.
1) Pelanggaran karyawan kredit leasing syariah
Pihak perusahan menetapkan peraturan kerja agar tidak terjadi penyelewengan
atau pelanggaran didalamnya yang dapat menurunkan citra perusahaan, berikut
pelanggaran yang dapat terjadi yaitu:
a) Tidak boleh memprioritaskan konsumen
Pelanggaran yang dilakukan karyawan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
collection atau penagihan yaitu melakukan peminjaman atau melunasi tagihan yang
mengatas namakan konsumen yang mempunyai tagihan tetapi dengan transfer
pengiriman dari nama karyawan yang bertugas sebagai penagihan atau tidak
diperkenankan memberikan pelayanan khusus dalam pelunasan kredit leasing syariah
karena pihak perusahaan selalu menyamaratakan semua konsumennya sehingga tidak
ada konsumen yang diprioritaskan.
b) Melakukan pemungutan liar
Karyawan tidak boleh meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai
atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran diperjanjian
awal, serta tidak boleh menerima tambahan biaya tagihan dari konsumen yang dimana
pihak perusahaan tidak mengetahuinya.
c) Tidak melakukan kewajibannya
Karyawan mengabaikan beberapa peraturan yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat mempengaruhi kinerjanya apabila hal tersebut dibiarkan tentu
menjadikan kebiasaan yang buruk. Pada dasarnya hal yang sering dilakukan ini
disebut malas atau bolos. Jenis pelanggaran karyawan seperti ini akan menghambat
pencapaian target perusahaan.

Hal ini diungkapkan oleh audit internal BFI Finance Cirebon sebagai berikut:

“karyawan yang bertugas malukan penagihan atau collection biasanya melanggar


peraturan seperti memproritaskan konsumennya karena konsumen tersebut temannya
sendiri, meminta biaya tagihan lebih, dan terkadang tidak melakukan tugasnya, padahal
karyawan itu sudah hadir dikantor”. (Bapak Hanky Dwi Hadi Syaputra, Audit Internal
BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 28 Maret 2022).

2) Sanksi karyawan
Sanksi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan tergantung dengan
tingkat kesalahan yang diperbuat oleh karyawan, antara lain:
a) Surat Peringatan Pertama (SP1)
Sanksi pertama yang diberikan terhadap karyawan apabila melakukan
kelalaian dalam bekerja sehingga menimbulkan kesalahan dan menyebabkan kerugian
perusahaan, maka dari itu karyawan tersebut akan diberikan surat peringatan
pertama, isi dari surat tersebut mencakup peneguran agar tidak mengulangi
kesalahannya.
b) Surat peringatan Kedua (SP2)
Sanksi kedua dapat dikatakan sebagai skorsing, yang dimana karyawan tidak
diperbolehkan berangkat kerja dalam waktu yang ditentukan. Pada surat peringatan
kedua telah diberlakukan apabila karyawan diketahui telah melakukan suatu
tindakan yang berulang sehingga dapat merugikan perusahaan.
c) Surat Peringatan Ketiga (SP3)
Sanksi ketiga, Pelanggaran atas tindakan yang dilakukan karyawan ketika
telah melewati batas seperti melakukan pemungutan liar atau meminta tambahan
atas biaya tagihan yang sudah ditetapkan tetapi perusahaan tidak mengetahuinya,
maka akan diberlakukan penghentian sekaligus surat pemutusan hubungan kerja atau
SP3.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian audit internal BFI Finance
Cirebon sebagai berikut:

“atas pelanggaran yang karyawan kredit leasing syariah lakukan akan diberi
sanksi, sanksi tersebut ada 3 tahap. Jika pelanggaran yang karyawan tersebut masih bisa
dimaklumi atau bisa diperbaiki maka akan diberi sanksi berupa surat peringatan 1 atau
SP1, lalu jika karyawan itu masih tetap melakukan kesalahan y ang sama dan munkin
lebih besar lagi kesalahannya maka akan diberi sanksi surat peringata 2 atau SP2 yaitu
tidak diperbolehkan bekerja selama waktu tertentu, lalu sanksi yang paling berat surat
peringata 3 atau SP3 yaitu pemberhentian hubungan kerja atau P HK”. (Bapak Hanky Dwi
Hadi Syaputra, Audit Internal BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 28 Maret 2022).

3) Dampak
a) Perusahaan
Dari pelanggaran yang karyawan lakukan akan berdampak pada perusahaan,
dampak tersebut yaitu pencampaian target keuangan dalam perusahaan yang tidak
tercapai, sehingga terjadinya penurunan pendapatan perusahaan berdasarkan laporan
keuangan.
b) Karyawan
Pada dampak yang diterima oleh pihak karyawan dapat meliputi berbagai
aspek dengan ketentuan yang telah diberlakukan oleh pihak perusahaan. Apabila
karyawan tidak memiliki atau tidak dapat memaksimalkan kinerjanya seperti tidak
dapat membagi waktu dengan benar dalam bekerja, sehingga jam kerja menjadi tidak
efesien. Karyawan yang melakukan kesalahan berungkali maka karyawan tersebut
akan dikenai hukum sesuai dengan kebijakan perusahaan yang berlaku berupa
skrosing yaitu tidak diperbolehkan bekerja dalam waktu tertentu. Kemudian karyawan
yang melakukan pelanggaran berat maka akan berikan sanksi yaitu PHK (pemutusan
hubungan kerja).

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian HRD BFI Finance Cirebon
sebagai berikut:

“dampak bagi perusahaan jika karyawan melakukan pelanggaran penurunan


pendapatan,target perusahaan tidak tercapai. Untuk kayawan sendiri dampaknya target
kerja tidak tercapai,akan dibehentikan kerja pada waktu yang ditentukan dan lebih
beratnya lagi akan diberhentikan kerja selamanya”. (Bapak Janis Ilham Nassyifa, HRD
BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 21 Maret 2022).

4) Solusi
Dalam lingkungan kerja pihak perushaan harus dapat menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif baik dari segi infrastruktur maupun hubungan yang baik antar
pekerja dan pihak atasan, hal tersebut untuk mendorong tingkat kedisplinan karyawan
BFI Finance Cirebon sehingga tidak adalagi yang namanya malas dalam bekerja, tujuan
lainnya agar para karyawan dapat saling menghargai sesama.
Untuk membangun kinerja karyawan serta meminimalisir masalah yang akan
terjadi pada perusahaan maka perusahaan mempekerjakan karyawan sesuai dengan
performanya sehingga karyawan dapat menguasai keahlian dibidang kredit leasing
syariah serta mengutamakan kelancaran dalam dibidang penagihan atau collection kredit
leasing syariah. Kemudian agar karyawan bekerja secara maksimal sehingga target kerja
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu pihak perusahan dapat memberikan
penghargaan berupa bonus. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian HRD BFI
Finance Cirebon sebagai berikut:

“untuk meminimalisir akan terjadinya pada karyawan yang melanggaran aturan


atau membuat perusahaan memnjadi menurun, maka perusahaan merekrut karyawan
dengan ketentuan yang berlaku dan sudah berpengalaman. Kemudian membuat
lingkungan kerja yang kondusif agar kayawan dapat disiplin dengan baik. (Bapak Janis
Ilham Nassyifa, HRD BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 21 Maret 2022).

Sebagai bentuk kemanan yang dilakukan oleh BFI Finance Cirebon, salah satu
cara untuk mengetahui apakah karyawan tersebut melakukan pelayanan yang tidak
sesuai dengan ketentuan perusahaan berupa memprioritaskan konsumen atau tidak, dan
melakukan pemungutan liar terhadap tagihan konsumen, maka pihak perusahaan
melakukan pemantauan kinerja bagian penagihan atau collection tanpa diketahui oleh
karyawan tersebut, yang mana untuk menilai kejujuran.
Pengevaluasian atas kinerja karyawan yang gagal dalam memenuhi tugasnya
dibidang penagihan atau collection seperti ketika konsumen yang tidak dapat membayar
kredit leasing syariah maka karyawan tersebut dapat dikatakan tidak mampu dalam
pemenuhan target kerja, sehingga auditor melaporkan segala kejadian yang dialami pihak
collection dan permasalahan tersebut kepada pihak atasan supaya karyawan tersebut
bisa diberi masukan oleh atasannya dan diberi strategi baru dalam melakukan sistem
penagihan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bagian audit internal BFI
Finance Cirebon sebagai berikut:

“sebagaimana tugas dari audit internal mengevaluasi dan memeriksa kinerja dari
karyawan kredit leasing syariah untuk menghindari karyawan yang melanggar peraturan
maka auditor melakukan pemantauan terhadap karyawan kredit leasing syariah secara
tidak diketahui dan setelah itu melakukan pengevaluasian serta pemeriksaan ”. (Bapak
Hanky Dwi Hadi Syaputra, Audit Internal BFI Finance Cirebon, wawancara tanggal 28
Maret 2022).

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai peran audit internal dalam menilai kinerja karyawan kredit leasing
syariah di BFI Finance Cirebon sebagai berikut:
1) Peran audit internal di BFI Finance Cirebon memiliki peranan yang sangat besar dalam
berkontribusi untuk mencapai tujuan perusahaan karena memberikan pengaruh besar
pada operasional atau kegiatan perusahaan untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas kerja, sebagaimana pada kegiatan audit internal dalam melakukan
pemeriksaan serta memeberi saran kepada karyawan untuk melakukan pekerjaannya
sesuai dengan ketentuan yang perusahaan BFI Finance Cirebon.

2) Audit internal dalam menilai kinerja karyawan kredit leasing syariah di BFI Finance
Cirebon untuk mengevaluasi serta memberi saran perbaikan jika karyawan tersebut
melakukan kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Penilaian kinerja
karyawan dapat dilihat dari tugas yang dilakukan oleh karyawan kredit leasing syariah,
progres kerja karyawan, dan mengukur kinerja karyawan kredit leasing syariah.
Kemudian jika karyawan melakukan kesalahan serta melanggar peraturan yang ada pada
perusahaan maka akan dikenai sanksi yang sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan
berupa surat peringatan 1 (SP1), surat peingat 2 (SP2), dan sanksi yang terberat surat
peringatan 3 (SP3) atau di PHK (pemutusan hubungan kerja)
b. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai
bahan pertimbangan dan masukan kepada BFI Finance Cirebion:
1. Audit internal sebagai departemen yang bersifat independen harus berperan proaktif
dalam meningkatkan perkembangan perusahaan dan memproleh pemahaman yang lebih
luas terkait stuasi bisnis.
2. Audit internal harus mengembangkan dan memperdalam kompetensi dibagian evaluasi
agar karyawan yang melanggar aturan dan kesalahan dapat diberi tindak lanjut dengan
cepat dan meminimalisir hal sama berulang kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Baiti, K. N., Djumali, & Kustiyah, E. (2020). PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN


DITINJAU DARI MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA PADA
PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. Edunomika, Vol. 04(No.
01), Hal 69–87.

Efansyah, M. N., & Nugraha, A. (2019). PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM


MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2015. Banten: Wana Aksara.

Fadhillah, N. (2019). Mekanisme leasing Menurut Hukum Islam Serta Perbandingannya.


QIEMA, vol 5(No 2), 135–149.

Hery. (2019). AUDITING DASAR-DASAR PEMERIKSAAN AKUNTANSI. Jakarta: PT


Grasindo.

Husen, F. (2020). Leasing dalam Perpspektif fatwa Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama
Indonesia. Studi Islam Dan Sosial, vol 1(No 1), 1–10.

Indrasari, M. (2017). Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Tinjauan dari Dimensi Iklim
Oraganisasi, Kreativitas Idividu, dan Karakteristik Pekerjaan. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.

Makarau, S. E., Massie, J., & Uhing, Y. (2016). ANALISIS LINGKUNGAN KERJA DAN
ORIENTASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN DI PT.
AGUNG UTARA SAKTI. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 16(No. 04), 992–1002.

Meikhati, E., & Rahayu, I. (2015). PERANAN AUDIT INTERNAL DAN PENCEGAHAN FRAUD
DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL (Studi Kasus
Pada Yayasan Internusa Surakarta). Jurnal Paradigma, Vol. 13(No. 01).

Mutiawanthi. (2017). Tantangan “Role”/ Peran yang Dihadapi oleh Mantan Perawat IJ-EPA
Setelah Kembali ke Indonesia. Al- Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol. 4(No. 2), Hal
104–114.

Nur’, A. W. (2007). Sistem Pembiayaan Leasing di Perbankan Syariah. Ekonomi Islam, Vol 1(No.
2), 169–186.

Purba, K. (2019). MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK. Bandung: YRAMA


WIDYA.

Runtuwene, I. H. (2013). Penerapan Akuntansi Piutang Leasing untuk Perencanaan dan


Pengendalian pada PT.Suzuki Finance Indonesia cabang Manado. Jurnal EMBA, Vol.
1(No. 4), Hal 998–1006.
Saefuddin. (2019). LEASING DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH. Az Zarqa’, Vol.
11(No. 2), Hal 2445–266.

Salsabila, A., & Prayudiawan, H. (2011). PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN


AUDIT DAN GENDER TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR INTERNAL
(Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi Dki Jakarta). JURNAL TELAAH &
RISET AKUNTANSI, Vol. 4(No. 1).

Silaen, N. R., Syamsuriansyah, Chairunnisah, R., Nahriani, M. R. S. E., Tanjung, R.,


Trwardgani, D., Haerany, A., Masyuroh, A., Satriawan, D. G., Lestari, A. S. , Arifudin, O.,
Rialmi, Z., & Putra, U. (2021). KINERJA KARYAWAN. Bandung: widina Bhakti Persada.

Sumiadi. (2018). MENAKAR TRANSAKSI LEASING DALAM TINJAUN HUKUM EKONOMI


SYARIAH. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 4(No. 2).

Suwarto. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Dan Bisnis, Vol. 11(No. 1), Hal 15–24.

Yuniarti, R., Irwansyah, R., Hasyim, muhammad ardi nupi, Riswandi, P., Septania, S.,
Rochman, A., Febrianty, Wijaya, I. G. Ba., Handayani, F. S., Bambang, Setiorini, A.,
Finthariasari, M., Bahri, K., Kairupan, D. J. I., Ekowati, S., Nurhikmah, Suryani, N. K.,
& Negara, I. S. K. (2021). KINERJA KARYAWAN (tinjauan teori dan praktis). Bandung:
Widina Bhakti Persada.

Astamal, R. (2022). Quran Web. Diakses Pada Tanggal 30 Maret 2022 Pukul 19.20 WIB.
www.quranweb.id.

MUI. (2022). Majelis Ulama Indonesia. Diakses Pada Tanggal 30 Maret 2022 Pukul 20.00 WIB.
www.mui.or.id

OJK. (2022). OTORITAS JASA KEUANGAN. Diakses Pada Tanggal 11 April 2022 Pukul 09.00
WIB. www.ojk.go.id

Anda mungkin juga menyukai