Gina Darmawan
Bobot Nilai : 13
Jumat (16/10/2020), ada berita tentang pendidikan, dalam konteks RUU Cipta Kerja yang
disetujui DPR dan pemerintah untuk disahkan menjadi UU.
Kita punya pandangan yang sama bahwa prinsip dasar pendidikan adalah upaya untuk
menghasilkan insan unggul Indonesia, yang selain berkeahlian baik, juga berkarakter luhur.
Namun, dalam perjalanan penyelenggaraan pendidikan, kita juga mengamati bahwa untuk
mencapai tujuan itu dibutuhkan biaya yang makin lama makin besar. Dalam peribahasa Jawa
disebutkan, jer basuki mawa bea. Keunggulan itu ada ongkosnya.
Juru Bicara Tim Kajian Akademis RUU Cipta Kerja Federasi Guru Independen Indonesia
Halimson Redis mengamati, saat ini masih ada sekolah swasta di pinggiran dengan fasilitas
minim dan kesejahteraan guru terabaikan. Terhadap pengamatan itu tersirat kesan: pertama,
oleh sebab keterbatasan dan harus menjunjung idealisme, sekolah sulit berkembang karena
dikelola dengan manajemen non komersial. Namun, dipandang dari sisi lain; kedua, bisa juga
ditarik kesimpulan, menurut ilmu manajemen, sekolah yang fasilitas dan kesejahteraan minim
ini belum terkelola dengan baik atau dengan manajemen “profesional”.
Kita belajar dari sekolah dan perguruan tinggi di luar negeri yang punya reputasi bagus,
uang kuliah per tahun bisa mencapai lebih dari 50.000 dollar AS atau sekitar Rp 750 juta.
Sekadar melihat biayanya, kita bisa serta-merta menyebut, itu sih sudah terlalu komersial.
Namun, kita paham, reputasi atau mutu dibangun dengan menggaji guru, dosen, dan guru
besar dengan baik. Segala sesuatu mesti sepadan dengan hasil yang ingin dicapai. ”Anda
memanen apa yang Anda semaikan”.
Menyongsong Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan merebaknya aplikasi teknologi
baru, seperti kecerdasan buatan dan juga internet untuk segala hal, dibutuhkan laboratorium
baru dengan investasi tidak kecil. Sekolah dan perguruan tinggi negeri bisa mengandalkan
dana dari pemerintah, tetapi sekolah dan perguruan tinggi swasta harus memutar otak untuk
mencukupi kebutuhan yang ada.
Kita punya pandangan yang sama bahwa prinsip dasarnya pendidikan tidak
dikomersialisasi. Namun, kita perlu realistis menyikapi kebutuhan, justru untuk membuat
pendidikan di Indonesia tetap unggul, berdaya saing, dan mencapai tujuan secara mandiri.
Tentukanlah kalimat fakta dan opini dari teks editorial tersebut ! (Berilah min. 2 contoh dari
setiap kategori)
Kunci Jawaban :
Kalimat Fakta :
- Di Indonesia, pendidikan diselenggarakan bersama antara sekolah negeri yang didanai
pemerintah dan sekolah yang diselenggarakan badan swasta
- Juru Bicara Tim Kajian Akademis RUU Cipta Kerja Federasi Guru Independen Indonesia
Halimson Redis mengamati, saat ini masih ada sekolah swasta di pinggiran dengan fasilitas
minim dan kesejahteraan guru terabaikan.
Kalimat Opini :
- Ada pandangan bernuansa keberatan atas dikaitkannya pendidikan dengan usaha komersial.
- Menurut Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Hafid Abbas, negara ini lahir karena
memperlakukan pendidikan bukan sebagai alat komersialisasi
Bobot Nilai : 11
4. Buatlah sebuah teks editorial secara singkat dengan tema “Pelestarian Budaya
Lokal” !
Kunci Jawaban :
“Pelestarian Budaya Lokal”
Budaya lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah
yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu.Seiring
berjalannya waktu budaya local mulai hilang .Apakah kita bisa melestarikan budaya local di
abad yang semakin canggih.
Budaya lokal akan dapat bertahan di era sekarang jika kita terus
melaksanakannya,khususnya kita sebagai generasi muda,kitalah yang seharusnya
melestarikan budaya local di daerah kita masing-masing. Walaupun di tengah-tengah
kecanggihan teknologi sekarang kita sebagai generasi muda jangan melupakan budaya local
yang sudah ada dari dulu,yang sudah menajdi ciri khas daerah kita.
Ada juga yang menjaga kelestarian budaya local dengan membentuk suatu sanggar
atau komunitas budaya, dan kebanyakan anggotanya adalah generasi muda. Sudah
sepantasnya kita sebagai generasi muda yang melestarikan budaya local. Oleh karena itu,
marilah kita melestarikan budaya lokal kita,agar budaya ini bisa berjalan terus menerus
sampai ke generasi kita selanjutnya.
Bobot Nilai : 13