Anda di halaman 1dari 25

TUGAS HARIAN-3

KEPALA DAN LEHER

Nama NIM
Helmi Makarim 2250151006
Eddy Arifno Aji 2250151008
Yolanda Tiarma Buditriani 2250151011
Fika Fadila Hardian 2250151013
Agnes Fitria Natasha 2250151014
Sultan Sehafudin 2250151015
Athalla Daffazain 2250151016
Elvira Tri Oktaviani 2250151019
Jihan Fauziah 2250151022
Laras Tirta Wening 2250151023
M. Aqil 2250151024
Inas Sukma Yuanita 2250151026
Putri Aulia 2250151028
Lucyana Anisha 2250151030
Rifqi Wakana Firdaus 2250151032
Rika Rachmawati 2250151033

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
DESEMBER 2022
1. Apa saja proyeksi radiografi pada radiografi kepala dan kegunaannya?
1) Proyeksi Anterior-Posterior (AP) diambil pada posisi kepala menghadap kaset dan
bidang midsagittal kepala tegak lurus pada film. Idealnya pada film tampak pyramid
tulang petrosum diproyeksi pada 1/3 bawah orbita atau dasar orbita  Untuk evaluasi
sinus paranasal
 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm memanjang
 Focus Film Distance (FFD) : 90 cm
 CR : Vertikal tegak lurus film
 Central Proint (CP) : Tepat pada Glabella atau nasion
Posisi Pasien :
1. Pasien tidur pada posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan Mid Sagittal Plane
(MSP) tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan
2. Kepala diposisikan AP dengan menempatkan MSP kepala tegak lurus pada bidang
film - Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus bidang film
3. Lakukan fiksasi pada bagian kepala dengan menggunakan spon dan juga sandbag
untuk mencegah perputaran atau pergerakan pada objek kepala pasien
4. Atur luas kolimasi atau batas lapangan penyinaran sesuai dengan besar objek (tidak
terlalu luas dan tidak terlalu sempit) sebagai tindakan untuk proteksi radiasi terhadap
pasien
5. Jangan lupa untuk menggunakan Grid untuk menyerap radiasi hambur supaya
gambaran yang dihasilkan baik
6. Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron
7. Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah
disesuaikan untuk pemotretan kepala AP

1
Kriteria Gambar :
a. Seluruh kepala tampak pada proyeksi Antero Posterior (AP), dengan batas atas
verteks dan batas bawah simphysis menti (kedua batas itu diharapkan tidak
terpotong)
b. Kepala dalam posisi simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan
kanan - Tampak sinus frontalis, maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
c. Os frontalis tampak jelas - Marker R atau L tampak sebagai penanda objek kiri atau
kanan

2
a. PROYEKSI  LATERAL
Melihat detail-detail tulang kepala (calvaria cranii), dasar kepala (basis cranii), dan
struktur tulang muka (viscerocranium). Pada gambar lateral akan nampak tulang kepala
sisi kanan dan sisi kiri berimpit (superimposed), demikian pula gigi.
 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm memanjang
 FFD : 90 cm
 CR : Vertikal tegak lurus film
 CP : 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE)
Posisi Pasien :
1. Pasien tidur pada posisi semi prone diatas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh
tepat pada Mid Line meja pemeriksaan
2. Kepala harus diposisikan true lateral dengan menempatkan MSP kepala sejajar pada
bidang film
3. Infra Orbito Meatal Line ( IOML ) sejajar dengan bidang film
4. Inter Pupillary Line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
5. Marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
6. Lakukan fiksasi pada bagian kepala dengan menggunakan sand bad dan spon untuk
mencegah pergerakan pada objek kepala pasien
7. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran objek, tidak
terlalu luas dan tidak terlalu kecil sebagai bentuk proteksi terhadap pasien
8. Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron
9. Jangan lupa  menggunakan Grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran
yang dihasilkan baik
10. Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah
disesuaikan untuk pemotretan kepala Lateral

3
Kriteria Gambar :
a. Tampak keseluruhan kepala atau cranium dalam posisi lateral dengan batas atas
vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
b. Tampak sella tursica tidak berotasi dan tampak overlapping
c. Tampak ramus mandibula yang superposisi
d. Tampak mastoid yang superposisi
e. Tampak MAE yang superposisi
f. Tergambarnya marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan

b. Proyeksi PA/Occipito-frontal  Untuk melihat detail tulang frontal, struktur cranium di


sebelah depan, dan pyramid os petrossus

4
 Os petrosus diproyeksikan lewat orbita dan hampir mengisi keseluruhan cavum
orbita, rongga posterior dan anterior dari sinus ethmoidal terlihat jelas, dan dorsum
sellae terlihat sebagai suatu curva di antara kedua orbita diatas os ethmoid.
 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm memanjang
 FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus film
 CP : Tepat pada Glabella atau nasion
Posisi Pasien :
1. Pasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh tepat
pada Mid Line meja pemeriksaan
2. Kepala diposisikan PA dengan menempatkan dahi dan hidung menempel pada meja
pemeriksaan
3. MSP kepala tegak lurus pada bidang film
4. Orbito meatal line (OML) tegak lurus pada bidang film - Lakukan fiksasi dengan
cara dagu diganjal dengan spon untuk mencegah pergerakan dan pastikan tidak ada
perputaran pada objek kelapa pasien
5. Marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
6. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran objek, tidak
terlalu luas dan tidak terlalu kecil sebagai bentuk proteksi terhadap pasien - Lindungi
gonad pasien dengan menggunakan apron
7. Jangan lupa  menggunakan Grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran
yang dihasilkan baik - Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang sudah disesuaikan untuk pemotretan kepala PA.

Kriteria Gambar :
a. Tampak keseluruhan kepala atau cranium dengan posisi PA dengan batas atas vertex,
batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong -
Tampak sinus frontalis, maksilaris dan ethmoidalis
b. Tervisualisasi marker R atau L

5
c. PROYEKSI TOWNE (Oksiput Semiaksial)
Melihat detail tulang occipital dan foramen magnum. Dorsum sellae, petrosesus,
kanalis auditorius internus, eminensia arkuata, antrum mastoideum, prosesus mastoideus,
dan mastoid celllulae juga tampak pada posisi ini. Posisi ini juga akan menunjukkan
perbandingan piramida os petrosus dan mastoid.
Posisi Pasien :
1. Posisi pasien supine, garis orbitomeatal line tegak lurus (perpendicular) terhadap
film.
2. Pusatkan sinar pada puncak kepala 7-8 cm dari pangkal hidung
3. Sinar sentral membentuk sudut 30o terhadap orbiomeatal line pada meatus acusticus
externa.
Gambaran normal  Tulang occipital jelas, dorsum sellae dan processus clinoideus
posterior diproyeksi lewat foramen magnum.

6
d. CALDWELL’S PROJECTION
Melihat detail cavum orbita, misal pada kasus retinoblastoma, atau destruksi
tulang orbita. Pada proyeksi ini terlihat gambaran alae major dan alae minor os
sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrous ridge yang merupakan tegmen
timpani juga diproyeksikan di dekat margo inferior cavum orbita.
Posisi pasien :
1. Posisi supine , orbitomeatalline perpendikular terhadap film. Posisinya mirip dengan
pengambilan secara occipitofrontal (posteroanterior), hanya sinar datang lebih ke arah
kepala.
2. Sinar sentral diarahkan pada glabella, membentuk sudut 15 o terhadap garis
orbitomeatal.

7
 Terlihat sinus frontalis dan ethmoidalis, serta gambaran alae mayor dan alae minor os
sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrous ridge (tegmen timpani)
diproyeksikan di dekat margo inferior cavum orbita.

2. Sebutkan struktur anatomi yang diamati pada radiografi kepala pada masing-
masing proyeksinya!
Struktur Anatomi Kepala:

8
a. Tulang Tengkorak (Calvaria bone): Os frontale, Os parietale, Os occipitale, Os
temporale, Os Ethmoidale, Os Sphenoidale, sutura lambdoidea, sutura coronaria,
sutura sagittalis
b. Tulang Rangka Muka (Maxillofacial bones): Os Maxilla, Os Nasale, Os
zygomaticum, Os Mandibula, Cavum orbita

Per-proyeksi:

9
1) Posteroanterior (PA) Tampak tulang frontal, crita galli, internal auditory canal,
frontal dan anterior sinus etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum
sella

2) Anteroposterior (AP) Kriteria radiograf proyeksi AP sama dengan proyeksi PA.


Tampak tulang frontal , crita galli, internal auditory canal, frontal dan anterior sinus
etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum.

10
3) Proyeksi Lateral Bagian yang terlihat, diantaranya: coronal suture, orbital roof,
sella turcica, sinus sphenoidal, petrous portion of temporal bone, TMJ, dan external
acoustic meatus.

3. Apa saja tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial pada radiografi kepala?


PADA ANAK
1) Sutura melebar  Pada umur 7 tahun sutura mulai mendekati dimana hal ini
mungkin terlihat setelah umur 14 atau 15 tahun. Keadaan ini tidak terlihat setelah
umur 25 atau 30 tahun. Sutura yang melebar ini terutama jelas terlihat pada sutura
koronaria dan sutura sagitalis serta jarang terlihat pada sutura lambdoidea
2) Ukuran kepala yang membesar
Dijumpai pada:
 Ventrikel yang membesar Pada hidrosefalus ditemukan ventrikel yang
membesar, misalnya disebabkan oleh suatu stenosis aquaduktus Sylvii, Arnold
Chiari Malfornation atau Dendy Walker Cyst
 Ventrikel yang normal Dijumpai pada edem serebri, space ocuping lesion dan
megalencephaly

11
3) Craniolacunia  gambaran menyerupai alur yang berbentuk oval atau seperti jari
pada tabula interns dengan diantaranya terdapat bony ridge.
4) Erosi dorsum sellae  merupakan tanda lanjut dari tekanan tinggi intrakranial.

PADA DEWASA
1) Erosi dorsum sellae
 Pada orang dewasa biasanya terjadi erosi dorsum sellae dan merupakan
gambaran yang khas.
 Pada tekanan tinggi intrakranial yang lama seluruh dorsum sellae mungkin tidak
jelas terlihat.
 Erosi prossesus posterio dan dorsum sellae disebabkan oleh tekanan dari dilatasi
ventrikel III dan pada umumnya ditemukan pada penderita dengan tumor pada
fossa posterior dan hidrosefalus. E
 rosi sellae oleh karena tekanan tinggi intrakranial harus dibedakan dari lesi
destruksi lokal.
2) Pergeseran kelenjar pineal
 Pada proyeksi Towne dengan kualitas filma yang baik, kelenjar pineal terlihat
terletak di garis tengah  terjadi pergeseran dari kalsifikasi kelenjar pineal lebih
dari 3 mm pada satu sisi garis tengah, adanya massa intrakranial.
 Pada umumnya sebagai penyebabnya adalah tumor intrakranial, tetapi lesi
seperti subdural hematom dan massa non neoplastik dapat menyebabkan hal
yang sama (Sutton D dan Chapman S)
3) Kalsifikasi Patologik
 Pada space occupying lession dapat terlihat adanya kalsifikasi yang patologik.
 Keadaan ini terlihat dengan gambaran radiologik kira-kira pada 5%-10%.terjadi
pada anak usia 7 tahun dan terlihat pada usia 14 tahun

Berdasarkan trauma center data bank (TCDB, 1993)


1. Adanya midline shifting (±75 mm)
2. Keadaan asimetris sistema ventrikel

12
3. Sisterna perimesensefalik terkompresi (pada gambaran CT Scan yang tahanannya
meningkat bisa terdapat pada tentorium, yaitu dengan obliterasi sisterna
perimesensefali)

Perubahan umum pada peninggian tekanan intrakranial.


a. Terjadi pelebaran dari ukuran sela tursika (ballooning).
b. Pelebaran dari sutura.
c. Ekspansi dari rongga tengkorak.
d. Penipisan tulang batok kepala.
e. Pelebaran dari foramina.
Perubahan Setempat
1) Didapatkan tanda-tanda terdorongnya struktur normal oleh proses desak ruang.
a. Korpus pineale mungkin terdorong sebagai akibat langsung dari tumor, atau
sekunder karena herniasi jaringan otak melalui tentorium serebri.
b. Pendorongan pada pleksus koroideus, falks atau tentorium yang semuanya
berkalsifikasi.
2) Erosi setempat pada tulang akibat penekanan.
3) Penipisan setempat atau penonjolan setempat tulang akibat penekanan massa yang
berlangsung lama.
4) Adanya tumor atau malformasi arteriovenosa akan menimbulkan kelainan pada
tulang tengkorak.
5) Hiperostosis

13
6) Adanya struktur tulang tengkorak yang abnormal dapat mengakibatkan kelainan
neurologik yang sekunder.
7) Akibat peradangan pada organ-organ yang berdekatan seperti mastoid atau sinus
frontalis.
8) Adanya fraktur atau akibat penyembuhan dari fraktur.
9) Pembentukan tulang yang abnormal (anomali) dengan kelainan neurologik.
10) Adanya kalsifikasi patologik intracranial

14
4. Bagaimanakah gambaran radiografi rhinitis dan sinusitis?
A. Rhinitis Pemeriksaan radiologi sinus (Caldwell, Waters, dan Lateral views)
dapat dilakukan untuk membantu mengevaluasi kondisi sinus paranasal dan
mengidentifikasi jika terjadi sinusitis.
 Pemeriksaan radiologi posisi lateral leher dapat membantu mengevaluasi
kelainan jaringan lunak nasofaring seperti hipertrofi adenoid.

Gambar Foto waters normal

 Gambaran Rhinitis: Terdapat penyempitan cavum nasii

B. Sinusitis  Gambaran khas foto polos terbanyak adalah perselubungan,


penebalan mukosa dan ditemukan gambaran air fluid level.
Pada foto polos 3 posisi (AP, Lateral, dan Water’s) sinus paranasal tampak:
a. Perselubungan semi opak homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih
sinus paranasal akibat penebalan mukosa dan submucosa
b. Penebalan mukosa (tebal >5mm)
c. Terkadang terdapat air-fluid level
d. Penebalan dinding sinus dengan gambaran sklerotik (pada kasus kronik)
e. Unilateral dengan air-fluid level terbatas di satu sinus pada sinusitis bacterial
f. Bilateral simetris dan mengenai banyak sinus bisanya pada sinusitis alergika

15
 Sinusitis akut : opasitas di dalam sinus paranasal, perselubungan homogen atau
tidak homogen pada satu/lebih sinus paranasal, penebalan mukosa, air-fluid level.
 Sinusitis kronis : penebalan mukosa dan dinding mukosa sinus paranasal.

Foto waters sinustis di sinus maksilaris sinistra

16
5. Bagaimanakah gambaran radiografi mastoiditis?
A. Mastoiditis Akut
 Gambaran radiologi bergantung pada lamanya proses inflamasi dan proses
pneumatisasi tulang temporal.
 Gambaran radiologi mastoiditis akut berupa perselubungan ruang telinga tengah
dan sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus berlanjut akan terjadi
perselubungan difus pada kedua daerah tersebut.
 Pada awal infeksi, biasanya struktur trabekulae dan sel udara mastoid masih utuh,
tetapi kadang-kadang dengan adanya edema mukosa dan penumpukan cairan
seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan trabekulasi sel udara mastoid.
 Bersamaan dengan progesivitas infeksi, akan terjadi demineralisasi diikuti dengan
destruksi trabekulae

B. Mastoiditis Kronis
 Gambaran radiologi berupa perselubungan tak homogen di daerah antrum mastoid
dan sel udara mastoid.
 Proses inflamasi pada mastoid menyebabkan penebalan struktur trabekulasi diikuti
demineralisasi trabeculae inflamasi terus berlangsung, akan terlihat obliterasi sel
udara mastoid dan biasanya mastoid tampak sklerotik.
 Kadang lumen antrum mastoideum dan sisa sel udara mastoid terisi jaringan
granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula berbagai perselubungan

17
6. Bagaimanakah gambaran CT Scan pada stroke non-hemoragik?
A. Stroke Infark:
 Infark hiperakut (< 12 jam)
 CT Scan tanpa kontras normal pada 60%, tetapi gambaran abnormal sekitar 75%
pada pasien dengan infark dari arteri cerebri media
 Terdapat tanda hiperdens arteri serebri media yg menunjukkan trombosis
intraluminal akut (MCA dense sign)
 Infark akut (12-24 jam)
 Ganglia basalis yang berdensitas rendah
 Hilangnya batas substansia grisea dengan substansia alba akibat edema
 Perhatikan insular ribbon sign
 Hilangnya pola sulkus yang normal karena adanya edema
(1-7 hari)
 Ada area hipodens pada distribusi vaskular (pada 70% pasien) akibat edema
sitotoksik
 Adanya edema sitotoksik menyebabkan terjadinya kompresi lokal
 Infark subakut/kronik (> 7 hari - bulan)
 Efek massa berkurang dan terjadi dilatasi ex vacuo dari ventrikel

18
 Hilangnya efek massa (edema) dengan pelebaran sulkus atau ventrikel akibat
ensefalomalasia

7. Bagaimanakan gambaran CT scan pada perdarahan epidural,hematoma


intraserebral dan perdarahan subaraknoid?
a. Perdarahan Epidural  Perdarahan yg terjadi antara tabula interna dan duramater
Gambaran radiologi:
 Lesi hiperdens diantara tulang tengkorak dan durameter, umumnya di daerah
temporal berbentuk bikonveks atau lenticular shape
 Perdarahan tidak melewati garis sutura
 Garis fraktur tang berhubungan mungkin dapat terlihat

19
b. Perdarahan Subarachnoid
Gambaran radiologi:
 Gambaran filling the sulci (hilangnya gambaran sulcus) dan stellata sign

Stellata sign

20
c. Perdarahan intracerebral
Gambaran radiologis:
 Gambaran hiperdens disertai edema perifocal pada parenkim otak

d. Subdural hematoma
Gambaran radiologi
Fase Akut
 Gambaran lesi hiperdens diantara durameter dan arachnoid berbentuk bulan sabit
atau semilunar

21
Fase Subakut
 2-4 minggu pasca cedera
 Akumulasi cairan bersifat isodens dengan jaringan otak.

22
Fase Kronik
 > 4 minggu pasca cedera
 Akumulasi cairan berdensitas rendah (hipodens)

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad S. Buku Ajar Radiologi Diagnostik. Editor: Ekayuda I. 2nd ed. BP FKUI Edisi II.
2018.
2. Malueka R G. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Pustaka Cendekia Press Yogyakarta; 2007
3. Patel, Pradip R. Lecture notes:Radiologi, penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
4. Warren DJ, Musson R, Connoly DJA, Griffi ths PD, Hoggard N. Imaging in Acute Ischaemic
Stroke: Essential For Modern Stroke Care. Postgrad Med J. 2010

24

Anda mungkin juga menyukai