Anda di halaman 1dari 13

CONTOH IMPLEMENTASI PRA PADA SUATU PROGRAM

A. PROSES UMUM PRA MENURUT SAMSUDIN (2015)


a. Persiapan PRA
1. Pelatihan
2. Penyusunan Tim PRA
3. Pendefinisian tujuan PRA
4. Pembuatan Desain Kegiatan PRA
5. Kunjungan Awal
b. Pelaksanaan PRA
1. Penjelasan maksud, tujuan dan proses PRA
2. Diskusi penggalian informasi
3. Pendokumentasian hasil diskusi
4. Presentasi hasil diskusi
5. Perumusan rencana aksi
c. Tindak Lanjut PRA
1. Perincian rencana aksi
2. Pelaksanaan
B. BAGAN TEKNIK PRA

Gambar 1. Bagan Teknik PRA


Sumber: Samsudin, 2015
C. IMPLEMENTASI PRA PADA SUATU PROGRAM
1. Penelusuran Kondisi Wilayah Desa dari Masa ke Masa
 Sejarah desa
Contoh 1: Alur sejarah desa Muktisari
Isu–isu utama dari alur
sejarah :
1. PPL mulai masuk desa
pada tahun 1973. Padi
yang produksi tinggi
dikenalkan ke dasa pada
tahun 1973.
2. Hama kutu locat
menyerang pada tahun
1976.
3. Kelompok tani berdiri pada
tahun 1980.
4. Pada tahun 1999 harga
sarana produksi pertanian
meningkat namun harga
produk pertanian turun

Gambar 2. Contoh Alur Sejarah Desa


Sumber: Samsudin, 2015

Contoh 2: Sejarah desa di Kecamatan Insana Kabupataen Timor Tengah Utara, Nusa
Tenggara Timur (Merta, 2016)
1. Daerah ini dikenal sebagai penyumbang kerusakan lingkungan terbesar akibat praktek
tebas-bakar (slash and burning).Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
narasumber, didapatkan hasil bahwa tidak satupun anggota komunitas mengetahui
secara pasti kapan mereka mulai melakukan tebas-bakar (slash and burning) dalam
pengolahan/pembersihan kebun.
2. Sekitar tahun 1950-an penduduk sudah akrab dengan cara ini.
3. Akibat dari tindakan ini mulai di rasakan sekitar tahun 1960-an karena adanya
kerusakan hutan akibat ikut terbakar, debit air menurun, sawah yang ada berubah
menjadi tanah kering, sungai/kali yang ada menjadi tak berair dsb. Populasi jenis flora
dan fauna mulai berkurang drastis. Tanah yang diusahakan mulai dirasakan kurang
subur dan penduduk mulai memperaktekkan sistem ladang berpindah dengan tetap
memperaktekkan sistem tebas bakar (slash and burning).
4. Sekitar tahun 1985-1993 sungai di sekitar desa sudah tak mengalirkan air pada musim
kemarau, paceklik terjadi dan banyak anak-anak perempuan berhenti sekolah.
Walaupun sekarang praktek tebas-bakar relatif sudah berkurang, namun kerusakan
sudah sedemikian rupa, dan disadari bahwa untuk jangka panjang harus ada jalan
keluar.
 Cara Pembuatan Alur Sejarah Desa (Coremap, 2006)
1. Buat suatu pertemuan dengan komposisi peserta terdiri dari orang tua, laki-laki,
perempuan, pemuda maksimum 20 orang.
2. Kelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil (5-6 orang). Tiap kelompok
membuat lintasan sejarah sendiri.
3. Arahkan peserta untuk mengingat kejadian-kejadian yang mempengaruhi kondisi
desa. Jika peserta kesulitan mengingat tahun, arahkan untuk mengingat kejadian apa
yang mungkin timbul pada saat itu secara nasional (mis. Agresi Belanda, peristiwa
G30S, dll)
 Analisis kecendrungan dan perubahan (trends analysis)
Gambar 3. Contoh Analisis Kecenderungan dan Perubahan Mata Pencaharian di Desa
Cilembu
Sumber: Samsudin, 2015

Analisis kecendrungan dan perubahan (trends analysis) mengkaji jenis-jenis perubahan


keadaan masyarakat yang paling menonjol dan paling berpengaruh terhadap keadaan masa
kini, manusianya, SDA, Sosial budaya, politik,ekonomi, kawasan serta perubahan ke depan
(Samsudin, 2015).
Tujuan dari analisis kecenderungan dan perubahan menurut Samsudin (2015) adalah
untuk:
a. Memfasilitasi masyarakat mengenali berbagai perubahan terpenting yang terjadi di
berbagai bidang kehidupannya, serta mengkaji hubungan antar berbagai perubahan
tersebut.
b. Memfasilitasi masyarakat untuk 'membaca' atau memperkirakan arah kecenderungan
dalam jangka panjang dengan cara menggambar bagan
Cara pembuatan analisis kecendrungan dan perubahan (Coremap, 2006)
a. Buat suatu pertemuan dengan tiga kelompok (3 orang/kelompok)
b. Tunjukkan contoh grafik kecendrungan untuk menjelaskan konsep kecendrungan
c. Minta peserta untuk menggambarkan kecendrungan yang penting dalam masyarakat.
d. Setelah selesai, minta tiap kelompok mempresentasikan hasilnya.
e. Cari penyebab kecendrungan yang terjadi, dan cari solusinya
2. Pencatatan Kalender Musiman
Isu-Isu Utama :

Gambar 4. Contoh Kalender Musim di Desa


Muktisari, Kab. Ciamis
Sumber: Samsudin, 2015
1. Musim kemarau dimulai dari bulan
Juni – September. Kekurangan air
pada bulan Juli, Agustus and
September.
2. Ketersediaan pangan berkurang pada
bulan Desember, Januari dan
Februari.
3. Kekurangan tenaga kerja pada bulan
Januari, Februari, September dan
Oktober
Analisis kalender musiman (seasonal caledar), menunjukkan tidak adanya perubahan
mendasar pola kegiatan musiman penduduk seperti kegiatan pertanian, namun juga kegiatan
persiapan lahan seperti pembersihan kebun dan pengolahan tanah (Merta, 2016).

Cara pembuatan kalender musiman (Coremap, 2006):


 Persiapkan masyarakat/peserta dan buat kalender kosong pada kertas plano
 Mintalah peserta untuk mengidentifikasikan periode-periode kondisi lingkungan,
kegiatan-kegiatan, sosial ekonomi dalam satu tahun yang berpengaruh kepada kondisi
masyarakat.
 Aktivitas atau kejadian yang dapat dicatat antara lain:
a. Kondisi lingkungan (cuaca, arus)
b. Penangkapan (hasil, jenis ikan tertangkap, kegiatan, alat tangkap)
c. Aktivitas illegal (bom, trawl, tambang pasir , polusi)
d. Aspek ekonomi (pendapatan, harga pasar)
e. Aspek sosial (kesehatan, pendidikan)
f. Mata pencaharian lain (pertanian, wisata, kerajinan)
g. Kegiatan Sosio kultural (semah laut, hari raya, liburan)
 Pergunakan simbol-simbol yang sesuai dan variatif
3. Gambaran Pemetaan Wilayah Desa
Gambar 5. Contoh Pemetaan Wilayah di Desa Jagabaya, Kab. Ciamis
Sumber: Samsudin, 2015

Gambar 6. Contoh Peta Masalah dan Peta Potensi Desa


Sumber: Samsudin, 2015
Jenis informasi yang termuat dalam pemetaan wilayah desa dapat meliputi: sarana &
prasarana, SDA, akses desa, potensi usaha dan pemukiman. Tujuan dari adanya peta desa
menurut Samsudin (2015) adalah untuk:
a. Memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan desa dan lingkungannya
sendiri. Misalkan pada daerah dataran tinggi, masyarakat selalu mengusahakan hidup
dekat sumber air,dan terintegrasinya kawasan budidaya dan pemukiman.
b. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan-perubahan keadaan yang terjadi
dari sumberdaya mereka, yaitu mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat dari perubahan
tersebut.
Cara pembuatan peta desa (Coremap, 2006):
1. Tentukan indikator yang akan dipetakan (sumberdaya, habitat, alat tangkap, konflik,
penggunaan, sarana prasarana, dll)
2. Buat sket peta sesuai dengan indikator yang diinginkan
3. Sediakan peta dasar yang baik (dari Coremap/Critc, Bakosurtanal, Pertanahan, dll)
4. Duplikasikan peta dasar yang ada dan buat dengan skala yang sesuai.
5. Pastikan bahwa masyarakat mengerti atau tahu orientasi peta (arah)
6. Persilahkan masyarakat untuk menandai indikator yang diinginkan menggunakan
perbedaan warna, simbol dan gambar.
7. Buatlah legenda masing-masing simbol.
8. Presentasikan peta yang sudah dibuat kepada seluruh peserta pemetaan.
9. Buat salinan peta untuk pertinggal bagi masyarakat.
10. Adakan cek kebenaran peta dengan kondisi nyata bersama-sama masyarakat. Buat
perubahan atau penyesuaian bila tidak sesuai dengan kondisi lapangan.

4. Penelusuran Lokasi (Transect)


Gambar 7. Contoh Transek Desa
Sumber: Samsudin, 2015
Temuan dari Transek Ciamis :
1. Lahan pekarangan dan lahan sawah kurang intensif pengolahannya;
2. Tanaman yang tumbuh di lahan pekarangan adalah tanaman pangan, buah-buahan dan
tanaman kayu-kayuan.
3. Di beberapa wilayah saluran irigasi tidak terpelihara dengan baik.
Cara pembuatan peta desa (Coremap, 2006):
1. Sediakan tali sepanjang 50 atau 100 meter. Tali ini berguna untuk mengetahui jarak
transek agar bisa dipetakan dengan skala.
2. Tentukan garis transek (mulai dari laut tegak lurus menuju darat). Gunakan kompas
untuk mempermudah menentukan arah.
3. Bentang tali transek dan ikuti tali tersebut. Catat apa yang dilihat sepanjang 50 meter
di sebelah kanan dan kiri transek.
4. Catat jarak dan ketinggian tempat atau kedalaman jika ada perubahan berarti.
5. Jika transek sudah selesai, berjalan balik melalui lokasi yang dilewati untuk
mengadakan cek silang terhadap data yang telah dikumpulkan.
6. Untuk menambah nilai, kamera video atau kamera foto dapat digunakan
Denah Kebun
Isu-Isu Utama Yang Ditemukan Dari Sketsa
Kebun :
1. Po
la

Gambar 8. Contoh Denah Kebun di desa


Ciamis
Sumber: Samsudin, 2015

tanam yang tidak teratur .


2. Tikus, ulat, belalang adalah hama yang sering
menyerang tanaman padi

5. Pembuatan Diagram Venn


A B
Gambar 9. Contoh Diagram Venn Desa Jagabaya (A) dan desa Muktisari (B)
Sumber: Samsudin, 2015

Diagram Venn menunjukkan hubungan kelembagaan antar kelompok dalam masyarakat.

Isu-Isu Utama Dari Diagram Venn Desa Jagabaya:

1. Kecamatan panawangan adalah lembaga pemerintah yang kurang dekat dengan


masyarakat
2. Pemdes, karang taruna, SD, puskesmas, posyandu, masjid, MU desa, PKK, LPMD, dan
BPD merupakan lembaga yang aktif dalam masyarakat.

Isu-Isu Utama Dari Diagram Venn Desa Muktisari:

1. DKM (Dewan Keluarga Masjid) PPL, Aparat Pemerintah, Tengkulak adalah


lembaga/pihak yang dekat dg masyarakat
2. Karang taruna kurang dekat dengan masyarakat
Cara pembuatan diagram venn (Coremap, 2006):
a. Persiapan alat bantu berupa lingkaran karton dengan berbagai ukuran.
b. Kumpulkan masyarakat/tokoh masyarakat
c. Jelaskan tujuan dan kegunaan diagram venn
d. Persilahkan masayarakat menulis kelompok atau lembaga yang ada dikarton lingkaran
berdasarkan pengaruhnya. Lingkaran besar menunjukkan pengaruh besar dan
sebaliknya.
e. Persilahkan masayarakat untuk meletakkan lingkaran tersebut di atas kertas
f. Hasil dari peletakan tersebut kemudian dibahas bersama-sama.
6. Kajian Mata Pencaharian Warga Desa

Gambar 10. Contoh Kajian Mata Pencaharian Warga Desa Jagabaya


Sumber: Samsudin, 2015

Jenis informasi dalam kajian mata pencaharian meliputi: jenis kegiatan atau keterampilan
masyarakat yang dapat/telah menjadi sumber mata pencaharian baik pertanian maupun bukan
pertanian ataupun bidang jasa. Tujuan dari disusunnya kajian mata pencaharian warga desa
adalah ntuk:

a. Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai berbagai aspek dari mata pencaharian


masyarakat, baik yang dilakukan di dalam desa maupun ke luar desa.
b. Tujuan khusus yang kadangkala perlu diperhatikan adalah perubahan jenis pekerjaan
yang berkembang di masyarakat dengan terjadinya pembangunan.
7. Pembuatan Bagan Peringkat (Matriks Ranking)
Bagan urut (matrix ranking). Tahapan analisis ini memberikan indikasi tentang urutan
masalah terpenting dan agenda pemecahan yang akan dilakukan. Pada kasus tebas-bakar di
wilayah dataran tinggi Nusa Tenggara Timur, setelah menyadari bahaya yang ditimbulkan
dan akibat yang sudah mulai terasa maka penghentian tebang bakar menjadi proiritas diantara
beberapa agenda yang dibuat. Prioritas yang dibuat tidak terlepas dari pohon masalah yang
disusun sebagai berikut.

Gambar 11. Contoh Pohon Masalah Tebas-Bakar di Nusa Tenggara Timur


Sumber: Merta, 2016

Cara pembuatan bagan peringkat (Coremap, 2006):


1. Pastikan kepada masyarakat masalah apa yang akan dianalisis
2. Berikan contoh untuk membedakan masalah, sebab dan akibat
3. Gambarkan sebuah pohon besar di papan tulis. Jangan menggambarcabang atau akarnya.
Masalah ditulis di batang pohon tersebut.
4. Biarkan peserta berpikir tentang sebab dari masalah dengan pertanyaanmengapa ?
Gambar suatu akar untuk tiap sebab. Ulangi pertanyaanmengapa untuk melihat sebab
sekunder. Tulis di bawah akar sebelumnya.
5. Kemudian tanya peserta tentang akibat yang ditimbulkan dengan pertanyaan Apa yang
terjadi jika, dan seterusnya
8. Penyusunan Rencana Kegiatan Spesifik Lokasi
Berdasarkan pohon masalah pada gambar 11, maka dibuat prioritas program yang
disusun seperti di bawah ini (Merta, 2016).
a. Pengenalan alat pengolahan lahan seperti cangkul, sabit, serta alat lain dan melakukan
latihan praktek terbimbing.
b. Menghentikan pembersihan kebun dengan cara tebas-bakar, dan melakukannya
dengan cara mengolah, memotong tanpa disertai dengan membakar.
c. Pelanggaran diberi sanksi denda berupa “ sapi satu adik” (maksudnya sapi betina yang
baru beranak sekali), diserahkan ke kantor desa.
d. Menanam tanaman yang dapat berfungsi mencegah erosi.
e. Melarang pemotongan pohon berdiameter 15 cm ke atas tanpa seizin kelompok.
f. Membuat pembenihan tanaman keras, seperti kemiri dan buahbuahan.
g. Meminta pembinaan kelompok lebih diaktifkan .
h. Mengontrol pelaksanaan pagar dan pengandangan ternak
i. Membuat teras dan merencanakan pengelolaan air hujan dan drainase kebun.
j. Wawancara terstruktur yang bermaksud mencocokan kesanggupan keluarga petani
dalam memenuhi kesepakatan hasil PRA. Dalam wawancara yang dilakukan petani
pada dasarnya menerima kesepakatan sesuaidengan PRA. Hanya dipertanyakan
bagaimana simpulan ini menjadi konsekuensi formal dalam melangkah ke depan.
Artinya konsensus harus ditaati walau pun turun bukan dari keputusan kelembagaan,
misalnya keputusan pihak pemerintah desa maupun yang diatasnya. Ada hal-hal yang
bersifat koreksi yang didapat dari wawancara ini, seperti desakan agar sudah dapat
dibuat pola kerja untuk setiap pemiliki kebun,dan dapat dikontrol secara terbuka.

DAPUS
Merta,M. 2016. Penerapan Teknik Partisipatory Rapid Appraissal (Pra) Dalam Pengelolaan
Lingkungan Di Dataran Tinggi Nusa Tenggara Timur. Bali: Program Studi Teknologi
Pertanian Universitas Udayana
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam Satker Rehabilitasi dan
Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP II). 2006. Panduan Pengambilan Data
Dengan Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA).
Jakarta: Bina Marina Nusantara.
Samsudin M., A.. 2015. Participatory Rural Appraisal. Semarang: UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai