Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

AUDIOVISUAL TERHADAP NILAI PENGETAHUAN


TENTANG PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK
MENGGUNAKAN TEPID WATER SPONGE

SKRIPSI

Oleh :
RAMADANI JAYADI
NIM. 1814201110057

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2022
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA
AUDIOVISUAL TERHADAP NILAI PENGETAHUAN
TENTANG PENATALAKSANAAN DEMAM
PADA ANAK MENGGUNAKAN
TEPID WATER SPONGE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh:
RAMADANI JAYADI
NPM.1814201110057

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2022

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi ini dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan


Media Audiovisual Terhadap Nilai Pengetahuan Orang Tua Tentang
Penatalaksanaan Demam Pada Anak Menggunakan Tepid Water Sponge Di oleh
Ramadani Jayadi 1814201110057, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing,
akan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Hasil Skripsi Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Banjarmasin, 13 July 2022

Pembimbing 1

Suci Fitri Rahayu,Ns,M.Kep (Pimpinan Sidang)


NIK. 01 09051989 108 005 014

Pembimbing 2

Hj. Ruslinawati,Ns,M.Kep (Anggota)


NIK . 01 07091978 017 002 002

Mengetahui
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Izma Daud, Ns., M. Kep


NIK. 01 16071984048 003 010

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ramadani Jayadi
NPM : 1814201110057
Prodi : S1 Keperawatan
Jenis karya : Skripsi
sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Hak
Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul :

”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audiovisual Terhadap


Nilai Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Demam Pada Anak
Menggunak Tepid Water Sponge"

Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Universitas Muhammadiyah


Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan
secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing, mengalihkan ke
format/media yang berbeda, melakukan kelolaan berupa database, serta
melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan tetap
mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta dengan
segala perangkat yang ada (bila diperlukan).
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 19 july 2022
Saya yang menyatakan

Ramadani Jayadi

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
yang tiada pernah berhenti dicurahkan kepada semua hamba-Nya yang mau
berdo’a dan berusaha tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
audiovisual terhadap tingkat pengetahuan orang tua tentang penatalaksanaan
demam pada anak menggunakan Tepid Water Sponge ”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Putra Abdullah, manusia terbaik sepanjang
sejarah Muhammad SAW yang telah membawa manusia kepada peradaban penuh
ilmu.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam
Program Studi S1 Keperawatan pada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Atas bantuan, pertolongan, bimbingan, serta doa yang diberikan dari berbagai
pihak, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag, Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Solikin, Ns., M. Kep. Sp. Kep MB, Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan.
3. Ibu Izma Daud, Ns., M. Kep, Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada peneliti.
4. Ibu Suci Fitri Rahayu, Ns., M. Kep selaku pembimbing satu yang telah
banyak memberikan bimbingan, petunjuk maupun saran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Hj Ruslinawati , Ns., M. Kep selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi dan metodologi
penelitian

vii
6. Ibu Yenyy Okvitasari,Ns.,M.Kep yang selaku Pembimbing wawasan
sekaligus penguji 3 yang telah sabar dalam membimbing
7. Orang tua saya atas kesabarannya membesarkan dan mendidik dengan penuh
kasih sayang serta cinta yang tulus dan ikhlas kepada saya semenjak kecil.
Tidak pernah lelah mendo’akan dan selalu memberi dukungan adalah bukti
perjuangan saya dalam meraih impian
8. Kecamatan Sungai Tabukan yang sudah memberi izin untuk penelitian
9. Semua responden yang telah bersedia berpartipasi untuk melakukan
penelitian
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam terselesaikannya skripsi ini.

Penulis hanya dapat memanjatkan doa, semoga Allah SWT senantiasa


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka yang telah
membantu penulis dengan tulus ikhlas. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi
penelitian ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan masukan yang bersifat membangun guna perbaikan. Semoga
skirpsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Banjarmasin, 19 Juli 2022

Penulis.

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN....................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...........................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................5
1.5. Penelitian Terkait...............................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS...............................................................................8
2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan...........................................................8
2.2. Konsep Demam................................................................................13
2.3. Pengetahuan.....................................................................................19
2.4. Tepid Water Sponge.........................................................................24
2.5. Kerangka Teori................................................................................28
....................................................................................................................28
2.6. Kerang Konsep.................................................................................29
2.7. Hipotesis...........................................................................................29
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................30
3.1 Desain Penelitian..............................................................................30
3.2 Definisi Operasional........................................................................31
3.3 Popolasi penelitian, Sampel, dan Sampling.....................................31
3.4 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian.........................................33
3.5 Alat Pengumpulan data....................................................................33
3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................35
3.7 Teknik Pengolahan Data..................................................................37
3.8 Teknik Analisa Data.........................................................................38
3.9 Etika Penelitian................................................................................39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................41
4.1. Hasil Penelitian................................................................................41
4.2. Analisa Univariat.............................................................................43
4.3. Uji Normalitas Pada Kelompok Intervensi......................................44
4.4. Analisa Bivariat................................................................................45
4.5. Pembahasan......................................................................................46
4.6. Keterbatasan Penelitian....................................................................49
4.7. Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan..............................49
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................55

ix
5.1 Kesimpulan......................................................................................55
5.2 Saran.................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................60

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 30


Tabel 3.2 Definisi Operasional .......................................................................... 31
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner ……………………………………………….... .34
Tabel 4.1 Karakteristik responden dan jenis kelamin……………………….... . 42
Tabel 4.2 Nilai sebelum pendidikan kesehatan media audiovisual…………..... 43
Tabel 4.3 Nilai sesudah pendidikan kesehatan media audiovisual…………... 44
Tabel 4.4 Uji Normalitas……………………………………………………... 44
Tabel 4.5 Nilai sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
Media audiovisual………………………………………................ 45

DAFTAR SKEMA

Skema 2.5 Kerang Teori ..................................................................................


Skema 2.6 Kerangka Teori Penelitian..............................................................

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Persetujuan Penelitian (Informed Consent)........ 60


Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian............................... 61
Lampiran 4. Lembar Observasi Pemeriksaan Pendidikan Kesahatan Media
Audiovisual.................................................................................. 62
Lampiran 5. Lembar Hasil Spss.......................................................................... 63
Lampiran 6. Lembar Uji Surat Validasi.............................................................. 64
Lampiran 7 Lembar Hasil .................................................................................
Lampiran 8. Lembar Ijin Penelitian Ke Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten
Hulu Sungai Utara....................................................................... 65
Lampiran 9. Lembar Sertefikat Etik.................................................................... 66
Lampiran 10. Lembar Konsul Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 dan 2............67

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

5.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi
penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan
pembangunan bangsa. Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus saat
pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai
penyakit. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh
bereaksi, Salah satu gejala yang rentan dan sering sekali terjadi pada anak
adalah demam. Demam memang bukan merupakan sesuatu penyakit,
Biasanya gejala demam terjadi karena adanya kemungkinan masuknya suatu
bibit penyakit dalam tubuh. Secara alami, suhu tubuh mempertahankan diri
dari serangan suatu penyakit dengan meningkatkan suhu tubuh (Hidayat,
2015).

Tenaga kesehatan terutama perawat berperan penting untuk menambahkan


dan mengajari kepada orang tua anak. Sehingga para orang tua memahami
tentang penatalaksanaan demam pada anak. Saat ini banyak orang tua tidak
tahu bagaimana penatalaksanaan non farmakologi dengan adanya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya
yang disebabkan karena komplikasi dari demam, seperti: hipertermi, kejang
dan penurunan kesadaran. Insiden penderita demam di Indonesia sebanyak
465 (91.0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada
anak mereka sedangkan sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer
(Wardiyah., et al, 2016).

1
2

Di Indonesia kejadian demam sekitar 1100 kasus per 100.000 penduduk


pertahun dengan angka kematian 3,1-10,4%. (Nasrudin, 2012 dalam
Mahdiyah., et al. 2015) Penyakit ini juga menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Khususnya pada anak-anak usia 5-12 tahun.
(Dinkes, 2016) Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91,0%) dari
511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam mereka sedangkan
sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer. (Wardiyah., et al. 2016).

Kalimantan Selatan merupakan daerah tropis sehingga banyak kasus penyakit


infeksi yang manifestasinya berupa demam. Berdasarkan fenomena yang
terjadi komplikasi kejang kemungkinan akan terjadi jika tidak ditangani
dengan cepat. Berdasarkan studi pendahuluan di websit statistik anak 1-6
tahun di kota Amuntai berjumlah 63.150 orang.

Berdasarkan hasil wawancara tentang pengetahuan pelaksanaan demam pada


anak terhadap 10 orang ibu yang mempunyai anak di wilayah Kota Amuntai,
didapatkan bahwa 9 orang ibu, mengetahui pelaksanaan demam dengan cara
kompres menggunakan plester dan 1 orang ibu mengetahui penatalaksanaan
demam dengan cara Tepid Water Sponge.

Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan


cepat dan tepat, serta dapat menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi,
kejang dan penurunan kesadaran (Wardiyah., et al, 2016)

Demam pada anak ditandai dengan meningkatkan suhu tubuh. Gejala lainya
seperti menggigil, sakit kepala, rewel, dan muntah, kadang demam juga di
sertai dengan kejang. Setiap orang tua pasti panik dan khawatir saat anak
demam, orang tua harus tau cara mengatasi demam pada anak agar tidak
terjadi dehidrasi. Demam terjadi akibat adanya sistem imun melawan virus,
bakteri, jamur, parasit penyebab penyakit tertentu.
3

Supaya orang tua tidak panik dan cemas, pengetahuan penanganan demam
pada anak harus ditingkatkan. Salah satu cara untuk mengingatkan
pengetahuan adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Metode-metode yang dapat dilakukan
contohnya media lembar balik, media audiovisual, media ceramah.

Doheni dalam Hilman (2013) sebagai pendidikan klien, perawat membantu


klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien
atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan,
dan lain sebagainya.

Media video merupakan media audiovisual merupakan media yang selain


mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti video. Menurut Dwyer dalam (Oktavian dkk 2019) video mampu
merebut 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia
melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya
mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dari tayangan
program. Pesan yang disampaikan melalui media video dapat mempengaruhi
emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil cepat yang tidak dimiliki oleh
media lain. Selain itu, media video dapat meningkatkan pengetahuan karena
membangkitkan rangsangan dan motivasi.

Menurut Oktavian dkk 2019 menyatakan bahwa media video lebih efektif
dari pada lembar balik. Pada variabel sikap hasil penelitian menunjukan ada
hubungan signifikan antara metode video dan lembar balik dengan
pengetahuan ibu ditunjukkan dengan p value 0,046. Ibu dengan metode video
4

berpeluang 3,85 untuk memiliki sikap baik dibandingkan dengan ibu yang
diberikan lembar balik. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang
muncul dari seseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan
perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Perubahan sikap salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan
dari media sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang (Azwar, 2013).

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik dengan judul: Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Dengan Media Audiovisual Terhadap Nilai Pengetahuan Tentang
Penatalaksanaan Demam Pada Anak Menggunakan Tepid Water Sponge

5.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka disimpulkan rumusan masalah adalah
Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual
terhadap nilai pengetahuan orang tua tentang penatalaksanaan demam pada
anak menggunakan Tepid Water Sponge? .

5.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
nilai pengetahuan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
dengan media audiovisual Tepid Water Sponge.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi nilai pengetahuan tentang penatalaksanaan
demam pada anak menggunakan Tepid Water Sponge pada
anak di rumah sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan
media audiovisual.
5

1.3.2.2 Mengidentifikasi nilai pengetahuan tentang penatalaksanaan


demam pada anak menggunakan Tepid Water Sponge sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual.
1.3.2.3 Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
audiovisual terhadap nilai pengetahuan tentang penatalaksanaan
demam pada anak menggunakan Tepid Water Sponge.

5.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam melakukan
intervensi asuhan keperawatan pada anak demam serta dapat menjadi
masukan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam ilmu keperawatan anak.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai informasi dan bahan masukan kepada petugas kesehatan
terlebih perawat agar dapat melakukan tindakan mandiri keperawatan
terutama pada kondisi anak demam.
1.4.3 Bagi Perawat/Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan profesi,
sehingga mampu mengembangkan intervensi keperawatan mandiri yang
akan diberikan kepada pasien, terlebihnya asuhan keperawatan yang
diberikan kepada anak dengan demam.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai referensi penurunan suhu tubuh pada
anak terkait terapi non farmakologis menggunakan Tepid Water
Sponge.
1.4.5 Bagi orang tua
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang bagaimana memberikan kompres kepada anak yang demam.
6

1.4.6 Bagi penelitian selanjutnya


Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai tambahan referensi dan
salah satu latar belakang awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

5.5 Penelitian Terkait


1.5.1 Ake R.C Langingi, Hairil Akbar, Henyy Kaseger (2020) Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Menangani demam pada anak di desa Moyag Todulan.
Desain ini menggunakan Ekperimental dengan rancangan one grub
postest. Dengan hasil adanya pengaruh yang signifikan pengaruh
penyuluhan kesehatan tingkat pengetahuan ibu dalam menangani
demam pada anak dengan hasil P-Value sebesar 0,000 atau lebih kecil
dari a 0,05.
1.5.2 Ria Indah Puspita, Sholihatul Maghfirah, Rika Maya Sari (2019)
Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Video Terhadap
Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam Pada Balita.
Peneliti ini menggunakan metode pra ekpremen one group pretest-post
test design. Jumlah sampel sebanyak 70 responden ibu yang memeliki
anak balita. Berdasarkan statistik didapatkan, sebelum penyuluhan
kesehatan didapatkan hasil minimal 33, dan maksimal 100, dengan nilai
rata-rata 90,73.
Pada peneliti ini menggunakan uji Paired T-test. dari uji tersebut di
dapatkan hasil p value 0,00 < nilai a 0,05
1.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Lembar Balik
Terhadap Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perkembangan
Anak Kejang Demam.
Peneliti ini menggunakan metode quasi ekspremen dan desain yang di
gunakan dalam peneliti ini adalah desain one group pretest posttest
design. Populasi dalam ini adalah 25 orang tua yang rutin
memeriksakan anak balita dengan riwayat kejang demam setiap
7

bulannya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 16 orang tua balita
yang rutin kontrol dan berkunjung di poliklinik Graha Amanah Klaten.
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian
yaitu, kuesioner untuk pengetahuan keluarga tentang perkembangan
anak dengan jumlah keseluruhan 32 pertanyaan dan media lembar balik
sebagai sarana untuk dilakukannya pendidikan kesehatan pada keluarga.
Hasil Uji Homogenitas Margin menujukan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media lembar balik terhadap peningkatan
pengetahuan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik terhadap
peningkatkan pengetahuan orang tua dengan nilai p=0,005 (a = 0,05).
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

5.6 Konsep Pendidikan Kesehatan


2.1.1 Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan proses transfer materi atau teori dari
sesorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosuder akan tetapi
berubahan terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu,
kelompok adalah atau masyrakat itu sendiri.(Lisa Rosa Veronika Sinaga
., et al. 2016)

Pendidikan kesehatan adalah proses pembedayaan masyrakat untuk


mengontrol dan mengembangkan kesehatan mereka dalam rangka
mencapai status kesehatan yang meliputi fisik, mintal, kesejahteran
sosial. (Linda Presti Fibriana, et al).
https://www.google.co.id/books/edition/
Promosi_Kesehatan_dan_Pendidikan_Kesehat/R4ZOEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan dari penerapan pendidikan kesehatan adalah kemampuan
individu, keluarga,kelompok dan masyrakat agar mampu hidup sehat
dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyrakat serta
terwudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut (Ichsan Trisutrisno.,et al. 2022).
https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_dan_Promosi_Kese
hatan/B9xfEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=tujuan+pendidikan+kesehatan&pg=PA81&printsec
=frontcover

8
9

2.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


2.1.3.1 Dimensi Sasaran Pendidikan
Dari sasarannya pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :
a Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b Pendidikan kesehatan kelompok, dengan sasaran kelompok
c Pendidikan kesehatan masyarakat, dengan sasaran/tujuan
masyarakat luas.
2.1.3.2 Sasaran pendidikan kesehatan menurut Widyanto & Triwibowo
(2013) adalah sebagai berikut
a Sasaran Primer
Sasaran primer adalah masyarakat yang dapat dikelompokan
menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan
anak), serta kesehatan remaja untuk anak sekolah
b Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta tokoh yang memiliki kaitan dan
pengaruh berkaitan dengan pendidikan kesehatan, tokoh
masyarakat tersebut diharapkan dapat menjadi role model
dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
c Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah pembuatan keputusan (decision maker)
atau pembuat kebijakan (policy maker). Hasil dari promosi
kesehatan pada sasaran tersier diharapkan agar keputusan
atau kebijakan yang dihasilkan oleh penentu kebijakan dapat
berpengaruh dan memberikan efek bagi sasaran primer dan
sekunder
d Dimensi Tempat Pelaksanaannya atau Aplikasi
10

Menurut dimensi tempat pelaksanaanya atau aplikasinya,


pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat
atau tatanan dengan sendirinya berbeda pula, misalnya:
e Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
f Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di
sekolah dengan sasaran murid
g Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan
h Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, diantaranya
yang mencakap terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat
jemput olahraga, dan sebagainya
i Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
seperti : rumah sakit, puskesmas, poliklinik rumah bersalin,
dan sebagainya
2.1.3.3 Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkatan pencegahan, sebagai
berikut :
a Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup
dan perbaikan sanitasi lingkungan
b Perlidungan khusus seperti adanya program imunisasi
c Diagnosis dini dan pengobatan segera
d Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering
kali mengakibatkan masyarakat tidak melajutkan pengobatan
sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat
e Rehabilitasi
11

2.1.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan


Menurut Riyannor (2013) beberapa faktor yang perlu
diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran,
yaitu:
a Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,
semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya
b Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkatan sosial ekonomi seorang, semakin
mudah pula dalam menerima informasi baru
c Adat istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap
adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan
d Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang
disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal,
karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai
informasi
e Ketersedian Waktu Di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
f Metode Pendidikan kesehatan
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu.
Metode pendidikan kesehatan adalah cara untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan kepada sesorang atau
individu agar
12

sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu (Maulana, 2009).

2.1.4 Media audiovisual


2.1.4.1 Pengertian media audiovisual
Media adalah alat informasi dan sumber informasi baik berupa alat
elektronik maupun non elektronik yang dapat dijadikan sarana
penyampaian pesan dalam berkomunikasi.
Media audiovisual adalah suatu media terdiri dari media visual
yang di gabungkan dengan media audio. Media audiovisual adalah
suatu perantara yang dapat di nikmati dengan indera penglihatan
dan indera pendengaran (Riyanto, 2018).
2.1.4.2 Tujuan Pendidikan kesehatan
Adapun fungsi dari pendidikan kesehatan menggunakan media
audiovisual yaitu memungkinkan siswa untuk menerima pesan
pembelajaran melalui pendengaran dan memungkinkan penciptaan
pesan belajar melalui penglihatan. Menstimulus atau mampu
merebut saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa
manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat
orang pada umumnya mengingat dari apa yang mereka lihat dan
dengar dari tayangan program. Media audiovisual juga dapat
mempermudah orang menyampaikan dan menerima informasi,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui lebih banyak
informasi dari yang ditayangkan, dan dapat mengenalkan
pengertian yang diperoleh (Johan, 2018).
2.1.4.3 Karakteristik media audioviasual
Karakteristik media audioviasual (Suleiman, 2015) adalah untuk
menghasilkan video pembelajaran yang tampak dengar (audio)
dan unsur tampak gambar (visual) yang dapat di sajikan serentak.
Media audiovisual mampu menampilkan suatu objek yang
membuat siswa lebih tertarik karena unsur audio dan visual serta
daya ingat terhadap pelajaran lebih lama menggunakan media
13

audiovisual dalam pengajaran dan pembelajaran memiliki dampak


positif yang signifikan terhadap pengajaran dan pembelajaran di
sekolah-sekolah.

5.7 Konsep Demam


2.2.1 Definisi Suhu Tubuh
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu beda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer
(Sodikin, 2012).

Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan


menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian
dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1 F
̊ (± 0,6
̊C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam.
Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun
sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan di
dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh
mengalami kehilangan panas yang besar maka suhu kulit akan menurun
(Guyton & Hall, 2012).

2.2.2 Suhu Tubuh Normal


Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari suhu
akan mendekati 35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati
37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih tinggi 0,5°-l°C,
dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi
dibandingkan suhu aksila (Sherwood, 2014).

Suhu tubuh normal manusia dikenal sebagai normothermia adalah


sebuah konsep yang tergantung pada tempat di bagian tubuh mana
14

pengukuran dilakukan. bagian tubuh yang berbeda memiliki temperatur


yang berbeda, suhu inti tubuh rata-rata adalah 37,2C. (Sodikin, 2012).

2.2.3 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh


Pada manusia suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada
banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tubuh tersebut,
agar suhu tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan
pengaturan (regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi
sesuai suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu
yang sempit agar berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal
tergantung pada suhu badan yang relatif tetap.

Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik


(feedback) yang berada dipusat pengaturan suhu (hipotalamus).
Pengaturan suhu suatu mekanisme pada saat pusat temperatur di
hipotalamus mendeteksi adanya suhu tubuh yang terlalu panas, maka
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini akan terjadi bila suhu tubuh inti sudah melewati ambang batas
toleransi tubuh yang mempertahankan suhu atau yang disebut titik tetap
(setpoint).

Set point (titik tetap) tubuh akan dipertahankan supaya suhu inti tubuh
tetap konstan pada kisaran 37C. Pada saat suhu meningkat melebihi
titik tetap (set point), maka keadaan ini akan merangsang hipotalamus
untuk melakukan berbagai mekanisme agar suhu mampu dipertahankan
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Sodikin,
2012).
15

2.2.4 Alat Pengukur Suhu Tubuh


Menurut Sodikin (2012) menyatakan bahwa termometer sering
digunakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang, termasuk anak. Jenis
termometer yang sering digunakan diantaranya termometer kaca/raksa
dan termometer digital dan timpani yang diletakkan di telinga.
2.2.4.1 Termometer air raksa-kaca
Termometer ini terdiri dari atas tabung gelas tertutup yang berisi
cairan air raksa/merkuri. Di tepi ujung terlihat garis-garis yang
menunjukkan skala temperatur. Bila suhu meningkat, air raksa
dalam tabung sempit akan naik. Titik dimana air raksa tersebut
berhenti naik menunjukkan berapa suhu pengguna saat itu.
Sesuai desain tabung kaca termometer ini, posisi ujung air raksa
sebagai penunjuk derajatnya akan berada diposisi yang tetap
kecuali kita menggoyang-goyangnya secara kuat. (Lusia, 2015)
2.2.4.2 Termometer infra merah (Infraced Sensing ear Thermometer)
Menurut Lusia (2015) dan Sodikin (2012)
‘Menyatakan termometer jenis ini digunakan untuk mengukur
radiasi termal dari aksila, saluran telinga (membran timpani).
Suhu tubuh hasil pengukuran akan terlihat ±1 detik. Hal
mendasar dari termometer inframerah adalah semua objek akan
memancarkan energi inframerah. Semakin panas suatu benda,
maka molekul-molekul yang ada didalamnya semakin aktif serta
semakin banyak inframerah yang dipancarkan.
Termometer ini bisa dikatakan sangat akurat dan cepat, tetapi
kekurangan dari termometer jenis ini karena harga yang relatif
mahal, jika gendang telinga dalam keadaan kotor akan
menghalangi penyaluran gelombang panas pada sensor, dan
lekukan telinga juga memberikan kesulitan untuk mencapai
membran timpani, terutama pada bayi baru lahir.
2.2.4.3 Thermometer temporal
16

Termometer ini termometer jenis menggunakan pemindai infra


merah untuk mengukur suhu dari arteri temporal yang ada di
dahi. Termometer ini merekam temperatur waktu ± 6 detik
(Sodikin, 2012).
2.2.4.4 Termometer strip plastik (termograf)
Perubahan warna yang terjadi merupakan respon untuk
menunjukkan perubahan suhu. Cara penggunaan termometer
strip plastik adalah dengan menempatkan strip pada dahi sampai
terjadi perubahan warna, biasanya memerlukan waktu ± 15 detik
beberapa strip dapat digunakan seperti termometer air raksa oral.
Meskipun penggunaanya mudah, tapi tingkat keakuratannya
agak rendah khususnya pada bayi dan anak kecil (Lusia, 2015)
dan (Sodikin, 2012).
2.2.4.5 Thermometer Digital
Termometer digital prinsip kerjanya sama dengan termometer
yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer digital
menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian
memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian
elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung
bisa dibaca.Pada dasarnya cara kerja kedua jenis termometer
antara termometer klinik dengan menggunakan air raksa dan
termometer digital adalah sama. Kedua jenis alat ini tentunya
juga sudah memenuhi persyaratan dimana sebelum dijual di
pasaran akan melalui kalibrasi untuk menentukan keakuratan
hasil dari kedua alat tersebut. Hasil penelitian Dolkar, Kapoor,
Singh, dan Suri (2013) yang meneliti dengan judul a
comparative study on the recording of temperature by the
clinical mercury thermometer and digital thermometer,
menemukan bahwa hasil dari kedua jenis termometer tersebut
secara klinik tidak ada perbedaan yang signifikan. Artinya
bahwa kedua termometer tersebut memiliki keakuratan yang
17

sama dan dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh.


Keunggulan dari termometer jenis ini adalah praktis, mudah
dibaca dan hasil pengukuran sangat cepat. Seperti termometer
air raksa pengukuran suhu digital bisa dilakukan dibeberapa
tempat yaitu mulut, ketiak dan anus. Cara pengukurannya sama
dengan cara pengukuran dengan memakai termometer air raksa
(Lusia, 2015).

2.2.5 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh


Menurut (Sodikin, 2012) sebelum melakukan pengukuran suhu, pilihlah
tempat pengukuran suhu berdasarkan usia dan kondisi anak.
2.2.5.1 Pengukuran di mulut
Suhu mulut diukur dengan meletakkan sebuah termometer kaca
atau termometer digital di bawah lidah anak selama 2 sampai 3
menit. Suhu mulut menghasilkan hasil yang dapat dipercaya
tetapi sulit dilakukan pada anak yang lebih kecil, yang
umumnya tidak dapat menjaga mulutnya tertutup rapat di sekitar
termometer untuk menghasilkan hasil yang tepat.
Menurut (Sodikin, 2012) cara pengukurannya dengan menyuruh
anak duduk atau berbaring dengan tenang. Termometer
ditempatkan dibawah lidah selama 45 detik. Suhu normal
pengukuran mulut (oral) antara 35,5C – 37C.
2.2.5.2 Pengukuran suhu di anus (rektal)
Menurut (Lusia, 2015), pemeriksaan suhu rektal secara
tradisional dianggap sebagai standar emas untuk pengukuran
suhu karena merupakan standar dan lebih dipercaya karena lebih
dekat ke suhu tubuh dalam sebenarnya (core temperature) pada
anak daripada suhu yang diukur di tempat lain. Untuk mengukur
suhu anus sebuah termometer dilapisi jeli petroleum sekitar
tonjolan harus dimasukkan pelan-pelan sekitar ½ sampai 1 inci
(sekitar 1 ¼ sampai 2 ½ cm) ke dalam anus anak pada saat anak
18

tengkurap.Anak harus diletakkan di tempat untuk 2 sampai 3


menit sebelum diangkat dan diambil untuk dibaca.
2.2.5.3 Pengukuran di telinga
Menurut (Sodikin, 2012) mengemukakan secara teori membran
timpani merupakan tempat untuk pengukuran suhu inti, hal ini
karena adanya arteri yang berhubungan dengan pusat
termoregulasi. Termometer membran timpani yang
dikembangkan saat ini menggunakan metode infared radiation
emitted detectors (IRED).
Walaupun dari segi kenyamanan cukup baik, pengukuran suhu
membran timpani sehingga saat ini jarang dipergunakan karena
variasi nilai suhu yang berkorelasi dengan suhu oral atau rektal
cukup besar. Pengukuran suhu tubuh dengan lokasi membran
timpani memiliki kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan :
1 Tempat mudah dicapai.
2 Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
3 Waktu pengukuran cepat hanya 2-5 detik.
4 Dapat dilakukan tanpa membangunkan klien.
b. Kekurangan
1 Alat bantu dengar harus dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pengukuran.
2 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
telinga (membran timpani).
3 Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu
pengukuran suhu. Keakuratan pada bayi baru lahir dan
anak-anak masih diragukan.
2.2.5.4 Pengukuran di arteri pulmonalis
Diantara berbagai tempat pengukuran suhu tubuh, tempat yang
paling dianggap mendekati suhu yang terukur oleh thermostat di
hipotalamus adalah suhu darah arteri pulmonalis. Tetapi cara ini
19

memiliki berbagai keterbatasan, seperti pengukuran tersebut


merupakan cara invasif, menggunakan arteri pulmonalis
sehingga cara ini hanya sesuai untuk perawatan invasif (Sodikin,
2012).
20

2.2.5.5 Pengukuran di esofagus


Suhu pada esofagus juga dianggap sebagai suhu yang mendekati
suhu inti, karena dekat dengan arteri yang membawa dari
jantung ke otak. Tetapi kelemahannya adalah suhu di esofagus
tidak sama di sepanjang esofagus. Dimana esofagus dibagian
atas akan dipengaruhi udara trakea (Sodikin, 2012).
2.2.5.6 Pengukuran di aksila
Suhu di ketiak diukur dengan meletakkan sebuah termometer
kaca atau termometer digital pada ketiak anak selama 4 sampai
5 menit. Suhu tubuh setidaknya sedikit lebih akurat karena
ketiak lebih dingin dibandingkan anus, telinga atau mulut .
Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah dianjurkan karena
aman, bersih dan mudah dilakukan.
Pengukuran aksila mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:
a. Keuntungan
1 Aman dan non invansif
2 Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien
yang tidak kooperatif
b. Kerugian:
1 Waktu pengukuran lama
2 Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan
posisi klien
3 Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu
perubahan suhu yang cepat. (Hidayat, 2010)

5.8 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali
objek yang telah di pelajari melalui panca indra pada suatu bidang
tertentu secara baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu, merupakan
domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
21

bahaviour). Proses kognitif meliputi ingatan, pikiran, persepsi, simbol-


simbol penalaran dan pencegahan persoalan. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
yang berkenanan dengan suatu hal (Lestari,2015).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang
dapat memahami, mendalami memperdalam perhatian seperti
sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep
baru dan kemampuan belajar di kelas (Lestari,2015)
Menurut Blomm (2013) tingkat pengetahuan di bagi menjadi 6 :
2.3.2.1 Pengeahuan (Knowledge )
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat
kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali
metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau
setting.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:
a. Pengetahuan tentang hal-hal pokok
b. Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok
c. Pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi.
Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali
hal-hal yang spesifik, penekanannya pada simbol-simbol dari
acuan yang konkret. Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi
menjadi dua yakni:
a. Pengetahuan tentang terminologi.
b. Pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus. Pengetahuan
tentang terminologi yaitu pengetahuan tentang acuan simbol
yang diterima banyak orang, misalnya kata-kata umum
beserta makna-maknanya yang lazim. Pengetahuan tentang
fakta yang spesifik yaitu pengetahuan tentang tanggal,
peristiwa, orang, tempat.
22

Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok yaitu


pengetahuan tentang cara-cara untuk mengorganisasi,
mempelajari, menilai, dan mengkritik. Pengetahuan tentang cara
memperlakukan hal-hal pokok dibagi menjadi lima yakni:
a. Pengetahuan tentang konvensi;
b. Pengetahuan tentang kecenderungan atau urutan;
c. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori;
d. Pengetahuan tentang tolok ukur; dan
e. Pengetahuan tentang metodologi.

Pengetahuan tentang konvensi yaitu pengetahuan tentang cara-


cara yang khas untuk mempresentasikan ide dan fenomena
misalnya cara untuk mempresentasikan puisi, drama, dan
makalah ilmiah. Pengetahuan tentang kecenderungan atau
urutan yaitu pengetahuan tentang proses, arah, dan gerakan
suatu fenomena dalam kaitannya dengan waktu misalnya
pengetahuan tentang perkembangan kebudayaan Indonesia.

Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori yaitu pengetahuan


tentang kelas, divisi, dan susunan yang dianggap fundamental
bagi suatu bidang, tujuan, argumen, atau masalah. Pengetahuan
tentang tolak ukur (kriteria) yaitu pengetahuan tentang kriteria-
kriteria untuk menguji atau menilai fakta, prinsip, pendapat, dan
perilaku. Pengetahuan tentang metodologi yaitu pengetahuan
tentang metode-metode penelitian, teknik-teknik, dan prosedur-
prosedur yang digunakan dalam suatu bidang dan untuk
menyelidiki suatu masalah dan fenomena.

Pengetahuan tentang hal yang umum (universalitas) dan


abstraksi dalam suatu bidang yaitu pengetahuan tentang skema-
23

skema dan pola-pola pokok untuk mengorganisasi fenomena dan


ide. Pengetahuan tentang hal yang umum dan
abstraksi dibagi menjadi dua yakni:
a Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan
b Pengetahuan tentang teori dan struktur.
Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi yaitu pengetahuan
tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang merupakan rangkuman
atas hasil pengamatan terhadap suatu fenomena. Pengetahuan
tentang teori dan struktur yaitu pengetahuan tentang sekumpulan
prinsip dan generalisasi beserta interelasi yang membentuk suatu
pandangan yang jelas, utuh, dan sistematis mengenai sebuah
fenomena, masalah, atau bidang yang kompleks.
2.3.2.2 Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu
bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan
seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan
dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang
dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan
bahan lain.
Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni:
a. Penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami
suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada
pernyataan asli yang dikenal sebelumnya;
b. Penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau rangkuman
atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data
sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain
seperti grafik, tabel, diagram; dan
c. Ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui
datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat,
pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena pada
awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan yang
24

eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam


suatu karya sastra.
2.3.2.3 Penerapan (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di
dalam berbagai situasi. Sebagai contoh: agar teh dalam gelas
cepat mendingin, maka tutup gelas harus dibuka (bidang fisika),
orang perlu menyirami tanaman agar tidak layu (bidang
biologi); dan jari yang terlukai harus diberi obat merah (bidang
kesehatan).
2.3.2.4 Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu
komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur
penyusunnya, sehingga ide (pengertian, konsep) itu relatif
menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide lebih
eksplisit. Analisis merupakan memecahkan suatu isi komunikasi
menjadi elemen-elemen sehingga hierarki ide-idenya menjadi
jelas.
Kategori analisis dibedakan menjadi tiga, yakni:
a. Analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen dari suatu
komunikasi;
b. Analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi antara
elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan
c. Analisis prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan
struktur yang membentuk suatu komunikasi.
2.3.2.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian
untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan
penyusunan bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga
membentuk suatu keseluruhan atau kesatuan yang sebelumnya
tidak tampak jelas.
25

Kategori sintesis dibedakan menjadi tiga yakni:


a. Penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan
komunikasi yang di dalamnya penulis atau pembicara
berusaha mengemukakan ide, perasaan, dan pengalaman
kepada orang lain;
b. Penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana kerja atau
proposal operasi; dan
c. Penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu membuat
rangkaian hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data
tertentu.
2.3.2.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk
tujuan tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara
kuantitatif atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk
sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur tertentu.
Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu evaluasi terhadap
ketetapan komunikasi berdasarkan logika, konsistensi, dan
kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan
kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan
b. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap
materi berdasarkan kriteria yang ditetapkan atau diingat,
misalnya membandingkan teori-teori, generalisasi-
generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang kebudayaan
tertentu. Taksonomi Bloom ranah kognitif berturut-turut dari
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

5.9 Tepid Water Sponge


2.4.1 Definisi
Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien untuk
menurunkan suhu tubuh (Marni, 2016). Tepid water sponge merupakan
26

suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh


melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien
yang mengalami demam tinggi (Wardiyah., et al, 2016).
Tepid water sponge adalah sebuah tehnik kompres blok pada pembuluh
supervisial dengan teknik seka (Purwanto, 2013). Berdasarkan
pengertian di atas Tepid Water Sponge adalah teknik mengontrol panas
dengan cara menyeka seluruh bagian tubuh yang berfungsi untuk
menurunkan panas pada anak.

2.4.2 Tujuan dan manfaat


Tujuan tepid water sponge yaitu:
Bertujuan untuk membuat pembuluh darah tepi melebar dan mengalami
vasolidatasi sehingga pori-pori akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas (Setiawati, 2013).

2.4.3 Manfaat tepid water sponge


Menurunkan suhu tubuh, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri
dan anasietas (Sodikin, 2012).

2.4.4 Indikasi
2.4.4.1 Anak yang suhu tubuhnya di atas 37,2C.
2.4.4.2 Meredakan nyeri otot atau sendi
2.4.4.3 Spasme otot
2.4.4.4 Kontraindikasi
2.4.4.5 Perdarahan
2.4.4.6 Gangguan sensibilitas
2.4.4.7 Suhu tubuh > 40C

2.4.5 Waktu pemberian Tepid Water Sponge


Pemberian kompres Tepid Water Sponge dapat dilakukan selama 20 –
30 menit dalam penyekaan pada pasien (Wardiyah .,et al, 2016).
27

2.4.6 Derajat suhu untuk Tepid Water Sponge


Pemberian kompres hangat yang disepakati saat ini adalah pemberian
kompres dengan air hangat (35C) pada kasus demam yang cukup
tinggi. Kompres dengan air dingin (air es) sangat tidak disarankan
mengingat anak dapat menggigil atau dapat juga menyebabkan
keracunan alkohol.

2.4.7 Perbedaan kompres hangat dengan Tepid Water Sponge


Kompres hangat adalah kompres yang di berikan di salah satu bagian
tubuh seperti lipatan paha, ketiak, kepala. Sedangkan kompres tepid
water sponge adalah kompres yang dilakukan secara menyeluruh di
semua bagian tubuh.

2.4.8 Efek Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Demam


Menurut (Bartolomeus, 2012) mengemukakan bahwa Tepit Water
Sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan
kompres hangat disebabkan karena adanya seka tubuh pada tepid water
sponge yang akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer
diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan
sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh
kompres hangat yang hanya mengandalkan dari stimulasi hipotalamus.
Efek lain dari pemberian tepid water sponge yaitu dapat membuat
vasodilatasi pembuluh darah, vasodilatasi pori-pori kulit, reduksi
viskositas darah, peningkatan metabolisme dan menstimulasi impuls
melalui reseptor kulit yang dikirim pada hipotalamus posterior untuk
menurunkan panas tubuh (Alves, 2012).

2.4.9 Metode Tepid Water Sponge


Tepid water sponge yang dilakukan dengan cara mengelap seluruh
tubuh dengan menggunakan washlap lembab hangat selama 15 menit
28

yang mana efek dari washlap yang hangat tersebut dapat


memvasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar.
Kulit memiliki banyak pembuluh darah, ketika demam panas kemudian
diberikan tindakan tepid water sponge panas dari darah berpindah
melalui dinding pembuluh darah ke permukaan kulit dan hilang ke luar
tubuh, sehingga terjadilah penurunan suhu tubuh (Wardiyah., et al,
2016).

2.4.10 SOP Tepid Water Sponge


Sumber: Jacob, A., Rekha & Tarachnand, J.S. 2014. Buku Ajar Clinical
Nursing Procedures Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
No Tindakan
1 PERSIAPAN ALAT

1.1 Baskom berisi air hangat

1.2 Waslap 6 buah

1.3 Handuk pengering

1.4 Selimut

1.5 sabun cuci tangan atau Handscub

1.6 Sarung tangan bersih

1.7 Perlak atau Underpad

2 TAHAP KERJA

2.1 Baca basmallah

2.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah

2.3 Memasang sarung tangan

2.4 Mengatur posisi anak senyaman mungkin

2.5 Melepaskan pakaian anak

2.6 Pasang perlak dan pengalas di bawah badan anak dan pasang selimut di
atas badan anak

2.7 Seka dengan menggunakan waslap yang dibasahi dengan air hangat atau air
biasa dengan urutan wajah, leher, badan, tangan dan kaki. Kemudian
letakan masing-masing waslap pada bagian sistem limfatik
29

2.8 Dilanjutkan bagian belakang (punggung, bokong, tangan, paha dan kaki)

2.9 Ulangi tindakan tersebut sampai ± 15-20 menit sampai suhu mengalami
penurunan dan apabila washlap kering maka basahi kembali

2.1 Periksa suhu tubuh dengan termometer, apakah suhu sudah normal. Jika
suhu tubuh normal (360C-370C) atau anak menggigil. Hentikan prosedur
0
2.1 Keringkan badan anak menggunakan handuk,

1
2.1 Memakaikan pakaian anak

2
2.1 Atur posisi anak setelah tindakan

3
2.1 Rapikan alat

4
2.1 Lepas sarung tangan dan mencuci tangan

5.10Kerangka Teori
30

Tingkat pengetahuan
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Audio visual
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi pendidikan
kesehatan
Tingkat pendidikan
Tingkat sosial ekonomi
Adat istiadat Tingkat pengetahuan
Kepercayaan masyarakat Pendidikan
kesehatan orang tua
Ketersediaan waktu di
masyarakat
Metode pendidikan kesehatan

Gambaran pengetahuan
orang tua tentang Tepid
Water Sponge

Sumber (Riyannor, 2013) dan (Bloom,2013)

5.11Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan
Pendidikan Kesehatan

Gambar kerangka Konsep

5.12Hipotesis
Hipotesis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah ada “ Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Media audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan
31

Orang Tua Anak Tentang Penatalaksanaan Demam Pada Anak Dengan


Menggunakan tepid water sponge”
BAB 3
METODE PENELITIAN

5.13Desain Penelitian
Desain penelitian ini yang digunakan dalam penelitian sebagai penelitian
pengujian adalah Pra-eksperimen dengan rancangan one group Pretest-Postest
(Notoadmojo, 2010). Berikut bentuk rancangan penelitian (Notoatmodjo, S,
2010): pra eksprimen adalah perilaku pendidikan kesehatan, one group adalah
satu grup penelitian Pretest-postest adalah perilaku sebelum pendidikan
kesehatan dan sesudah pendidikan kesehatan
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Subjek Pretest Perlakuan Post-test

Pendidikan 01 (x)1 02
Kesehatan
Keterangan :
01: Observasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
X : intervensi pendidikan kesehatan
02: Observasi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

32
33

5.14Definisi Operasional
Table 3.2 Definisi Operasional
Definisi Katergori
Variabel Parameter Instrumen Skala
operasional hasil skala
Pendidikan Proses pemberian Pengertian, - - -
Kesehatan informasi kepada Standar Operasional
Tentang tepid responden tepid water sponge
water sponge mengenai tepid
dengan media water sponge
audiovisual -pengertian
- Tujuan
-Standar
Operasional tepid
water sponge
- Alasan kenapa
pakai tepid water
sponge

Pengetahuan Pemahaman orang Memahami Kuesioner Rasio -


tepid water tua mengenai tepid Pengertian,
sponge water sponge Memahami tujuan,
Memahami Standar
Prosedur Operasional

5.15Popolasi penelitian, Sampel, dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan total dari objek yang akan menjadi
bahan penelitian sesuai dengan karakteristik yang diinginkan dalam
penelitian. (Fathur Sani K, 2016). Jumlah Masyarakat di desa
Pekauman di tahun 2021 adalah 60 orang.
34

Populasi pada penelitian ini adalah pasien usia 1-6 tahun, laki-laki atau
perempuan dengan jumlah keseluruhan pasien yang bulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah orang tua anak yang tinggal
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian terkecil dari populasi yang akan diteliti oleh
peneliti yang memiliki sifat sama dengan populasi (Sodik dan Siyoto,
2015). Dalam penelitian ini peneliti menghitung jumlah sampel dengan
menggunakan rumus slovin. Besar sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin yaitu :
N
n
1+ N ( d 2)
Keterangan :
n= Besar sampel
N=Besar populasi
d= Tingkat signifikansi (0,05 atau 5%)
180
n = 100 orang
1+ 180 ( 0,05 )
2

Jadi sampel pada penelitian ini adalah 100 orang tua diwilayah
Kecamatan Sungai Tabukan.
3.3.3 Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
3.4.3.1 Orang tua yang memiliki anak usia 1-6 tahun
3.4.3.2 Orang tua yang bukan mengalami gangguan
pendengaran,penglihatan,dan
3.4.3.3 Orang tua yang tidak memiliki pendidikan ilmu keperawatan
dan kesehatan
35

3.3.4 Kriteria eklusi


3.4.4.1 Tidak bersedia menjadi responden.

3.3.5 Sampling
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian adalah dengan
mengggunakan nonprobality sampling yaitu Porpusive sample , yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan kriteria inklusi sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

5.16Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat Penelitian
Lokasi dan proses penelitian telah dilakukan di kecamatan Sungai
Tabukan

3.4.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian telah di lakukan pada bulan Juni 2020,dimana untuk
perlakuan pendidikan kesehatan media audiovisual di kecamatan
Sungai Tabukan pada tanggal 05 Juni 2022 – 10 Juni 2022

5.17Alat Pengumpulan data


3.5.1 Instrumen
Pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang berisi
pertanyaan yang akan langsung dibagikan kepada respoden sehingga
responden akan membeberikan jawaban dan pertanyaan yang ada di
kuesioner dijawaban benar.
36

Tabel 3.3 kisi kisi kuesioner

No Kuesioner Favourabel Anfavourabel

Pengertian Tepid Water


1 5 13
Sponge
Tujuan Tepid Water
2 1, 12 11,
Sponge
Standar operasiona 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,
3 prosuder Tepid Water 11, 14 , 15 , 16, 17, 20
Sponge 18, 19

3.5.2 Uji Validitas dan Rehabilitas


3.5.2.1 Uji Validitas
Validasi menunjukan ketepatan pengukuran suatu
instrument,artinya suatu instrument dikatakan valid apabila
instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya di ukur
( Dharma,2011). Kuesioner dalam penelitian ini di lakukan uji
validasi. Uji validitas dilaksanakan dengan menggunakan teknik
korelasi person product moment (R),dengan nilai 95% dan
tingkat kepecayaan 5% (005) dengan menggunakan lembar
kuesioner. Untuk menentukan validasi instrument tersebut valitd
apabila r hitung > r tabel,artinya instrumen di terima. Apabila r
jitung < r tabel maka instrumen di tolak dan perlu di perbaikan.
Instrumen dalam penelitian ini sebelumnya telah di lakukan uji
coba terhadap 30 orang masyarakat di kecamatan Amuntai
Selatan. Peneliti mengambil Amuntai Selatan di karena karestik
tempat penelitian sama.
Nilai r tabel untuk jumlah responden 30 orang dengan signifikan
5 % (0,05) adalah 0,349. Nilai ini kemudian dibandingkan
dengan masing-masing r hitung untuk tiap pertanyaan dalam
37

kuesioner. Hasilnya di dapatkan semua kuesioner valid karena r


tabel memelibihi r hititung 0,349.

3.5.2.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
sesuatu alat pengukuran dapat di percaya atau dapat diandalkan
(Notoatmadjo,2012). Untuk reliabilitas dengan melihat koefisien
cronbach alfa dengan membandingkan dengan ketetapan
reabilitas sebesar 0,7.
Jika nilai α>0,7 maka reabilitas mencukupi (sufficient reability).
Jika α> mensugestikan seluluh iteam reliable dan seluluh tes
secara konsisten internalkarena memeliki reabilitas yang kuat.
uji reabelity di dalam kuesioner ini dinyatakan reabelity semua
karena r a melebihi r tabel.

5.18Teknik Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa alat
pengukur tingkat pengetahuan dengan menggunakan kuesioner penelitian.
Pengukuran dilakukan pada orang tua anak demam yang menjadi responden.
Peneliti melakukan pengukuran tingkat pengetahuan baik sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tepid water sponge
dengan media audiovisual. Peneliti mencatat hasil tingkat pengetahaun untuk
kemudian dikumpulkan dan selanjutnya diolah datanya.
3.6.1. Prosedur Administrasi
Mengajukan surat ijin untuk melakukan penelitian di Fakultas
Keperawatan dan ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin ke Kecamatan Sungai Tabukan.
3.6.2 Peneliti meninta izin ke kepala desa
3.6.3 Peneliti meminta nama- nama anak di kader posyando
3.6.4. Prosedur Persiapan
38

3.6.4.1. Mengindentifikasi orang tua yang menjadi reponden sesuai


dengan kriteria sampel yang ditentukan. Kemudian peneliti
yang dibantu asisten menentukan calon responden yang akan
diberi intervensi. Menjelaskan mengenai tujuan dan prosedur
penelitian kepada responden, responden berhak untuk
menolak berpartisipasi serta jaminan kerahasiaan dan
privacy.
3.6.4.2. Meminta orang tua responden untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden setelah menyetujui sebagai
partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan.

3.6.5 Prosedur Pelaksanan Penelitian.


3.6.5.1 Responden dibagi berdasarkan rumah terdekat, menjadi 1
kelompok yang terdiri dari kurang lebih 10 orang, dan
memakai asisten penelitian sebanyak 7 orang.
3.6.5.2 PreTest
Peneliti di bantu dengan asisten penelitian mengukur
pengetahuan dengan membagikan kuesioner.
3.6.5.3 Perlakuan
Setelah dilakukan pre test diberikan perlakukan pendidikan
kesehatan media audiovisual yang memutarkan video yang
berdurasi 4 menit 8 detik.
3.6.5.4 Post Test
Sesudah 1 hari orang tua kembali di kumpulkan kembali
sesuai kelompok yang asal yang soalnya sama dengan pre
post test .

5.19Teknik Pengolahan Data


Menurut Hidayat (2012), dalam melakukan pengolahan data pada penelitian
ini di lakukan dengan tahap sebegai berikut:
3.7.1 Editing
39

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau


di kumpulkan. Pada penelitian ini setelah peneliti mendapatkan data,
data di kumpulkan untuk diperiksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul. Setelah data terkumpul peneiti mencek
kembali data tersebut sebelum mengolah data tersebut.

3.7.2 Coding
Cooding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahandan analisis data menggunakan
computer. Biasanya dalam pemberian kode ada artinya satu buku
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variable. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pemberian
kode numerik (angka) terhadap data. Peneliti memberikan kode pada
no responden dari no 1 sampai 10 responden.

3.7.3 Entri Data


Entri data adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau databes computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana. Yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan menggunakan
tabel kontingensi. Hasil pengamatan tersebut dibandingkan untuk
menguji hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui perbedaan
pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual terhadap nilai
pengetahuan tentang penatalaksanaan demam dengan menggunakan
tepid water sponge wilayah kerja kecamatan Sungai Tabukan.
40

5.20Teknik Analisa Data


Analis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian di
olah dengan statistic dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian (Sujerweni, 2014). Analisis data yang digunaklan, yaitu:

3.8.1 Analisa Univariat


Analisis univariat adalah analisis yang di lakukan menganalisis tiap
variable dari hasil penelitian (Sujerweni, 2014). Analisis data variable
yaitu variable independen (tepid water sponge) dan variable dependen
(pendidikan kesehatan). Pada penelitian ini, hasil dari observasi pada
variabel yang di teliti antara lain: pendidikan kesehatan sebelum
dilakukan tindakan, pendidikan kesehatan setelah dilakukan tindakan
dan rata-rata pendidkan kesehatan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan.

3.8.2 Analisis Bivariate


Analisis bivariate adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel
(Sujarweni, 2014). Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual terhadap tingkat
pengetauan orang tua terhadap penatalaksanaan demam pada anak
dengan menggunakan tepid water songe. Dengan membandingkan dua
rata-rata yaitu rata-rata pendidikan kesehatan setelah dilakukan
tindakan pendidkan kesehatan tepid water spnge dengan rata-rata
setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan.Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Paired t-test dengan
menggunakan komputer karena pada penelitian ini membandingkan dua
rata-rata. peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan pendidian
kesehatan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Apabila
saat di lakukan uji Paired t-test ditemukan tidak normalitas maka
lakukan uji Man-Whitney.
41

5.21Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun, manusia
tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan
yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia
lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas dari etika sopan santun.
Dalam hubungannya antara kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam
hak dan kewajibannya. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan
tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap
ilmiah (scientific amude) serta berpegang teguh pada etika penelitian
meskipun mungkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau
membahayakan bagi subjek penelitian (Nugroho, 2016).

Pada penelitian ini, peneliti telah mengajukan etik ke Komite Etik Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin pada tanggal 8 april 2022 dan di terima pada
tanggal 19 mei 2022 dengan layak etik dengan nomor 186/UMB/KE/V/2022
dengan mengacu pada prinsip etik dibawah ini:

3.9.1 Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)


Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seharusnya cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden (Nugroho,
2016).

Peneliti menghormati hak responden, karena responden berhak untuk


menentukan pilihan, hendak atau tidaknya menjadi responden dan tidak
ada unsur paksaan. Peneliti tidak akan memaksa dan responden
memiliki hak untuk mengundurkan diri ataupun menolak menjadi
42

responden. Peneliti menghormati dengan tidak mencantumkan nama


responden dan hanya menggunakan inisial pada lembar kuesioner, dan
responden dapat mengundurkan diri kapan saja dan jaminan
kerahasiaan responden tetap terjaga. Setelah mendapatkan informasi
responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan dan jika
bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon responden.

3.9.2 Prinsip Keadilan (Respect for Justice)


Prinsip keadilan yang diterapkan peneliti dengan cara tidak membeda-
bedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya. Semua responden
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama.
Responden diperlukan secara adil baik sebelum selama dan sesudah
penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak
bersedia menjadi responden atau mengundurkan diri.

3.9.3 Prinsip Manfaat (Benefit)


Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres,
maupun kematian subjek penelitian (Nugroho, 2016).

Prinsip etik berbuat baik dalam penelitian ini membantu untuk


mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan burnout pada perawat
di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sehingga memberikan manfaat yang
maksimal kepada responden dan mendapatkan informasi yang baru.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.22Hasil Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografi Dan Lingkungan
Kecamatan Sungai Tabukan terletak di Kabupaten Hulu Sungai Utara
dengan luas Wilayah kerja Kecamatan 45 Km2 dengan perbatasan
sebelah Timur adalah Kecamatan Amuntai Selatan, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Danau Panggang, sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Amuntai Selatan, dan sebelah Selatan
berbatangan dengan Kecamatan Sungai Pandan.

Luas wilayah kerja Kecematan Sungai Tabukan 29,24 Km2 dengan


jumlah penduduk sebanyak 28.423 jiwa dengan sex ratio 14.047 jiwa
laki – laki ( 49,42 % ) dan 14.376 jiwa perempuan ( 50,58 % ).
Keadaan tanah di wilayah Kecamatan Sungai Tabukan meliputi tanah
persawahan, perkebunan, perkampungan serta tanah rawa. Sebagai
wilayah yang termasuk lintasan garis khatulistiwa yang berarti
beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau.

4.1.2. Demografi / Kependudukan


Kecamatan Sungai Tabukan memiliki 17 wilayah desa dengan total
luas wilayah kerja 29,24 KM 2 . Jumlah penduduk yang keseluruhan
laki-laki dan perempuan 28.432 dengan Jumlah keluarga 6971.
Wilayah desa terbesar adalah Tapus Dalam dengan luas 3,77 KM 2 dan
wilayah desa terkecil adalah Sungai Pandan Tengah dengan luas 0,12
2
KM .

43
44

4.1.3. Pendidikan
Pendidikan sebagian masyarakat hanya lulusan SD atau sederajat
meskipun di Kecamatan Sungai Tabukan sudah tersedia sarana dan
fasilitas pendidikan mulai dari Taman Kanak Kanak sampai Sekolah
Menengah Atas.
Di wilayah Kecamatan Sungai Tabukan terdapat sarana Pendidikan
sebagai berikut :
Taman Kanak Kanak : 4 Buah
SD / Sederajat : 18 Buah
SMP/ Sederajat : 3 Buah
SMA / Sederajat : 2 Buah

4.1.4. Karakteristik responden


Hasil penelitian ini berdasarkan karakteristik umur, dan jenis kelamin.
4.1.4.1. Berdasarkan umur dapat dilihat pada table berikut:
Table 4.1 Karakteristik responden dan jenis kelamin
KARAKTERISTIK
NO FREKUENSI %
RESPONDEN
UMUR
1 22-27 40 40%

2 28-33 25 25%
3 34-38 20 20%
4 39-44 10 10%
5 45 5 5%
Total 100 100%
JENIS KELAMIN
1 Laki –laki 20 20%
2 Perempuan 80 80%
Total 100 100%

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa mayoritas umur responden di


wilayah kerja Kecamatan Sungai Tabukan adalah 22-27 tahun
sebanyak 40 orang (40%) dan minoritas umur responden yaitu 45 dan
45

5,5 tahun sebanyak 5 orang (5%). Dan mayoritas responden


berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Kecamatan Sungai Tabuk
adalah perempuan sebanyak 80 orang (80%) dan minoritas responden
adalah laki laki dengan orang (20%).

5.23Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini analisis univariat yang
dilakukan meliputi variabel independen pengaruh pendidikan kesehatan ,
sedangkan variabel dependennya pengetahuan.
Tabel 4.2 Nilai Pengetahuan Responden Sebelum Pendidikan Kesehatan
Media Audiovisual
N Nilai sebelum Jumla Mean
% Std. Deviasi
o pendidikan kesehatan h Min-mix
1 0 10 10%
2 10 16 16%
20,70
3 20 30 30% 7.160
0-30
4 30 44 44%
100
Total 100
%

Dari table 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden adalah 100 orang. Dari
100 responden yang nilai pengetahuan sebelum nilai pengetahuan tertinggi
adalah 30 dan nilai pengetahuan yang terendah adalah 0. Dapat dilihat juga
nilai pengetahuan rata-rata adalah 20.70 dengan Std. Deviasi 7.160.
46

Tabel 4.3 Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Pendidikan Kesehatan


Media Audiovisual
Nilai sesudah
N Jumla Mean SdStd.
pendidikan %
o h Min-mix Deviasi
kesehatan
1 60 15 10%
2 70 59 16%
71.50
3 80 22 30% 9.975
0-30
4 90 4 44%
Total 100 100%

Dari table 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden adalah 100 orang. Dari
100 responden yang nilai pengetahuan sesudah nilai pengetahuan tertinggi
adalah 90 dan nilai pengetahuan yang terendah adalah 60. Dapat dilihat juga
pengetahuan rata-rata adalah 71.50 dengan Std. Deviasi 9.975.

5.24Uji Normalitas Pada Kelompok Intervensi


Sebelum dilakukan uji Paired t-test dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
karena untuk mengetahui berdistribusi normal atau tidak.
Uji Normalitas data pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual
terhadap nilai pengetahuan tentang penatalaksanaan demam pada anak
menggunakan tepid water sponge
Tabel 4.4 Uji Normalitas
Tingkat Kecemasan Sig
Sebelum 0,08
Sesudah 0,08

Berdasarkan hasil uji kolmogrof smirgrof test menunjukkan hasil uji


normalitas dengan nilai p-value (sig) 0,08 atau di atas α = 0,05 (p <0,05)
pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan dan p value (sig) 0,08
atau diatas α = 0,05 (p <0,05) pada kelompok intervensi setelah diberikan
47

perlakuan. Dengan demikian karena p-value >0,05 maka dapat disimpulkan


bahwa nilai pengetahuan sebelum dan sesudah berdistribusi normal.

5.25Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel
(Sujarweni, 2014). Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan media audiovisual dengan menggunakan tepid water
sponge. Dengan membandingkan satu rata-rata yaitu pendidikan kesehatan
media audiovisual.

Analisis nilai pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan


dengan media media audiovisual pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Nilai Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah
Dengan Pendidikan Kesehatan Media Audiovisual Dengan
Menggunakan Tepid Water Sponge
Selesih nilai
Mean Mean Std. p - Value
sebelum dan
Min-Max Difference Deviation
sesudah
20,70
Sebelum 9.975
0-40
71,50 p value
50.800
0,000< α 0,05
Sesudah 7. 160
60-90

Dari tabel 4.5 menyatakan bahwa mean/rata-rata sebelum perlakuan


adalah 22,70 dan sesudah perlakuan adalah 70,90 dengan mean/rata-
rata selisih penurunan 48,2 kepada 100 responden. Dari hasil sebelum
dan sesudah perlakuan tersebut dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
dibuktikan dengan p-value : 0,000 <0,05.
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dari nilai mean dapat dilihat bahwa ada
pengaruh pendidikan kesehatahan media audiovisual tentang tepid
water sponge. Dibuktikan dengan nilai p-value sig. 0,000 dan sig.
0,000 < 0,05 yang pengaruh yang signifikan.
48

5.26Pembahasan
4.5.1. Pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan media audiovisual
Nilai rata-rata pengetahuan orang tua anak tentang penatalaksanaan
demam pada anak sebelum di berikan pendidikan kesehatan media
audiovisual adalah 20.70. Dengan nilai tertinggi adalah 30, dan nilai
terendah adalah 0.

Berdasarkan penelitian ini, tentang penatalaksanaan demam pada anak


menggunakan tepid water sponge yang paling banyak orang tua anak
yang tidak diketahui adalah peletakan washlap 1 sampai 6 dan
pengetahuan yang paling banyak diketahui adalah tentang kompres air
hangat.

Peneltian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor adalah informasi.


Kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat tentang tepid water
sponge karena masyarakat masih menggunakan kompres air es dan
kompres air hangat. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah
lingkungan juga berperan dalam pengetahuan tentang penatalaksanaan
demam pada anak yang tidak di ajarkan di bangku pendidikan.

Penelitian ini didukung dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan


menggunakan audiovisual dan flipchart terhadap perilaku anak dalam
pencegahan covid-19 oleh Ulava Novia (2019) yang menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan responden rata-rata sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebesar 50.88 %.

Penelitian ini didukung dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan


tentang covid 19 melalui media audiovisual terhadap pengetahuan
remaja di madrasah aliyah nurul huda kota depok oleh Marwiyato
49

Ramadania, Dwi Mutia Wenny (2020) yang menunjukkan bahwa


tingkat pengetahuan responden rata-rata sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebesar 50.88 %.

4.5.2. Nilai pengetahuan pendidikan kesehatan sesudah media audiovisual


Nilai rata-rata pengetahuan orangtua anak tentang penatalaksanaan
demam pada anak sesudah diberikan pendidikan kesehatan media
audiovisual adalah 71.50 Dengan nilai tertinggi adalah 30,dan nilai
terendah adalah 0.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian ini didukung


dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang covid 19
melalui media audiovisual terhadap pengetahuan remaja di madrasah
aliyah nurul huda kota depok oleh Marwiyato Ramadania, Agustina,
Dwi Mutia Wenny (2020) bahwa terdapat perubahan nilai yang sangat
signifikan antara sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan
dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar 0 % responden
memiliki tingkat pengetahuan rendah, 18.3% memiliki tingkat
pengetahuan sedang , dan 81.7% responden memiliki tingkat
pengetahuan tertinggi dengan rata- rata 12.52 .

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian ini didukung


dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan
audiovisual dan flipchart terhadap perilaku anak dalam pencegahan
covid-19 oleh Ulava Novia (2022) bahwa terdapat perubahan nilai
yang sangat signifikan antara sebelum dilakukan intervensi
pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar
0% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, % 27.3 memiliki
tingkat pengetahuan sedang , dan 50%.
50

4.5.3. Nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan


kesehatan media audiovisual
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata
pengetahuan siswa tentang penatalaksanaan demam pada orang tua
saat pretest adalah dengan standar deviasi 9.975. Pada saat posttest
didapat rata-rata pengetahuan siswa 71.50 dengan standar deviasi
7.160. Dari uraian tersebut kita bisa mendapat informasi perbedaan
nilai mean antara pretest dan posttest adalah 50.800. Hasil uji pairet
test t didapatkan nilai Sig.= 0.000 nilai ini kurang dari nilai α
(alpha) sebesar 0.05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan siswa antara
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Penelitian ini sejalan
dengan Hartiningsih yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
media audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan yang signifikan p
value <0,05.

Peneliti ini sejalan dengan Ake R.C Langingi, Hairil Akbar, Henyy
Kaseger (2020) Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Dalam Menangani demam pada anak di desa
Moyang Todulan. Dengan hasil adanya pengaruh yang signifikan
pengaruh penyuluhan kesehatan tingkat pengetahuan ibu dalam
menangani demam pada anak dengan hasil P-Value sebesar 0,000 atau
lebih kecil dari α 0,05.

Penelitian ini sejalan dengan Ria Indah Puspita, Sholihatul Maghfirah,


Rika Maya Sari (2019) Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media
Video Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan Kejang Demam
Pada Balita. Pada penelitian ini menggunakan uji Paired T-test,
didapatkan hasil p value 0,00 < nilai α 0,05.
51

Penelitian ini juga sejalan dengan judul Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Menggunakan Media Lembar Balik Terhadap Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang Perkembangan Anak Kejang
Demam. Hasil Uji Homogenitas Margin menunjukkan bahwa ada
pengaruh pendidikan kesehatan dengan media lembar balik terhadap
peningkatan pengetahuan pendidikan kesehatan dengan media lembar
balik terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dengan nilai
p=0,005 (α = 0,05).

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan


media audiovisual terhadap pengetahuan tentang penatalaksanaan
demam menggunakan tepid water sponge. Dibuktikan dengan nilai p
value sig.0,000 < α 0,05 yang artinya terdapat pengaruh yang
signifikan.

Pengetahuan penatalaksanaan demam menggunakan tepid water


sponge adalah hasil tahu dari pengindraan baik itu indra penglihatan,
pendengaran dan pancaindra lainnya tentang cara tepid water sponge
yang baik dan benar. Pengetahuan itu bisa didapatkan dari belajar atau
pengalaman pribadi di lingkungan rumah.

5.27Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari keterbatasan yang dialami selama penelitian dilaksanakan,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun beberapa
kekurangan yang peneliti rasakan, yaitu:
4.6.1. Peneliti tidak melakukan uji interprentasi kepada asisten peneliti.
52

5.28Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan


4.7.1. Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan perencanaan
perawatan dalam tindakan pemberian tepid water sponge pada anak
demam
4.7.2. Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan kepada masyarakat umum
terutama pada orang tua agar dapat menangani kasus anak
demam secara mandiri dengan cara pemberian tepid water
sponge yang baik dan benar.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.29Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5.1.1. Rata-rata nilai pendidikan kesehatan dengan media audiovisual
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 20,70.
5.1.2. Rata-rata nilai pendidikan kesehatan dengan media audiovisual
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah dan sesudah
dilakukan pemberian adalah 70,50.
5.1.3. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media audiovisual terhadap nilai pengetahuan tentang
penatalaksanaan demam pada anak menggunakan tepid water
sponge. Dibuktikan dengan nilai p value sig.0,000 < α 0,05 yang
artinya terdapat pengaruh yang signifikan.

5.30Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan beberapa
saran kepada pihak yang terkait, antara lain:
5.2.1. Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan informasi dalam
pengembangan dalam pendidikan kesehatan.
5.2.2. Puskesmas
Diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan tentang media
audiovisual.
5.2.3. Bagi Perawat/Petugas Kesehatan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan yang tepat dan

55
56

dapat memberikan perubahan perilaku masyarakat dalam mengatasi


demam pada anak.
5.2.4. Bagi masyarakat
Diharapkan menggunakan tepid water sponge pada anaknya yang
sedang demam di rumah sebelum menjangkau ke pelayanan kesehatan
lebih lanjut.
5.2.5. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi
pendidikan kesehatan media audiovisual untuk bidang program studi
ilmu keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
5.2.6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan media pendidikan kesehatan.
57

DAFTAR PUSTAKA

Alves, J. G. B., & Almeida, C. D. C. M. (2012). Tepid Sponge Plus Dipyrone versus
dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo:
Medical Journal. Tersedia dalam : < Http://www.scieolo.br > .

Arifin, S., Hartoyo, E., Srihandayani, D.(2009). Hubungan tingkat demam dengan
hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Jurnal
Universitas Lambung Mangkurat: 1(1): 14.

Hendianti.(2012). Efektifitas Pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap


tingkat pengetahuan perawatan payudara pada ibu hamil trimester III di
wilayah kerja puskesmas BentokKabupaten Barito Selatan

Hidayat, A.A. (2015). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?
kode=150709&level=3 pada tanggal 15 juni 2020

Jacob, A., Rekha & Tarachnand, J.S.(2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures
Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher

Kholid,A.(2014).Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku media, dan


aplikasinya,Jakarta: Rajawali Pers

Mahdiya,Dede. (2015). Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Anak Dengan Demam Typoid. Dinamika Kesehatan Vol.6 NO 1
JULi 2015
http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulya.ac.id/index.php/dksm/atricle/
58

view/44/33 diakses pada tanggal 10 Maret 2022

Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC

Notoadmojo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta :Rineka

Potter dan Perry. A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3.Edisi 7.Jakarta :


Salemba Medika

Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer (Teori, Praktik,


Hukum, dalam Asuhan keperawatan). Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyannor H. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan


Penambang

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Wardiyah, A., Setiawati, dan Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas


Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang Alamanda RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015, Jurnal Kesehatan Holistik,
10(1): 36-44.

Widyanto,F.C dan Triwibowo,C. (2013). Pendidikan kesehatan ,Jayakrta : Trans Info


Media

Blom. (2013).Tingkat Pengetahuan Yogyakarta : Pustaka Pelajaran


59

Novia Ulava .(2019). pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual dan


flipchart terhadap perilaku anak dalam pencegahan covid-19,5.(3)October pp 05
Marwiyato Ramadania, , Dwi Mutia Wenny.(2020). Pengaruh pendidikan kesehatan
tentang covid 19 melalui media audiovisual terhadap pengetahuan remaja di
madrasah aliyah nurul huda kota depok
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Kepada
Yth Kepada Yth:
Masyarakat
Di Tempat
Perkenalkan saya adalah Ramadani Jayadi mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
sebagai subjek penelitian saya yang berjudul ." Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Aodiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan
Tentang Penatalaksanaan Demam Pada Anak Menggunakan Tepid
Water Sponge” .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan sesudah Pendidikan Kesehatan terhadap penurunan
demam pada anak. Penelitian ini akan dilakukan selama 20 – 30 menit
.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah wawasan dan
pengetahuan orang tua serta mengaplikasikan tentang bagaimana
pemberian kompres tepid water sponge (kompres air hangat) kepada
anak,keluarga,dan teman yang anak demam. Kerahasiaan identitas dan
semua informasi yang diberikan, akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini dapat menimbulkan resiko seperti ketidak
nyamanan responden penelitian karena waktu yang ternganggu
Jika Bapak / Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian
saya, Surat Pernyataan persetujuan Menjadi Subjek Penelitian harap
ditanda tangani dan dikembalikan kepada peneliti.
Apabila ada hal yang ingin ditanyakan pada peneliti maka
Bapak/Ibu dapat menghubungi saya pada:
Nama : Ramadani Jayadi
No WA : 087754975918
Alamat : Jln Karya Sabumi 3 Komlek Kejaksaan Kayu tanggi 2
Semoga keterangan yang telah saya paparkan di atas dapat
dimengerti dan dipahami, dan atas kesediaan Bapak / Ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Banjarmasin,..........................,2022
Peneliti

( Ramadani Jayadi )
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


No. Responden:
Nama:
Tanggal:

Setelah mendapatkan penjelasan tentang informasi mengenai penelitian


ini, saya memutuskan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian dari
Mahasiswa:
Nama : Ramadani Jayadi
NPM : 1814201110057
Judul Penelitian : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media
Audiovisual Terhadap Pengetahuan Tentang
Penatalaksanaan Demam Pada Anak
Menggunakan Tepid Water Sponge
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela dan tanpa
ada paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Banjarmasin,………………….. 2022
Responden

( )
KUESIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MEDIA
AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK DENGAN
MENGGUNAKAN TEPID WATER SPONGE
Nama Responden : Inisial
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Jawab pertanyaan dengan benar dengan cara di silang (x) pada a,b,c,d
1 Tujuan dari tepid water sponge adalah …

A. Menaikkan suhu tubuh C. Membuat rasa tidak nyaman


B. Menghambat sirkulasi darah D. Menurunkan suhu tubuh

2 Air yang digunakan untuk tepid water sponge adalah …

A. Air hangat C. Air es


B. Air dingin D. Air kran

3 Jumlah washlap yang digunakan tepid water sponge adalah…

A. 1 C. 4
B. 3 D. 6

4 Durasi waktu melakukan tindakan tepid water sponge ulang adalah…

A. 1-5 menit C. 15-20 menit


B. 5-10 menit D. 20-25 menit

5 Pengertian tepid water sponge yang tepat adalah…


A. Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien untuk
menurunkan suhu tubuh.
B. Tepid water sponge adalah metode menyeka perut pasien saja
C. Tepid water sponge adalah metode menyeka kepala pasien saja
D. Tepid water sponge adalah metode meletakkan diketiak pasien saja
6 Setelah membaca bismillah tindakan yang harus dilakukan selanjutnya
adalah…

A. Cuci tangan 6 langkah C. Mengatur posisi anak


B. Memasang perlak D. Memasang sarung tangan

7 Alat- alat yang digunakan tepid water sponge adalah…


A. Perlak, waslap 6 buah, handuk, selimut, sarung tangan, termometer, sabun
cuci tangan, sarung tangan
B. Perlak, waslap 4 buah , handuk, selimut, sarung tangan, termometer, sabun
cuci tangan, sarung tangan
C. Perlak, waslap 3 buah, handuk, selimut, sarung tangan, termometer, sabun
cuci tangan, sarung tangan
D. Perlak, waslap 2 buah, handuk, selimut, sarung tangan, termometer, sabun
cuci tangan, sarung tangan
8 Setelah melakukan mengatur posisi anak tindakan yang harus dilakukan
selanjutnya adalah …

A. Memasang perlak dibawah badan anak dan meletakan selimut diatas


badan pasien
B. Melepaskan pakaian anak
C. Memasukkan waslap ke wadah yang berisi air hangat
D. Meremas washlap

9 Setelah melakukan meletakkan perlak tindakan yang harus dilakukan


selanjutnya adalah…

A. Melepas pakaian
B. Melepas sarung tangan bersih
C. Menyeka badan anak menggunakan washlap yang sudah dibasahi air
hangat atau air biasa dengan urutan wajah, leher, badan bagian depan, dan
kaki bagian depan
D. Meletakan washlap diatas kepala
10 Setelah menyeka bagian depan badan anak tindakan yang harus dilakukan
selanjutnya adalah ….

A Meletakan waslap didaerah C. Mengambil waslap


lipatan lutut, ketiak D. Meletakkan waslap diatas
B. Melepas Sarung tangan kepala

11 Yang bukan tujuan tepid water sponge adalah…

A. Memperlancar sikulasi darah C. Memberikan rasa nyaman


B. Menurunkan suhu tubuh D. Menurunkan darah

12 Batas normal suhu tubuh anak adalah …


A. 36,50-37,00 C. 37.00- 38,00
B. 35,00-36,00 D. 35,50- 36,50

13 Yang bukan pengertian tepid water sponge adalah…


A. Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien untuk
menurunkan suhu tubuh.
B. Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien menggunakan
waslap
C. Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien dengan
menggunakan air hangat untuk menurunkan suhu tubuh
D. Tepid water sponge adalah metode menyeka badan pasien untuk
menaikan suhu tubuh
14 Setelah melakukan persiapan alat yang harus dilakukan adalah…
A. Membaca bismillah
B. Mencuci tangan 6 langkah
C. Memasang sarung tangan bersih
D. Membasahi washlap
15 Setelah mencuci tangan 6 langkah tindakan yang harus dilakukan selanjutnya
adalah…

A. Meletakkan waslap pertama dikepala


B. Memasang sarung tangan bersih
C. Meletakkan waslap kedua diketiak
D. Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer
16 Setelah memasang sarung tangan tindakan yang harus dilakukan selanjutnya
adalah …
A. Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer
B. Memasang perlak
C. Mencuci tangan 6 langkah
D. Menseka tubuh anak menggunakan waslap yang sudah dibasahi dengan air
hangat atau air biasa
17 Setelah memasang pakaian tindakan yang harus dilakukan selanjutnya adalah

A. Melepas sarung tangan


B. Mencuci tangan 6 langkah
C. Merapikan alat –alat
D. Merapikan posisi anak
18 Setelah melepaskan sarung tangan bersih yang harus dilakukan selanjutnya
adalah …

A. Menyeka badan C. Mencuci tangan


B. Melepas sarung tangan bersih D. Merapikan posisi anak

19 Yang bukan alat –alat Tepid Water Sponge adalah…

A. Perlak C. Sarung tangan


B. Wadah berisi air hangat atau D. Wadah berisi air dingin
air biasa

20 Setelah meletakan washlap di daerah limpatan lutut dan ketiak tindakan yang
harus di lakukan adalah …
A. Menyeka bagian belakang anak (punggung, bokong, tangan, paha dan
kaki)
B. Menyeka bagian depan anak
C. Mencuci tangan 6 langkah
D. Melepas sarung tangan

Anda mungkin juga menyukai