225090507111057
(∑ 𝑥 ∑ 𝑦)
∑ 𝑥𝑦 −
𝑟𝑥𝑦 = (∑ 𝑥) 2 𝑛 (∑ 𝑦)2
√(∑ 𝑥2 − ) − (∑ 𝑦2 − )
𝑛 𝑛
(5160)(6,1)
2604 −
𝑟𝑥𝑦 = (5160)2 12 (6,1)2
√(2222600 − ) − (3,29 − )
12 12
𝑟𝑥𝑦 = -0,708663
(∑ 𝑥 ∑ 𝑧)
∑ 𝑥𝑧 −
𝑟𝑥𝑧 = (∑ 𝑥) 2 𝑛 (∑ 𝑧)2
√(∑ 𝑥2 − ) − (∑ 𝑧 2 − )
𝑛 𝑛
(5160)(3250)
1400500 −
𝑟𝑥𝑧 = (5160) 2 12 (3250)2
√(2222600 − ) − (892500 − )
12 12
𝑟𝑥𝑧 = 0,438959
(∑ 𝑦 ∑ 𝑧)
∑ 𝑦𝑧 −
𝑟𝑦𝑧 = (∑ 𝑦)2 𝑛 (∑ 𝑧)2
√ (∑ 𝑦 2 − ) − (∑ 𝑧 2 − )
𝑛 𝑛
(6,1)(3250)
1620 −
𝑟𝑦𝑧 = (6,1)2 12 (3250)2
√(3,29 − ) − (892500 − )
12 12
𝑟𝑦𝑧 = -0,665352
Korelasi parsial
𝑟yX|z 𝑟𝑥𝑦−𝑟𝑥𝑧𝑟𝑦𝑧
= √(1−𝑟2 )(1−𝑟2 )
𝑥𝑧 𝑦𝑧
𝑟yX|z
−0,708663−(0,438959)(−0,665352)
= √(1−(0,438959)2)(1−(−0,665352)2)
c) Kesimpulan
Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara suhu dengan warna yang
dikontrol oleh kualitas bahan. Semakin tinggi suhu yang diberikan akan menghasilkan tingkatan
warna semakin lemah berdasarkan kontrol kualitas bahan.
2. a) Variabel prediktornya adalah kadar aflatoksin dan intensitas cahaya hal ini karena nilai dari
kedua variabel tersebut dapat diatur dan variabel tersebut mempengaruhi dan dijadikan peramalan
untuk variabel respon, Sedangkan variabel responnya adalah persentase non kontaminasi hal ini
karena variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel prediktor dan nilainya pun ditentukan dari
variabel prediktor.
𝑛 ∑ 𝑥1 ∑ 𝑌 10(99,5)(9,599)
SX1Y = ∑ 𝑋1𝑌 − = 95,1306 − = -0,37945
𝑛∑𝑌
∑ 𝑥2 10
(966)(9,599)
SX2Y = ∑ 𝑋2𝑌 − = 926,822 − = -0,4414
∑𝑛𝑥1 ∑ 𝑥2 10
(99,5)(966)
SX1x2 = ∑ 𝑥1𝑥2 − = 9732,4 − = 120,7
𝑛 10
𝑆
𝑋22𝑆𝑋1𝑌− 𝑆𝑋2𝑌𝑆𝑋1𝑋2 (120,4)(−0,37945) − (−0,4414)(120,7)
𝑏1= = (134,565)(120,4) − (120,7)2
= 0,00464824
𝑆𝑋12 𝑆𝑋22− (𝑆𝑋1𝑋2)2
𝑆
𝑋12𝑆𝑋2𝑌− 𝑆𝑋1𝑌𝑆𝑋1𝑋2 (134,565)(−0,4414) − (−0,37945)(120,7)
𝑏2= = (134,565)(120,4) − (120,7)2
= −0,00832593
𝑆𝑋12 𝑆𝑋22− (𝑆𝑋1𝑋2 )2
𝑏0 = 𝑌̅ −𝑏1 𝑋̅1̅ − 𝑏2 ̅𝑋̅2̅ = = (0,9599) − (0,00464824)(9,95) − (−0,00832593)(96,6) = 1,71793485
c) Uji Simultan
Hipotesis
H0 : 𝛽1 = 𝛽2 = 0 ((Tidak ada pengaruh antara kadar aflatoksin dan intensitas cahaya terhadap
persentase kacang yang tidak terkontaminasi dalam batch 5)
H1 : minimal ada satu pasang 𝛽𝑖 ≠ 0 (Ada pengaruh antara kadar aflatoksin dan intensitas
cahaya terhadap persentase kacang yang tidak terkontaminasi dalam batch 5)
Statistik Uji
Kesimpulan : Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara simultan kadar aflatoksin
dan intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap persentase kacang yang tidak
terkontaminasi dalam batch 5.
Uji Parsial
Hipotesis
H0 : 𝛽1 = 0 ((Tidak ada pengaruh antara kadar aflatoksin terhadap persentase kacang yang
tidak terkontaminasi dalam batch 5)
H1 : 𝛽1 ≠ 0 (Ada pengaruh antara kadar aflatoksin terhadap persentase kacang yang tidak
terkontaminasi dalam batch 5)
Statistik Uji
2
S2 𝛽̂1 = KTG ( 𝑥2 )
2 2
𝑆𝑥1 𝑆𝑥2 −(𝑆𝑋1𝑋2)2
S2 𝛽 120,4
= 0,000626801 ( =
) 0,0000462098
(134,565)(120,4)−(120,7)2
𝑏1 𝑏1 0,00464824
thit = = = = 0,683788
𝑠𝑒(1) √0,0000462098
√𝑆 2𝛽̂1
Kesimpulan : Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara parsial kadar
aflatoksin tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase kacang yang
tidak terkontaminasi dalam batch 5.
Hipotesis
H0 : 𝛽2 = 0 ((Tidak ada pengaruh antara intensitas cahaya terhadap persentase kacang
yang tidak terkontaminasi dalam batch 5)
H1 : 𝛽2 ≠ 0 (Ada pengaruh antara intensitas cahaya terhadap persentase kacang yang
tidak terkontaminasi dalam batch 5)
Statistik Uji
2
S2 𝛽̂2 = KTG ( 𝑥1 )
2 2
𝑆𝑥1 𝑆𝑥2 −(𝑆𝑋1𝑋2)2
S2 𝛽 134,565
= 0,000626801 ( ) = 0,0000516463
(134,565)(120,4)−(120,7)
𝑏2 𝑏2 −0,00832593
thit = = = = −1,15855
𝑠𝑒(2) √0,0000516463
√𝑆 2𝛽̂2
Kesimpulan : Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara parsial intensitas
cahaya tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase kacang yang tidak
terkontaminasi dalam batch 5.
d) Koefisien Determinasi
𝐽𝐾𝑅 0,00191129
R2 = 𝐽𝐾𝑇 = 0,0062989 = 0,3034
Interpretasi : Variabel kadar aflatoksin dan intensitas cahaya hanya dapat menjelaskan
pengaruh terhadap persentase kacang yang tidak terkontaminasi dalam batch
5sebesar 30,34%, sementara 69,66% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar model