Anda di halaman 1dari 2

Peranan Etika Profesi dan Kode Etik dalam Dunia Kerja Teknik Elektro

Ditulis oleh Fajar Hendi (16010081)

Semua orang tahu bahwa teknologi mampu memudahkan segala aktifitas manusia, maka dari itu
manusia berlomba-lomba untuk menciptakan atau mengembangkan teknologi yang sudah ada
sebelumnya. Dengan ilmu pengetahuan yang tak terbatas, manusia mampu menciptakan teknologi
yang tak terbatas pula. Maka dari itu, ilmu pengetahuan yang tak terbatas ini dapat memberikan
dampak positif maupun negatif bagi penggunanya.

Beberapa negara adidaya (Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris Raya) telah berlomba
mengembangkan ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) atau Rudal Balistik Antar-Benua yang
tentu saja bisa mengancam kesejahteraan umat manusia secara instan bila digunakan secara tidak
bertanggungjawab. Bila penyalahgunaan ini terjadi, tentu hal ini tidak sesuai dengan etika yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Manusia telah mengenal etika, dan etika telah diterapkan ke segala aspek kehidupan termasuk
teknologi dan komponen-komponen pembentuknya, termasuk profesi-profesi di dalamnya.
Teknologi yang tersebar di seluruh dunia rata-rata menggunakan perangkat maupun komponen
elektronis, yang berarti bidang elektro hampir selalu ikut andil dalam setiap tapak kaki
perkembangan teknologi sampai saat ini. Maka sudah menjadi hal umum bahwa para pelaku
profesi dalam dunia elektro haruslah menggunakan etika pada bidangnya, yang selanjutnya akan
kita sebut sebagai Etika Profesi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sedangkan profesi menurut KBBI
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu. Dari kedua pengertian tersebut, saya berpendapat bahwa etika profesi
merupakan koridor bagi para pekerja dengan keahlian tertentu agar menggunakaan keahliannya
untuk hal-hal yang tidak menyimpang dari kewajiban moral (akhlak).

Etika Profesi berlaku kepada setiap insinyur di seluruh dunia. Untuk di Indonesia, Persatuan
Insinyur Indonesia (PII) telah menetapkan Kode Etik Insinyur Indonesia melalui Catur Karsa Sapta
Dharma Insinyur Indonesia. Sedangkan dalam cakupan yang lebih luas, Kode Etik Insinyur di
dunia tercantum dalam Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). Dengan ini, para
insinyur dituntut agar menggunakan keahliannya sesuai dengan poin-poin dalam Kode Etik
Insinyur.

Etika Profesi memiliki peranan yang besar dalam perjalanan teknologi, dimana setiap pekerja
keahlian dituntun untuk mengutamakan keluhuran budi, menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia, bekerja secara sungguh-sungguh
untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta meningkatkan
kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran.

Pertanyaan yang muncul adalah “Apa jadinya dunia jika para insinyur dibebaskan dari kewajiban
moral (akhlak) dalam setiap implementasi kecerdasan & keahlian mereka?”. Untuk menjawab
pertanyaan ini saya akan memberikan sedikit contoh kasus.
Pada tahun 1995 pernah ada dugaan ledakan bom nuklir Aum Shinrykio di Tokyo. Dikutip dari
merdeka.com, Aum Shinrykio adalah sebuah ‘kultus’ kematian Jepang yang terkenal pada tahun
1995 silam. Cerita ini muncul akibat dugaan dirilisnya gas sarin oleh mereka ke kereta bawah
tanah Tokyo, yang menewaskan 9 orang. Pada saat itu, akhirnya diketahui juga kalau dia memiliki
dana sebesar 1 milyar dollar dan juga telah merekrut fisikawan ex-Soviet yang telah diberi tugas
untuk menghancurkan Tokyo dengan nuklir. Hal ini cukup mengancam masyarakat Tokyo,
terlebih lagi banyak laporan bahwa terjadi ledakan di ladang uranium yang diketahui dimiliki oleh
Aum Shinrykio. Sampai akhirnya isu ini mereda di tahun 2001.

Walaupun itu adalah sebuah isu, namun itu dapat menjawab pertanyaan tadi. Dari wacana diatas
terdapat indikasi penyalahgunaan teknologi nuklir oleh fisikawan ex-Soviet yang telah
menggunakan keahliannya untuk kepentingan suatu golongan yang merugikan masyarakat umum.
Maka sudah terbayang betapa bahayanya apabila Etika Profesi tidak diterapkan dengan sungguh-
sungguh oleh para insinyur dalam dunia kerjanya.

Seperti yang sudah saya tulis di paragraf awal, bidang elektro hampir selalu ikut andil dalam setiap
tapak kaki perkembangan teknologi sampai saat ini. Maka dari itu, dunia kerja Teknik Elektro
tentu erat kaitannya dengan seluruh perkembangan teknologi yang terjadi. Apalagi, era saat ini
adalah era dimana perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, dimana hampir seluruh
kegiatan manusia dapat dilakukan/dimudahkan melalui smartphone, belum lagi mata uang kripto
yang semakin populer. Sekilas terdengar sangat bermanfaat, namun bukan berarti tidak ada
dampak negatifnya, penyalahgunaan data pengguna kapan saja juga bisa terjadi. Tentu hal ini harus
diimbangi dengan edukasi Etika Profesi kepada para kreator teknologi agar semakin bijak dalam
membuat inovasi-inovasi, tentunya juga kepada para penggunanya yang pada nantinya teknologi
dapat dinilai sebagai hal yang bermanfaat bagi umat manusia.

Kesimpulannya, Etika Profesi dan Kode Etik dalam Dunia Kerja Teknik Elektro memiliki peranan
yang sangat penting, mengingat resiko dalam penciptaan teknologi di dalamnya juga amat sangat
besar. Tidak ada hal yang berjalan tanpa resiko, maka edukasi merupakan hal yang sangat penting
baik kepada kreator teknologi maupun penggunanya.

Sekilas intermeso, walau di akhir bagian, saya akan sedikit mengemukakan anggapan bahwa
sekarang semua orang memiliki “keahlian” dalam menggunakan smartphone, ada baiknya juga
apabila para “ahli” ini juga diikat dalam lingkaran etika, edukasi, & sosialisasi agar masyarakat
kita semakin bijak menjadi pengguna teknologi.

Anda mungkin juga menyukai