UKRAINA
MATA KULIAH ETIKA ENGINEERING
NAMA : SYARIFFUDIN
NIM : 15A1068
DOSEN PENGAMPU : SUFIYANTO, M.T.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi nuklir juga
kian berkembang mengikuti tuntutan jaman. Disain yang lebih sempurna, efisiensi yang lebih
tinggi, kapasitas yang semakin besar, tingkat keselamatan yang lebih terjamin merupakan
beberapa aspek yang senantiasa ditingkatkan. Secara kronologis, perkembangan teknologi
nuklir dari generasi pertama hingga ke empat saat ini dapat dilihat dalam Gambar 1.
Pengalaman operasional dari tahun ke tahun, juga pelajaran dari beberapa insiden dan
kecelakaan kritikalitas (criticality accidents) di beberapa fasilitas pemrosesan bahan nuklir,
maupun kecelakaan (Three Mile Island dan Chernobyl) memberikan pelajaran yang sangat
berarti untuk peningkatan standar keselamatan di masa depan. Disamping perbaikan dari sisi
teknologi, standar, persyaratan dan pedoman pengoperasian PLTN juga senantiasa ditinjau
ulang oleh International Atomic Energy Agency maupun oleh pemegang otoritas di masing –
masing negara yang memanfaatkan tenaga nuklir.
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan
moral dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-
nilai yang berlaku.
Seorang engineer tidak hanya bekerja sebagai seorang pemecah solusi yang ada pada
perusahaan, tetapi juga dapat merancang produk yang dapat memudahkan user dalam
melakukan aktivitasnya.
Pemahaman tentang etika engineering sangat dibutuhkan oleh para insinyur karena
hal ini akan dijadikan sebagai landasan kerja fundamental serta sikap yang akan diambil.
Penting bagi mahasiswa teknik untuk mengetahui dan memahami masalah etika sehingga
mereka siap merespon perubahan etika secara tepat sepanjang bergelut di dunia kerja.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-
fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu.
Contoh – contoh organisasi profesi dibidang engineering :
1. ABET (Acredation Board for Engineering and Technology)
Seorang engineer harus memenuhi standar - standar tertentu. Standar tersebut akan
menentukan mutu atau kualitas dari seorang engineer tersebut. Dengan terpenuhnya standar
maka akan membuat kenyamanan dan menjaga keamanan serta kepercayaan kepada
konsumen. Salah satu standar yang harus terpenuhi adalah Kode Etik Engineer tersebut.
Selain itu, tidak hanya untuk engineer tersebut. Barang atau produk hasil design atau
buatan seorang engineer tersebut juga harus memenuhi standar. Terutama standar pakai dan
keamanan. Selain itu juga ada standar ketahanan dan efisien. Contoh-contoh standar terhadap
mutu suatu barang adalah:
1. ISO (International Organization for Standardization)
2. SNI (Standar Nasional Indonesia)
3. ANSI (American National Standards Institute)
4. DIN (Deutsches Institute fur Normung)
5. BSI (British Standard Instiutute)
6. ASTM (American Standard Testing and Material )
7. ASME (American Society of Mechanical Engineering )
8. JIS ( Japanese Industrial Standards )
9. Dan lain sebagainya.
BAB III
KASUS ETIKA ENGINEERING
Kategori Kecelakaan
Kecelakaan Chernobyl unit 4 dipicu oleh kejadian kritikalitas teras reaktor yang tidak
terkendali dalam waktu sangat singkat. Kecelakaan kritikalitas sering disebut sebagai
excursion atau power excursion terjadi pada saat bahan nuklir, baik uranium diperkaya atau
plutonium, mengalami reaksi fisi berantai tanpa kendali. Kebocoran radiasi netron yang
menyertainya merupakan ancaman bahaya yang sangat tinggi bagi pekerja di sekitarnya dan
juga menyebabkan pelepasan radiasi ke lingkungan sekitar.Kritikalitas yang meningkat dalam
waktu singkat menyebabkan kenaikan daya reaktor secara cepat disebut sebagai promt
excursion. Hal ini menyebabkan uap bertekanan sangat tinggi juga terbentuk secara spontan
sehingga memicu ledakan teras dan terhamburnya zat radioaktif produk fisi ke udara.
Ditinjau dari dampak yang diakibatkan berdasarkan The International Nuclear Event Scale,
kecelakaan reaktor Chernobyl dikategorikan sebagai kecelakaan sangat parah(severe
accident) atau masuk kategori kelas 7(major accident). Ciri dari kategori kelas 7 adalah
dampak luar biasa terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat hingga area di luar
tapak.
Kronologi Kecelakaan
Rangkaian kecelakaan diawali oleh keputusan manajemen reaktor dan tim ahli untuk
melakukan percobaan guna menguji respon turbing enerator dalam menggerakkan pompa
pendingin pada saat pasokan uap ke turbin terhenti. Pada tengah malam 25 April 1986
percobaan dimulai. Daya reaktor diturunkan menjadi 1600 MWt, kemudian turbin nomor 7
dimatikan dan keempat aliran uap dialirkan semuanya ke turbin nomor 8. Sebagai bagian dari
percobaan pada pukul 14.00, sistem pendingin teras darurat(emergency core cooling system)
diputus. Percobaan sempat tertunda karena permintaan untuk tetap memasok listrik ke
jaringan Kiev hingga jam 23.10. Celakanya pada saat penyambungan kembali jaringan,
sistem pendingin teras darurat tidak difungsikan kembali. Percobaan kemudian dilanjutkan
kembali sesuai dengan prosedur percobaan dengan menurunkan daya menjadi antara 700
sampai dengan 1000 MWt. Pada pukul 00.28 tanggal 26 April untuk menurunkan daya lagi,
seperangkat batang kendali otomatis lokal(local automatic control rods) tidak diaktifkan dan
sejumlah batang kendali otomatis(ACs) diaktifkan. Akan tetapi operator melakukan kesalahan
pengesetan ACs, sehingga daya reaktor turun secara drastis menjadi hanya 30 MWt, padahal
prosedur mempersyaratkan daya antara 7001000 MWt.
Pada pukul 01.00 operator berhasil menaikkan daya reaktor menjadi 200 MWt dengan
cara mengangkat sejumlah batang kendali dari reaktor. Daya tersebut sebenarnya masih jauh
di bawah daya yang diperlukan untuk percobaan, dan semestinya percobaan tidak boleh
dilanjutkan. Pukul 01.03 dan 01.07 dua pompa sirkulasi cadangan dihidupkan, sehingga
secara keseluruhan terdapat delapan pompa yang bekerja bersamaan. Hal ini membuat
beberapa pompa melakukan kerja di bawah batas kinerja standarnya dan memicu penurunan
produksi uap serta turunnya tekanan dalam drum uap.
Pukul 01.19 operator mencoba menaikkan tekanan dan level air dengan menggunakan
pompa pengumpan. Reaktor seharusnya dimatikan karena sinyal trip menyala, namun hal
tersebut diabaikan oleh operator dan bersikeras untuk tetap melanjutkan percobaan. Pukul
01.19, 30 level air yang diperlukan dalam drum uap tercapai, namun operator terus
menambahkan air pengumpan. Air dingin memasuki teras reaktor dan pembangkitan uap
menurun tajam, demikian tekanan uap juga semakin menurun. Untuk mengatasi hal ini,
operator mengangkat sejumlah batang kendali otomatis dan juga batang kendali manual agar
daya tetap bertahan 200 MWt. Pukul 01.20, 30 kran bypass turbin ditutup untuk
memperlambat penurunan tekanan uap. Hal ini menyebabkan kenaikan suhu air yang
memasuki teras, selanjutnya ACs mulai diturunkan untuk mencegah kenaikan kualitas uap.
Pukul 01.22, 30 operator melihat cetakan parameter sistem reaktor pada monitor pemantau.
Data menunjukkan bahwa operator harus segera menshutdown reaktor dalam situasi
mekanisme shutdown otomatis tidak bekerja tersebut. Namun yang terjadi operator tetap
melanjutkan percobaan.
Modeling kumputer menunjukkan pada saat tersebut hanya terdapat enam, tujuh, atau
delapan batang kendali dalam teras, padahal semestinya tidak boleh kurang dari 30 batang
kendali(sesuai instruksi manual). Pada pukul 01.23,04 percobaan dimulai lagi dengan daya
200 MWt, dan katup aliran uap utama menuju turbin nomor 8 dimatikan. Sistem proteksi
keselamatan otomatis yang akan aktif pada saat kedua turbin mati sengaja dimatikan oleh
operator, meskipun hal ini tidak termasuk prosedur percobaan. Selanjutnya daya reaktor
mulai naik dari 200 MWt dan ACs turun. Sedetik kemudian aliran air pendingin utama dan air
umpan dikurangi, hal ini menyebabkan kenaikan suhu air yang memasuki reaktor dan
meningkatkan pembangkitan uap. Sejurus kemudian daya reaktor naik secara cepat(promt
critical excursion) dan mandor yang berjaga memerintahkan untuk segera menshutdown
reaktor. Namun perintah tersebut sangat terlambat karena untuk menurunkan batang kendali
secara otomatis dibutuhkan waktu 20 detik, padahal baru 0,03 detik berselang alarm sudah
berbunyi. Sistem keadaan darurat tidak mampu mengatasi kondisi tersebut, daya reaktor naik
menjadi 530 MWt dalam waktu 3 detik untuk kemudian naik secara drastis secara
eksponensial yang menyebabkan terjadinya pembangkitan uap serentak. Uap dengan tekanan
sangat tinggi yang terbentuk serentak tersebut menimbulkan ledakan dahsyat. Kurang dari
sedetik setelah ledakan pertama segera disusul ledakan kedua yang disebabkan oleh
masuknya udara ke teras yang menyebabkan bahan bakar dan beberapa elemen bereaksi
dengan oksigen dan terbakar dahsyat.
Kecelakaan reaktor RBMK 1000 Chernobyl yang terjadi pada tanggal 26 April 1986
dapat dikategorikan sebagai kecelakaan reaktor yang dipicu oleh adanya kenaikan kritikalitas
bahan nuklir dalam teras reaktor yang tidak terkendali. Reaktor RBMK mempunyai
spesifikasi sangat rentan terjadi perubahan kritikalitas pada daya rendah. Pada saat umpan air
pendingin kurang, maka suhu dan tekanan teras akan naik. Karena moderator yang digunakan
berupa batang grafit, maka pada kondisi ini moderasi terhadap netron cepat tetap
berlangsung. Hal ini justru menyebabkan peningkatan reaksi fisi, dan berlanjut kepada
kenaikan daya reaktor. Kondisi demikian dikatakan bahwa reaktor RBMK memiliki koefisien
reaktivitas positif. Berdasarkan urutan kronologi kejadian sebagaimana telah dipaparkan di
muka dapat dilakukan analisa kegagalan sistem sebagai berikut :
a. Mekanisme(mechanisme)
Adanya kenaikan daya secara tibatiba menyebabkan tekanan uap meningkat secara
cepat dan memicu ledakan pada teras reaktor dua kali berturut turut dalam selang waktu
kurang dari dua detik. Ledakan pertama diakibatkan oleh tekanan uap yang sangat tinggi,
kemudian akibat adanya kontak dengan udara menyebabkan bahanbahan dalam teras bereaksi
dengan oksigen maupun nitrigen hingga memicu kebakaran dan akhirnya terjadi ledakan
kedua.
b. Kondisi(condition)
Keadaan yang mengiringi terjadinya kecelakaan, diantaranya adalah :
Pelanggaran prosedur kerja
Beberapa pelanggaran prosedur kerja yang dilanggar oleh operator reaktor yaitu:
1). Tindakan mematikan sistem pendingin teras darurat(emergency core cooling system).
2). Kesalahan pengesetan batang kendali sehingga daya turun drastis menjadi 30 MWt.
3). Pemakaian semua pompa, termasuk pompa cadangan, pada saat salah satu turbin
dimatikan.
4). Pengabaian sinyal untuk menshutdown reaktor pada saat level air pendingin pada
pembangkit uap menurun.
5). Tindakan tetap melanjutkan percobaan dengan hanya 6-8 batang kendali, padahal
saharusnya tidak boleh kurang dari 30 batang kendali.
6). Tindakan menutup saluran uap ke turbin nomor 8 dan pengabaian sistem proteksi
keselamatan otomatis.
c. Kendala (constraint)
Budaya kerja yang buruk
Budaya kerja yang mengutamakan keselamatan sebagai prioritas utama merupakan filosofi
dasar untuk menekan risiko kegagalan. Pada peristiwa kecelakaan Chernobyl, terdapat fakta
bahwa pada kondisikondisi kritis tertentu dimana operator masih mempunyai kesempatan
untuk menshutdown reaktor guna menghindari kegagalan fungsi, ternyata diabaikan dan
prioritas yang dipilih adalah tetap melanjutkan percobaan. Pertimbangan praktisnya adalah
dengan menuntaskan percobaan maka tidak perlu menunda percobaan hingga tahun depan,
karena percobaan hanya bisa dilakukan sebelum mematikan reaktor. Keputusan ini
memperlihatkan bahwa prioritas keselamatan tidak menjadi pertimbangan utama.
Kebijakan Internasional
IAEA (International Atomyc Energy Agency) sebagai badan PBB yang mempunyai
kewenangan untuk mengawasi pemanfaatan teknologi nuklir seringkali tidak berdaya
menghadapi kekuatan negara super power sebagaimana Amerika Serikat dan Uni Soviet.
IAEA tidak dapat menjangkau pengawasan terhadap penggunaan bahan nuklir di
negaranegara anggota pakta militer, sehingga ketentuan safeguard seringkali hanya
diterapkan untuk negaranegara kecil. Dunia internasional nampaknya belum tersadar akan
adanya kemungkinan kegagalan sistem reaktor yang memungkinkan terjadinya pelepasan zat
radioaktif ke lingkungan hidup, terlebih apabila ada ledakan. Hal demikian membuat sistem
standar keselamatan reaktor masih mengizinkan adanya reaktor tanpa sistem pengungkung
dan penyungkup.
Pasca kecelakaan Chernobyl membuka mata dunia akan fakta terdapat risiko kegagalan
sistem reaktor yang bisa berdampak hingga ke luar tapak reaktor, bahkan hingga berdampak
antar negara dan benua. Kesadaran ini merupakan pembelajaran untuk meningkatkan standar
keselamatan reaktor dan menjadi koreksi tegas bahwa sistem reaktor generasi selanjutnya
harus dilengkapi dengan sistem pengungkung dan penyungkup sebagai prasayarat mutlak.
Adapun bagi Uni Soviet, perbaikan dan modifikasi kemudian dilakukan terhadap reaktor
RBMK yang masih beroperasi.
Modifikasi tersebut mencakup penyempurnaan sistem batang kendali dan penyerap netron,
yang berdampak secara langsung untuk menaikkan pengkayaan bahan bakar dari 1,8%
menjadi 2,4% U235 untuk meningkatkan kestabilan reaktor pada daya rendah. Sistem
shutdown otomatis reaktor dimodifikasi sedemikian hingga mencapai respon yang lebih
cepat. Perlengkapan pemantauan otomatis juga ditambahkan. Berbagai perbaikan yang telah
dilakukan memastikan tidak akan ada lagi kejadian kecelakaan seperti Chernobyl
sebagaimana dinyatakan oleh German Nuclear Safety Agency dalam laporannya. Di sisi
sumber daya manusia, pengalaman Chernobyl menyadarkan untuk memberikan pelatihan
yang memadai bagi setiap operator reaktornya. Bahkan beberapa tim operator diberikan
kesempatan untuk mengikuti studi banding ke berbagai reaktor di negaranegara barat atas
kerja sama dengan IAEA. Pembinaan sumber daya manusia yang memadai diharapkan akan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan budaya keselamatan pada setiap
tingkatan organisasi yang terlibat dalam pengoperasian reaktor nuklir.
BAB V
5.1 Kesimpulan
3. Kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung tidak bisa dilepaskan dari sistem
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan negara Uni
Soviet pada saat itu.
4. Badan dunia yang berwenang mengawasi pemanfaatan tenaga nuklir seringkali tidak
dapat menjangkau negaranegara adi kuasa, yang berakibat lemahnya penegakan
standar yang telah ditetapkannya.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.”Pembangkit listrik tenaga nuklir,”Ensiklopedia bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_nuklir (diakses 15 Maret 2018).
Permana Sidik, Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan, Inovasi Online
Vol.5/XVII, Jakarta, 2005.
F Mould. Richard, Chernobyl: The Real Story, Pergamon Press, NewSouth Wales, 1988.
Cox Sue dan Tait Robin, Safety, Reliability and Risk Management: an Integrated approach,
edisi ke dua, hal.182., ButterworthHeinemann, Singapura, 1998.
IAEA, The INES: For prompt of communication of safety significant, INES, Vienna, 1999.