Petalaksanaan Fisioterapipada Low Back Pain Denga Modalitas Tens, Infrared, Dan Terapi Latihan William Flexion
Petalaksanaan Fisioterapipada Low Back Pain Denga Modalitas Tens, Infrared, Dan Terapi Latihan William Flexion
OLEH :
TULUS WISNU RAMDHAN
NIM 1903092
OLEH :
TULUS WISNU RAMDHAN
NIM 1903092
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :PETALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK
PAIN DENGAN MODALITAS TENS,INFRAEED, DAN TERAPI LATIHAN
WILLIAM FLEXION
Menyetujui,
Mengetahui,
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
v
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ini.
Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesiakan ujian akhir
pada program Diploma III Fisiotrapi di Universitas Widya Husada Semarang.
Karya tulis ini penulis beri judul Petalaksanaan Fisioterapipada Low Back
Pain Dengan Modalitas Tens,Infrared, Dan Terapi Latihan William Flexion.
Dengan terselesainya karya tulis ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaika Tugas Akhir.
2. Ibu DR. Hargianti Dini Iswandari, dr.g, MM selaku Rektor Universitas
Widya Husada Semarang.
3. Bapak Basuki Rahmat, MT selaku KA Prodi DIII Teknik Elektromedik
STIKES Widya Husada Semarang.
4. Bapak Supriyanto, M.Kom selaku pembimbing, terima kasih atas segala
bimbingan, arahan dan koreksiya selama proses penyusunan Tugas Akhir.
5. Bapak, Ibu, kakak dan adik yang selalu memberikan do’a dan nasehat
kepada penulis baik materi maupun support dan Ayah yang selalu memberi
nasehat disetiap mimpi penulis, sehingga dapat menyelesaikan kuliah
diprogram DIII Teknik Elektromedik STIKES Widya Husada Semarang.
6. Segenap Dosen Prodi Fisiotrapi Universitas Widya Husada atas ilmu yang
telah diberikan.
7. Rekan-rekan Fisiotrapi 2019 yang telah berjuang bersama selama, dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
membantu proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak
mempunyai kekurangan baik dari segi teknik, teoritis maupun materi. Penulis
berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fisiotrapi
Universitas Widya Husada Semarang dan bagi pembaca pada umumnya.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERESETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xv
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
a. Latar Belakang..............................................................................................1
b. Rumusan Masalah.....................................................................................2
c. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II KajianTeori.................................................................................................4
a. Definisi Oprasional.......................................................................................4
b. Anatomi Fisiologi.........................................................................................5
c. Biomekanik...................................................................................................7
d. Osteokinematika............................................................................................7
e. Arthrokinematika..........................................................................................8
f. Deskripsi.......................................................................................................8
g. Deskripsi.....................................................................................................12
ix
a. Pengkajian Fisiotrapi...................................................................................15
b. Diagnosis Fisioterapi...................................................................................18
c. Penatalaksanaan Fisiotrapi..........................................................................19
4. Evaluasi.......................................................................................................20
BAB IV Pembahasan.............................................................................................40
BAB V PENUTUP................................................................................................42
a. Kesimpulan.................................................................................................42
b. Saran............................................................................................................42
DaftarPustaka...........................................................................................................1
Lampiran..................................................................................................................3
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Keluhan low back pain dapat dialami oleh setiap usia, jenis
kelamin, ras, status pendidikan, serta berbagai pekerjaan. Low back pain
merupakan gejala nyeri punggung bawah terjadi diantara sudut bawah kosta
sampai daerah lumbosakral (Adhyati dalam Sidemen& Claudia, 2016) yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti posisi tubuh yang salah,
mengangkat beban berat, serta melakukan gerakan secara berulang (S,
Santoso, Husna, Munir, & Nandar, 2021). Rahim dalam Amelia (2016)
menyatakan bahwa LBP adalah keluhan umum yang terjadi dimasyarakat,
diperkirakan sekitar 65% dari populasi pernah mengalaminya. Menurut
Perhimpunan Dokter Syaraf Indonesia (PERDOSSI) menyatakan bahwa
sekitar 38,86% dari kunjungan pasien adalah penderita LBP, dan 40% dari
penderita LBP adalah wanita dengan rentan usia 41 hingga 60 tahun
(Purwasih, Prodyanatasari, & Salam, Penatalaksanaan Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Low Back Pain Myogenic, 2020)
Menurut Facci et al (dalam Kusumastuti,2021) TENS adalah
modalitas fisioterapi yang paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri.
TENS bisa digunakan untuk nyeri kronis dan akut pada segala kondisi.
Menurut Review literatur yang dilakukan oleh Kusumatuti 2021, pemberian
TENS yang disertai dengan latihan otot punggung dapat secara efektif
mengurangi nyeri dan bermanfaat bagi penderita nyeri punggung bawah
myogenic. Pada penelitian yang dilakukan Ulandari dan Puspitasari (2020)
menyatakan bahwa modalitas TENS dpan mengurangi nyeri pada lansia
penderita low back pain secara signifikan. Penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Purwasih et al (2020) menyatakan bahwa terapi dengan modalitas
TENS pada pasien low back pain myogenic dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan ROM pada punggung bawah
serta meningkatkan aktifitas fungsional.
Terapi infra-red merupakan salah satu modalitas yang digunakan
dalam fisioterapi untuk manajemen nyeri. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Ojeniweh, et al (2015) menyatakan bahwa terapi infra-red
dalam 6 minggu efektif untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi
disability index pada low back pain kronis. Dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Ansari, et al (2014) menyatakan bahwa terapi infra-red
dapan mengurangi nyeri, meingkatkan fungsi, ROM lumbar, dan daya tahan
ekstensor punggung pada pasien non-specific low back pain.
William flexionatau disebut juga lumbal excercise ialah latihan
yang dikembangkan pada tahun 1937 untuk pasien low back pain kronis
yang memiliki lumbosakral yang berlebihan, Latihan ini berupa latihan
untuk mematuhi prinsip-prinsip postural yang berfungsi untuk mengurangi
lordosis lumbal sehingga tekanan pada posterior tulang belakan lumbal
menjadi berkurang (Kumar, Revathi, & Ramachandran, 2015). Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Sukmajaya et al (2020) menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada pasien low back pain sebelum dan
sesudah dilakukannya william flexion excersice (WFE) dimana WFE dapat
meninkatkan gejala fungsional pada penderita LBP tanpa memandang usia
(Sukmajaya, Alkaff, Oen, & Sukmajaya, 2020). dalam penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Saska et al (2021) menyatakan bahwa sebanyak 85,7 %
responden LBP yang melakukan WFE merasakan nyeri yang berkurang dari
nyeri sedang menjadi nyeri ringan.
Oleh karena itu, terapi yang digunakan pada kasus Low Back Pain
ini adalah modalitas TENS, Infrared, dan William Flexion Exercise yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri serta meningkatkan lingkup gerak sendi
dan fungsional aktivitas.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masalah untuk karya
tulis ilmiah ini adalah "Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas
TENS, IR, dan Terapi Latihan William Flexion Pada Low Back Pain".
2
c. Tujuan Penulisan
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan fisioterapi untuk kasus low back pain dengan modalitas
TENS, IR, dan William flexion Exersice.
3
BAB II
KajianTeori
a. Definisi Oprasional
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu
dari gangguan musculoskeletal, akibat dari mobilisasi yang salah.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra
atau diskus intervertebralis. Pencetus low back pain spondylosis lumbal
adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur
tubuh yang jelek. Faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak
dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga
berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar.
Pada kasus low back pain yang spesifik, perjalanan penyakit hingga
menimbulkan gejala yang sudah jelas diidentifikasi dengan
mempertahankan penyebabnya. Pada low back pain non spesifik memang
lebih banyak mengarah pada gangguan musculoskeletal ataupun myogenic,
seperti permasalahan postur, kondisi tubuh serta beban berlebih yang akan
mempengaruhi kondisi low back pain muscle (Balague, 2012).
Permasalahan seperti strain, atrophy, sapsme dan imbalance akan
meningkatkan nosiseftif input ke sistem sehingga muncul sensasi nyeri.
Semua struktur tersebu mengandung nosiseptor yang peka terhadap
berbagai stimulus (mekanikal, termal dan kimiawi). Bila reseptor diransang
oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi dan substansi lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan untuk
mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsungnya proses
penyembuhan.
b. Anatomi Fisiologi
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu
dari gangguan musculoskeletal, akibat dari mobilisasi yang salah.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra
atau diskus intervertebralis. Pencetus low back pain spondylosis lumbal
adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur
tubuh yang jelek. Faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak
dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga
berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar (Jupiter,
2013).
5
Pada kasus low back pain yang spesifik, perjalanan penyakit
hingga menimbulkan gejala yang sudah jelas diidentifikasi dengan
mempertahankan penyebabnya. Pada low back pain non spesifik memang
lebih banyak mengarah pada gangguan musculoskeletal ataupun myogenic,
seperti permasalahan postur, kondisi tubuh serta beban berlebih yang akan
mempengaruhi kondisi low back pain muscle (Balague, 2012).
Permasalahan seperti strain, atrophy, sapsme dan imbalance akan
meningkatkan nosiseftif input ke sistem sehingga muncul sensasi nyeri.
Semua struktur tersebu mengandung nosiseptor yang peka terhadap
berbagai stimulus (mekanikal, termal dan kimiawi). Bila reseptor diransang
oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi dan substansi lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan untuk
mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsungnya proses
penyembuhan.
6
1) Ligamen longitudinal anterior 2) Ligamen longitudinal posterior 3)
Ligamen flavum 4) Ligamen interspinosus 5) Ligamen supraspinosus
d. Osteokinematika
Osteokinematika gerakan yang terjadi di antara kedua tulang yang
merupakan gerakan fisiologis sendi (Kisner dan Colby, 2012). Persendian
vertebra pada masing-masing columna vertebralis dapat di lakukan ekstensi
7
dan fleksi sekitar 50o-0o-100o kemudian untuk di lakukan fleksi lateral 0o-40o
dan pada gerakan rotasi 40o-0o-40o, hal tersebut merupakan acuan normal
untuk menilai hambatan dalam pergerakan.
e. Arthrokinematika
Menurut snell (2012). Artrokinematika adalah gerakan sendi yang
dilihat dari gerakan antar permukaan sendi yang di kenal sebagai gerakan
artikuler atau joint play movement berupa traksi translasi dan spin. Ketika
lumbal spine terjadi gerakan maka ada tekanan discus intervertebralis
bagian anterior dan pada bagian posterior menggelembung dan terjadi
berlawanan saat gerakan ekstensi. Discus intervertebralis akan tertekan pada
sisi yang terjadi ketika melakukan gerakan lateral fleksi. Misal ketika
melakukan gerakan lateral fleksi sinistra maka discus intervertebralis akan
tertekan pada sisi sinistra. Dengan bersama maka discus intervertebralis
bagian dextra akan mengalami ketegangan. Pada level lumbal spine,
jaringan collagen pada setengah dari lamina mengarah ke arah yang
berlawanan (kira-kira 1200) dari jaringan setengah lainnya. Dan yang
setengahnya mengarah ke kanan dan membatasi rotasi ke arah kiri.
f. Deskripsi
1) Tens
8
TENS merupakan pengobatan yang direkomendasikan untuk
mengurangi nyeri pada punggung bawah. Pasang elektroda pada titik
nyeri, kemudian terapis mengatur intensitasnya sesuai toleransi
pasien. Terapis selalu memonitor pasien selama terapi berlangsung.
Jika tidak lagi merasakan arus, maka intensitas harus dinaikkan.
Setelah terapi selesai turunkan intensitas dan mesin dimatikan.
Lepaskan elektroda periksalah daerah yang di terapi, apakah terdapat
warna kemerah-kemerahan sebagai tanda iritabilitas kemudian rapikan
dan simpanlah unit TENS setelah digunakan.
9
untuk menangani masalah nyeri muskuloskeletal. Arus yang
dihasilkan dapat memberikan efek stimulasi pada serat otot, nyeri
masking, vasodilatasi dan hiperemia Ayu, S., & Yuspita, A. (2016)
Penggunaan TENS terbukti dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri
punggung bawah dengan penggunaan TENS berdurasi 330μ detik dan
frekuensi 20 Hz (Facci, Nowotny, Tormem, & Trevisani, 2011).
2) INFRARED
10
menitikberatkan pada penggunaan gelombang elektromagnetik.
Karakteristik terapi gelombang infrared dengan panjang gelombang
106 – 770 nm, pada spektrum gelombang cahaya yang dapat terlihat
dengan gelombang micro. Tujuan terapi infra red atau terapi infra
merah adalah sebagai pemanasan struktur muskuloskeletal yang
terletak pada bagian terluar kulit hingga penetrasi 0,8 – 1mm. Terapi
infrared memberikan pemanasan superfisial pada kulit yang sedang
melakukan terapi sehingga menimbulkan efek fisiologis
menyembuhkan kondisi penyakit. Efek fisiologis berupa aktifasi
reseptor panas superfisial pada kulit. Selanjutnya dapat merubah
transmisi atau konduksi saraf sensoris ketika menghantarkan nyeri
sehingga nyeri berkurang (Arya, RK & Jain, V. 2013). Adapun fungsi
dari infrared menrutu Menurut Ken Learman, 2014 adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena
infra merah mempunyai getaran yang sama dengan molekul air.
Sehingga, ketika molekul tersebut pecah maka akan terbentuk
molekul tunggal yang dapat meningkatkan cairan tubuh.
b. Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan
pengaruh infra merah akan menghasilkan panas yang menyebabkan
pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan temperatur kulit,
memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung.
c. Meningkatkan metabolisme tubuh. Jika sirkulasi mikro dalam
tubuh meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui
metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.
d. Mengembangkan Ph dalam tubuh. Sinar infra merah dapat
membersihkan darah, memperbaiki tekstur kulit dan mencegah
rematik karena asam urat yang tinggi
3) WILLIAM FLEXION
11
pinggang bawah dengan menguatkan otot-otot yang memflesikan lumbo
sakral spine, terutama pada otot-otot abdominal dan otot gluteus
macimus serta juga kelompok extensor punggug bawah (Kusuma &
Setiowati, 2015). Pengaruh dari terapi William Flexion Exercise adalah
merileksasikan otot sehingga semakin otot itu relax dan tidak tegang
maka otot tersebut dapat bergerak bebas tanpa timbulnya rasa nyeri dan
spasme pada otot punggung bawah (Muhith & Yasma, 2014).
g. Deskripsi
1) Patologi
Suatu kondisi umum yang menyakitkan yang mempengaruhi
bagian bawah tulang belakang. Nyeri punggung bawah yang
disebabkan oleh cedera otot (tegang) atau ligamen (keseleo).
Penyebab umum termasuk cara mengangkat beban yang salah, postur
tubuh yang buruk, tidak berolahraga teratur, fraktur, cakram pecah,
atau artritis serta melapukan gerakan berulang ulang
2) Etiologi
Lebih dari 85% pasien dengan nyeri punggung bagian bawah
memiliki etiologi nonspesifik tanpa adanya penyakit atau kelainan
yang jelas.[1,2] Nyeri punggung bawah sering kali berasal dari
permasalahan umum seperti otot tegang (muscle tension) atau kejang
12
(spasm). Struktur anatomis tulang belakang bawah lainnya dapat
menimbulkan nyeri dengan ciri-ciri tertentu seperti nyeri radikuler
(radicular pain), sindroma sendi facet (facet joint syndrome), nyeri
sendi sakroiliak (sacroiliac joint pain), stenosis lumbalis (lumbar
spine stenosis), dan nyeri diskogenik (discogenic pain) [1,2]. Berbagai
struktur ini menghasilkan gejala dari kombinasi nyeri nosiseptif atau
neuropatik yang spesifik karena mengikuti distribusi dermatom, radiks,
kapsul.
A. Nyeri Nonspesifik
13
nyeri mekanik yang sering ditemukan adalah gangguan Diskus
Intervertebralis. Diskus intervertebralis berperan sebagai
penyerap tekanan dan sesuai dengan namanya, dapat ditemukan
di antara korpus vertebra. Herniasi sering terjadi di daerah L5-
S1, dan disebabkan oleh melemah dan menipisnya ligament
longitudinal. Kategori ‘gangguan’ pada diskus dapat mencakup
diskus menonjol (bulging), atau herniasi. Gangguan sering kali
disebabkan oleh proses penuaan normal pada sistem
muskuloskeletal, yang diperparah oleh aktivitas berat, merokok,
obesitas.
3) Patofisiologi
Patofisiologi nyeri punggung bawah kronis (chronic low back
pain / cLBP) berhubungan dengan berbagai struktur anatomis,
misalnya radiks, otot, struktur fasia, tulang, persendian, atau diskus
intervertebralis. Nyeri dapat terjadi akibat lebih dari satu struktur pada
waktu bersamaan [1,2].
A. Penjalaran Nyeri
Nyeri menjalar melalui nosiseptor, yaitu saraf sensoris di
perifer yang fungsinya mewaspadakan tubuh bila ada stimulus
nyeri. Stimulus diubah menjadi pesan elektrik yang dikirim
melalui berbagai akson dari perifer, ke korda spinalis, hingga ke
bagian mesensefalon dan talamus otak. Jika stimulus terus
menerus ada, terjadi proses sensitisasi saraf perifer dan sentral
hingga nyeri akut menjadi nyeri kronik [2]. Sensitisasi sentral
adalah proses di mana tubuh menangkap signal nyeri secara
tidak normal. Proses ini juga berhubungan dengan taktil
alodinia, kondisi yang menyebabkan tubuh hipersensitif
terhadap sentuhan atau nyeri. Terlebih lagi, pada sendi dan
diskus banyak ditemukan serabut saraf delta A yang bila terus
menerus terangsang berperan dalam pembentukan sensitisasi
sentral
14
BAB III
Proses Fisiotrapi
a. Pengkajian Fisiotrapi
1) Anamnesis
Sebelum melakukan intervensi atau tindakan, terlebih dahulu
fisioterapis melakukan pemeriksaan awal atau anamnesis.
Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien ini dengan menggunakan
metode autoanamnesis yang dilakukan.
A. Tanda-tanda vital:
Nama : Tn. W.
Jenis klamin : Laki-laki.
Umur : 22 tahun .
Pekerjaan : Pegawai.
Alamat :Selong.
Diagnosis Medis :Low back pain.
Catatan Klinis :
Keluhan Utama : Nyeri pada punggung bawah.
Riwayat Penyakit :Awalnya pasien mengeluhkan nyeri pada
punggung bawah 3 bulan yang lalu
dikarenakan pada saat bermain badminton
pasien merasakan sakit pada punggung bawah
dan saat mengendarai sepeda motor pasien
merasakan sakit seperti tertekan. Pasien
sudah merasakan sakit sejak 3 bulan yang lalu
dan belum merasakan perubahan atau nyeri
yang berkurang. Sehingga pasien mencoba
memeriksakan diri kedokter syaraf dan pasien
direkomendasikan untuk melakukan
fisioterapi.
Riwayat Penyakit : pasien pernah jatuh pada 1 tahun yang lalu
dengan posisi duduk.
Riwayat Pribadi :
B. Pemeriksaan Fisik
Tekana darah :120/80mm
Denyut nadi : 80/menit
Pernafasan :20/menit
Temperatur : 36 °C
Tingggi badan :145 cm
Berat badan ; 50 kg
C. INFEKSI
Statis : Pasien terlihat menahan rasa sakit
Dinamis : Saat berjalan pasien membungkuk
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada otot latusimustorsi,
adanya spasme pada back muscle.
Tes Reflek :
Gerak Dasar :
1. GerakAktif
Tabel 3. 1 Hasil Tes Gerak Aktif
16
2. GerakPasif
Tabel 3. 2 Hasil Tes Gerak Pasif
Fungsional dasar
fungsional aktivitas
lingkungn aktivitas
2) PEMERIKSAAN SPESIFIK
2. Bragard (-)
3. Patric (+)
B. Pengukuran khusus
17
a. Nyeri:VAS
- Nyeri tekan ;3
- Nyeri diam ; 2
- Nyeri gerak :4
b. Antopomerti ;
e. Lain- lain
b. Diagnosis Fisioterapi
Body Function and Body Structure: Nyeri pada pinggang saat berdiri lama
dan berjalan terlalu jauh.
18
c. Penatalaksanaan Fisiotrapi
A. Persiapan
B. Penatalaksanaan TENS
19
2. Penatalaksanaan menggunakan Infrared
Persiapkan alat. Cek alat dan pastikan alat bekerja dengan baik.
Berikan terapi
4. Evaluasi
Tabel 3. 4 Hasi evaluasi
T0 T1 T2 T3
Nyeri diam 2 1 2 2
Nyeri gerak 5 3 5 5
Nyeri tekan 3 2 3 3
20
BAB IV
Pembahasan
8
7
6
5
4
3
2
1
0
T0 T1 T2 T3 T4
21
Dari 5 kali evaluasi pada awal (T1) sampai T4 selama selang waktu 3
minggu di dapatkan hasil terjadinya perubahan pada nyeri diam, nyeri gerak
maupun nyeri tekan. Penilaian Penurunan nyeri menggunakan alat ukur VAS.
Penurunan nyeri dengan terapi infrared hal ini disebabkan karena adanya efek
short wavediathermy yang dapat mengurangi nyeri yang mampu menghasilkan
efek fisiologis, meningkatkan proses metabolisme sehingga aliran darah
meningkat menyebabkan rasa nyeri berkurang.
22
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penatalaksaan fisioterapi dengan modalitas TENS, Infrared, serta
latihan william flexor berpengaruh terhadap pengurangan rasa nyeri,
mengurangi spasme otot serta mengembalikan fungsional aktivitas pada
pasien low back pain (Tn. W) yang berusia 22 tahun. Fisioterapi dilakukan
selama 6 kali, yakni pada tanggal 9 september 2022,12 september 2022,15
september 2022,19 september 2022, 22 september 2022, serta 26 september
2022 dengan diagnosa pasien low back pain dimana pasien merasakan nyeri
pada pinggang bawah saat berdiri lama atau berjalan jauh yang berakibat
pada aktivitas sehari-hari pasien pada saat melakukan aktivitas
membungkuk, duduk dan berdiri, naik turun tangga, berdiri lama, berjalan
terlalu jauh serta aktivitas fungsional yang membebani secara berlebih.
b. Saran
1. Kepada pasien diharapkan dapat melakukan latihan dengan rutin serta
sungguh-sungguh dan juga semangat sehingga diharapkan akan
membuahkan hasil yang maksimal. Disarankan juga untuk
mengurangi aktivitas mengangkat beban berat, menggunakan korset
lumbal saat beraktivitas.
23
2. Bagi fisioterapis diharapkan dapat memberikan tindakan sesuai
dengan prosedur yang ada serta menerapkan dan mengkaji lebih
lanjut teknik ini untuk lebih mengoptimalkan efek pemberian terapi.
24
DaftarPustaka
Ansari, N. N., Naghdi, S., Naseri, N., Entezary, E., Irani, S., Jalaie, S., et al. (2014).
Effect of therapeutic infra-red in patients with non-specific low back pain: a pilot study.
Bodywork Movement Therapy Journal .
Ojeniweh, 0. N., Ezema, C. I., Anekwu, E. M., Amaeze, A. A., Olowe, l. O., & Okoye, G.
C. (2015). Efficacy of Six Weeks Infrared Radiation Therapy on Chronic Low Back Pain
and Functional Disability in National Orthopaedic Hospital, Enugu, South East, Nigeria.
The Nigerian Health Journal , 155-160.
S, A. C., Santoso, W. M., Husna, M., Munir, B., & Nandar, S. (2021). LOW BACK
PAIN. Journal of Pain, Headache, and Vertigo , 15-17.
Saska, A. A., Damayanti, M. R., & Krisnawati, K. M. (2021). The Effect of William
Flexion Exercise on Low Back Pain in Traditional Weaving Workers in The Village of
Sidemen Karangasem. Journal of A Sustainable Global South, , 21-23.
1
Sidemen, I. S., & Claudia, C. (2016). Manajemen Nyeri pada Low Back Pain. Bali:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.
Sukmajaya, W. P., Alkaff, F. F., Oen, A., & Sukmajaya, A. C. (2020). Williams Flexion
Exercise for Low Back Pain: A Possible Implementation in Rural Areas. Macedonian
Journal of Medical Sciences , 1-5.
2
Lampiran
3
4