Anda di halaman 1dari 28

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PELINDUNGAN TERHADAP ANAK
YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-


Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelindungan Terhadap
Anak yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELINDUNGAN
TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU
PORNOGRAFI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


1. Pelindungan adalah segala kegiatan yang meliputi pembinaan, pendampingan,
dan pemulihan kepada anak.
2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun yang
menjadi korban atau pelaku pornografi.

www.djpp.depkumham.go.id
3. Pembinaan adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan dan membentuk
jati diri anak kearah yang lebih baik sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan wajar.
4. Pendampingan adalah upaya untuk mendampingi anak yang menjadi korban
atau pelaku pornografi dalam rangka mengatasi permasalahan dan penguatan
jati diri anak.
5. Pemulihan adalah segala upaya untuk penguatan diri anak yang menjadi korban
atau pelaku tindak pidana pornografi agar lebih berdaya, baik secara sosial, fisik
maupun mental.
6. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Lembaga sosial adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh masyarakat baik
yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang digunakan untuk
melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
9. Lembaga pendidikan adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh masyarakat
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang digunakan
untuk melaksanakan penyelenggaraan pendidikan.
10. Lembaga keagamaan adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh
masyarakat baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.
11. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau
keluarga sedarah dan keluarga sederajat.

Pasal 2

Pelindungan anak diselenggarakan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi anak,


baik fisik maupun psikis, sehingga dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan
dapat hidup secara wajar di tengah masyarakat.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini mengatur penyelenggaraan pelindungan


anak oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga sosial, lembaga pendidikan,
lembaga keagamaan, keluarga dan/atau masyarakat.

www.djpp.depkumham.go.id
BAB II
PENYELENGGARAAN PELINDUNGAN ANAK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4

Pemerintah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga


dan/atau masyarakat berkewajiban mengupayakan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pelindungan anak.

Pasal 5
(1) Penyelenggaraan pelindungan anak meliputi:
a. pembinaan;
b. pendampingan;
c. pemulihan sosial; dan
d. pemulihan kesehatan fisik dan mental.
(2) Penyelenggaraan pelindungan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan kegiatan terpadu dalam rangka terwujudnya
penyelenggaraan pelindungan anak.

Pasal 6
(1) Dalam rangka pelindungan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
Pemerintah memiliki tugas:
a. menyusun dan menetapkan kebijakan standar pelayanan minimal dan standar
operasional prosedur pelindungan anak;
b. memberikan dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pelindungan anak;
c. pembinaan;
d. sosialisasi; dan
e. fasilitasi.
(2) Standar pelayanan minimal dan standar operasional prosedur pelindungan anak
disusun dan ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan
dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berkoordinasi
dengan kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian terkait.

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 7
(1) Pemerintah dapat mendelegasikan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pelindungan anak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemerintah daerah dapat melaksanakan penyelenggaraan pelindungan anak
sesuai kewenangannya dengan berpedoman pada standar pelayanan minimal
dan strandar operasional prosedur pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 8
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, keluarga dan/atau masyarakat dapat melakukan koordinasi dan
kerjasama dalam penyelenggaraan pelindungan anak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kerjasama dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi:
a. melakukan rujukan dalam pelaksanaan pemulihan anak yang menjadi korban
atau pelaku pornografi;
b. bantuan tenaga ahli;
c. sarana prasarana yang diperlukan; dan
d. kerjasama lain yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelindungan anak.

Bagian Kedua
Pembinaan

Pasal 9

Pembinaan terhadap anak dimaksudkan untuk:


a. meyakinkan anak yang menjadi korban pornografi untuk dipulihkan; dan
b. memberikan pemahaman tentang bahaya pornografi bagi pelaku pornografi.

Pasal 10

Dalam melaksanakan pembinaan kepada anak, pemerintah dan pemerintah daerah


sesuai kewenangannya melakukan upaya:
a. koordinasi penyelenggaraan pelindungan anak;
b. sosialisasi program kegiatan pelindungan anak;
c. mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia yang
menyelenggarakan pelindungan anak; dan
d. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 11

Dalam melaksanakan pembinaan kepada anak, lembaga sosial melakukan upaya:


a. bimbingan mental kerohanian;
b. bimbingan nilai-nilai moral dan agama;
c. pelatihan fisik, disiplin, dan kepribadian;
d. bimbingan konseling;
e. pelayanan program pendidikan mandiri;
f. pelatihan keterampilan;
g. penggalian potensi dan sumber daya;
h. peningkatan kemampuan dan kemauan; dan/atau
i. sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur pornografi.

Pasal 12

Dalam melaksanakan pembinaan kepada anak, lembaga pendidikan melakukan


upaya:
a. menanamkan nilai-nilai moral;
b. melakukan pengawasan terhadap anak didik di lembaga pendidikan;
c. membantu para siswa membentuk satuan tugas pornografi di lembaga
pendidikan;
d. mengintegrasikan pesan pencegahan pornografi pada mata pelajaran yang
relevan;
e. mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pencegahan pornografi;
dan
f. sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur pornografi.

Pasal 13

Dalam melaksanakan pembinaan kepada anak, lembaga keagamaan melakukan


upaya:
a. memberikan bimbingan rohani; dan/atau
b. menanamkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Pasal 14

Dalam melaksanakan pembinaan kepada anak, keluarga dan masyarakat dapat


melakukan upaya:
a. menyarankan pemecahan atas permasalahan yang dihadapi;
b. memberikan pemahaman mengenai bahaya dan dampak pornografi;
c. memberikan pemahaman nilai-nilai moral dan agama;
d. membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak;
e. mengawasi pergaulan anak;

www.djpp.depkumham.go.id
f. mengawasi penggunaan sarana komunikasi dan sarana informasi yang
digunakan oleh anak; dan
g. kegiatan lain dalam rangka pelindungan terhadap anak.

Bagian Ketiga
Pendampingan

Pasal 15

Pendampingan terhadap anak dimaksudkan untuk:


a. mengembalikan kepercayaan diri; atau
b. menyadarkan atas perbuatannya yang salah dan tidak mengulangi kembali.

Pasal 16

Dalam melaksanakan pendampingan kepada anak, pemerintah dan pemerintah


daerah melakukan upaya untuk menyediakan:
a. petugas tenaga pekerja sosial dan tenaga profesional di bidang sosial;
b. petugas pembimbing rohani; dan
c. tenaga pendidik.

Pasal 17

Dalam melaksanakan pendampingan kepada anak, lembaga sosial melakukan


upaya:
a. konseling;
b. terapi psikologis;
c. advokasi sosial;
d. peningkatan kemampuan dan kemauan;
e. pelayanan kesehatan; dan/atau
f. bantuan hukum.

Pasal 18

Dalam melaksanakan pendampingan kepada anak, lembaga pendidikan melakukan


kegiatan dan pembelajaran sebaya yang terisolasi di bawah pengawasan guru.

Pasal 19

Dalam melaksanakan pendampingan kepada anak, lembaga keagamaan melakukan


upaya:
a. meningkatkan keimanan dan ketakwaan sesuai dengan agama dan
kepercayaan; atau
b. memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai moral dan agama.
6

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 20

Dalam melaksanakan pendampingan kepada anak, keluarga dan masyarakat


melakukan upaya:
a. memberikan informasi dan menghubungkan dengan lembaga terkait yang dapat
membantu mengatasi permasalahan anak;
b. memberikan dukungan psikologis;
c. memberikan motivasi agar anak dapat mengatasi permasalahannya;
d. memberikan bantuan yang diperlukan guna mengatasi persoalannya; dan/atau
e. membangun hubungan yang setara dengan anak agar bersedia membuka diri
dalam mengemukakan persoalannya.

Bagian Keempat
Pemulihan

Pasal 21

(1) Pemulihan terhadap anak dimaksudkan untuk membantu meringankan,


melindungi, dan memulihkan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual
sehingga mampu menjalankan fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Pemulihan terhadap anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. pemulihan sosial; dan
b. pemulihan kesehatan fisik dan mental.

Pasal 22

Pemulihan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a


dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan anak yang
mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.

Pasal 23

Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, pemerintah dan pemerintah


daerah sesuai kewenangannya melakukan upaya:
a. melakukan resosialisasi agar anak dapat melaksanakan fungsi sosialnya di
masyarakat;
b. memberikan penyuluhan mengenai nilai-nilai moral yang bersumber dari ajaran
agama; dan
c. melakukan pemantauan secara berkala;

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 24

(1) Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, lembaga sosial melakukan
upaya rehabilitasi sosial.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam
bentuk:
a. motivasi dan diagnosis psikososial;
b. perawatan dan pengasuhan;
c. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan;
d. bimbingan sosial dan konseling psikososial;
e. pelayanan aksesibilitas;
f. bantuan dan asistensi sosial;
g. bimbingan resosialisasi;
h. bimbingan lanjut; dan/atau
i. rujukan.

Pasal 25

(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dilaksanakan
dengan tahapan:
a. pendekatan awal;
b. pengungkapan dan pemahaman;
c. penyusunan rencana pemecahan masalah;
d. pemecahan masalah;
e. resosialisasi;
f. terminasi; dan
g. bimbingan lanjut.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

(1) Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, lembaga pendidikan


memberikan bimbingan dan konseling.
(2) Bimbingan dan konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 27

Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, lembaga keagamaan


melakukan upaya:
a. pemberian motivasi;
b. pengasuhan;

www.djpp.depkumham.go.id
c. penyuluhan keagamaan;
d. bimbingan kemasyarakatan; dan
e. bimbingan berkelanjutan.

Pasal 28

Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, keluarga dan masyarakat


melakukan upaya:
a. berempati dan tidak menyalahkan atas permasalahan yang dihadapi;
b. memberikan rasa nyaman dalam membangun kepercayaan diri; dan/atau
c. memberikan motivasi agar anak dapat mengatasi permasalahannya.

Pasal 29
Pemulihan kesehatan fisik dan mental sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(2) huruf b dimaksudkan untuk memulihkan anak agar lebih berdaya, baik secara
fisik maupun mental.

Pasal 30

Dalam melaksanakan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak,


pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban:
a. menyediakan petugas tenaga pekerja sosial dan tenaga profesional di bidang
sosial;
b. menyediakan pembimbing rohani yang terlatih; dan
c. menyediakan sarana prasarana pemulihan kesehatan fisik dan mental anak.

Pasal 31

Dalam melaksanakan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
sosial melakukan upaya:
a. memberikan terapi psikososial;
b. memberikan konseling;
c. mengisi waktu luang;
d. melakukan rujukan ke rumah sakit, rumah aman, pusat pelayanan, atau tempat
alternatif lain sesuai dengan kebutuhan; atau
e. resosialisasi.
Pasal 32

Dalam melakukan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
pendidikan melakukan upaya:
a. mengirim ke rumah sakit atas biaya negara dalam hal anak mengalami
penderitaan fisik; dan

www.djpp.depkumham.go.id
b. memberikan bimbingan khusus di bawah pengawasan guru pembimbing, dalam
hal anak mengalami penderitaan mental di satuan pendidikan.

Pasal 33

Dalam melakukan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
keagamaan melakukan upaya:
a. bimbingan konseling;
b. menanamkan nilai-nilai moral dan agama; dan
c. menjadikan agama sebagai pedoman hidup.

Pasal 34

Dalam melaksanakan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, keluarga
dan masyarakat melakukan upaya:
a. memberikan dukungan psikologis;
b. melakukan pengasuhan secara berkelanjutan;
c. mendampingi anak selama masa pemulihan; dan
d. memberikan kebutuhan yang diperlukan.

Pasal 35

Dalam hal anak memiliki perilaku seksual menyimpang, pemulihan kesehatan fisik
dan mental dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan telah terlatih
dan/atau pembimbing rohani.

Pasal 36
(1) Penanganan pemulihan kesehatan fisik dan mental terhadap anak, dapat
dilakukan di tempat fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Fasiltas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
rumah sakit, rumah aman, tempat pelayanan kesehatan lainnya milik pemerintah
atau masyarakat.
(3) Layanan yang diberikan oleh tempat fasilitas pelayanan kesehatan bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pasal 37
(1) Pemulihan kesehatan fisik terhadap anak yang dilakukan di tempat fasilitas
pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan:
a. pemeriksaan fisik dan mental;

10

www.djpp.depkumham.go.id
b. pengobatan; dan
c. pencegahan terhadap penyakit menular.
(2) Pemulihan kesehatan mental terhadap anak yang dilakukan di tempat fasilitas
pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan:
a. bimbingan konseling;
b. menanamkan nilai-nilai moral;
c. bimbingan mental kerohanian; dan
d. terapi.
(3) Pemulihan kesehatan fisik dan mental terhadap anak, dilaksanakan berdasarkan
standar profesi, standar operasional prosedur, dan standar pelayanan.

Pasal 38
(1) Pemulihan kesehatan fisik dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dalam
tatalaksana medis bagi anak.
(2) Pemulihan kesehatan mental dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten dan telah terlatih.

BAB III
PENGAWASAN

Pasal 39

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan penyelenggaraan


pelindungan anak sesuai dengan kewenangannya.
(2) Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelindungan anak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 bertujuan untuk:


a. menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan pelindungan anak; dan
b. peningkatan kualitas penyelenggaraan pelindungan anak.

11

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 41

Pengawasan pelindungan anak dilakukan melalui penilaian terhadap:


a. pemenuhan pelayanan pelindungan anak
b. pelaksanaan standar pelayanan minimal dan standar operasional prosedur
pelindungan anak; dan
c. petugas fungsional dalam menyelenggarakan pelindungan anak.

Pasal 42

(1) Pengawasan dilakukan melalui kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.


(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan
pengamatan terhadap penyelenggaraan pelindungan anak secara langsung,
tidak langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tingkat pencapaian penyelenggaraan pelindungan anak secara terukur
dan objektif.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan
penyampaian hasil evaluasi.

Pasal 43

Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan terhadap


penyelenggaraan pelindungan anak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB IV
PENDANAAN

Pasal 44

Pendanaan penyelenggaraan pelindungan anak oleh pemerintah dan pemerintah


daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), serta dari sumber-sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 45

(1) Pendanaan penyelenggaraan pelindungan anak oleh masyarakat dapat


diperoleh dari :
a. swadaya;
b. bantuan dari pemerintah baik melalui APBN atau APBD; dan/atau
c. bantuan dari swasta.
12

www.djpp.depkumham.go.id
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan sesuai
dengan kemampuan anggaran pemerintah/pemerintah daerah.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...

13

www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2010
TENTANG
PELINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU
PORNOGRAFI

I. UMUM

Anak sebagai harapan bangsa memiliki potensi yang cukup besar dalam menjaga
eksistensi dan kelestarian suatu bangsa dan negara. Untuk itu anak perlu dilindungi
dan dijaga dari segala ancaman yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam kenyataannya tidak semua anak Indonesia memperoleh
hak-hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan
tumbuh kembangnya. Hal ini terkait dengan kondisi keluarganya yang mengalami
hambatan di bidang sosial ekonomi atau karena kondisi sosial budaya yang
heterogen (multi culture), serta pengaruh negatif budaya asing yang masuk melalui
berbagai media baik cetak dan elektronik yang mudah diakses oleh anak-anak
seperti pornografi, yang menyebabkan pola perilaku dan gaya pergaulan anak yang
mengarah pada kenakalan, kekerasan, serta melakukan kejahatan dengan menjadi
pelaku pornografi.

Sebagai akibat dari menonton pornografi, terkadang menyebabkan anak melakukan


kejahatan dengan melakukan kekerasan seksual terhadap anak lainnya. Anak yang
menjadi korban kekerasan seksual tersebut umumnya mengalami penderitaan
secara fisik, psikis, dan mental sehingga memerlukan pelayanan untuk memulihkan
kondisinya seperti semula, sekaligus juga untuk menjamin pertumbuhan dan
perkembangan anak baik fisik, mental spiritual, maupun sosial anak. Pelayanan
yang diberikan dapat berupa pembinaan, pendampingan, pemulihan sosial,
pemulihan kesehatan fisik dan mental yang semuanya dilakukan untuk memulihkan
kondisi anak sehingga dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan dapat hidup
secara wajar di lingkungannnya.

Terhadap anak yang melakukan kejahatan kekerasan seksual terhadap anak lainnya
perlu dilakukan pembinaan, pendampingan, pemulihan sosial, dan pemulihan
kesehatan fisik dan mental dengan memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan
anak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yaitu yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik
fisik, mental spiritual, maupun sosial anak. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan
kehidupan terbaik bagi anak sebagai penerus bangsa yang potensial.

14

www.djpp.depkumham.go.id
Dalam rangka memberikan pelindungan terhadap anak yang menjadi korban atau
pelaku pornografi maka Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
mengamanatkan bahwa pemerintah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, keluarga, dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan,
pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental. Kewajiban
tersebut hanya dapat terselenggara dengan baik apabila disertai dengan ketentuan-
ketentuan yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pelindungan anak.

Agar penyelenggaraan pelayanan pelindungan anak dapat dilaksanakan secara


optimal, maka perlu ada kerjasama yang baik antar lembaga sosial, lembaga
pendidikan, lembaga keagamaan baik milik pemerintah keluarga dan/atau
masyarakat. Kerjasama lintas sektor penyelenggaraan pelindungan anak ini
diperlukan mengingat anak memerlukan pelayanan lanjutan yang tidak dapat
ditangani oleh satu lembaga pelayanan. Untuk itu lembaga pelayanan tersebut dapat
melakukan kerjasama dengan lembaga layanan lainnya untuk saling melakukan
rujukan, saling memberikan bantuan tenaga ahli, dan menyediakan sarana
prasarana yang diperlukan, dan lain-lainnya.

Selain lembaga-lembaga layanan pelindungan anak baik milik pemerintah maupun


masyarakat, keluarga dan masyarakat sangat penting dalam menyelenggarakan
pelindungan anak, peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan antara lain
meliputi memberikan pemahaman mengenai bahaya dan bahaya dan dampak
pornografi, memberikan pemahaman nilai-nilai moral dan agama, dalam
pendampingan antara lain meliputi pemberian dukungan psikologis, pemberian
rasa nyaman dan motivasi dalam membangun kepercayaan diri agar anak dapat
mengatasi permasalahannya, di bidang pemulihan sosial diantaranya dengan
berempati dan tidak menyalahkan atas permasalahan yang dihadapi, memberikan
rasa nyaman dan motivasi agar dapat membangun kepercayaan diri serta
mengatasi permasalahannya, dalam pemulihan kesehatan fisik mental diantaranya
dengan melakukan pengasuhan secara berkelanjutan dan memberikan kebutuhan
yang diperlukan

Untuk menjamin tercapainya tujuan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan


pelindungan anak pemerintah, pemerintah daerah serta masyarakat dapat
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraaan pelindungan anak yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. pengawasan pelindungan anak
meliputi penilaian terhadap pemenuhan pelayanan pelindungan anak, pelaksanaan
standar pelayanan minimal dan standar opoerasional prosedur pelindungan anak
dan petugas fungsional dalam menyelenggarakan pelindungan anak

15

www.djpp.depkumham.go.id
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “mendelegasikan” dalam ketentuan ini adalah


pendelegasian tugas-tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
berdasarkan asas dekonsentrasi atau perbantuan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

16

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 9

Pembinaan antara lain dapat berupa ajakan, anjuran, bujukan, serta bimbingan
yang berkelanjutan.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “bimbingan konseling” dalam ketentuan ini adalah


suatu proses yang dilakukan oleh lembaga sosial dalam bentuk
wawancara, dimana anak dibantu memahami dirinya secara lebih baik,
agar anak dapat mengatasi kesulitan dalam penyesuaian dirinya terhadap
berbagai peranan dan relasi serta menemukan pemecahan permasalahan
yang tepat.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

17

www.djpp.depkumham.go.id
Huruf h

Peningkatan kemampuan dan kemauan dalam ketentuan ini diberikan


dalam bentuk antara lain:
a. diagnosis dan pemberian motivasi;
b. pemberian stimulan;
c. pelatihan keterampilan;
d. peningkatan kepercayaan diri; atau
e. penanaman nilai-nilai etika.

Huruf i

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

18

www.djpp.depkumham.go.id
Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “kegiatan lain” dalam ketentuan ini antara lain
penempatan komputer di ruang keluarga, pengawasan anak dalam
penggunaan internet, mengawasi penggunaan alat komunikasi.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “advokasi sosial” dalam ketentuan ini adalah


upaya memberikan pendampingan, pelindungan, dan pembelaan
terhadap anak.

Advokasi sosial diberikan dalam bentuk penyadaran mengenai hak dan


kewajiban, pembelaan terhadap hak dan pemenuhan hak.

Huruf d

Cukup jelas.

19

www.djpp.depkumham.go.id
Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Bantuan hukum bagi anak dilakukan dalam bentuk pembelaan dan/atau


konsultasi hukum.

Pemberrian bantuan hukum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

Yang dimaksud dengan “kegiatan” dalam ketentuan ini antara lain olahraga,
kegiatan kesenian, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang pulihnya
peserta didik.

Yang dimaksud dengan “pembelajaran sebaya” dalam ketentuan ini adalah


pembelajaran yang dilakukan oleh teman seusia dari anak.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Huruf a

Yang dimaksud dengan “resosialisasi” dalam ketentuan ini adalah salah


satu tahapan pelayanan rehabilitasi sosial yang bertujuan agar anak
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.
20

www.djpp.depkumham.go.id
Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “diagnosis psikosial” dalam ketentuan ini


adalah adalah segala upaya menenangkan anak dengan cara
memperbaiki psikis dan sosialnya.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pelatihan vokasional” dalam ketentuan ini


adalah proses bimbingan dan pelatihan kepada anak agar memiliki
keterampilan vokasional yang memadai.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “bimbingan sosial” dalam ketentuan ini


adalah berbagai bentuk kegiatan membantu anak untuk
meningkatkan kemampuannya, memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, serta menjalin dan mengendalikan hubungan-hubungan
sosial mereka dalam lingkungan sosialnya.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “pelayanan aksesibilitas” dalam ketentuan


ini adalah kemudahan yang disediakan bagi anak guna mewujudkan
21

www.djpp.depkumham.go.id
kesamaan, kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “bantuan sosial” dalam ketentuan ini adalah


segala upaya yang diarahkan untuk meringankan penderitaan,
melindungi, dan memulihkan kondisi kehidupan fisik, mental, dan
sosial (termasuk kondisi psikososial dan ekonomi) serta
memberdayakan potensi yang dimiliki agar anak yang mengalami
guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar.

Yang dimaksud dengan “asistensi sosial” dalam ketentuan ini adalah


bentuk pelindungan sosial yang bertujuan memberi bantuan kepada
anak yang tidak dapat tinggal di keluarganya.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “bimbingan resosialisasi” dalam ketentuan


ini adalah serangkaian kegiatan untuk memfasilitasi anak yang telah
memperoleh layanan pemulihan psikososial agar dapat kembali ke
dalam keluarga dan masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “bimbingan lanjut” dalam ketentuan ini


adalah rangkaian kegiatan untuk lebih memantapkan kemandirian
anak, baik berupa konsultasi, bantuan ulang, bimbingan
peningkatan/pengembangan/pemasaran maupun petunjuk lain untuk
memperkuat kondisi kehidupan bermasyarakat.

Huruf i

Yang dimaksud dengan “rujukan” dalam ketentuan ini adalah


pengalihan wewenang kepada pihak lain, untuk menangani anak
lebih lanjut karena dinilai masih membutuhkan pelayanan atau
bantuan sosial lanjutan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

22

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 25

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “terminasi” dalam ketentuan ini adalah


pemutusan hubungan pelayanan bagi anak.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Huruf a

Cukup jelas.

23

www.djpp.depkumham.go.id
Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “bimbingan kemasyarakatan” dalam ketentuan ini


adalah suatu proses dimana anak bekerjasama untuk menentukan
kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan sosial, merencanakan cara-cara
memenuhi kebutuhan tersebut, serta memobilisasi sumber-sumber yang
ada di dalam masyarakat dengan berlandaskan pada prinsip partisipasi
sosial.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 28

Huruf a

Yang dimaksud dengan “empati” dalam ketentuan ini adalah kemampuan


untuk mengenali, menghayati, dan memahami perasaan anak.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

24

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 31

Huruf a

Yang dimaksud dengan “terapi psikososial” dalam ketentuan ini adalah


segala upaya pelayanan dan bantuan psikologis serta sosial kepada anak
yang ditujukan untuk membantu meringankan, melindungi, dan
memulihkan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sehingga mampu
menjalankan fungsi sosialnya kembali secara wajar.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “mengisi waktu luang” dalam ketentuan ini


diberikan dalam bentuk antara lain permainan, rekreasi, olahraga, dan
keterampilan sesuai kebutuhan anak.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

25

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 35

Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan yang berkompeten dan telah


terlatih” dalam ketentuan ini antara lain neurolog atau spesialis ahli syaraf,
psikologi klinik, psikiater, dan terapis rehabilitas medik.

Pasal 36

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “fasilitas pelayanan kesehatan” dalam ketentuan


ini adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “pelayanan yang bersifat promotif” dalam


ketentuan ini adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan kepada anak yang lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi kesehatan.

Yang dimaksud dengan “pelayanan yang bersifat preventif” dalam


ketentuan ini adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit yang dialami oleh anak.

Yang dimaksud dengan “pelayanan yang bersifat kuratif” dalam ketentuan


ini adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas anak dapat terjaga
seoptimal mungkin.

Yang dimaksud dengan “pelayanan yang bersifat rehabilitatif” dalam


ketentuan ini adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan anak ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

26

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan yang terlatih” dalam ketentuan


ini adalah dokter spesialis, dokter, perawat/bidan yang sudah mendapat
pelatihan.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan yang berkompeten dan


terlatih“ dalam ketentuan ini antara lain dokter spesialis kejiwaan,
psikiater.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “petugas fungsional“ dalam ketentuan ini antara


lain tenaga kesehatan, psikolog, neurolog, psikiater, pekerja sosial, dan
penyuluh agama.

27

www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

28

www.djpp.depkumham.go.id

Anda mungkin juga menyukai