NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PELINDUNGAN TERHADAP ANAK
YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELINDUNGAN
TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU
PORNOGRAFI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
www.djpp.depkumham.go.id
3. Pembinaan adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan dan membentuk
jati diri anak kearah yang lebih baik sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan wajar.
4. Pendampingan adalah upaya untuk mendampingi anak yang menjadi korban
atau pelaku pornografi dalam rangka mengatasi permasalahan dan penguatan
jati diri anak.
5. Pemulihan adalah segala upaya untuk penguatan diri anak yang menjadi korban
atau pelaku tindak pidana pornografi agar lebih berdaya, baik secara sosial, fisik
maupun mental.
6. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Lembaga sosial adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh masyarakat baik
yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang digunakan untuk
melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
9. Lembaga pendidikan adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh masyarakat
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang digunakan
untuk melaksanakan penyelenggaraan pendidikan.
10. Lembaga keagamaan adalah sarana atau fasilitas yang didirikan oleh
masyarakat baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.
11. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau
keluarga sedarah dan keluarga sederajat.
Pasal 2
Pasal 3
www.djpp.depkumham.go.id
BAB II
PENYELENGGARAAN PELINDUNGAN ANAK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
Pasal 5
(1) Penyelenggaraan pelindungan anak meliputi:
a. pembinaan;
b. pendampingan;
c. pemulihan sosial; dan
d. pemulihan kesehatan fisik dan mental.
(2) Penyelenggaraan pelindungan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan kegiatan terpadu dalam rangka terwujudnya
penyelenggaraan pelindungan anak.
Pasal 6
(1) Dalam rangka pelindungan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
Pemerintah memiliki tugas:
a. menyusun dan menetapkan kebijakan standar pelayanan minimal dan standar
operasional prosedur pelindungan anak;
b. memberikan dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pelindungan anak;
c. pembinaan;
d. sosialisasi; dan
e. fasilitasi.
(2) Standar pelayanan minimal dan standar operasional prosedur pelindungan anak
disusun dan ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan
dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berkoordinasi
dengan kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian terkait.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 7
(1) Pemerintah dapat mendelegasikan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pelindungan anak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemerintah daerah dapat melaksanakan penyelenggaraan pelindungan anak
sesuai kewenangannya dengan berpedoman pada standar pelayanan minimal
dan strandar operasional prosedur pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 8
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, keluarga dan/atau masyarakat dapat melakukan koordinasi dan
kerjasama dalam penyelenggaraan pelindungan anak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kerjasama dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi:
a. melakukan rujukan dalam pelaksanaan pemulihan anak yang menjadi korban
atau pelaku pornografi;
b. bantuan tenaga ahli;
c. sarana prasarana yang diperlukan; dan
d. kerjasama lain yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelindungan anak.
Bagian Kedua
Pembinaan
Pasal 9
Pasal 10
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
www.djpp.depkumham.go.id
f. mengawasi penggunaan sarana komunikasi dan sarana informasi yang
digunakan oleh anak; dan
g. kegiatan lain dalam rangka pelindungan terhadap anak.
Bagian Ketiga
Pendampingan
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 20
Bagian Keempat
Pemulihan
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 24
(1) Dalam melaksanakan pemulihan sosial kepada anak, lembaga sosial melakukan
upaya rehabilitasi sosial.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam
bentuk:
a. motivasi dan diagnosis psikososial;
b. perawatan dan pengasuhan;
c. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan;
d. bimbingan sosial dan konseling psikososial;
e. pelayanan aksesibilitas;
f. bantuan dan asistensi sosial;
g. bimbingan resosialisasi;
h. bimbingan lanjut; dan/atau
i. rujukan.
Pasal 25
(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dilaksanakan
dengan tahapan:
a. pendekatan awal;
b. pengungkapan dan pemahaman;
c. penyusunan rencana pemecahan masalah;
d. pemecahan masalah;
e. resosialisasi;
f. terminasi; dan
g. bimbingan lanjut.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
Pasal 27
www.djpp.depkumham.go.id
c. penyuluhan keagamaan;
d. bimbingan kemasyarakatan; dan
e. bimbingan berkelanjutan.
Pasal 28
Pasal 29
Pemulihan kesehatan fisik dan mental sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(2) huruf b dimaksudkan untuk memulihkan anak agar lebih berdaya, baik secara
fisik maupun mental.
Pasal 30
Pasal 31
Dalam melaksanakan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
sosial melakukan upaya:
a. memberikan terapi psikososial;
b. memberikan konseling;
c. mengisi waktu luang;
d. melakukan rujukan ke rumah sakit, rumah aman, pusat pelayanan, atau tempat
alternatif lain sesuai dengan kebutuhan; atau
e. resosialisasi.
Pasal 32
Dalam melakukan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
pendidikan melakukan upaya:
a. mengirim ke rumah sakit atas biaya negara dalam hal anak mengalami
penderitaan fisik; dan
www.djpp.depkumham.go.id
b. memberikan bimbingan khusus di bawah pengawasan guru pembimbing, dalam
hal anak mengalami penderitaan mental di satuan pendidikan.
Pasal 33
Dalam melakukan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, lembaga
keagamaan melakukan upaya:
a. bimbingan konseling;
b. menanamkan nilai-nilai moral dan agama; dan
c. menjadikan agama sebagai pedoman hidup.
Pasal 34
Dalam melaksanakan pemulihan kesehatan fisik dan mental kepada anak, keluarga
dan masyarakat melakukan upaya:
a. memberikan dukungan psikologis;
b. melakukan pengasuhan secara berkelanjutan;
c. mendampingi anak selama masa pemulihan; dan
d. memberikan kebutuhan yang diperlukan.
Pasal 35
Dalam hal anak memiliki perilaku seksual menyimpang, pemulihan kesehatan fisik
dan mental dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan telah terlatih
dan/atau pembimbing rohani.
Pasal 36
(1) Penanganan pemulihan kesehatan fisik dan mental terhadap anak, dapat
dilakukan di tempat fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Fasiltas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
rumah sakit, rumah aman, tempat pelayanan kesehatan lainnya milik pemerintah
atau masyarakat.
(3) Layanan yang diberikan oleh tempat fasilitas pelayanan kesehatan bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pasal 37
(1) Pemulihan kesehatan fisik terhadap anak yang dilakukan di tempat fasilitas
pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan:
a. pemeriksaan fisik dan mental;
10
www.djpp.depkumham.go.id
b. pengobatan; dan
c. pencegahan terhadap penyakit menular.
(2) Pemulihan kesehatan mental terhadap anak yang dilakukan di tempat fasilitas
pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan:
a. bimbingan konseling;
b. menanamkan nilai-nilai moral;
c. bimbingan mental kerohanian; dan
d. terapi.
(3) Pemulihan kesehatan fisik dan mental terhadap anak, dilaksanakan berdasarkan
standar profesi, standar operasional prosedur, dan standar pelayanan.
Pasal 38
(1) Pemulihan kesehatan fisik dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dalam
tatalaksana medis bagi anak.
(2) Pemulihan kesehatan mental dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten dan telah terlatih.
BAB III
PENGAWASAN
Pasal 39
Pasal 40
11
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
BAB IV
PENDANAAN
Pasal 44
Pasal 45
www.djpp.depkumham.go.id
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan sesuai
dengan kemampuan anggaran pemerintah/pemerintah daerah.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
PATRIALIS AKBAR
13
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2010
TENTANG
PELINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU
PORNOGRAFI
I. UMUM
Anak sebagai harapan bangsa memiliki potensi yang cukup besar dalam menjaga
eksistensi dan kelestarian suatu bangsa dan negara. Untuk itu anak perlu dilindungi
dan dijaga dari segala ancaman yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam kenyataannya tidak semua anak Indonesia memperoleh
hak-hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan
tumbuh kembangnya. Hal ini terkait dengan kondisi keluarganya yang mengalami
hambatan di bidang sosial ekonomi atau karena kondisi sosial budaya yang
heterogen (multi culture), serta pengaruh negatif budaya asing yang masuk melalui
berbagai media baik cetak dan elektronik yang mudah diakses oleh anak-anak
seperti pornografi, yang menyebabkan pola perilaku dan gaya pergaulan anak yang
mengarah pada kenakalan, kekerasan, serta melakukan kejahatan dengan menjadi
pelaku pornografi.
Terhadap anak yang melakukan kejahatan kekerasan seksual terhadap anak lainnya
perlu dilakukan pembinaan, pendampingan, pemulihan sosial, dan pemulihan
kesehatan fisik dan mental dengan memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan
anak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yaitu yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik
fisik, mental spiritual, maupun sosial anak. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan
kehidupan terbaik bagi anak sebagai penerus bangsa yang potensial.
14
www.djpp.depkumham.go.id
Dalam rangka memberikan pelindungan terhadap anak yang menjadi korban atau
pelaku pornografi maka Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
mengamanatkan bahwa pemerintah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, keluarga, dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan,
pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental. Kewajiban
tersebut hanya dapat terselenggara dengan baik apabila disertai dengan ketentuan-
ketentuan yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pelindungan anak.
15
www.djpp.depkumham.go.id
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
16
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 9
Pembinaan antara lain dapat berupa ajakan, anjuran, bujukan, serta bimbingan
yang berkelanjutan.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
17
www.djpp.depkumham.go.id
Huruf h
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
18
www.djpp.depkumham.go.id
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “kegiatan lain” dalam ketentuan ini antara lain
penempatan komputer di ruang keluarga, pengawasan anak dalam
penggunaan internet, mengawasi penggunaan alat komunikasi.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Huruf d
Cukup jelas.
19
www.djpp.depkumham.go.id
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pasal 18
Yang dimaksud dengan “kegiatan” dalam ketentuan ini antara lain olahraga,
kegiatan kesenian, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang pulihnya
peserta didik.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Huruf a
www.djpp.depkumham.go.id
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Huruf d
Huruf e
www.djpp.depkumham.go.id
kesamaan, kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan.
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Huruf i
22
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Huruf a
Cukup jelas.
23
www.djpp.depkumham.go.id
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 28
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
24
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 31
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
25
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 35
Pasal 36
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
26
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Ayat (2)
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
27
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
28
www.djpp.depkumham.go.id