Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN LANSIA KE


POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKARGADUNG
KOTA PASURUAN

Oleh :
Firliana Triwidyanti
Nim 2111016

Dosen Pembimbing :
Lela Nurlela, S.Kep., Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
1.1 Latar Belakang
Indikator keberhasilan pembangunan adalah tercapainya angka harapan hidup
penduduk. Peningkatan usia harapan hidup membuat populasi yang menua terus
meningkat dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2013). Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Menurut Kementerian Kesehatan atau Kementerian Kesehatan (2019),
Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia dari 18 juta orang (7,56%) pada
tahun 2010 menjadi 27,1 juta orang (10%) pada tahun 2021, dan itu diperkirakan akan
terus meningkat. pada tahun 2035 adalah 8,2 juta orang (15,77%). Besarnya jumlah
penduduk lansia di Indonesia di masa depan pasti ada dampak positif maupun negatif.
Memiliki dampak yang positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan
sehat,aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban
jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan ( Kemenkes RI, 2017).
Tabel 1.1
Provinsi dengan Proyeksi Proporsi Penduduk Umur 60+ Terbesar di
Indonesia 2010-2035
Provinsi (2010) (2015) (2020) (2025) (2030) (2035)
1. Jawa Tengah 10,32 11,79 13,94 16,37 18,66 20,58
2. DI Yogyakarta 12,88 13,38 14,67 16,39 18,15 19,51
3. Jawa Timur 10,35 11,54 13,48 15,81 18,18 20,21
4. Bali 9,67 10,30 11,50 13,38 15,86 18,07
5. Sulawesi Utara 8,42 9,73 11,55 13,55 15,70 17,50
Indonesia 7,56 8,49 9,99 11,83 13,82 15,77
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013
Tabel 1.1 menunjukkan susunan proporsi penduduk umur 60 tahun ke atas di
Indonesia mengalami perubahan cukup besar. Lima provinsi sebagai penyumbang
terbesar penduduk lansia yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Utara. Susunan umur penduduk di lima provinsi
tersebut memiliki proporsi penduduk yang berusia lanjut atau berusia 60 tahun ke atas
lebih tinggi daripada provinsi lainnya. Jadi keliga provinsi ini sudah dikategorikan
sebagai provinsi penduduk tua (ageing population).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dapat memberikan tantangan baru
bagi pembangunan negara. Salah satunya dari sisi ekonomi menurut Simanjuntak
(2014) dalam Sumarsono (2015), dampak yang ditimbulkan dari peningkatan proporsi
lansia di Indonesia antara lain : (1) meningkatkan tingkat ketergantungan terhadap
penduduk usia produktif, (2) pengeluaran pemerintah meningkat untuk fasilitas
pelayanan publik. Artinya, bahwa setiap peningkatan proporsi penduduk lansia maka
semakin besar pula beban ketergantungan penduduk usia produktif. Selain itu,
permasalahan lansia tidak hanya sebatas produktivitas akan tetapi juga menyangkut
hal lain seperti pendidikan dan kesehatan.
Indonesia termasuk Negara dengan struktur tua dan ditahun 2003 jumlah
penduduk usia lanjut mencapai 16.172.835 jiwa (7,54 %) dari 214.374.096 jiwa
penduduk Indonesia. Tingginya jumlah lanjut usia membawa konsekuensi terhadap
meningkatnya kebutuhan khususnya di bidang kesehatan. Jaminan kesehatan bagi
lanjut usia semakin mendesak mengingat tingginya biaya pelayanan kesehatan,
kompleksnya masalah kesehatan yang diderita lanjut usia, keterbatasan alokasi dana
yang dimiliki serta keterbatasan cakupan jaminan kesehatan bagi lanjut usia. Maka
dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi lanjut usia yang lebih cost
effective serta terciptanya lanjut usia yang berdaya guna dan berkualitas.Pembangunan
kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derjat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Pembangunan kesehatan berkembang dengan cepat dan menyentuh
seluruh segi kehidupan sehingga perlu disusun tatanan upaya kesehatan (Departemen
Kesehatan RI, 2001).
Tercapainya tujuan pembinaan kesehatan bagi masyarakat lanjut usia (lansia)
adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dalam
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor128/ MENKES/
SK/ II/ 2004, bahwa upaya kesehatan lanjut usia merupakan pelayanan penunjang
yang kegiatannya di selenggarakan oleh puskesmas dan merupakan Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat dengan indikator standar pelayanan minimal 70%.
Adapun tujuan khusus dari pelayanan kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan
kemandirian lansia dalam mengatasi masalah kesehatannya khususnya kemampuan
mendeteksi dini penyakit, mencari pertolongan pengobatan dan kemampuan merawat
diri sendiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
Dengan paradigma baru pembangunan kesehatan untuk mencapai SDGs (
Sustanable Development of Goals) 2020 maka diperlukan suatu strategi dalam
pembinaan kesehatan lanjut usia agar lebih efektif dengan lebih menekankan upaya
promotif dan preventif. Upaya promotif di lakukan melalui kegiatan yang di
laksanakan dalam pos pelayanan terpadu lansia kepada lanjut usia berupa penyuluhan
tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degenerative dan
pemeliharaan kemandirian serta produktivitas lanjut usia. Kegiatan preventif
bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya
akibat proses degenerative. Kegiatan ini dapat berupa deteksi dini dan pemantauan
kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan dikelompok lanjut usia atau posyandu
lansia. Mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi
para lansia, perlu dilakukan peningkatan upaya melalui pencegahan, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan, di samping upaya penyembuhan dan pemulihan. Salah
satu bentuk upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan dan
pengembangan kualitas pelayanan kegiatan seperti kebugaran jasmani dan pemberian
makanan tambahan melalui strategi pos pelayanan terpadu lansia.
Pada tahun 2014 jumlah lansia yang mendapat pelayanan di Kota Pasuruan
adalah 2.732 lansia dari 15.623 lansia (17,49% ) dan sangat jauh juga dari target SPM
(100%). Menurut Fadila (2013), Faktor yang mempengargaruhi kunjungan ke
posyandu lansia diantaranya yaitu diantara adalah jarak rumah lansia, kondisi fisik
lansia, usia lansia dan juga akses ke tempat pelayanan posyandu lansia dimana faktor
tersebut akan selalu mempengaruhi presentase kunjungan posyandu lansia. Dan juga
usia lansia yang diatas 60 tahun termasuk usia yang sangat rentan jatuh untuk
melakukan kunjungan ke Posyandu Lansia, sehingga dalam melakukan kunjungan
harus di dampingi oleh keluarga.
Dari 15.623 usila yang ada di Kota Pasuruan pada tahun 2014, tercatat 2.732
diantaranya mendapatkan pelayanan kesehatan (cakupan sebesar 17,49%) Cakupan
tertinggi pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bugulkidul sebesar
37,61% atau 768 usila dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Sekargadung sebesar
9,14% atau 162 usila (Dinkes Kota Pasuruan, 2014)
Berdasarkan hasil data diatas, survey pendahuluan yang dilakukan peneliti 5
dari lanjut usia yang ada di Posyandu Wilayah Kerja Sekar Gadung didapatkan 3
lansia mengatakan faktor jarak rumah lansia yang menyebabkan mereka tidak hadir
dalam kunjungan Posyandu Lansia. 2 lansia mengatakan karena faktor usia mereka
yang terlalu rentan lelah untuk jalan ke tempat kunjungan Posyandu Lansia.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik ingin meneliti tentang
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu Lansia di wilayah
kerja Puskesmas Sekargadung Pasuruan Kota Pasuruan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah, “apakah
faktor faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sekargadung Kota Pasuruan?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sekargadung Kota Pasuruan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi Faktor jarak rumah lansia yang
berkunjung ke posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekargadung Kota Pasuruan
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi Faktor Usia lansia yang
berkunjung ke posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekargadung Kota Pasuruan
c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor Jenis kelamin lansia
yang berkunjung ke posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekargadung Kota Pasuruan
d. Mengidentifikasi distribusi frekuensi Faktor sosial ekonomi lansia
yang berkunjung ke posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekargadung Kota Pasuruan
e. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kunjungan lansia ke posyandu
lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekargadung Kota Pasuruan
f. Menganalisis faktor utama yang berpengaruh terhadap kunjungan
lansia di Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Sekargadung Kota
Pasuruan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai
berikut :
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan yang telah didapat dibangku
pendidikan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan proses penelitian.
1.4.2 Bagi tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan masukan bagi kader untuk memaksimalkan kegiatan yang ada
pada Posyandu Lansia dan meningkatkan minat Lansia untuk datang ke
Posyandu.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan
bacaan tentang manfaat kunjungan keposyandu lansia dan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai