Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keadaan ekonomi masyarakat desa Pentur rata-rata memiliki pendapatan yang
masih rendah. Ibu-ibu rumah tangga di desa Pentur pada umumnya memanfaatkan bambu
untuk membuat kerajinan. Mayoritas kerajinan yang dibuat adalah besek, yang tiap 5 hari
per KK dapat menghasilkan 30-60 buah besek dan dijual ke pengepul sebesar Rp
5.500,- /20 biji. Berdasarkan pendapatan tersebut dirasa masih kurang untuk menopang
kebutuhan sehari-hari, untuk itu kami berinisiatif untuk memberi pengajaran pembuatan
diversifikasi anyaman bambu yang dapat digunakan sebagai wadah souvenir dan
dipasarkan ke kota Solo sehingga nilai jual lebih tinggi. Pemanfaatan bambu juga dapat
digunakan oleh pemuda dan bapak-bapak untuk mengolahnya menjadi mebel. Selain itu,
pemanfaatan singkong yang tumbuh di desa Pentur dapat menjadi lahan bisnis sampingan
bagi ibu rumah tangga dengan mengolahnya menjadi ‘Keripik Singkong Rasa Gadung’
yang dapat dijual sebagai oleh-oleh di Desa Wisata Wonosemar yang terletak berbatasan
dengan desa Pentur serta dapat dipasarkan ke wilayah Solo.
Karakter tanah di desa Pentur sebagian besar bertekstur pasiran. Hal ini
menyebabkan tanah tidak dapat menahan unsur hara dan air sehingga tingkat kesuburan
rendah tetapi masyarakat kurang memahami mengenai penggunaan pupuk. Hal ini
ditunjukkan oleh masyarakat masih menggunakan pupuk anorganik yang dapat merusak
tanah. Penerapan ‘Sistem Pertanian Terpadu’ akan sangat cocok diterapkan di desa ini
mengingat tingkat kesuburan tanah yang rendah. Sistem pertanian Terpadu adalah sistem
pertanian yang selaras dengan kaidah alam yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di
alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan
di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat dengan meningkatkan
keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik. Peningkatan
keanekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit,
pengurangan resiko sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan
keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan serta untuk
kepentingan konservasi tanah dan air. Fungsi dari Sistem Pertanian Terpadu adalah
memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Bahan
referensi sistem ini telah digunakan di desa Cipetung, Brebes dan desa Kepurun, Klaten.
Sistem pertanian terpadu menggunakan kotoran ternak. Di desa Pentur terdapat banyak
ternak sehingga kotoran yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk oganik padat, pupuk
organik cair, pakan unggas, pakan ikan, bakteri pengurai dan obat pengendalian hama.
Tanaman yang dibudidayakan pada sistem pertanian terpadu ini adalah singkong. Daun
singkong digunakan untuk pakan ternak, unggas dan ikan sedangkan batang singkong
dapat digunakan untuk bahan bakar pengganti kayu bakar. Selain itu umbi singkong
digunakan untuk bahan baku makanan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan dan wawancara kami dengan perangkat desa dan tokoh
masyarakat desa Pentur, diperoleh beberapa permasalahan berikut :
1. Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan penggunaan pupuk anorganik
menyebabkan hasil pertanian menjadi kurang produktif.
2. Harga jual ternak yang dikelola hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi
peternak.
3. Penambak ikan memperoleh keuntungan yang lebih sedikit karena harus membeli
pakan yang harganya relatif mahal.
4. Harga kerajinan bambu yang dihasilkan oleh ibu rumah tangga masih rendah.
5. Kurangnya ketrampilan ibu rumah tangga dalam mengolah singkong yang lebih
inovatif.
C. Tujuan
Program Hibah Bina Desa ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kepedulian dan empati mahasiswa UMS dan UNS kepada
permasalahan masyarakat ekonomi lemah di desa Pentur, tentang masyarakat petani
dan ibu rumah tangga sehingga terjadi kenaikan pendapatan melalui penerapan
teknologi tepat guna serta terjadi perubahan perilaku mahasiswa, institusi, dan
masyarakat sasaran yang dituju untuk dikembangkan melalui Program Hibah Bina
Desa.
2. Memperbaiki produktifitas tanah dan pelestarian lingkungan melalui Sistem Pertanian
Terpadu.
3. Meningkatkan hasil pertanian, peternakan dan perikanan masyarakat desa Pentur
4. Meningkatkan peran ibu rumah tangga dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan
ketahanan ekonomi keluarga melalui diversifikasi olahan sinkong, anyaman bambu
dan pembuatan produk pertanian organik.
5. Memberdayakan masyarakat desa Pentur untuk menuju masyarakat yang mandiri dan
berdaya guna.
D. Luaran yang diharapkan
Pelaksanaan program ini telah dipublikasikan di majalah FIGUR edisi 11/November
2012, Jawa Pos edisi Kamis 29 November 2012, Solopos edisi Kamis 29 November 2012,
Suara Merdeka edisi Kamis 29 November 2012, dan Koran Pabelan edisi Rabu, 5
Desember 2012 Follow up dari kegiatan ini diharapkan kesediaan masyarakat dan
pemerintah daerah untuk dapat terus melanjutkan program yang diberikan menuju
tercapainya masyarakat yang mandiri dan mempunyai ketahanan ekonomi.
E. Kegunaan Program
1. Bagi Masyarakat Desa Pentur
Kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang Sistem
Pertanian Terpadu yang cocok diterapkan di lingkungan bertanah kurang subur dan
berpasir. Sistem ini memanfaatkan kotoran ternak yang biasa dianggap limbah oleh
masyarakat untuk diolah menjadi berbagai kebutuhan pertanian misalnya pupuk
sehingga hal ini akan menambah tingkat kesuburan tanah mengingat pupuk yang
digunakan berbahan organik tinggi. Keanekaragaman kerajinan bambu dan olahan
singkong akan memberikan variasi peluang usaha bagi ibu rumah tangga, pemuda dan
pemudi.
2. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Sebelas
Maret adalah Meningkatkan kepedulian dan empati mahasiswa kepada permasalahan
masyarakat ekonomi lemah di desa Pentur, tentang masyarakat petani dan ibu rumah
tangga sehingga terjadi kenaikan pendapatan melalui penerapan teknologi tepat guna
serta terjadi perubahan perilaku mahasiswa, institusi, dan masyarakat sasaran. Selain
itu mahasiswa juga dapat belajar mengenai sistem pengembangan desa tertinggal dan
desa perbatasan mengenai berbagai macam teknologi pedesaan, salah satunya
menggunakan Teknologi Pertanian Terpadu dan Penggunaan Diversivikasi sesuai
dengan kekayaan SDA di setiap daerahnya masing-masing serta harapan besar
mahasiswa lain dapat meneruskan program yang telah dilaksanakan di Desa Pentur,
Simo, Boyolali
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Keadaan ekonomi masyarakat desa Pentur rata-rata memiliki pendapatan yang masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dan pekerjaannya sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Warga Desa Pentur, Simo, Boyolali
No. Nama Dukuh Jenis Kelamin
Pria Wanita
1. Regunung 72 78
2. Pule 62 66
3. Pentur 239 241
4. Rejosari 314 327
5. Tegalrejo 494 360
6. Ringin Anom 153 152
7. Karang 299 344
8. Jatirejo 68 78
9. Pancuran 225 222
10. Ngroto 77 77
Jumlah 2003 1945
Sumber : Demografi Desa Pentur Tahun 2012
Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penduduk yang membutuhkan pelatihan Pertanian
Terpadu adalah 1203 warga, pelatihan Bambu adalah 72 orang dan pelatihan Produk Olahan
adalah 1945 warga. Sedangkan untuk mata pencaharian di desa pentur Simo, Boyolali adalah:
Tabel 2. Mata Pencaharian Warga Pentur

Chart Title
2000
1000
Column2
0
ni ni n a ri n g n S in
eta Ta laya sah ust una gan uta PN -la
P uh Ne gu Ind ng da gk in
ur en h Ba Pe an La
B P ru h ng
Bu uru Pe
B
Sumber : Demografi Desa Pentur, Simo Boyolali
Jumlah ternak yang terdapat di desa Pentur rata-rata menghasilkan 34 ton kotoran yang
dapat digunakan 10% untuk pembuatan bakteri pengurai yang akan menjadi bahan dasar
untuk fermentasi pupuk organik padat, pupuk organik cair, pakan unggas, pakan ikan dan
obat pengendalian hama. Masing-masing menggunakan kotoran ternak 30% untuk pupuk
organik padat, 20% pupuk organik cair, 20% pakan unggas, 10% pakan ikan dan 10% obat
pengendalian hama.
Selain pembuatan pupuk menggunakan kotoran ternak, daun-daunan (seresah) dapat
diolah menjadi pupuk kompos. Penggunaan pupuk organik ini dapat meningkatkan kesuburan
tanah di desa Pentur. Hal ini disebabkan pupuk organik ini mengandung banyak unsur hara.
Pemberian pakan organik pada ternak dan ikan akan membuat ternak lebih gemuk dan sehat.
Produk pertanian organik di pasaran mempunyai nilai jual yang lebih tinggi yaitu 10-15%
dibandingkan dengan produk pertanian anorganik dan lebih aman untuk kesehatan konsumen
sehingga penerapan Sistem Pertanian Terpadu akan meningkatkan penghasilan masyarakat di
desa Pentur untuk menuju ketahanan ekonomi yang mandiri.
BAB III
METODE PENDEKATAN

Metode pelaksanaan yang akan dilakukan dalam program ini pada prinsipnya
menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) yang terdiri atas : (1)
identifikasi masalah dan penentuan akar masalah, (2) pembuatan Solusi, (3) Mempertahankan
hasil yang telah dicapai, (4) Keberlanjutan. Pelaksana Kegiatan PHBD, mahasiswa selalu
bersama-sama masyarakat dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Seluruh
aparat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan tim pelaksana secara bersama-sama
selalu terlibat dalam setiap keputusan/langkah yang diambil. Langkah – langkahnya antara
lain :
1. Sosialisasi
Penyebaran informasi kepada aparat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda di desa
Pentur tentang kegiatan Program Hibah Bina Desa yang akan dilaksanakan.
2. Perencanaan
a. Persiapan kelompok Program Hibah Bina Desa
b. Survei ke desa Pentur, kelompok dibagi menjadi 2 tim yaitu tim 1 (Farida,
Harliyandri) bertugas pengurusan administrasi dan perijinan sedangkan tim 2 atau
tim peneliti (Syafiqi, Reffi, Pujik) bertugas mengidentifikasi masalah awal dan
potensi yang ada secara umum untuk mendapatkan data dasar desa Pentur.
c. Mengadakan pertemuan antara kelompok Program Hibah Bina Desa, dosen
pembimbing, aparat dan perwakilan warga desa untuk berdiskusi tentang
permasalahan yang ada di desa Pentur
d. Konsultasi dengan dosen pembimbing dan ahli untuk mencari solusi terhadap
permasalahan di desa Pentur
e. Pencarian mitra kerja sama
f. Penyusunan laporan akhir
3. Pelaksanaan
a. Identifikasi permasalahan
i. Mahasiswa, dosen pembimbing dan warga bersama-sama menemukan dan
mereview secara kritis terhadap data primer dan potensi desa yang berhubungan
dengan permasalahan di desa Pentur.
ii. Mahasiswa, dosen pembimbing dan warga bersama-sama melakukan in-depth
interview terhadap narasumber atau ahli yang menguasai permasalahan di desa
Pentur.
b. Diskusi kelompok terarah
i. Mahasiswa, dosen pembimbing dan warga secara bersama-sama membuat
gambaran permasalahan di desa Pentur. Analisis menggunakan prinsip SWOT
(Strength, Weaknesess, Opportunity, dan Threat).
Tabel 3. Analisis SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, dan Threat)
Analisis Prinsip SWOT
Jenis Pelatihan
Strength Weaknesess Opportunity Treat
Pelatihan Pertanian Terdapat potensi Sistem pengelolaan Masyarakat dapat  Kurang
Terpadu SDA yang cuku SDA masih sangat menggunakan potensi kepercayaan
melimpah kurang alam yang ada terhadapat
didaerahnya sebagai teknologi yang
bahan untuk produksi diajarkan
Pertanian Terpadu  Sulitnya
penyadaran
terhadap warga
untuk
penerapan
pertanian
terpadu dari
anorganik
menjadi
organik
Pelatihan Bambu Sebagian besar Kerajinan bambu Jika diajarkan Hasil diversifikasi
masyarakat sudah hanya diproduksi diversifikasi bambu masih
mempunyai dasar sebagai besek, kerajinan bambu, sangat kesulitan
dalam pembuatan tampah dan kukusan proses peltihan lebih dalam proses
kerajinan bambu yang mempunyai mudah dikarenakan pemasaran
nilai jual relatif sebagian besar warga sehingga
rendah sudah mempunyai penyadaran warga
dasar untuk produksi
pengembangannya secara kontinue
sulit
Pelatihan Olahan Sebagian besar lahan Jenis singkong yang Proses pembuatan  Singkong
Singkong pertanian, ditanami mempunyai rasa kripik singkong rasa ditanam secara
oleh tanaman pahit dan tekstur gadung musiman
singkong dan mudah pecah tidak memungkinkan sehingga bahan
terdapat berbagai dapat digunakan semua jenis singkong baku produksi
jenis singkong yang masyarakat secara dapat digunakan dan singkong tidak
ditamam maksimal (hanya mempunyai hasil kontinue
untuk dikonsumsi yang relatif sama  Pemasaran
pribadi) produk untuk
daerah sekitar
masih kurang,
karena tidak
sesuai dengan
selera
masyarakat.
Sedangkan
produk lebih
diminati di
pasaran kota,
namun masih
terkendala
masalah
transportasi dan
link pemasaran
Sumber : Analisis Hasil Penelitian PHBD 2012
ii. Mahasiswa, dosen pembimbing dan warga secara bersama-sama mencari solusi
yang tepat diupayakan meliputi solusi pada aspek ekonomi, lingkungan dan
pendidikan. Pencarian solusi yang menggunakan prinsip SMART.
c. Training dan Pemberdayaan
Tabel 4. Pelaksanaan Pelatihan Program Hibah Bina Desa 2012
Aspek Pelatihan Pertanian Terpadu Pelatihan Kerajinan Bambu Pelatihan Olahan
Singkong
Waktu pelaksanaan 30 September 2012 s/d 24 18 s/d 20 Oktober 2012 yang 25 Oktober 2012
Oktober 2012 terdapat 8x dilaksanakan selama 4 hari
pertemuan berturut-turut
Tempat pelaksanaan Balai Desa Pentur Balai Desa Pentur Balai Desa Pentur
Pemandu Bapak Setiyarman (Ketua Bapak Gede dan Bapak Paidi Bapak Loso dan Bapak
JARPETO Sukoharjo) (Ketua Desa Wisata Kampung Nur (Pengusaha Singkong
Bambu, Sleman Yogyakarta) rasa Gadung)
Jumlah warga yang 30 Warga 32 Warga 19 Warga
mengikuti
Materi yang Pembuatan bakteri Nanas,  Meubel, meliputi kursi, meja Kripik Singkong Rasa
diajarkan Pembuatan Bakteri dari Nasi dan rak Gadung
Krawon, Starbio, Konsetrat  Anyaman bambu, meliputi
untuk ternak, Pakan Ternak, tempat tissue, tempat nasi,
Ferinsa, Trichoderma, keranjang buah
Beveria
Sumber : Hasil Pelatihan di Desa Pentur, Simo Boyolali
Selama pelaksanaan program warga yang mengikuti pelatihan adalah sebagai
berikut pelatihan Pertanian Terpadu adalah 30 warga, Pelatihan Bambu terdapat dua
jenis yaitu meubel 15 warga dan kerajinan anyaman bambu adalah 17 warga,
pelatihan Produk Olahan adalah 19 warga. Hasil dari semua program pelatihan telah
dipamerkan dalam acara Pameran dan Lokakarya, tanggal 28 November 2012 di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Acara
ini dihadiri oleh ketua Bapermades Provinsi Jawa Tengah, Sekretaris Daerah
Kabupaten Boyolali, serta Dinas Kabupaten terkait meliputi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Dinas Pertanian dan sebagainya. Rencana keberlanjutan program
Berdasarkan hasil Lokakarya Program Hibah Bina Desa, kegiatan selanjutnya
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah untuk menindaklanjuti PHBD meliputi :
a. Sekitar awal minggu Desember Dinas Pariwisata Provinsi datang ke Desa
Pentur
b. Terdapat pembahasan lebih lanjut di Pokda mengenai homestay dan
guesshouse. Pada homestay, satu rumah maksimal 4 kamar dan harus satu
rumah dengan pemilik homestay. Guesshouse harus terdapat lebih dari 4
kamar dan terpisah dengan pemilik rumah.
c. Hasil dari produk pelatihan akan dimasukkan dalam proyek pengembangan
Desa Wisata “Wonosemar” oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan.
d. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersedia menganggarkan dana untuk modal
Rencana Tindak Lanjut Program Hibah Bina Desa
4. Monitoring dan evaluasi
Evaluasi terhadap kinerja, proses dan hasil yang telah dicapai oleh kegiatan
Program Hibah Bina Desa. Evaluasi dilakukan bersama-sama antara mahasiswa, dosen
pembimbing, dan juga lembaga mitra dan masyarakat dengan melihat sejauh mana
tujuan telah dicapai dan hal-hal yang belum dapat dicapai untuk kemudian dilakukan
penyempurnaan.
5. Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan direncanakan dilaksanakan pada akhir pelaksanaan
program yaitu bulan Desember 2012. Hal ini ditujukan untuk melaporkan seluruh
pertanggungjawaban pada semua kegiatan.
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM

Pelaksanaan Program Hibah Bina Desa tahun 2012 yang deselenggarakan di Desa
Pentur Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
1. Agenda Pelaksanaan Program
Tabel 5. Agenda Pelaksanaan Kegiatan
No Hari/Tanggal Nama Kegiatan Peserta Tempat Waktu
Selasa, Konsultasi dengan pengrajin Farida, Pujik, Syafiqi, Bpk. Nggodekan (Bpk.Mardi 13.00 WIB–15.00
1 28 Agustus 2012 sangkar burung Mardi (Pengusaha Sangkar Kucing) WIB
Burung)
Sabtu, Konsultasi dengan dosen Farida, Harliyandri, Pujik, ACES UMS 13.00 WIB-15.00
2
01 Sept 2012 pembimbing Reffi, Bpk. Totok WIB
Senin, Rapat koordinasi panitia, TIM PHBD, Panitia, Ketua Ruang Sidang Rektorat 13.00 WIB-16.00
03 Sept 2012 rektorat dan mitra kerja BEM FKIP, Bpk. Setiyarman, WIB
3
Dosen Pembimbing,
Perwakilan Rektorat
Minggu, Pembekalan panitia tentang TIM PHBD, Panitia, Bpk. Ruang sidang Rektorat 08.00 WIB-13.00
09 Sept 2012 Sistem Pertanian Terpadu dan Setiyarman, Bpk. Totok Budi WIB
4
Pemberdayaan Masyarakat Santoso (Dosen Pembimbing)
serta rapat koordinasi
Minggu,  Membagikan undangan Harliyandri Pentur 12.00 WIB-14.00
5 16 Sept 2012 rapat koordinasi dengan WIB
warga desa Pentur
 Pembekalan panitia dan TIM PHBD, Panitia dan Bpk. Ruang B.25 UMS 13.00 WIB-16.00
rapat koordinasi Setiarman WIB
Selasa, Pertemuan dengan warga TIM PHBD, Panitia, Warga Desa Pentur 19.00 WIB-22.00
6
18 Sept 2012 desa Desa Pentur WIB
Rabu, Konsultasi dengan Bpk. TIM PHBD Sukoharjo 09.00 WIB-12.00
7
19 sept 2012 Setiyarman (Jarpeto) WIB
Sabtu, Rapat koordinasi dan TIM PHBD, Panitia Ruang C.22 UMS 14.00 WIB-16.00
8
22 Sept 2012 pelantikan panitia WIB
Membagikan undangan acara Syafiqi Desa Pentur 13.00 WIB-15.00
FGD WIB
Minggu, Focus Group Discussion TIM PHBD, Panitia, Warga Balai Desa Pentur 13.00 WIB-16.00
9 23 Sept 2012 (FGD) Desa dan Bpk. Setiyarman WIB
(JARPETO)
Senin, Konsultasi dengan dosen TIM PHBD, Bpk. Totok Budi ACEC UMS 12.00 WIB-15.00
10
24 sept 2012 pembimbing Santosa (Pmbimbing) WIB
Kamis, Rapat Koordinasi Panitia TIM PHBD, Panitia Ruang B.26 UMS 15.00 WIB-17.00
11
27 Sept 2012 WIB
Minggu, SLPO pertemuan I TIM PBHD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
12 30 Sept 2012 SLPO, Pemandu, Bpk. WIB
Setiyarman
Senin, Konsultasi dengan Bpk. TIM PHBD Sukoharjo 15.30 WIB-17.30
13
01 Oktober 2012 Setiyarman WIB
Senin, Konsultasi dengan dosen TIM PHBD Ruang Dosen FIK 12.00 WIB-15.00
14
01 Sept 2012 pembimbing UMS WIB
Rabu, SLPO Pertemuan 2 TIM PHBD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
15 03 Sept 2012 SLPO, Pemandu Bpk. WIB
Setiyarman
Jum’at, Rapat koordinasi panitia TIM PHBD, Panitia Ruang c.22 FKIP UMS 15.00 WIB-17.00
16
05 Oktober 2012 WIB
Sabtu, Pertemuan dengan warga TIM PHBD, Panitia, warga Balai Desa Pentur 13.00 WIB-16.00
17
06 Oktober 2012 anggota pengrajin bambu desa WIB
Sabtu, Rapat koordinasi dengan TIM PHBD, Panitia, Perangkat Rumah lurah Pentur 18.30 WIB-21.00
18
06 Oktober 2012 perangkat desa desa WIB
Sabtu, Rapat koordinasi panitia TIM, Panitia Rumah lurah Pentur 21.00 WIB-22.00
19
06 Oktober 2012 WIB
Minggu, SLPO pertemuan 3 TIM PHBD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
20 07 Oktober 2012 SLPO, Pemandu Bpk. WIB
Setiyarman
Selasa, Konsultasi dengan Bpk. TO TIM PHBD Sleman, Yogyakarta 08.00 WIB-13.00
21 09 Oktober 2012 Suprapto (Pemilik Joglo WIB
Tani)
Selasa, Konsultasi dengan pengrajin TIM PHBD Sleman, Yogyakarta 13.00 WIB-15.00
22
09 Oktober 2012 bambu (Bpk. Paidi) WIB
Rabu, SLPO pertemuan 4 TIM PHBD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17. 00
23 10 Oktober 2012 SLPO, Pemandu Bpk. WIB
Setiyarman
Sabtu, Rapat koordinasi dengan TIM PHBD, Warga Desa Balai Desa Pentur 15.00 WIB-17.00
24
13 Oktober 2012 anggota kerajinan bambu WIB
Sabtu, Rapat koordinasi panitia TIM, Panitia Fak.Pertanian UNS 13.00 WIB-15.00
25
13 Oktober 2012 WIB
Sabtu, Konsultasi dengan Bpk. Tim PHBD Sukoharjo 15.00 WIB-17.30
26
13 Oktober 2012 Setiyarman WIB
Minggu, SLPO Pertemuan 5 TIM PHBD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
27 14 Oktober 2012 SLPO, Pemandu Bpk. WIB
Setiyarman
Konsultasi dengan pelatih TIM PHBD Polokarto, Sukoharjo 13.00 WIB-16.00
olahan singkong (Bpk. Loso) WIB
Selasa, Konsultasi dengan dosen TIM PHBD, Bpk Totok FIK, lantai 2 UMS 12.00 WIB-15.00
28
16 Oktober 2012 pembimbing WIB
Selasa, Rapat koordinasi panitia TIM PHBD, Panitia Ruang c.23 FKIP UMS 13.00 WIB-15.00
29
16 Oktober 2012 WIB
Rabu, SLPO pertemuan 6 dan Tim PHBD, Panitia, Peserta Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
17 Oktober 2012 pelatihan bambu hari pertama SLPO, Peserta kerajinan WIB
30 bambu, Pemandu Bpk.
Setiyarman, Pemandu Bpk.
Paidi dan Bpk. Gede
Kamis – sabtu Pelatihan kerajinan bambu TIM PHBD, panitia, Peserta, Balai Desa Pentur 10.00 WIB-16.00
31 18 s/d 20 Oktober Pemandu Bpk. Gede dan Bpk. WIB
2012 Paidi
Minggu, SLPO pertemuan 7 TIM PHBD, Panitia, Peserta, Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
22
21 Oktober 2012 Pemandu Bpk. setiyarman WIB
Senin, Pertemuan dengan ibu-ibu TIM PHBD, Ibu PKK Karang, Pentur Simo 14.00 WIB-16.00
23
22 Oktober 2012 PKK WIB
Selasa, Rapat koordinasi panitia TIM PHBD, Panitia Ruang b.24 FKIP UMS 15.00 WIB-17.30
24
23 Oktober 2012 WIB
Rabu, SLPO pertemuan 5 TIM PHBD, Panitia, Pemandu Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
25
24 Oktober 2012 Bpk. Setiyarman WIB
Kamis, Peltihan olahan singkong TIM PHBD, Panitia, Peserta, Balai Desa Pentur 09.00 WIB-13.00
26 25 Oktober 2012 Pemandu Bpk. Loso dan Bpk. WIB
Nur (Sukoharjo)
Kamis, Rapat Koordinasi Panitia TIM PHBD, Panitia Ruang b.26 FKIP UMS 13.00 WIB-15.00
26
01 Nov 2012 WIB
Sabtu, Rapat Koordinasi Panitia TIM PHBD, Panitia Ruang c.25 FKIP UMS 13.00 WIB-16.00
27
10 Nov 2012 WIB
Minggu, Sosialisasi RTL TIM PHBD, Panitia, Warga Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
28
11 Nov 2012 Desa WIB
Sabtu, Training Public Speaking TIM PHBD, Panitia dan Warga Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
29
17 Nov 2012 Desa WIB
Selasa, Training Public Speaking TIM PHBD, Panitia dan Warga Balai Desa Pentur 13.00 WIB-17.00
30 20 November Desa WIB
2012
Rabu, Rapat Koordinasi Panitia TIM PHBD, Panitia Ruang b.25 FKIP UMS 15.00 WIB-17.30
31
21 Nov 2012 WIB
Sabtu, Rapat Koordinasi Panitia TIM PHBD, Panitia Ruang b.25 FKIP UMS 15.00 WIB-16.00
32
24 Nov 2012 WIB
Minggu, Study Banding ke Yogyakarta TIM PHBD, Panitia, Warga Yogyakarta 07.00 WIB-22.00
33 25 Nov 2012 - Joglo Tani Desa, tokoh masyarakat WIB
- Parangtritis
Selasa, Gladi Bersih TIM PHBD dan Tokoh Fak.Ekonomi dan 13.00 WIB-24.00
34
27 Nov 2012 Masyarakat Bisnis UMS WIB
Lokakarya Rabu, TIM PHBD, Panitia, Warga Fak.Ekonomi dan 08.00 WIB-18.00
35
28 Nov 2012 Desa dan Tamu Undangan Bisnis UMS WIB
Sumber : Hasil Agenda Pelaksanaan Program oleh Panitia PHBD 2012
2. Realisasi Anggaran
Tabel 6. Realisasi Pemasukan dan Pengeluaran Anggaran PHBD 2012
2012
Keterangan Debet Kredit
Bulan Tanggal
    Pemasukan    
3 DIKTI Rp 40.000.000  
Agustus
    Pengeluaran    
Juli 28 A. Penyusunan proposal PHBD   Rp 268.000
3 B. Rapat Koordinasi Awal   Rp 235.000
September
  9 C. Pembekalan panitia   Rp 290.300
Pertemuan I
D. Pembeklan panitia
16 Pertemuan II   Rp 293.000
E. Pertemuan Awal dengan
18 Warga   Rp 1.160.500
23 F. Focus Group Discussion   Rp 858.000
30 G. SLPO Pertemuan I   Rp 591.950
3 H. SLPO Pertemuan II   Rp 859.500
7 I. SLPO Pertemuan III   Rp 806.800
10 J. SLPO Pertemuan IV   Rp 531.500
Oktober 14 K. SLPO Pertemuan V   Rp 319.500
 
  17 L. SLPO Pertemuan VI   Rp 610.000
  21 M. SLPO Pertemuan VII   Rp 454.500
 
  24 N. SLPO Pertemuan VIII   Rp 838.000
 
20 O. Pelatihan Kerajinan bambu   Rp 4.915.000
 
  25 P. Pelatihan Olhan Singkong   Rp 825.000
11 Q. Sosialisasi RTL   Rp 194.000
17 R. Pulic Speaking   Rp 241.900
November
  25 S. Study banding   Rp 3.288.700
 
27 T. Gladi Bersih   Rp 3.234.200
 
  28 U. Lokakarya   Rp 5.547.900
V. RTL(Rencana Tindak
3 lanjut)   Rp 5.556.500
3 W. Lain-lain    
  Kesekretariatan   Rp 593.450
Desember
    Konsumsi   Rp 1.156.000
    transportasi panitia   Rp 4.000.000
 
    transportasi konsultasi   Rp 1.150.000
 
  Pubdekdok   Rp 423.000
 
    Perlengkapan   Rp 760.000
Total Rp 40.000.000 Rp 39.994.750
Sisa   Rp 5.250
Sumber : Hasil Pemasukan dan Pengeluaran Anggaran Dana Panitia PHBD 2012

BAB V
EVALUASI DAN KEBERLANJUTAN
Tabel 2. Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Program Hibah Bina Desa
Pentur Simo Boyolali
No Program Kondisi Desa Sebelum Pelatihan Kondisi Setelah Pelatihan
Pelatihan
1 Pertanian 1. Masyakat desa masih banyak yang belum paham 1. Setelah pelatihan pertanian terpadu diberikan,
Organik bagaimana pengolahan tanaman yang tepat dengan masyarakat dapat memproduksi kebutuhan
kondisi tanah yang kering dan berpasir. pertanian secara mandiri(seperti pupuk, obat-
2. Masyarakat belum mampu untuk memproduksi pupuk obatan dan pakan)
secara mandiri dengan tepat. 2. Telah terbentuk kelompok petani organik
3. Masyarakat masih bergantung pada pupuk kimia yang Wonosemar(tingkat desa) dan kelompok petani
justru merusak ekosistem dan tanah organik Tekate gedhe(kadus 3) yang memproduksi
4. Sering merugi karena kondisi ekonomi yang lemah secara kontinyu hasil pelatihan tersebut.
ditambah dengan pupuk yang mahal dan hasil panen 3. Setiap produsi rata-rata menghasilkan 50-70 unit
tidak sebanding dengan pengeluaran untuk pengeluaran produk yang mana 50% digunakan oleh anggota
5. Kondisi yang sulit (pupuk mahal, bibit mahal) kelompok dan 50% dijual ke warga sekitar.
mnyebabkan petani enggan bercocok tanam. Jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan
seluruh warga desa karena alat produksi yang
digunakan masih terbatas dan sederhana(belum
tersedia mesin-mesin khusus).
4. Harga jual produk yang dihasilkan
Bakteri pengurai nanas : Rp. 20.000,-/ 1 liter
Ferinsa: Rp.50.000,-/5 liter
Starbio: Rp.20.000,-/1 liter
Beverie, trichoderma : Rp20.000,-/500ml
2 Diversifika 1. Pengrajin bambu di desa pentur sebagian besar hanya 1. Setelah diadakan pelatihan bambu, dari 32 warga
si Bambu terbatas pada produksi besek dan tampah. yang mengikuti, untuk kerajinan bambu meubel
2. Kurangnya pengetahuan bagaimana mengembangkan mayoritas memproduksi lagi untuk keperluan
ketrampilan dalam pengolahan bambu. pribadi, namun ada 2 warga yang produksinya
3. Pemanfaatan bambu di desa pentur belum sudah standar dan mulai dipasarkan. Sedangkan
dimanfaatkan secara maksimal. Padahal potesi bambu untuk kerajinan anyaman bambu ada 3 warga yang
cukup besar membuat.
2. Sebagian besar warga yang mengikuti pelatihan
masih sedikit memproduksi karena tidak ada link
pemasaran yang tetap, tidak seperti besek yang
setiap hari ada pengepulnya.
3. Jumlah produksi yang dihasilkan tiap minggunya
warga dapat menghasilkan 1 set meubel, dan
anyaman bambu sekitar 15 biji
4. Harga jual produk
1 set meubel : bambu wulung Rp.700.000,-
Bambu apus Rp.500.000,-
Anyaman bambu hanya digunakan secara pribadi
atau jika ada pesanan
3 Olahan 1. Warga sudah mampu mengolah singkong dalam 1. Terdapat 3 warga yang terus memproduksi kripik
singkong berbagai jenis namun belum mampu menentukan hasil singkong rasa gadung, produk ini telah diberikan
rasa gadung olahan singkong tepat dan terjual di pasaran dengan brand dan kemasan yang menarik
harga yang menguntungkan. 2. Pemasaran untuk wilayah desa dan sekitarnya
kurang diminati karena umumnya masyarakat desa
lebih suka makanan yang berwarna mencolok
sedangkan kripik singkong rasa gadung memilki
karakter warna natural
3. Pemasaran justru diminati di maasyarakat kota,
karena brand produk yang ditawarkan sehat dan
bebass pengawet.
4. Pemenuhan pesanan produk masih sulit karena
rata-rata tiap mingggu warga hanya menghasikan
10kg kripik, hal ini dikarenakan alat yang dipakai
mash manual dan pembuatan tergantung pada
cuaca.
5. Harga kripik tiap kilogram Rp.20.000,-
Sumber : Pengamatan Hasil Pelatihan Kepanitiaan PHBD 2012
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara umum hasil yang telah dicapai selama kegiataan pelaksanaan PHBD tahun 2012
di bidang pertanian terpadu, masyarakat desa Pentur sudah dapat menghasilkan produk-
produk pertanian meliputi Bakteri Pengurai Sari Buah, StarBio, Ferinsa, Konsentrat untuk
ternak, Trichoderma dan Beveria. Bidang diversivikasi kerajinan bambu, masyarakat telah
memproduksi meubel dari bambu dan aneka anyaman bambu yang sebelumnya hanya bisa
dibuat besek dan tampah. Bidang olahan singkong masyarakat telah mempunyai Brand
produk Kripik Singkong Rasa Gadung dengan brand yang menarik dan kemasan yang praktis
serta sudah siap jual.
Dari semua program yang di produksi hasil desa Pentur, masyarakat setempat sangat
antusias terhadap kegiatan mahasiswa, hal ini terbukti bahwa sampai sekarang masyarakat
sudah membentuk kelompok-kelompok organik disetiap dukuh, kelompok pengrajin dan
kelompok produksi singkong yang masing-masing mempunyai kelompok tingkat kelurahan
yang pusatnya di Balai Desa Pentur dengan nama “Kelompok Petani Organik Wonosemar”.
Produk-produk yang dihasilkan sudah dipasarkan, mulai dari penjualan ke kelompoknya
sendiri dan ke kelompok petani yang lainnya dengan harga yang relatif lebih murah dari
harga pasaran, sehingga produk yang ditawarkan siap bersaing dengan produk-produk daerah
lain serta kualitas produk yang sudah teruji, baik secara laboratorium maupun pasar.
Keberasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi masyarakat setempat akan
berbagai program yang ditawarkan oleh mahasiswa. Masyarakat juga sudah mulai beralih
pandangan mengenai penggunaan bahan baku dari kimia menjadi bahan-bahan yang dibuat
sendiri dan organik. Harapan besar atas program tersebut, masyarakat selain melaksanakan
rencana tindak lanjut juga dapat melaksanakannya secara berkelanjutan dan memperbanyak
produksi produk yang telah dihasilkan.

LAMPIRAN
1. Foto Hasil Kegiatan Program Hibah Bina Desa 2012
- Foto Temu Masyarakat - Foto Kegiatan Program

Tempat : Rmh. Bpk Panuju, Karang Tempat : Balai Desa Pentur

2. Foto Hasil Produk Program Hibah Bina Desa 2012


- Hasil Diversivikasi Produk Bambu - Foto Brand Produk Singkong

- Hasil Pertanian Terpadu (SLPO) - Foto Hasil Anyaman Bambu

Anda mungkin juga menyukai