Tugas Perpajakan 2 - 1402210310 - Adnes Monika Manurung
Tugas Perpajakan 2 - 1402210310 - Adnes Monika Manurung
NIM : 1402210310
Kelas : AK-45-06
Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib pajak. Pemungutan pajak dapat
dilakukan dengan tiga stelsel yakni Stelsel nyata (rill), Stelsel anggapan (fiktif), dan
Stelsel campuran.
Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada akhir tahun
semenara pada waktu tersebut belum tersedia jumlah kas yang memadai
Semua Wajib Pajak akan membayar pada akhir tahun sehingga jumlah uang yang
beredar akan terpengaruh
Stelsel Campuran
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari dua stelsel yang ada yaitu stelsel rill dan stelsel fiktif.
Cara kerjanya adalah pada awal tahun bersarnya pajak dihitung berdasarkan stelsel fiktif, lalu pada
akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan stelsel rill.
Sumber : https://indopajak.id/tata-cara-pemungutan-pajak-berdasarkan-stelsel-
pajak/
Sumber : https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=sebutkan+dan+jelaskan+ASAs+pajak
Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian
masing-masing sistem pemungutan pajak tersebut.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari
para wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini
mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih
berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan,
maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil
mungkin.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:
Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak
telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan
pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan
pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup
membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib
pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-
pemungutan-pajak
Timbul dan hapusnya utang pajak masih menjadi perbincangan hangat di antara para
praktisi. Pasalnya, belum ada penjelasan mengenai timbulnya utang pajak dalam
undang-udang sehingga terjadi perbedaan pendapat atau persepsi mengenai hal
tersebut.
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus (pegawai
pajak yang membantu Wajib Pajak/Subjek Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya). Hal ini terjadi jika pemungutan pajak dilakukan dengan official
assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang harus
dibayar dan dihitung oleh fiskus. Kemudian fiskus akan mengirimkan surat
pemberitahuan terkait jumlah yang harus dibayarkan kepada Wajib Pajak.
2. Ajaran Materil
Utang pajak timbul karena undang-undang dan karena ada sebab yang mengakibatkan
seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak. Sebab-sebab yang membuat seseorang
memiliki utang pajak di antaranya:
Jadi sampai saat ini, para praktisi menggunakan dua ajaran ini untuk menilai
munculnya utang pajak pada wajib pajak.
Penghapusan Utang Pajak
Anda tidak perlu khawatir jika memiliki utang pajak karena Anda dapat
menghapusnya dengan beberapa cara yang telah diatur dalam undang-undang
perpajakan. Ada 5 cara menghapus utang pajak.
5 Cara Penghapusan Utang Pajak :
1. Pembayaran
Cara pertama menghapus utang pajak adalah dengan membayarnya pada negara.
Pembayarannya secara lunas dalam bentuk sejumlah uang oleh Wajib Pajak ke Kas
Negara. Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat membayarnya sendiri atau
menguasakannya pada pihak lain selama pihak tersebut bertindak atas nama wajib
pajak yang memiliki utang pajak.
Selain itu, pembayaran ini perlu menggunakan mata uang yang berlaku di Indonesia,
dalam hal ini adalah Rupiah.
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan jika Wajib Pajak memiliki kelebihan dalam membayar
pajak sehingga dapat digunakan untuk membayar utang pajak. Kelebihan bayar pajak
sendiri dapat terjadi karena berbagai hal, seperti perubahan undang-undang pajak,
kekeliruan pembayaran, adanya pemberian pengurangan, dan sebagainya. Karena itu,
kelebihan pajak ini dapat dikreditkan.
Wajib pajak dapat menghapus utang pajak menggunakan cara ini dengan syarat ia
wajib mengajukan sendiri kepada pejabat pajak. Selain itu, Wajib Pajak tidak bisa
mengkompensasikan utang pajak dengan utang biasa karena berbeda konteks.
Kompensasi kerugian, ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu kompensasi kerugian
yang mendatar (horizontal compensative), kompensasi yang tegak (vertical
compensative), dan kompensasi kerugian perang.
Kompensasi pembayaran, ini dapat dilakukan jika salah satu pihak memiliki utang
dan memiliki tagihan pada pihak lain.
Jika ingin menggunakan cara kompensasi, ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan:
Bahwa pada saat yang sama, kedua subjek saling mempunyai tagihan.
Hal yang dikompensasikan hanyalah dua utang berupa uang dan barang yang sama
macamnya.
Kompensasi berlaku karena hukum, bahkan jika pihak yang berhutang tidak
mengetahuinya dan saling menghilangkan utang yang sama besarnya pada saat yang
sama.
3. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa di sini adalah kedaluwarsa penagihan. Melansir dari DJP, hak untuk
menagih pajak kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejat
tanggal terutang pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak yang bersangkutan.
Selain itu, ada dua macam kedaluwarsa dalam hal utang pajak. Pertama adalah
kedaluwarsa lemah (penagihannya kedaluwarsa), dan kedua adalah kedaluwarsa kuat
(utangnya kedaluwarsa).
4. Pembebasan
Alternatif lain untuk menghapus utang pajak adalah dengan cara pembebasan.
Namun, pembebasan di sini pada umumnya bukan berarti menghilangkan pokok
utang pajak, meniadakan sanksi administratif terkait utang pajak.
Tetapi, utang pajak dapat berakhir dengan pembebasan karena cara ini merupakan
sarana hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib pajak berupa membayar
pajak.
5. Penghapusan/Peniadaan
Penghapusan utang pajak mirip dengan cara pembebasan. Perbedaannya, cara
penghapusan diberikan karena keadaan keuangan Wajib Pajak.
Penghapusan juga merupakan cara untuk mengakhiri utang pajak. Namun, hanya
dengan alasan tertentu, seperti Wajib Pajak terkena musibah atau karena dasar
penetapannya tidak benar. Ketika utang pajak telah dihapus, perikatan pajak akan
berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi memiliki kewajiban membayar pajak yang
terutang.
Itulah pembahasan singkat mengenai timbul dan hapusnya utang pajak. Secara garis
besar, ada dua ajaran atau dua teori yang mengatur timbulnya utang pajak, yaitu
ajaran formil dan ajaran materil. Lalu untuk menghapus utang pajak tersebut, ada 5
alternatif yang dapat Wajib Pajak lakukan, yang meliputi: pembayaran, kompensasi,
kedaluwarsa, pembebasan, dan penghapusan/peniadaan.
Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/menilik-timbul-
dan-hapusnya-utang-pajak-di-indonesia
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab
wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada
berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda.
Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk
menghitung pajak terutang.
Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya.
Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib
pajak orang pribadi, seperti:
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak
yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi.
Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat.
Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan
bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap
dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek
pajaknya.
Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan
Rp6.000.
Pada dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis
pajak.
Sumber : . https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak