Sumber : https://mudjislamet77.wordpress.com/
Nafsu merupakan perangkat yang pasti ada pada diri manusia. Tiada seorang pun yang tidak memilikinya.
Karena nafsu merupakan pendorong manusia yang kuat untuk bisa melakukan segala perbuatan, baik itu
perbuatan baik maupun buruk. Perbuatan baik ataupun buruk digerakkan oleh nafsu, artinya nafsu menjadi
komando segala kegiatan manusia, sekaligus sebagai motor penggerak yang menggerakkan segala macam
tingkah laku manusia. Dari nafsu inilah manusia bisa berbuat baik dan bisa juga berbuat jelek. Sebetulnya
setiap manusia diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu
muncul di permukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketentraman,
keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya.
Dalam kenyataannnya manusia cenderung mengikuti nafsu syahwatnya, padahal pada hakikatnya syahwat
(keinginan) nafsu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai dengan tabiatnya (watak), dan menjauhi
sesuatu yang tidak disukai dan dicintai, padahal seringkali kerusakan jiwa disebabkan karena hal-hal yang amat
disukainya itu, dan keselamatan karena menjauhi hal-hal tersebut.
KOMPETENSI INTI
INDIKATOR
1. Meyakini pentingnya mujaahadah dan riyaadah (tazkiyah al-nafs) sebagai ajaran Islam untuk
membentuk akhlak karimah
2. Membiasakan sikap jujur dan disiplin sebagai cermin pemahaman setelah mempelajari mujaahadah dan
riyaadah (tazkiyah al-nafs)
3. Menelaah hakikat dan sifat dasar nafsu syahwat dan gadab
4. Menguraikan pengertian nafsu syahwat dan gadab
5. Memerinci bahaya menuruti nafsu syahwat dan gadab
6. Menguraikan cara menundukkan nafsu syahwat dan gadab melalui mujaahadah dan riyaadah (tazkiyah
al-nafs)
7. Hikmah menundukkan nafsu syahwat dan gadab
PETA KONSEP
Disiplin Sabar
Bahaya
Mujaahadah Bertaqwa
Cara Menundukkan
Riyaadah
Diperoleh Karakter
Hikmah
AKHLAK KARIMAH
Imam al-Harits al-Muhassibi mengatakan, “Nafsu hanya menjadi musuh yang paling memusuhimu jika
engkau menaatinya.” Nafsu merupakan perangkat yang pasti ada dalam setiap manusia. Tiada seorang pun yang
tidak memilikinya. Sebagaimana nafsu bisa menjadi sebab celaka, sengsara, nestapa, duka, ia pun bisa menjadi
sebab bahagia, suka, cita, dan berkah.
Guna melindungi diri dari terkaman jahat nafsu syahwat ini, seorang penempuh jalan menuju Allah Ta’ala
harus memahami hakikat nafsu itu sendiri. Ia kudu mengerti pahala yang didapat jika tak menuruti, dan dosa
serta akibat buruk yang pasti didapat jika seseorang bergelimang dalam nafsu yang tampak mengasyikkan itu.
“Menuruti syahwat,” tutur Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam al-Fawaid sebagaimana dikutip oleh
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah saat menjelaskan Risalah al-Mustarsyidin, “bisa mengakibatkan rasa sakit
dan hukuman.”
Adakah kita bersiap sedia untuk rasakan sakit dan dihukum dengan cara yang pedih? Masih menjelaskan
akibat menuruti nafsu, murid Imam Ibnu Taimiyah ini melanjutkan, “Mengikuti nafsu bisa memutuskan
kenikamatn yang jauh lebih sempurna dari syahwat itu sendiri, menyia-nyiakan waktu yang menimbulkan
kerugian dan penyesalan, melanggar harga diri, mampu menghabiskan harta, menyia-nyiakan kedudukan dan
kehormatan, merampas rasa kenikmatan.”
Adakah kita mau menanggung semua akibat yang ditimbulkan dari mengikuti nafsu syahwat? Padahal, rasa
nikmatnya hanya sesaat, dan semu. Bukan hanya itu, orang-orang yang menuhankan hawa nafsu juga akan
mendapatkan keburukan-keburukan lain. “Menuruti nafsu bisa memberi peluang bagi musuh untuk menyerang
seseorang lewat celah yang sebelumnya tidak ada, mengundang kemuraman, sebab kesusahan, sumber
kesedihan, pemicu ketakutan yang justru menghilangkan nikmat syahwat.”
Orang yang mengikuti nafsu, ilmu akan dicabut darinya, membuat musuh (setan) bahagia dan kawan
(malaikat) bersedih, mencegah hadirnya kenikmatan-kenikmatan asasi yang dianjurkan, menghasilkan aib. Yang
paling parah, mengikuti nafsu syahwat bisa menimbulkan bekas pada diri seseorang. Baik bekas di dalam ruhani
dan pikiran serta badan seseorang. Bahkan, bisa menjadi kebiasaan hingga sukar ditinggalkan.
Dalam tahap akut, kecanduan maksiat ini benar-benar menjadi sesuatu yang mendesak-desak dan tidak
hilang sebelum dituruti. Sangat mengerikan. Ya Allah, lindungi kami dari buruknya nafsu syahwat. Amin.
Wallahu a’lam.
Sumber: http://kisahhikmah.com, oleh Pirman Bahagia
AKTIVITAS SISWA
Amatilah perilaku yang menuruti nafsu syahwat di sekitarmu, lalu kaji seberapa besar akibatnya yang
ditimbulkan dari perilaku tersebut!
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. ar- Rum [30]:
41).
4) Melahirkan kerakusan, perampokan, pencurian, manipulasi, korupsi, bahkan
kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan. Sebagai dampak menuruti
syahwat harta.
tercela.
2) Tahalli, menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji
3) Tajalli, tersingkapnya tabir yang menghalangi antara manusia dan Allah, rasa dilihat
dan diawasi oleh Tuhan, kerinduan hanya tertuju pada Tuhan.
Ketiga peringkat ini hendaklah dilakukan dengan melaksanakan latihan-latihan
rohaniah yang dinamakan riyadah al nafs yakni latihan untuk melawan atau
menentang atau memerangi semua kehendak-kehendak nafsu yang jahat.
Latihan menundukkan hawa nafsu ini perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit tetapi
istiqamah, selain itu hendaklah bermujahadah dalam beramal. Perjuangan untuk
melawan hawa nafsu tidaklah mudah. Imam al- Ghazali dalam Raudatu al-taalibin
berkata ”Berhati-hatilah kamu dengan hawa nafsu. Ia adalah musuh kita yang paling
ketat dan yang paling sukar untuk dikalahkan.”
4) Dengan jalan riyadah
Riyadah adalah latihan kerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukkan
keinginan nafsu syahwat. Riyadah ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu riyadah
badan yaitu dengan mengurangi makan, minum, tidur dan mengurangi berkata-kata.
Yang kedua riyadah rohani yaitu dengan memperbanyak ibadah, berzikir,
bertafakkur, memperhatikan kejadian alam dan susunannya, serta memperhatikan
segala keadaan masyarakat yang penuh kejahilan akibat menuruti hawa nafsu.
Suatu hari seorang pria pemarah datang menemui kakeknya. Saat bertemu, dia mendamprat kakeknya
dengan kata-kata kasar. Sang kakek pun hanya mendengarkannya dengan sabar dan tenang, tanpa tanggapan.
Lalu lelaki itu berhenti memaki. Setelah si lelaki selesai meluapkan amarahnya, kakek mulai bertanya,
“Jika seseorang memberimu sesuatu, tapi kamu tidak menerimanya, lalu jadi milik siapakah pemberian itu?”
“Tentu saja tetap menjadi milik si pemberi,” kata lelaki itu. “Begitu pula dengan kata-kata kasar dan
amarahmu,” timpal kakek. “Aku tidak mau menerimanya, jadi itu tetap milikmu. Aku hanya mengkhawatirkan
kamu harus menanggung akibatnya, karena amarah dan kata-kata kasar hanya membuahkan penderitaan.
Sama seperti orang yang ingin mengotori langit dan meludahinya. Ludahnya hanya akan jatuh mengotori diri
sendiri,” jelas Si Kakek.
Lelaki itu pun terdiam dan merasa malu. Dia meminta maaf, lalu kemudian pamit pergi. Ya, begitu pula
dengan energi negatif dan emosi di sekitar kita. Jika kita tidak mengizinkan dan sukarela menerimanya, maka
semua itu tidak akan berpengaruh pada kita. Keputusan ada di tangan Anda!
Sumber: https://esqtraining.com, oleh Ary Ginanjar Agustia
Di samping itu juga sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan
dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka. Karena dengan kemarahan,
seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga melakukan tindakan atau mengucapkan
perkataan yang berakibat buruk bagi dirinya.
Oleh karena itu, umat Islam yang bertakwa kepada Allah Swt. Meskipun tidak luput
dari sifat marah, akan tetapi karena mereka selalu berusaha melawan keinginan nafsu.
Sehingga mereka mampu meredam kemarahan mereka. Allah berfirman:
Sebab-sebab marah antara lain karena tidak kuat menahan nafsu, sombong, ujub,
banyak melakukan sendau gurau, perbuatan yang sia-sia, melecehkan orang lain,
menghina, berdebat, bertengkar, berkhianat, serta cinta kepada harta dan kedudukan.
Semua itu merupakan perangai yang buruk dan tercela dalam Islam. Seseorang tidak
dapat terhindar dari amarah apabila masih ada sifat-sifat itu.
a) Dengan riyadah
Cara menundukan sifat-sifat tercela marah diperlukan pelatihan diri (riyadah) dan
kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Riyaadah yang diperlukan diantaranya
adalah dengan mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tersebut. Setelah itu
menerapkan dalam diri anda kembalikan dari sifat-sifat itu, misalnya sombong dengan
tawadhu’, haus harta dengan qana’ah, dan lain sebagainya. Selain itu dengan
memperbanyak berzikir, membaca ta’awudz, beristighfar, dan memberi maaf. Sifat-
sifat mulia ini terus diterapkan dalam diri. Memang memerlukan waktu yang cukup
lama hingga merasa ringan mengerjakannya karena sifat itu telah menyatu dalam
dirinya.
b) Mujahadah
Berusaha sungguh-sungguh dengan sekuat tenaga menahan hawa nafsu untuk
tidak melampiaskannya kepada kemarahan, dan menyadari akan dampak negatifnya
bila melampiaskan marah.
c) Menahan hawa nafsu
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta diberi wasiat. Lalu
Rasulullah bersabda:
َ َ َّ َ ُ َّ َ َّ َ َ ً ُ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
َ يَق
َ:َال َ ِ َأ ْو:َىَهللا ََعل ْي ِه ََو َسل َم
ص ِي عنَا ِبيَهريرةَر ِض يَهللاَعنهَأنَرجَلَقال َِللن ِب ِيَصل
َ َ َ ً َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ
َ ََل ََت ْغ:َ
َْ ض
ب َقال,ََلتغضبَفردد َِمرارا
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw.:
Berilah wasiat kepadaku. Sabda Nabi Saw.: Janganlah engkau marah. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda Beliau: Janganlah engkau marah”.
(HR. Bukhari).
Setelah Anda mendalami materi Nafsu Syahwat dan Gadab, maka selanjutnya lakukanlah
diskusi dengan kelompok Anda! Bentuk kelompok kecil beranggotakan 4-6 siswa/ kelompok,
kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.
Adapun hal-hal yang perlu didiskusikan adalah sebagai berikut.
1. Hakikat dan sifat dasar nafsu syahwat dan gadab
2. Cara menundukkan nafsu syahwat dan gadab melalui mujaahadah dan riyaadah
Dengan memahami dan menghayati keutamaan dan adab berbakti kepada orang tua dan
guru, maka akan tercipta hidup mulia dan melahirkan karakter positif terhadap sesama
dintaranya adalah sebagai berikut.
1. Bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua sebagai implementasi memahami
kemuliaan berbakti kepada kedua orang tua
2. Taat kepada Allah, taat kepada orang tua dan taat kepada guru, karena menyadari betapa
besar jasa-jasa yang telah diberikan
3. Tunduk dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi meyakini kemuliaan
menghormati orang tua dan guru.
4. Rendah diri dalam bersikap terhadap orang tua dan guru demi memuliakannya
5. Sopan dan santun dalam bersikap terhadap orang tua dan guru sebagai implementasi
memahami keutamaan memuliakan orang tua dan guru
6. Saling menghargai terhadap orang tua dan guru karena menyadari kedudukannya
7. Menghormati orang tua dan guru karena jasa-jasa yang telah diberikan
8. Sabar menerima nasihat dari orang tua dan guru karena meyakini bahwa itu sebagai
bentuk kecintaannya