Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 tahun
2013 tentang kesehatan matra, kesehatan matra adalah upaya kesehatan dalam
bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara
makna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara (Indonesia. 2013).
Di wilayah puskesmas bulak banteng pada tahun 2020 terdapat target
pemeriksaan 13 orang namun yang didapatkan dan diperiksa smua adalah 5 orang
jamaah haji dan saat kepulangan semua jamaah haji dalam kondisi sehat.
Berdasarkan analisis penyebab belum tercapaiannya target kegiatan
pemeriksaan calon jemaah haji tersebut salah satunya adalah kurangnya kegiatan
promotif, preventif dan kuratif terhadap penyakit menular maupun tidak menular pada
calon jamaah haji pada tahun 2022. Dengan demikian, salah satu cara untuk
mencapai target diperlukan penyusunan Pedoman Matra Puskesmas Bulak
Banteng Tahun Anggaran 2022. Dengan adanya Pedoman tersebut peran pengelola
kegiatan Matra akan mengetahui bagaimana penyelenggaraan Matra secara efisien
dan efektif terlebih penting secara sistematis dapat mengetahui tahapan
penyelenggaraan Matra dan skala prioritas apa yang harus di selenggarakan.

B. Tujuan Pedoman
a. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan calon jamaah haji
b. Khusus
1. Petugas mempunyai pedoman dalam melaksanakan sosialisasi dan pemeriksaan
kesehatan pada calon jamaah haji di puskesmas Bulak Banteng sehingga mampu
mencapai target kegiatan yang belum tercapai pada tahun 2019.
2. Meningkatkan kebiasaan hidup bersih dan sehat dan menjaga kesehatan tubuh
calon jamah haji di wilayah kerja puskesmas Bulak Banteng.

C. Sasaran Pedoman
Calon jamaah haji wilayah puskesmas Bulak banteng

D. Ruang Lingkup Pedoman


Pelayanan Kesehatan Matra dalam bentuk Sosialisasi dan Pemeriksaan Kesehatan di
dalam gedung Puskesmas Bulak Banteng

1
E. Batasan Operasional
Rawat jalan adalah pelayanan kesehatan Matra yang diberikan kepada calon jamaah
haji untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya
Pasien rawat jalan adalah pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan Matra sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada  pelayanan kesehatan matra
yang ada di Puskesmas Bulak Banteng

Penanggung Jawab pelayanan dr. Susan Dani Suryono, M.kes


kesehatan Matra:
Anggota Pelaksana : Dedy Wicaksono, Amd. Kep.

B. Distribusi Ketenagaan
Dokter umum bertugas di pelayanan kesehatan Matra. Jumlah dokter umum
ada 4 (empat ) yang  mempunyai tugas  sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang
menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang
berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan
pertemuan, sehingga pelayanan dilayani oleh  perawat yang diberi pelimpahan
wewenang. Setelah selesai pertemuan dokter akan  menangani pasien di
pelayanan Matra.
Perawat umum melakukan ketugasan sesuai jadwal. Perawat umum ada 5 (lima)
mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab Matra, penanggung jawab SPJ Posyandu Lansia,
dll. Sehingga jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut.

C. Jadwal Kegiatan

Senin- Kamis 07.30-14.30 WIB


Jumat 07.30-11.30 WIB
Sabtu 07.30-13.00 WIB

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
Pelayanan kesehatan Matra merupakan ruangan dengan ruang pemeriksaan
dokter, termasuk didalamnya 2 (dua) Tempat Tidur atau bed dan 3 (tiga) meja di
dalam ruangan pelayanan kesehatan digunakan untuk kajian awal.
Ruangan ini memiliki 2 (dua )wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas
dan tempat cuci alat. Selain itu ruangan ini memiliki 3 (tiga) perangkat komputer
sebagai bagian dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server
untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas

4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Lingkup pelaksanaan pelayanan kesehatan Matra di ruangan pelayanan
pemeriksaan umum yaitu upaya pelayanan kesehatan Matra, dan jika
diperlukan menggunakan konsep intergrasi dengan pelayanan pemeriksaan
umum, pelayanan kolaborasi, pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan
gigi dan mulut, pelayanan KIA-KB, pelayanan psikologi dan pelayanan
laboratorium.
Pelayanan yang diberikan meliputi:
 Sosialisasi
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan EKG
 Tes Kebugaran

B. Metode
Terdapat beberapa metode yaitu metode kasus, metode fungsional, metode tim,
metode keperawatan primer, metode modular, dan manajemen kasus .
Puskesmas bulak banteng menggunakan Metode Kasus: (Sitorus, 2006). Dalam
metode ini, satu petugas akan memberikan asuhan keperawatan kepada
seorang klien secara paripurna dalam satu periode melalui pelayanan asuhan
individu. Jumlah pasien yang diasuh oleh satu petugas bergantung pada
kemampuan petugas tersebut dan kompleksnya kebutuhan pasien.

C. Langkah Kegiatan
1. Petugas membuat perencanaan kerangka acuan kegiatan
2. Petugas membuat jadwal serta undangan sosialisasi dan pemeriksaan
kesehatan pada calon jamaah haji
3. Petugas melakukan sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan pada calon jamaah
haji
4. Petugas melakukan entri data hasil pemeriksaan di aplikasi SISKOHATKES
5. Petugas melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan

5
BAB V
LOGISTIK
Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu
didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang
baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas atas dasar kebutuhan pasien
dan demi kelancaran dari pelayanan kesehatan matra .Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan.Pengadaan alat
dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

6
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


•       Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
•       Komunikasi efektif
•       Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
•       Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
•       Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
•       Tidak Terjadinya pasien jatuh

Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut


adalah :
1.  IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
•    Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
alamat pasien
•    Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau produk lainnya.
•    Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan ALAMAT yang disesuaikan
dengan tanda pengenal resmi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
•      Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan alamat sebelum melakukan
prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak siapa?” “Tolong
sebutkan alamat Bapak”.
•      Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan
kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


    Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
•      Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar pemberi layanan.
•     Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
•    Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi pasien
terkini.
•     Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini

7
•    Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini.

  Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali


•      Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/
laporan.
•      Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
•      Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu pemberi
instruksi/ laporan.
•      Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup  misalnya : PONSTAN

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :  NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)
/ LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan 
kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
•      Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan yang
jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
•      Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
•      Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
•      Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima / memberi
instruksi

Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di Puskesmas:


•      Antiaritmia ( Lidokain )
•      Obat antagonis adrenergik ( Efinefrin )
•      Sound Alike Look Alike Drugs
  
4. PROSEDUR TINDAKAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
NOMOR TGL NOMOR TGL
NO JUDUL DOKUMEN
DOKUMEN PENETAPAN DOKUMEN PENETAPAN
    DOKUMEN LAMA DOKUMEN BARU
SOP SOSIALISASI 440/ 440
DAN PEMERIKSAAN 29
B.IV.SOP.012 /A.SOP.010
1 KESEHATAN PADA SEPTEMBER 3 Januari 2022
CALON JEMAAH 0.10/436.6.3.6 8.01/436.7.2
2018
HAJI 2/2016 .3.61/2022

8
5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
PADA MASA PANDEMI COVID-19
A. Penyediaan alcohol-based hand rub (mengandung alkohol minimal 70%),
pemajangan poster 6 langkah cara mencuci tangan sesuai WHO, penyediaan tisu dan
tempat sampah medis tertutup di ruang tunggu pasien.
B. Melakukan selalu prosedur 6 langkah cuci tangan standar WHO dan hand sanitizer ,
yaitu
1. Gunakan sabun dan air mengalir jika tangan terlihat kotor secara klinis atau
terkontaminasi dengan bahan. Cuci tangan selama 40-60 detik
2. Gunakan alcohol-based hand rub jika tangan tidak terlihat kotor secara klinis. Cuci
tangan selama 20-30 detik
C. Prosedur cuci tangan harus dilaksanakan pada saat (WHO 5 moment):
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan prosedur pembersihan atau aseptik
3. Setelah terpapar cairan tubuh
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
D. Rekomendasi WHO dalam pencegahan atau pembatasan penyebaran COVID-19
dengan standar precaution (referensi WHO IPC COVID Module 3). Yaitu:
1. Higiene tangan (sesuai prosedur poin B dan 6 langkah mencuci tangan)
2. Higiene respiratori (etiket), Etiket hygiene respiratori yang baik atau etiket batuk
dapat menurunkan penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi respiratori. Etiket ini
sebagai berikut:
a) Palingkan kepala ke arah lain jika batuk atau bersin
b) Tutupi hidung dan mulut dengan tisu
c) Jika tisu telah digunakan, segera buang dalam tempat sampah
d) Batuk atau bersin ke lengan jika tisu tidak tersedia.
e) Bersihkan tangan menggunakan sabun dan air atau alcohol-based product
3. Dokter gigi dan atau perawat dana tau staff harus memakai APD yang sesuai,
4. Pasien diminta berkumur dengan Povidon iodine obat kumur (1%) selama 15 detik –
1 menit, yang terbukti efektif terhadap SARS dan MERS.
5. Tindakan perawatan gigi disarankan menggunakan rubber dam untuk mengurangi
risiko penularan melalui droplet saliva akibat tekanan udara tinggi saat penggunaan
handpiece ataupun alat ultrasonic scaler.
6. Keterampilan dalam kontrol infeksi, pembuangan alat tajam dan pencegahan injuri
akibat benda tajam perlu ditingkatkan,
7. Desinfeksi, pembersihan dan penanganan alat yang telah digunakan, Desinfektan
permukaan dengan campuran air dan detergen serta sodium hipoklorit 5% dengan

9
perbandingan 1:100 sehingga konsentrasi final sebesar 0.05% selama 1 menit. Untuk
benda dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol 70%.
8. Pembersihan lingkungan kerja, dengan melakukan desinfeksi pada ruang tunggu
pasien, gagang pintu, meja, kursi, dental unit. Lantai dapat dibersihkan menggunakan
benzalkonium klorida 2% yang sudah banyak dijual dalam produk pasaran pembersih
lantai.
9. Pembersihan bahan linen pakaian,
10. Kontrol pembuangan limbah

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
•      Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan oleh
perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
•      Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh pasien guna
mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

10
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien dan


keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar
pasien, pasien  sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak
memenuhi standar.
        Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
        Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal
di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di puskesmas.
        Program keselamatan kerja di Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal
kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,  keluargapasien, masyarakat
sekitar.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas, aman
dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
sehingga proses pelayanan puskesmas  berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
•    Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja).
•    Peningkatan mutu puskesmas.

11
Alat Keselamatan Kerja
•              Alat pemadam api ringan (APAR)
•              APD (alat Pelindung Diri)
•              Peralatan pembersih
•              Obat-obatan
•              Kapas
•              Plaster pembalut
•              Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
•       Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
•       Pakailah APD saat bekerja,
•       Orientasi pada petugas baru,
•       Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
•       Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
•       Buanglah sampah pada tempatnya,
•       Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
•       Dilarang merokok.

12
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan
klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan.

Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-


langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin.Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan
dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan
proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat sebagai konsumen.
Jika ada KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di followup  bersama-sama dengan Anggota Tim Mutu
dan keselamatan pasien Puskesmas Bulak Banteng
.

13
BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di Puskesmas Bulak


Banteng adalah Kepala Puskesmas Bulak banteng Sedangkan penanggungjawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kota Surabaya  adalah
dinas kesehatan kota Surabaya. Puskesmas bertanggung jawab    hanya untuk sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kota Surabaya
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya..

14

Anda mungkin juga menyukai