Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL 2

NAMA : MUH. RISKAN


NIM : 049795601

Jawaban no 1
A. Masih banyaknya pemerintah daerah yang memiliki persentase belanja operasional untuk
kebutuhan internal pemerintah yang lebih besar dari belanja publik. Kondisi seperti ini sangat
membatasi hagi pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
publik. Akibatnya, pemerintah daerah hanya sibuk dengan urusan internal sehingga urusan
pelayanan kepada publik terabaikan,
B. Tingkat korupsi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari adanya sejumlah kepala daerah
yang ditangkap KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT), diduga tersangkut penyuapan
dalam kaitan dengan menjual promosi jabatan, penerimaan fee proyek tertentu, pengesahan
RAPBD, dan gratifikasi untuk memperoleh perizinan
C. Inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan pembangunan. Dikatakan, banyak
perencanaan pembangunan dilakukan secara serampangan, copy dan puste dari tahun-tahun
sebelumnya, dan tidak fokus pada outcome yang ingin dicapai. Kegiatan yang sengaja
diajukan hanya untuk memperoleh tambahan penghasilan atau memberikan keuntungan
pribadi, diajukan dengan biaya yang jauh lebih besar dari harga pasar, dan lainnya.
Akibatnya, banyak anggaran pembangunan yang digunakan tetapi tidak tepat sasaran dan
boros.

Jawaban No 2
Ada sejumlah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yakni:
a. Hubungan struktural
Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang di
pemerintahan. Pemerintah daerah dalam bertugas menyelanggarakan urusan daerah bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang berdasarkan asas otonom dan tugas
pembantuan. Presiden merupakan penyelenggaran urusan pemerintahan di tingkat pusat.
Presiden dibantu para menteri untuk menjalankan pemerindah. Kepala daerah merupakan
penyelenggara urusan daerah masing-masing.
b. Hubungan fungsional
Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan dengan fungsi yang dimiliki
oleh masing-masing pemerintah. Hubungan tersebut saling memengaruhi dan bergantung
antara satu dengan yang lain. Hubungan tersebut juga terletak pada visi, misi, tujuan hingga
fungsi yang dimiliki masing-masing pemerintah. Visi dan misi yang dimiliki tersebut
bersama-sama untuk melindungi dan memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk
mengolah dan mengurusi rumah tangganya. Dalam buku Teori dan Praktik Pemerintahan dan
Otonomi Daerah (2007) karya Hanif Nurcholis, pemerintah daerah adalah subvisi
pemerintahan nasional. Dalam negara kesatuan pemerintah daerah langsung di bawah
pemerintah pusat. Dalam negara kesatuan, pemerintah daerah adalah dependent dan
subordinate terhadap pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya bagian atau subsistem dari
sistem pemerintah nasional. Karena pemerintah daerah merupakan bagian dari sistem
pemerintah nasional, maka antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat hubungan
antar pemerintah yang saling terjalin sehingga membentuk satu kesatuan pemerintahan
nasional.

Jawaban No 3
Menurut Robert Presthus dalam Public Administration adalah adalah pendekatan
institusional, struktural, perilaku, dan pasca perilaku.
1. The Institutional Approach (pendekatan institusional)
Merupakan pendekatan yang menekankan pada kelembagaan dan organisasi ke-
pemerintahan. Jantung utama pendekatan ini terletak pada studi mengenai struktur, fungsi,
hukum dan regulasi dari lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
2. The Structural Approach (pendekatan struktural)
Pendekatan struktural pada ilmu administrasi publik merupakan istilah yang diadaptasi dari
ilmu sosiologi dan anthropologi yang menginterpretasikan sosial kemasyarakatan sebagai
sebuah struktur dengan bagian yang saling berhubungan. Pendekatan ini menjelaskan
mengenai mekanisme untuk memahami proses-proses sosial dan struktur di dalamnya.
Berdasarkan konsep pendekatan struktur, lembaga pemerintah merupakan contoh nyata dari
struktur sosial dengan aturan, sebuah struktur dapat menjalan berbagai fungsi dan vice versa
(sebuah fungsi dapat dijalankan oleh berbagai struktur)
3. The Behavioral Approach (pendekatan perilaku)
Pendekatan ini menekankan bahwasannya aktivitas administrasi tidak dapat terlepas dari
studi mengenai behaviourism yang meneliti perilaku individu dan kesadaran perilaku kolektil
manusia serta dampaknya dalam ruang lingkup administrasi publik (Herbort Sumon).
Menurut Presthus, pendekatan perilaku seringkali bergantung pada keadaan politik dan
bersifat temporal belaka, Seringkali terjadi ketimpangan antara idealisme dan kenyataan yang
ada. Pendekatan Perilaku bagi Presthus kadang sangat membingungkan, runyam dan usaha
yang sia- sia (embarassing effort). Akan tetapi, Presthus meyakini bahwasannya pendekatan
perilaku (behaviourism approach) pada ilmu administrasi akan meningkatkan nilai dan mutu
keilmuan jika dilaksanakan secara gamblang sesuai sudut pandang kaum behaviouralist
dengan konsep matang yang diaplikasikan pada metodologi ilmu administrasi publik.
4.The Post Behavioral Approach (pendekatan pasca perilaku)
Merupakan produk lanjutan daripada Pendekatan Perilaku aka pendekatan yang muncul
untuk menentang Pendekatan Perilaku yang ‘cacat’ dalam penerapannya. Walau lebih
condong ke political science, pendekatan ini berkaitan erat dengan ilmu administrasi publik
negara utamanya dalam penerapan nilai-nilai administrasi yang dianut. Pendekatan post-
behavioural menekankan pada tindakan untuk menyelesaikan masalah dalam konteks masa
depan dan saat ini. Pendekatan ini lebih praktikal daripada Pendekatan Perilaku.

Sumber:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/27/120000669/hubungan-pemerintah-pusat-
dan-pemerintah-daerah?page=all
Saad, M. (2011). Analisis Pembuatan Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Makassar. Disertasi Universitas Hasanuddin Makassar
Warstiono, 5, (2009). Manajemen Pelayanan Publik Suatu Analisis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai