Anda di halaman 1dari 2

Multikulturalisme muncul pada tahun 1970-an, pertama di

Kanada dan kemudian di Australia sebagai kebijakan sipil untuk

mendukung dan mengelola keragaman etnis di wilayahnya.

Di Indonesia, multikulturalisme muncul di negeri ini jauh sebelum

kemerdekaan. Kehadiran para penjajah Eropa dan para pedagang dari

Timur Tengah yang turut berkontribusi dalam pembangunan menjadi

bukti bahwa multikulturalisme sudah ada di Indonesia. Wacana

multikultural muncul dan kemudian bergema di berbagai aspek

kehidupan manusia, dilandasi keyakinan bahwa pengakuan dan

transformasi multikulturalisme akan mengedepankan nilai-nilai

masyarakat yang toleran dan harmonis (Rahman, Warsah, Amin, &

Adisel, 2021)

Menurut Thomas Lickona (1992), terdapat 10 tanda perilaku manusia yang menunjukkan arah
kehancuran suatu negara, yaitu 1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) Tingginya budaya
ketidakjujuran, 3) Tingginya sikap tidak menghargai orang lain, 4) Pengaruh teman sebaya terhadap
perilaku kekerasan, 5)Tingkatkebencian dan kehilangan yang tinggi, 6) Misrepresentasi, 7) Hilangnya
prinsip-prinsip etika, 8) Menurunnya etos kerja, 9) Menurunnya rasa tanggung jawab sosial, pribadi
dan kemasyarakatan, 10) Meningkatnya rasa percaya diri perilaku merugikan.

Berikut beberapa contoh multikulturalis yang sering terjadi sehari di kehidupan Sehari-hari:

1. Tidak menyindir orang lain yang memiliki perbedaan suku, budaya atau agama.
2. Menghargai setiap orang yang sedang beribadah sesuai agama maupun kepercayaannya.
3. Menghormati pendapat, pemikiran, serta pendirian orang lain yang berbeda dengan kita.
4. Tidak memberi komentar dengan nada rasis kepada kelompok masyarakat tertentu yang
ada di lingkungan sekitar.
5. Menjaga persatuan dan kesatuan di antara semua masyarakat tanpa membedakan.
6. Bertoleransi dalam kehidupan beragama di dalam masyarakat untuk mempererat
hubungan dan kesatuan sebagai warga negara.
7. Tak ragu berbaur antara satu dengan yang lain tanpa mempedulikan latar belakang dari
orang-orang, apakah memiliki satu visi dan misi dengan kita atau tidak.
8. Mengadakan kegiatan gotong royong setiap akhir pekan untuk menjaga kebersihan,
kelestarian lingkungan dan memelihara hubungan baik dengan sesama.
9. Menghadiri undangan berkunjung dengan senang hati saat teman yang berbeda agama
merayakan hari raya atau hari besar keagamaan mereka.
10. Memberikan kebebasan bagi mereka yang beragama, bersuku, beradat istiadat lain
dengan kita.
11. Tidak dengan sengaja/tidak sengaja menyinggung ciri khas ras atau golongan tertentu.
Sebab masing-masing golongan memiliki ciri khas dari kearifan lokal dan aset
budayanya, yang menjadikan Indonesia sebagai negara multikultural yang cukup besar.
Refernsi:
Rahman, Warsah, I., Amin, A., & Adisel. ( 2021). Penanaman nilai-nilai Pendidikan
multikultural bagi pendidik.

Anda mungkin juga menyukai