Pedoman Kewaspadaan Isolasi
Pedoman Kewaspadaan Isolasi
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat-nya KEWASPADAAN ISOLASI dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Perlu disadari bahwa masih banyak kurangnya kualitas dan kuantitas
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Kartika Cibadak sangat terkait komitmen
pimpinan Rumah Sakit Kartika Cibadak serta memerlukan dukungan dari para
klinisi di Rumah Sakit Kartika Cibadak, infeksi Rumah Sakit Kartika Cibadak pada
prinsipnya dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Untuk itu telah disusun Panduan Survailen Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian
infeksi Rumah Sakit Kartika Cibadak dapat dilakukan lebih optimal.
Kami menyadari bahwa Panduan Survailen ini masih belum sempurna, dan
kami mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan program kerja ini
dikemudian hari.
Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan harapan kami agar
Panduan Survailen ini dapat dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.
Tim PPI
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………1
Latar Belakang……………………………………………1
Tujuan Umum Dan Khusus ………………………………1
Ruang Lingkup……………………………………………1
Batasan Operasional………………………………………1
Landasan Hukum………………………………………….2
BAB II Standar Ketenagaan……………………………………….3
Kualifikasi SDM…………………………………………..3
Distribusi Ketenagaan……………………………………..3
Pengaturan Jaga……………………………………………4
BAB III Standar Fasilitas……………………………………………5
Denah Ruangan……………………………………………5
Standar Fasilitas……………………………………………7
BAB IV Tatalaksana Pelayanan……………………………………..10
BAB V Logistik…………………………………………………….29
BAB VI Keselamatan Pasien………………………………………..30
BAB VII Keselamatan dan Kesehatan Kerja………………………...32
BAB VIII Pengendalian Mutu………………………………………...33
BAB IX Penutup…………………………………………………….34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien kepada pasien lain,
petugas dan pengunjung
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
2.2.7 Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang Isolasi
dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah
terulangnya kembali insiden tersebut.
2.2.8 Direktur
2.2.8.1 Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi
terlaksana dengan baik.
2.2.8.2 Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau
mengatasi setiap masalah yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan perawatan pasien di ruang Isolasi
2.3 Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga di ruang isolasi disesuaikan dengan jadwal shift dinas di
ruangan isolasi. Syarat petugas jaga yang bekerja di kamar isolasi:
2.3.1 Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
2.3.2 Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
2.3.3 Berbicara seperlunya
2.3.4 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2.3.5 Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker,
sarung tangan dan sendal khusus
2.3.6 Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
2.3.7 Kuku harus pendek
2.3.8 Tidak memakai perhiasan
2.3.9 Pakaian rapi dan bersih
2.3.10 Mengetahui prinsip aseptic/antiseptic
2.3.11 Harus sehat
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
mereka.
Ruang isolasi yang digunakan di Rumah Sakit Kartika Cibadak yanitu
ruang isolasi dengan kelas N = tekanan negatif dengan klasifikasi ruang isolasi
ruang dengan tekanan standar class S.
7
3.2.2 Isolasi Untuk Tranmisi Doplet
2). Dimensi pintu, jendela dan lubang angin, disesuaikan dengan 15%
bukaandari luas ruangan.
3). Kecepatan rata-rata angin yang dapat terjadi, serta jangka waktu
adanyaangin.
4) Peletakan dan ketinggian jendela dan lubang angin dari lantai.Desain
jendela/lubang angin, bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan.
5) Arah angin yg diinginkan baik yang masuk maupun keluar.
6) Lokasi ruangan yang berkaitan dengan pencegahan infeksi.
7) Penempatan posisi meja konsultasi, periksa dan kursi pasien, terhadap
kursi dokter/staf medik, posisi staf registrasi dan pasien yang mendaftar
serta tempat tidur pasien infeksius
8
ruang rawat dan anteroom.
2) Tujuan isolasi ini adalah mencegah penyebaran semua penyakit
menular yangditransmisikan melalui udara.
3) Ruang isolasi di rumah sakit Kartika cibadak menggunkan ruang isolasi
bertekanan mekanik.
4) Pasien ditempatkan di kamar tersendiri dan petugas yang berhubungan
dengan pasien harus memakai Alat Pelindung Diri seperti respirator
partikulat, gaun, sarung tangan bagi petugas, masker bedah bagi pasien
dan pengunjung, petugas mematuhi aturan pencegahan yang ketat.
5) Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit tuberculosis,
antraks, cacar, difteri, varicella.
6) Pergantian sirkulasi udara >12 kali perjam. Udara harus dibuang keluar,
atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-Efficiency
Particulate Air).
Di Rumah Sakit Kartika Cibadak sudah memiliki ruang isolasi
tekanan negatife baik di ruang perawatan, ruang isolasi covid maupun di
IGD.
9
3.2.6 Monitoring Ruang Isolasi
Monitoring ruang isolasi dilakukan ketika setiap ada pasien masuk
ke ruang isolasi dengan menggunakan form yang sudah di sediakan yang
akan direkap dan dilaporkan kepada atasan setiap 3 bulan.
10
BAB IV
TATA LAKSANA
11
• Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulanguntuk membersihkan lingkungan
• Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,
sebelum menyentuh benda dan permukaan
yangtidak terkontaminasi, atau sebelum beralih
ke pasienlain
• Pakai bila mungkin terkontaminasi darah,
cairantubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
tidak utuh, kulitutuh yang potensial
terkontaminasi
• Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
• Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat
pasien langsung
• Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulang untuk membersihkan lingkungan
• Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,
sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien
lain
• Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk
pasien yang berbeda
• Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah
dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
• Cuci tangan segera setelah melepas sarung
tangan
• Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus
membran mata, hidung, mulut selama
melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang berisiko terjadi cipratan/semprotan
dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
• Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dapat dipakai secara umum
untuk petugas Rumah Sakit untuk mencegah
transmisi melalui partikel besar dari droplet saat
12
kontak erat (<1 m) dari pasien saat
batuk/bersin.
• Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien tidak diduga
infeksi
• Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk
melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/ semprotan cairan tubuh pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/semprotan
cairan tubuh pasien
• Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan
tindakan yang akan dikerjakan dan perkiraan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan
cairan infeksius.
• Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk
mencegah transmisi mikroba ke pasien lain
ataupun ke lingkungan
• Kenakan saat merawat pasien infeksi yang
secara epidemiologik penting, lepaskan saat
akan keluar ruang pasien
• Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun
untuk pasien yang sama
• Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke
ruang risiko tinggi seperti ICU
13
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan
sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui
cara yang benar dan peralatan pakai ulang
diproses dengan benar
• Peralatan nonkritikal terkontaminasi
didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeksin atau disterilisasi.
Peralatan kritikal harus didisinfeksi kemudian
disterilkan
• Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air
panas dan detergen
• Bila tidak tampak kotor, lap permukaan
peralatan yang besar (USG, X ray) setelah
keluar ruangan isolasi
• Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan
terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas, dapat dipakai Na
hipoklorit 0,05%
• Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik
atau manual dengan detergen tiap setelah
makan. Benda disposable dibuang ketempat
sampah.
4.Pengendalian Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan
lingkungan melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
Ditulis yg sdh dipakai di disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
Rumah Sakit peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya,
permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini dimonitor
14
Rumah Sakit harus mempunyai disinfektan standar
untuk menghalau patogen dan menurunkannya
secara signifikan di permukaan terkontaminasi
sehingga memutuskan rantai penularan penyakit.
Disinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan
kimiawi mikroorganisme tidak termasuk spora.
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda
dan permukaan tidak dapat didisinfeksi sebelum
dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi
pasien, kotoran).
Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi, menurunkan pencemaran lingkungan.
Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu
kontak, dan cara pengencerannya.
Disinfektan yang biasa dipakai RS:
Na hipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol,
komponen ammonium quarternary, komponen
peroksigen.
Pembersihan area sekitar pasien:
Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien
harus dilakukan secara rutin dan tiap pasien pulang.
Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi
saluran napas, hindari sapu, dengan cara basah
(kain basah)
Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop
setelah dipakai (terkontaminasi)
Peralatan pembersihan harus dibersihkan,
dikeringkan tiap kali setelah pakai
Mop dilaundry, dikeringkan tiap hari sebelum
disimpan dan dipakai kembali
Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area
pasien dari benda-benda/peralatan yang tidak perlu
Jangan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti
mengendalikan infeksi, berbahaya
Pembersihan dapat dibantu dengan vacum cleaner
15
(pakai filter, HEPA). Jangan memakai karpet.
16
tubuh selain akan menyuntik.
17
untuk duduk berjarak > 1 m dari yang lain
• Lakukan sebagai standar praktek
Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran
patogen dari pasien yang terinfeksi untuk transmisi
kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk
penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar
dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus
diterapkan kepada semua individu dengan gejala
gangguan pada saluran napas. Pasien, petugas,
pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas
harus:
• Menutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin
• Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis
bilatersedia, buang ke tempat sampah
9. Praktek menyuntik • Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
yang aman suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksidan terapi.
• Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose
18
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang
dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain.
10. Praktek untuk lumbal Pakai masker saat insersi cateter atau injeksi suatu
punksi obat kedalam area spinal/epidural melalui prosedur
lumbal punksi misal saat melakukan anastesi spinal
dan epidural, myelogram, untuk mencegah
transmisi dropletflora orofaring.
19
perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak,
dokter bedah dengan luka basahsaat mengganti verband, petugas tanpa sarung
tangan merawat oral pasien HSV atau scabies.
Transmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan
dengan benda yangterkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen
yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau
sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang
lainnya, dan melalui mainan anak. Kontak dengan cairan sekresipasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati
dilingkungan pasien.
Diterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada mikroba
pada atau dalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang secara epidemiologi
mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara kontak langsung atau tidak
langsung.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat
masih memakaisarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.
Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan
dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.
20
mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (faeces dan
drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkungan
pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau
handrub. Setelah melakukan kebersihan tangan jangan menyentuh
permukaan lingkungan yang mungkin terkontaminasi atau barang-barang
dalam kamar pasien untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke
pasien lain atau lingkungan.
3) Gaun
Sebagai tambahan dari pemakaian gaun yang digariskan dalam
Standard Precautions, pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat
memasuki kamar pasien bila kira-kira pakaian anda akanbersentuhan
dengan pasien, permukaan lingkungan, atau barang-barang dalam kamar
pasien. ataubila pasien menderita inkontinensia atau diare, ileostomi,
kolostomi, atau drainase luka yang tidak tertutup perban. Lepas gaun
sebelum meninggalkan lingkungan pasien. Setelah melepas gaun,
pastikan pakaian tidak menyentuh permukaan lingkungan yang mungkin
terkontaminasi, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien
lain atau lingkungan.
4) Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan
kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan kemungkinan
penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan kontaminasi permukaan
lingkungan dan peralatan.
5) Peralatan Perawatan Pasien
Bila memungkinkan, khususkan penggunaan peralatan non-kritikal
hanya untuk satu pasien saja (atau digunakan bersama dengan pasien
yang terinfeksi atau terkolonisasi dengan patogen yang sama yang
membutuhkan kewaspadaan) untuk mencegah penggunaan bersama
dengan pasien lain. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari,
maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan
oleh pasien lain.
21
4.2.3 Kewaspadaan Transmisi Droplet
Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien
dengan infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat
ditransmisikan melalui droplet (> 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk
melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi
droplet melibatkan kontak konjungtiva atau membran mukosa hidung/mulut.
Droplet partikel besar yang mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap
atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur
suction, bronkhoskopi. Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien
<1m. Karena droplet tidak bertahan diudara maka tidak dibutuhkan
penanganan khusus udara atau ventilasi. Misal: Adenovirus. Transmisi droplet
langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan
dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini
lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold,
respiratory syncitial virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk,
bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada,
resusitasi kardiopulmoner.
22
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang
dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran droplet
dengan memakaikan masker bedah/medik pada pasien, bila
memungkinkan.
4.2.5 Kewaspadaan Transmisi melalui Udara (Airborne Precautions)
Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori IB) diterapkan sebagai
tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah
diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan
ditransmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel
terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara.
Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara mikroba penyebab
infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil <
5μm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu
yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa
aliran udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang
yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam
pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka
terkontaminasi (S.aureus) mikroorganisme yang menempel sementara pada
tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme
secara mekanik, sementara sabun antiseptic (antimikroba) selain melepas juga
membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar
mikroorganisme.
23
kecuali bila ada rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien
dengan pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan
perawatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas
pengendalian infeksi sebelum menempatkan pasien.
b) Perlindungan Pernafasan (Masker)
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita airborne disease (Tbc, Varicela,
rubella dll). Orang-orang yang sensitif dilarang memasuki kamar pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita airborne disease.Petugas yang
kebal pada measles (rubeola) atau varicella tidak perlu memakai
perlindungan pernafasan.Pasien harus selalu menggunakan masker
medik/bedah.
c) Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran
droplet dengan memakaikan masker bedah/medik pada pasien bila
memungkinkan.
24
4) Pintu keluar dari ruang perawatan harus terpisah dari pintu masuk
4.4 Kriteria pindah rawat dari ruang Isolasi ke ruang perawatan biasa:
1) Terbukti bukan kasus yang mengharuskan dirawat di ruang isolasi
2) Pasien dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat
diruang rawat inap biasa oleh dokter
3) Pertimbangan lain dari dokter
25
4.6 Alur Pasien Perawatan di Ruang Isolasi
Pasien
POLIKLINIK/IGD
26
4.7 TRIAGE
YA
YA
Pemeriksaan Sputum
27
4.8 Alur Pasien HIV
Pasien dengan terduga HIV dan mempunyai komorbid datang ke igd atau
poliklinik. Dilakukan pemeriksaan oleh DPJP, jika ada indikasi rawat
inap maka pasien di rawat di ruang isolasi tersenidiri. Selama perawatan
hanya menangani penyakit penyerta dan untuk pengobatan HIV di rujuk
ke rumah sakit daerah.
28
j) Barrier atau penghalang.
k) APD yang sesuai.
1. Adapun Ketika pasien dating ke Rumah Sakit Kartika Cibadak dengan keluhan
batuk-batuk di bagian pendaftaran sudah di sediakan masker untuk pasien atau
pengunjung yang daftar dengan keluhan batk-batuk, dan apabila pasien sudah di
di ponis dengan diagnose menular maka alur yang dilakukan di Rumah Sakit
Kartika Cibadak menganjurkan pasien untuk di tempatkan di ruang isolasi
adapaun ruang isolasi penuh di Rumah Sakit Kartika Cibadak kita akan
pergunakan system kohorting diman system ini menggabungkan penyakit yang
sama dalam 1 ruangan. Di Rumah Sakit Kartika Cibadak mempunyai bebrapa
kamar isolasi diantarnya Ruang isolasi dewasa terdiri dari 3 kamar 7 bed
diantaranya:
• 1 kamar isolasi berada di igd dengan bertekanan negatife
• 2 kamar isolasi berada di ruang perawatan dengan kapasitas masing-
masing kamar 1 kamar terdiri dari 3 bed (kohorting) dan 1 kamar terdiri
dari 2 bed
• 1 kamar isolasi untuk anak terdiri 2 bed berada di ruang perawatan
Ketika pasien pulang pasien akan diantar oleh petugas pasien harus tetap
menggunakan masker agar penyebaran virus,kuman,bakteri tidak menyebar ke
orang lain adapun ketika pasien berobat jalan ke poli TB pasien akan di arahkan
oleh petugas ke bagian poli TB melalui jalur belakang untuk sampai ke poli TB
tersebut berikut dengan obat-obatan dan proses pembanyaran. Begitupun dengan
pasien infeksiaus yang akan di rujuk ke rumah sakit lain, penggunaan blankar
harus segera di bersihkan ketika sudah selsai di gunakan dan petugas harus
menggunkan apd sesuai dengan level dan penyebaran infeksi, bahkan untuk
mobil ambulance ketika sudah selesai mengantarkan atau merujuk pasien dengan
infeksi harus segera di bersihan baik alat-alat yang ada di dalam ambulance.
29
BAB V
LOGISTIK
Rumah Sakit Kartika Cibadak mempunyai beberapa runag isolasi anak maupun
dewasa dinataranya :
2. Ruang isolasi dewasa terdiri dari 3 kamar 7 bed diantaranya:
• 1 kamar isolasi berada di igd dengan bertekanan negatife
• 2 kamar isolasi berada di ruang perawatan dengan kapasitas masing-
masing kamar 1 kamar terdiri dari 4 bed dan 1 kamar terdiri dari 2 bed
• 1 kamar isolasi untuk anak terdiri 2 bed berada di ruang perawatan
3. Ruang isolasi covid-19 terdiri dari 2 kamar dan 6 bed yang sudah bertekana
negatife.
30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
31
6.2 Manajemen Keselamatan Pasien di Ruang Isolasi:
6.2.1 Komunikasi dan dokumentasi.
6.2.2 Tanda (Signage).
6.2.3 Prosedur yang harus diikuti sebelum memasuki ruangan.
6.2.4 Prosedur yang harus diikuti sebelum keluar ruangan.
6.2.5 Kebersihan tangan.
6.2.6 Alat Pelindung Diri (APD).
6.2.7 Koleksi spesimen dan transportasi.
6.2.8 Makanan.
6.2.9 Transfer/Pemindahan pasien di isolasi
6.2.10 Transportasi pasien dengan Ambulance.
6.2.11 Pengelolaan linen dan pakaian.
6.2.12 Tumpahan darah/cairan tubuh.
6.2.13 Pengelolaan benda tajam/limbah.
6.2.14 Pembersihan lingkungan.
6.2.15 Perawatan/Peralatan Medis.
6.2.16 Pengunjung.
6.2.17 Discharge dari ruang isolasi.
6.2.18 Penghentian isolasi keperawatan.
6.2.19 Kebersihan terminal.
32
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
33
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
34
BAB IX
PENUTUP
35
34