Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS DI

RUANG INTENSIF RSD dr. SOEBANDI JEMBER

STASE GADAR KRITIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................1
BAB 1. KONSEP DASAR............................................................................2
1.1 Anatomi dan Fisiologi.......................................................................2
1.2 Definisi..............................................................................................3
1.3 Epidemiologi.....................................................................................4
1.4 Etiologi..............................................................................................5
1.5 Klasifikasi..........................................................................................6
1.6 Manifestasi Klinis.............................................................................7
1.7 Patofisiologi......................................................................................8
1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................11
1.9 Penatalaksanaan..............................................................................12
BAB 2. CLINICAL PATHWAY...............................................................15
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................16
3.1 Pengkajian........................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................20
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................21
3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................26
3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................26
3.6 Discharge Planning..........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................27

2
BAB 1. KONSEP DASAR

1.1 Anatomi dan Fisiologi

Peritoneum berasal dari bahasa yunani yaitu “peri” yang berarti sekitar dan tonos yang
berarti peregangan yang ketika digabungkan keduanya memiliki arti membentang di sekitar.
Peritoneum adalah sebuah membran yang dilapisi oleh selapis sel mesotelial, luasnya sebesar
1,7m² hampir sama dengan luas total permukaan tubuh. Rongga peritoneal mengandung
beberapa mililiter cairan peritoneal yang steril dan berperan sebagai pertahanan lokal
terhadap bakteri. Lapisan peritoneum parietal dan visceral memiliki ruangan diantara
keduanya, ruangan tersebut disebut kantong piretoneum. Pada laki-laki kantong peritoneum
tertutup sedangkan pada perempuan kantong piretonium terbuka yaitu pada saluran telur atau
tuba fallopi yang membuka masuk ke rongga peritoneum. Di dalam kantong tersebut
memiliki banyak lipatan atau kantong yang terdapat dalam peritoneum sebuah lipatan besar
yaitu omentum. Omentum dibagi menjadi dua yaitu omentum minus dan majus. Omentum
majus atau mayor kaya akan lemak bergantungan di sebelah depan lambung. Omentum
minus atau mayor berjalan dari porta hepatis setelah menyelaputi hati ke bawah. Kolon juga
terbungkus peritoneum ini, kedua omentum mayor dan minor ini mesentrium usus halus dan
meso kolon memmuat penyaluran darah vaskuler dan limfe dari organ-organ yang
diselimutinya (Simbiring 2018).
Peritotenum terdiri atas dua bagian utama yaitu:
1. Peritoneum Parietal

3
Peritoneum parietal adalah peritoneum yang melapisi bagian anterior, lateral dan
posterior dinding abdominal yaitu permukaan inferior diafragma dan juga pelvis.
Peritoneum parietal ini sensitif terhadap nyeri, temperatur dan tekanan. Iritasi pada
peretoneum parietal memberikan rasa nyeri lokal
2. Peritoneum Visceral
Peritoneum visceral adalah peritoneum yang melapisi permukaan dari organ
intraperitoneal (lambung, jejunum, ileum, kolon transversum, hati dan limpa).
Peritoneum visceral ini sensitif terhadap regangan dan sobekan, peritoneum visceral ini
tidak memberikan rasa nyeri.
Fungsi peritoneum adalah menutupi sebaian besar organ-organ abdomen dan pelvis,
membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada
penggasekan. Kelenjar limfe dan pembuluh darah ada di dalam peritoneum, maka
peritoneum ini berfungsi untuk melindungi terhadap infeksi. Fungsi lain peritoneum adalah
setengah bagiannya memiliki membran basal semipermiabel yang berguna untuk difusi air,
elektrolit, makro maupun mikro sel. Oleh karena itu peritoneum digunakan sebagai media
cuci darah yaitu peritoneal dialisis (Pearcce, 2009).

1.2 Definisi

Peritonitis merupakan suatu proses inflamasi pada membran serosa yang membatasi
rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya dan merupakan peyakit
berbahaya dalam bentuk akut maupun kronis (Melly, 2016). Peritonitis biasanya disebabkan
oleh infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, dan luka tembus abdomen.
Peritonitis merupakan suatu kegawatdaruratan abdomen yang biasanya ditandai dengan
adanya bakteri atau adanya sepsis yang terjadi karena masalah bedah dan non bedah.
Peritonitis akut biasanya sering dikaitkan dengan perfusi viskus (Hidayati dkk, 2018).

4
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut atau
peritoneum. Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ dan dinding
perut bagian dalam. Lokasi terjadinya peritonitis bisa terlokalisir atau difuse yaitu pada
lokasi tertentu di abdomen atau bisa terjadi di semua area abdomen. Peritonitis bisa ditandai
dengan riwayat nyeri akut atau kronik dan lokasi nyeri pada pasien yang bisa diakibatkan
dari dalam atau luar abdomen. Semua umur bisa terkena penyakit peritonitis baik anak-anak,
remaja, wanita, dan laki-laki hingga lanjut usia. Peritonitis terbanyak pada anak-anak
biasanya adalah perforasi apendiks, pada orang tua biasanya terjadi komplikasi divertikulitis
atau perforasi ulkus peptikum. Komplikasi peritonitis berupa gangguan pembekuan darah
dan sepsis yang dapat mengakibatkan syok pada penderitanya. Organisme yang sering
menginfeksi adalah organisme yang biasanya hidup di usus besar atau kolon yaitu eschericia
coli. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrosa dari
peritoneum yang kemudian terbentuk kantong-kantong nanah (abses) antara perlekatan
fibrosa yang menempel. Perlekatan biasanya menghilang apabila infeksi menghilang, tetapi
bisa menetap dan menjadi pita-pita fibrosa yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi
usus (Japanesa dkk, 2016).

1.3 Epidemiologi
Prevalensi kasus peritonitis di dunia masih sangat tinggi, peritonitis akut terjadi pada 9,3
pasien per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit. Peritonitis adalah kegawatdaruratan
bedah yang paling sering terjadi di dunia. Peritonitis banyak terjadi pada negara-negara
dengan pendapatan menengah kebawah seperti pada negara afrika sub-sahara dengan tingkat
prevalensi 915 kematian. Kasus baru ditemukan sebanyak 305 kasus yaitu kasus ulkus
gastrointestinal, perforasi apendisitis, dan perforasi ileum thypoid. Tingkat kematian setelah
dilakukan operasi peritonitis akut bervariasi antara (8,4%) dan (34%) yang disebabkan oleh
perforasi ileum thypoid sebanyak (34,7%), setelah operasi peritonitis sebanyak (19,5%),
perforasi ulkus peptikum sebanyak (15,2%), perforasi apendisitis sebanyak (8,7%), dan
perforasi kolon sigmoid sebanyak (8,7%) (Touchie dkk, 2020).
Penelitian di India mendapatkan hasil selama 3 tahun terdapat 545 pasien yang menderita
peritonitis sekunder yang sedang menjalani pengobatan, (48,44%) diakibatkan oleh perforasi

5
gastroduenal, (36,1%) diakibatkan oleh infeksi luka. Di dalam penelitian ini pasien yang
menderita peritonitis sekunder di dominasi oleh laki- laki yaitu sebanyak 461 pasien
(84,58%) dengan angka kematian (8,4%) (Sarathi gosh dkk, 2016). Peritonitis tuberkolosis
merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi paling banyak dengan angka kejasian 0,4-
2% dari semua kasus tuberkolosis yang ada terutama pada negara-negara maju. Di Indonesia
khususnya Padang terdapat 144 kasus peritonisis tuberkolosis dalam satu tahun pada tahun
2013 yang sedang menjalani rawat inap (Japanesa dkk, 2016).

1.4 Etiologi
Penyebab terjadinya peritonitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga peritoneum
yang mengakibatkan terjadinya peradangan. Peritonitis ini juga bisa disebabkan oleh
kalainan di dalam abdomen berupa inflamasi seperti perforasi apendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasi thypoid abnominalis, ileus obstruktif, dan perdarahan. Menurut (Hidayati,
2018) peritonitis berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu disebabkan dari dalam
tubuh dan dari luar tubuh, yaitu:
a. Dari dalam tubuh
1) Infeksi Bakteri
Peritonitis yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari saluran pencernaan
seperti adanya bakteri atau jamur seperti eschericia coli dan stafilokokus

2) Apendisitis
Apendisitis yang meradang dan adanya perforasi yaitu bakteri masuk ke peritoneum
melalui lubang pada saluran pencernaan
3) Pankreatitis
Adanya peradangan pada pankreas yang mengakibatkan infeksi dan dapat
menyebabkan peritonitis apabila bakteri menyebar secara luas
4) Divertikulisis
Infeksi kantong kecil yang menonjol pada saluran pencernaan, hal tersebut bisa
mengakibatkan peritonitis apabila salah satu kantong pecah ke dalam rongga
abdomen
b. Dari luar tubuh

6
1) Pembedahan Medis
Infeksi dapat muncul dikarenakan lingkungan yang kotor, kurang terjaganya
kebersihan, peralatan yang terkontaminasi, komplikasi dari operasi pencernaan, dan
komplikasi kolonoskopi atau endoskopi
2) Trauma pada kecelakaan
Dapat menyebabkan peritonitis apabila bakteri atau bahan kimia dari bagian organ
tubuh lain memasuki peritoneum.

1.5 Etiologi
Penyebab terjadinya peritonitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga peritoneum
yang mengakibatkan terjadinya peradangan. Peritonitis ini juga bisa disebabkan oleh
kalainan di dalam abdomen berupa inflamasi seperti perforasi apendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasi thypoid abnominalis, ileus obstruktif, dan perdarahan. Menurut (Hidayati,
2018) peritonitis berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu disebabkan dari dalam
tubuh dan dari luar tubuh, yaitu:
c. Dari dalam tubuh
5) Infeksi Bakteri
Peritonitis yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari saluran pencernaan
seperti adanya bakteri atau jamur seperti eschericia coli dan stafilokokus

6) Apendisitis
Apendisitis yang meradang dan adanya perforasi yaitu bakteri masuk ke peritoneum
melalui lubang pada saluran pencernaan
7) Pankreatitis
Adanya peradangan pada pankreas yang mengakibatkan infeksi dan dapat
menyebabkan peritonitis apabila bakteri menyebar secara luas
8) Divertikulisis
Infeksi kantong kecil yang menonjol pada saluran pencernaan, hal tersebut bisa
mengakibatkan peritonitis apabila salah satu kantong pecah ke dalam rongga
abdomen
d. Dari luar tubuh

7
3) Pembedahan Medis
Infeksi dapat muncul dikarenakan lingkungan yang kotor, kurang terjaganya
kebersihan, peralatan yang terkontaminasi, komplikasi dari operasi pencernaan, dan
komplikasi kolonoskopi atau endoskopi
4) Trauma pada kecelakaan
Dapat menyebabkan peritonitis apabila bakteri atau bahan kimia dari bagian organ
tubuh lain memasuki peritoneum.
1.6 Klasifikasi
Menurut Wyers & Matthews (2016) Klasifikasi peritonitis menurut penyebabnya dibagi
menjadi 3 yaitu primer, sekunder, dan tersier:
1. Peritonitis Primer
Peritonitis primer merupakan infeksi pada peritoneum yang tidak berhubungan dengan
abnormalitas organ dan biasanya terjadi secara spontan. Peritonitis primer bisa juga
disebabkan karena penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar getah bening di
peritoneum. Peritonisis primer biasanya sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis
yang biasanya dikenal dengan spontaneounus bacterial peritonitis (SBP). Pasien sirosis
hepatis yang mengalami asites biasanya akan rentan terhadap infeksi bakteri, hal ini
disebabkan karena mekanisme pertahanan tubuh yang tidak adekuat. Peritonitis juga bisa
disebakan karena penggunaan/pemasangan kateter peritoneum dimana terdapat akses
untuk masuknya benda asing ke dalam rongga peritoneum yang bisa menyebabkan
peritonitis
2. Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder terjadi disebabkan karena adanya proses inflamasi pada rongga
perinoteum yang bisa disebabkan adanya inflamasi, perforasi, dan gangren dari struktur
intraabdominal. Contoh dari peritonitis sekunder yang paling sering ditemui adalah
perforasi apendisistis, ulkus peptikum, divertikulisis, dan komplikasi pasca operasi
merupakan beberapa penyebab yang sering ditemui pada peritonitis sekunder. Penyebab
lain terjadinya peritonitis sekunder adalah bocornya darah kedalam rongga peritoneal
yang disebabkan robekan pada kehamilan di tuba fallopi dan kista
3. Peritonitis Tersier

8
9

Anda mungkin juga menyukai