Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ardelia Amanda Putri

NIM: 21502241006
S-1 Pendidikan Teknik Elektronika
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

1. Apakah tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik?


Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 ayat 2 Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidikan pada perguruan tinggi. Guru sebagai pendidik harus memiliki:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai
c) dengan Bidang tugasnya.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
e) Mematuhi kode etik profesi.
f) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
g) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
h) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.
i) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya,
j) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum. (Sulfemi, 2015 : 76)

2. Mengapa guru harus profesional?


Pendidik profesional mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru
kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab
pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung
jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi dalam memahami dirinya sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi
sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.

3. Apa sajakah persyaratan yang harus dimiliki oleh guru agar dapat disebut
profesional?
1) Pendidikan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar,sehat jasmani, rohani,serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Pendidik untuk penddikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan dihasilkan oleh perguruan tinggi
yang terakreditasi.
3) Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif, karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga
dan status sosial ekonomi.
4) Pendidik profesional dituntut menjadi manusia yang berdedikasi tinggi, loyal,
berkemauan keras, memiliki etos kerja yang tinggi, bermotivasi tinggi dan
berdisiplin yang dapat mendukung berhasilnya visi dan misi suatu sekolah
sebagai organisasi.
5) Menguasai bahan ajar. Kelas merupakan suatu organisasi yang semestinya
dikelola dengan baik, mengacu pada fungsi-fungsi administrasi yang ada, maka
berlaku perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas, penentuan staf,
pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian dan penilaian. Apa yang
dilakukan guru mengacu pada tujuan organisasi, yaitu tujuan sekolah yang
merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional.
6) Memahami secara mendalam peserta didik yang dilayani. Guru diharapkan
bukan sebagai penyampai materi belaka, tetapi sebagai sosok yang mengenali
sacara detil siswa didiknya baik yang normal maupun sisi kelainannya,
menguasai teori-teori perkembangan anak, struktur dan dinamikanya.
7) Mengusai teori dan keterampilan keguruan. Siswa adalah manusia yang
memiliki potensi untuk berkembang dan terus berubah, oleh karena itu guru
diharuskan mengusai teori-teori yang berkaitan dengan bidang keguruan seperti
pemahaman yang berkaitan dengan falsafah dan ilmu pendidikan, penguasaan
prinsip dan prosedur keguruan yang berkaitan dengan materi yang dibina.
8) Memiliki kemampuan memperagakan unjuk kerja. Guru sebagai agen
pembelajaran dituntut mampu mengelola kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien baik secara individu maupun kelompok sehingga tujuan
pendidikan dapat dicapai dengan optimal.
9) Memiliki sikap, nilai dan kecenderungan kepribadian yang menunjang
pelaksanaan tugastugas sebagai guru dan pendidik. Memiliki kemampuan
melaksanakan tugas-tugas profesional dan tugas-tugas administratif rutin dalam
rangka pengoperasian sekolah disamping kemampuan untuk mengambil bagian
dalam kehidupan kesejawatan di lingkungan sekolah. (Sulfemi, 2016 : 70 – 71)

4. Mengapa guru di sekolah sering dituding kurang profesional?


Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menetapkan profesi guru - khususnya di
sekolah negeri - sebagai bagian dari ASN. Regulasi ini berakibat pada peran ganda
profesi guru: Sebagai tenaga pendidik sekaligus sebagai pegawai pemerintah. Dualitas
peran ini menyebabkan sulitnya memisahkan pelamar profesi guru yang memiliki minat
dan motivasi untuk mengajar dengan mereka yang sekadar tertarik dengan jabatan
sebagai pegawai pemerintah. Kemudian, Proses perekrutan guru ASN sendiri
berdasarkan alokasi anggaran pendidikan dalam APBN, bukan atas kebutuhan jumlah
guru di sekolah. Hal ini menjadi masalah ketika terjadi penghentian rekrutmen ASN -
sebagaimana yang terjadi beberapa tahun belakangan - untuk mengurangi jumlah ASN
baru yang direkrut. Karena suplai tenaga pendidik tidak memperhatikan jumlah
kebutuhan di lapangan, sekolah tidak pernah bisa menutup kekurangan guru. Pada
akhirnya, perekrutan guru honorer atau guru tidak tetap selama ini menjadi alternatif
agar proses belajar siswa tetap dapat berjalan. Namun, ketika terjadi kekurangan guru
yang besar, perekrutan guru honorer dilakukan dengan cenderung informal, terburu-
buru, dan tidak memperhatikan kompetensi kependidikan. Akibatnya, guru yang
direkrut sering kali berkualitas rendah.
5. Bagaiamana usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh organisasi profesi guru agar
anggotanya dapat menjadi profesional
1. Berkomunikasi secara efektif, simpatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
2. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah republik Indonesia.
3. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain. (Sulfemi, 2015 : 80 - 81).
4. Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa: (l)
Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan
kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai