Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KESTABILAN

EMOSI SISWA KELAS XII DI SMAN 2 MARTAPURA SAAT PANDEMI COVID-19

Novia Rahmah¹, M. Noor Ifansyah2, Devi Hairina Lestari3


STIKES Intan Martapura Jl. Samadi No. 01 Martapura Kalimantan Selatan
Email : Rahmahnoviarahmah@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan media sosial yang terlalu banyak dapat memberikan efek pada kondisi emosional
dan suasana hati pengguna khususnya remaja. Kondisi emosi remaja sendiri masih labil,
sehingga belum dapat menempatkan emosi pada tempatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kestabilan Emosi Siswa Kelas
XII di SMAN 2 Martapura Saat Pandemi Covid-19. Jenis penelitian adalah survei analitik
dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh responden kelas
XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2021 berjumlah sebanyak 217 orang.Teknik pengambilan
sampel adalah Simple Random Sampling, sebanyak 68 orang. Instrument penelitian berupa
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berada pada usia 18 tahun
(67,6%), jenis kelamin responden mayoritas dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak (63,2%),
mayoritas responden memiliki intensitas penggunaan media sosial yang tinggi (91,7%)dan
mayoritas responden memiliki kestabilan emosi yang tidak stabil (57,4%). Ada hubungan
Intensitas penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi siswa kelas XII di SMAN 2
Martapura Tahun 2022 dengan hasil uji chi-square 0,000.

Kata kunci: Intensitas Penggunaan Media Sosial, Kestabilan Emosi

ABSTRACT

The use of too much social media can have an effect on the emotional condition and mood of
users, especially teenagers. The condition of adolescents' emotions themselves are still unstable,
so they have not been able to put emotions in their place. The purpose of this study was to see
the relationship between the intensity of social media use and the emotional stability of class XII
students at SMAN 2 Martapura during the Covid-19 pandemic. This type of research is an
analytic survey with a cross sectional study design. The population in this study were all
respondents in class XII at SMAN 2 Martapura in 2021 as many as 217 people. The sampling
technique was Simple Random Sampling, as many as 68 people. The research instrument is a
questionnaire. The results showed that the majority of respondents were at the age of 18 years
(67.6%), the gender of the respondents determined by the gender was male (63.2%), the majority
of respondents had a high intensity of social media use (91.7%) and the majority of respondents
have unstable emotional stability (57.4%). There is a relationship between the intensity of social
media use and the emotional stability of class XII students at SMAN 2 Martapura in 2022 with a
chi-square test result of 0.000.

Keywords: Intensity of Social Media Use, Emotional Stability


PENDAHULUAN
Media sosial mengacu pada media atau alat interaksi antar manusia dimana setiap orang
dapat menciptakan, membagikan, dan bertukar informasi didalamnya melalui internet (dalam
Rismana 2017). Penggunaan internet atau media sosial meningkat signifikan selama pandemi
Covid-19. Arahan dari pemerintah agar masyarakat tetap berada di rumah menjadi faktor utama
meningkatnya aktivitas di dunia maya tersebut. Media sosial sekarang dianggap sangat penting.
Pada masa PSBB dikala manusia diharapkan untuk tetap berdiam diri di rumah, hanya sebuah
aplikasi elektornik ini saja yang mampu menjadi pelengkap hidup. Tentunya intensitas dari
pengunaan media sosial pada masa pandemi menjadi sebuah topik perhatian yang cukup menarik
(Rahma, 2021).
Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan sebesar 4,07 juta jiwa pada tahun 2021 dengan
pengguna media sosial sebanyak 3,5 juta jiwa, yang mayoritas penggunanya berasal dari
kalangan muda dengan rentang usia 17-18 tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2021).Jumlah penduduk di Kecamatan Martapura adalah sebesar 350.532 jiwa,
dari jumlah tersebut sebanyak 122.670 jiwa (43%) penduduk menggunakan internet pada saat
pandemi ini dan juga mayoritas penggunanya adalah remaja. Untuk sekolah SMAN 2 Martapura
semua siswa telah menggunakan internet atau media sosial. Penyedia jasa internet mencatat
lonjakan lalu lintas (traffic) data dan pengguna baru sejak diberlakukan bekerja dari rumah (work
from home/WFH) dan belajar dari rumah imbas wabah virus corona yang makin meluas (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Banjar tahun 2021).
Indonesia telah merasakan kehadiran virus corona yang menimbulkan dampak begitu
besar terhadap makhluk hidup khususnya manusia pada abad ke-21 ini. Sebagai usaha
mengurangi dampak penyebaran virus corona, pemerintah mengeluarkan kebijakan social
distancing. Hingga menyelenggarakan kebijakan PPKM. Kebijakan PPKM tersebut menjadikan
konsumsi media sosial masyarakat cenderung meningkat. Alhasil, aktivitas komunikasi
masyarakat Indonesia lebih banyak dilakukan di medsos (Rahma dkk, 2021).
Media sosial bukan lagi sekadar kesenangan biasa bagi remaja, tetapi lebih kepada
identitas mereka. Tak heran remaja selalu menganggap serius apapun yang terjadi di dunia maya.
Alih-alih menanyai apa yang mereka rasakan di penghujung hari, kita bisa mengamati aktivitas
remaja di media sosial secara real-time, remaja berusaha menangkap momen-momen penting
yang terjadi dalam keseharian mereka. Banyak sekali hal-hal kecil yang ternyata mengganggu
emosi para remaja, mulai dari nilai tugas yang jelek hingga pertengkaran dengan teman.Sekarang
banyak remaja memanfaatkan akun media sosial mereka untuk mengungkapkan perasaan
mereka (Anindya, I. & Tomhisa, 2020).
Saat ini remaja sering mengekspresikan emosinya di sosial media. Penggunaan media
sosial di kalangan remaja pada saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari lagi. Pada
sebagian besar remaja hampir menggunakan seharian waktunya untuk mengakses media sosial
ini akan berakibat fatal bagi perkembangan remaja tersebut (Rahma dkk, 2021).
Solusi dari emosi yang tidak adekuat yang disebabkan media sosial membuat peneliti
ingin mendalami fenomena ketergantungan remaja pada media sosial. Perawat sebagai educator
memiliki hak untuk memberi pengetahuan maupun memberi health education yang seharusnya
remaja lakukan sesuai dengan usia mereka (Setyawan, 2017).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 november 2021 di SMAN 2
Martapura melalui wawancara sederhana terhadap 10 responden sebanyak 8 orang yang selalu
memantau sosial media mereka, hanya 2 orang yang tidak kecanduan sosial media. Alasan
penulis memilih SMAN 2 menjadi tempat penelitian karena mayoritas siswa SMAN 2 tersebut
sangat aktif di dunia maya (media sosial), mereka merasa tidak tenang dan belum puas jika
dalam rentang beberapa jam mereka tidak membuka akun media sosial dan tidak mendapatkan
notifikasi, walaupun hanya melihat unggahan- unggahan terbaru dari akun teman-temannya,
kejadian ini emosi yang labil bagi remaja. Data yang diperoleh juga ditemukan remaja tersebut
mengalami emosi tinggi pada momen-momen tertentu dalam kehidupan media sosial mereka.
Penggunaan media sosial yang terlalu banyak dapat memberikan efek pada kondisi
emosional dan suasana hati pengguna khususnya remaja. Kondisi emosi remaja sendiri masih
labil, sehingga belum dapat menempatkan emosi pada tempatnya. Individu cenderung
melampiaskan emosi secara sembarang, seperti sering mengeluh, tiba-tiba moodnya berubah,
yang awalnya senang berubah menjadi sedih disaat sering berinteraksi dengan teman-teman
sosial medianya.Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
“HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KESTABILAN
EMOSI SISWA KELAS XII DI SMAN 2 MARTAPURA SAAT PANDEMI COVID-19”

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif cross sectional dengan teknik sampel yang digunakan yaitu simple random sampling.
pada penelitian ini adalah siswa Kelas XII SMAN 2 Martapura Tahun 2022 berjumlah 217 orang
dengan sampel berjumlah 69 responden.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan distribusi
frekuensi dan analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square.

HASIL
1. Usia Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Golongan Umur di SMAN 2
Martapura Tahun 2022
No Usia Jumlah Presentase (%)
Responden
1 17 tahun 14 20,3
2 18 tahun 47 68,1
3 19 tahun 8 11,6
Total 69 100,0
Sumber : Data Primer yang di olah 2022
Tabel diatas menggambarkan bahwa mayoritas responden responden ada pada
rentang usia 18 tahun yaitu sebanyak 47 orang (68,1%) dan minoritas responden ada pada
rentang usia 19 tahun yaitu ada 8 orang (11,6%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Golongan Jenis Kelamin di SMAN
2 Martapura Tahun 2022
NO Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Responden

1 Laki – laki 44 63,8%

2 Perempuan 25 36,2%

Jumlah 87 69
Tabel diatas menggambarkan bahwa mayoritas responden jenis kelamin Laki-laki
yaitu sebanyak 44 responden (63,8%).
3. Intensitas Penggunaan Media Sosial Siswa Kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun
2022

Tabel 3
Intensitas Penggunaan Media Sosial Siswa Kelas XII
di SMAN 2 Martapura Tahun 2022

No Intensitas Penggunaan Jumlah Presentase


Media Sosial Responden (%)
1 Tinggi 56 81,2
2 Rendah 13 18,8
Total 69 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki intensitas


penggunaan media sosial yang tinggi yaitu sebanyak 56 responden (81,2%) dan responden
memiliki intensitas penggunaan media sosial yang rendah yaitu sebanyak 13 responden
(18,8%).

4. Kestabilan Emosi Siswa Kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022


Tabel 4
Kestabilan Emosi Siswa Kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022
No Kestabilan Emosi Siswa n %
1 Tidak Stabil 40 58
2 Stabil 29 42
Total 69 100,0

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden paling banyak memiliki kestabilan emosi


yang tidak stabil yaitu sebanyak 40 responden (58%) dan yang paling sedikit memiliki
kestabilan emosi yang baik yaitu sebanyak 29 responden (42%).

5. Hubungan Intensitas Penggunaan Media Social Dengan Emosi Siswa Kelas XII di
SMAN 2 Martapura Tahun 2022

Tabel 5
hubungan Intensitas penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi siswa
kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022
Intensitas Kestabilan Emosi P-
No Penggunaan Total
Tidak Stabil Stabil Value
Media Sosial
Tinggi 40 16 56
1
58% 23,2% 81.2%
2 Rendah 0 13 13
18,8% 18,8% 0,000
40 29 69
58% 42% 100.0%

Dari hasil proses tabulasi silang sesuai tabel 5 yang menggunakan bantuan
perangkat spss 20 dengan proses crosstab diketahui bahwa sebagian besar dari responden
memiliki intensitas penggunaan media sosial yang tinggi dengan emosi yang tidak stabil
sebanyak 40 orang (58%)responden.
Hasil uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari alpha (0,05),
maka H1 diterima artinya ada hubungan Intensitas penggunaan media sosial dengan
kestabilan emosi siswa kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022.

PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Hasil lembar observasi atau kuesioner menurut karakteristik responden
berdasarkan usia responden, dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada pada
usia 18 tahun, yaitu sebanyak 47 orang (68,1%). Mayoritas responden berada pada usia
18 tahun pada kelas XII dikarenakan rata-rata mereka masuk SD diumur 7 tahun sebab
persyaratan masuk SD daerah Kab. Banjar harus sudah berusia 7 tahun (Permendikbud
Nomor 1 Tahun 2021). Remaja usia 18 tahun di seluruh dunia sekarang ini begitu lekat
dengan media sosial. Mereka terus berkomunikasi lewat media sosial, bahkan pada saat
makan dan berjalan. Waktu yang dihabiskan untuk media sosial seringkali lebih banyak
dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk belajar atau berkumpul bersama
keluarga. Berbagai hal menjadi alasan media sosial begitu mampu menarik bagi para
remaja adalah media sosial membuat mereka kecanduan. Mereka akan sulit
mengalihkan pandang dari situ. Mereka ‘terjebak’ dalam lingkaran drama media sosial.
Meskipun mereka terus mengeluh tentang ‘’drama’ dalam media sosial nyatanya
mereka jugalah pelaku drama tersebut(Juwita E.P, 2015).
Hal ini sesuai dengan penelitian Rahadiyan, A (2018), usia remaja (17-18) tahun
semuanya memiliki akun media sosial dengan mayoritas intensitas penggunaan media
sosial tinggi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juwita, E.P
(2015) yang menyatakan usia remaja SMA mayoritas menggunakan media sosial
dengan waktu yang lama yang juga menjadi faktor yang mempengaruhi emosi remaja
tersebut. Usia 18 tahun mayoritas banyak menggunakan media sosial karena mereka
berada pada fase generasi milenial. Generasi ini terlahir dengan teknologi yang semakin
berkembang pesat. Usia 18 tahun merupakan usia yang wajib menggunakan gadget dan
memiliki akun media sosial.Media sosial tersebut merupakan faktor yang
mempengaruhi emosi remaja yang berubah secara tiba-tiba. Usia remaja belum dapat
menempatkan emosi pada semestinya, dapat dikatakan remaja pada usia 18 tahun masih
labil emosinya.
Menurut peneliti,usia seseorang yang menggunakan media sosial dapat
menyebabkan emosi yang tidak stabil lebih-lebih bagi remaja seperti perasaan
kecemasaan, kesepian hingga membuat depresi pada penggunanya. Media sosial dapat
membuat usia remaja mengalami kurang tidur karena penggunaan yang cukup lama
sehingga membuat kondisi tubuh dan emosinya tidak sehat.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden
adalah laki-laki(63,8%). Jumlah penduduk laki-laki di Kab. Banjar mencapai 289. 057
jiwa sedangkan perempuan hanya 283. 052 jiwa, remaja yang berusia 14-19 tahun juga
mayoritas laki-laki mencapai 22.505 jiwa sedangkan remaja perempuan cuma 21.228
jiwa (BPS Kab. Banjar 2021).
Berdasarkan publikasi Statistik Sosial Budaya 2020 persentase pengguna
internet perempuan lebih rendah daripada laki-laki.Berdasarkan data publikasi
tersebut, persentase pengguna internet perempuan pada 2020 hanya sebesar
39,49% sedangkan pengguna laki-laki mencapai 48,31%. Secara total, pengguna
internet perempuan dan laki-laki pada 2020 mencapai 89,9% dari total jumlah
penduduk Indonesia (APJII, 2018).
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mellyna
Eka Yan Fitri(2019), bahwa dari pengguna media sosial terdapat 60,87 responden
adalah laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Asmaya, F (2015) juga menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki mayoritas lebih banyak menggunakan media sosial
daripada perempuan sebanyak 78,3%.Tetapi pada penelitian lain yang dilakukan
Azizan (2016) didapat mayoritas pengguna media sosial pada penelitiannya adalah
perempuan sebanyak 59,8%.
Hasil penelitian ada yang sejalan dan bertolak belakang dengan penelitian ini
dari segi jenis kelamin dikarenakan tidak ada perbedaan jenis kelamin berdasarkan
frekuensi pengunaan media sosial. Artinya baik laki-laki maupun perempuan
menggunakan media sosial dengan frekuensi yang beragam. Perbedaan angka-angka
yang menyolok dalam data lebih dikarenakan perbedaan jumlah sampel yang diambil
dari setiap penelitian (Hendra Junawan, Nurdin Laugu, 2020).
Menurut peneliti hasil penelitian ini mayoritas laki-laki karena responden yang
ada dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki.Selain itu peneliti juga berpendapat
media sosial perempuan lebih rendah dari laki-laki karena perempuan memang lebih
teliti ketika melakukan sesuatu termasuk dalam penggunaan media sosial, perempuan
dapat mengendalikan identitas online dan offline mereka. Beberapa perempuan
melaporkan identitas nama lengkap dapat menyebabkan penguntit online dan offline.
Perempuan juga khawatir teman atau anggota keluarga akan bereaksi negatif jika
perangkat yang mereka gunakan menunjukkan mereka memiliki/melihat informasi
sensitif.
2. Intensitas Penggunaan Media Sosial Siswa Kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun
2022
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki intensitas penggunaan media sosial yang tinggi(81,2%). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Ryzka Rosta Octavia et al(2020)yang menunjukkan hasil tidak
terdapat subjek yang memiliki intensitas media sosial rendah, terdapat 23 subjek (14,6 %)
yang memiliki intensitas media sosial sedang, dan terdapat 129 subjek(85,3 %) yang
memiliki intensitas penggunaan media sosial tinggi.Berdasarkan penjelasan di atas maka
dapat ditarik disimpulkan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki intensitas penggunaan
media sosial yang tinggi.
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita
Dinda lestari (2020), bahwa penggunaan waktu media sosial yang lama dan menyebabkan
ketergantungan terhadap media sosial. Hasil penelitian tidak ada kesenjangan karena
berdasarkan fakta dilapangan remaja sekarang ini semakin mengandalkan internet dan
menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial.
Rata-rata pengguna internet yang mengakses media sosial menghabiskan waktu
antara 60 menit hingga 180 menit lebih dalam sehari untuk menggunakan media
sosial.Penggunaan media sosial yang lama dapat memberikan efek pada kondisi emosional
dan suasana hati pengguna khususnya remaja. Kondisi emosi remaja sendiri masih labil,
sehingga belum dapat menempatkan emosi pada tempatnya. Individu cenderung
melampiaskan emosi secara sembarang, seperti sering mengeluh, tiba-tiba moodnya
berubah, yang awalnya senang berubah menjadi sedih disaat sering berinteraksi dengan
teman-teman sosial medianya (Rahma Hidayati et al, 2021).
Menurut peneliti zaman sekarang ini, sudah bukan hal aneh lagi melihat para
pelajar menggunakan smartphone, mulai dari pelajar SMA, SMP, bahkan SD pun sudah
ada yang menggunakannya. Dengan perkembangan smartphone yang begitu pesat, tentunya
hal itu juga berimbas pada berkembangnya media internet. Media internet yang awalnya
hanya digunakan sebagai wadah untuk mencari informasi dan chatting, telah berkembang
menjadi sebuah jaringan baru yang dikenal sebagai media sosial.Durasi penggunaan oleh
pelajar SMA rata-rata memiliki intensitas yang tinggi karena mereka sangat tergantung
pada media sosial, media sosial mereka dijadikan sebagai sarana untuk mencari informasi,
hiburan maupun berkomunikasi dengan teman. Media sosial dengan pengunaan waktu yang
lama pada penelitian ini karena memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan
remaja.Hal ini lah yang menyebabkan hasil penelitian intensitas penggunaan media sosial
tinggi.
3. Kestabilan Emosi Siswa Kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas kestabilan emosi
responden adalah tidak stabil yaitu sebanyak 40 responden (58%). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Setyawan, M. (2016)didapatkan hasil mayoritas kestabilan emosi
responden adalah tidak baik(tidak stabil).
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fadhillah, H. (2016), 70% responden pengguna media sosial mengaku memiliki emosi
yang tidak stabil, mereka merasakan efek negatif seperti sedih, depresi, stress saat
menggunakan media sosial. Hal ini disebabkan penggunaan media sosial yang berlebihan
bisa menyebabkan emosi yang tidak stabil seperti depresi atau mereka yang memiliki
emosi yang tidak stabil cenderung menggunakan media sosial secara berlebihan (Rahma
Hidayati et al, 2021). Pada usia 18 tahun remaja mulai mendambakan identitas diri yang
cenderung menimbulkan suatu dilema emosi (Rohmah, 2020).
Saat ini remaja sering mengekspresikan emosinya di sosial media. Pada sebagian
besar-remaja-hampir menggunakan seharian waktunya untuk mengakses sosial media.
Interaksi remaja dengan sosial media sangatlah luas, pengguna sosial media dapat
mengekspresikan emosi dengan memposting status, foto atau video sesuai dengan
keinginannya. Individu berinteraksi dengan teman-temannya melalui like atau love dan
komentar. Disaat individu mendapatkan like atau love sedikit dan komentar yang negatif
individu cenderung terpancing emosinya (Machyudin, Susri, 2020). Individu dapat secara
tiba-tiba merasa galau atau sedih jika mendapat like atau love sedikit dan komentar negatif,
begitupun sebaliknya jika mendapatkan like atau love banyak dan komentar yang positif
dapat membuat individu merasa senang, sebab pada remaja sendiri emosinya masih belum
matang terkadang tidak stabil. Tanpa sadarpun emosi dapat menular antar pengguna sosial
media lainnya juga(Rizki, A.I. 2017).
Menurut asumsi peneliti pengguna sosial media dapat mengekspresikan emosi
dengan memposting foto atau video yang dapat diberi caption sesuai dengan keinginannya.
Individu berinteraksi dengan teman-temannya melalui tanda like, love dan komentar.
Ketika individu mendapatkan love atau like sedikit dan komentar merupakan bentuk
interaksi yang dilakukan dalam sosial media. Terlalu sering menggunakan sosial media
maka akan meningkatkan ketidakstabilan emosi pada remaja, sebab remaja akan sering
merasa cemas atau merubah moodnya ketika mendapatkan komentar negatif.
4. Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kestabilan Emosi Siswa Kelas
XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui
hasil uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari alpha (0,05), maka H1
diterima artinya ada hubungan Intensitas penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi
siswa kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Melisa Setyawan (2016) yang menyatakan durasi penggunaan media sosial berkorelasi
dengan kestabilan emosi pengguna media sosial dengan kekuatan korelasi sebesar -0.313,
taraf signifikansi sebesar 0.000 (0<0.01), dan koefisien determinasi sebesar 9.8%. Maka,
disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara durasi penggunaan
media sosial dengan kestabilan emosi pengguna media sosial dewasa awal. Semakin rendah
durasi penggunaan media sosial, semakin tinggi kestabilan emosi yang dimiliki oleh
pengguna media sosial, begitu pula sebaliknya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rizki, A.I. (2017) dengan
hasil penelitian uji chi square 0.000 (p<0.01). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan yang antara durasi penggunaan media
sosial dengan kestabilan emosi pengguna media sosial.Media sosial seperti Facebook,
Twitter, dan Instagram kini telah menjadi ikon era modern bersama dengan teknologi
internet yang menjadi pembawanya. Hampir tidak ada satu pun remaja modern terutama
mereka yang tinggal di kota-kota besaryang tidak memiliki akun di media sosial tersebut
(Manacika Almira Annisty, 2020).Seiring bertumbuhnya popularitas internet, tingkat
penggunaan media sosial dalam masyarakat pun turut naik terutama pada generasi muda
yang lebih dari separuh harinya dihabiskan di media social yang menggangu emosi mereka.
Sampai-sampai, depresi akibat media sosial kini menjadi salah satu penyakit yang cukup
mematikan bagi generasi muda (Dianis, Bety,2020). Di awal tahun 2020 tepatnya bulan maret
semua aktivitas baik pekerjaan ,pendidikan ,sistem layanan publik dan kesehatan dialih
fungsikan ke online, pada saat pandemi Covid - 19 turut mendorong terjadinya
percepatan transformasi digital yang membuat para generasi muda semakin memiliki
ketergantungan terhadap media sosial. Dampaknya , peran media sosial semakin
tidak tergantikan sebagai saluran komunikasi digital, informasi, interaksi dan
partisipasi (Anindya & Tomhisa, 2020).
Hasil penelitian ada yang sejalan dan bertolak belakang dengan penelitian ini
dikarenakan terdapat perbedaan dari segi variabel, tempat, waktu dan sasaran
penelitian.Persamaannya hanya sama-sama meneliti hubungan durasi penggunaan media
sosial dengan kestabilan emosi pada remaja.
Studi-yang-dilakukan Royal Society for Public Health Inggris (RSPH), bahwa
durasi penggunaan aplikasi media sosial saat ini menjadi ketergantungan remaja dengan
durasi penggunaan yang lama(Rizki, A.I. 2017).
Menurut peneliti pengguna internet khususnya pengguna media sosial dengan waktu
yang lama di kalangan remaja akan mempengaruhi kestabilan emosinya, dan ditemukan
bahwa remaja pengguna internet, khususnya social media cenderung kurang memiliki
emosi yang tidak stabil. Media sosial dengan durasi penggunaan lama merupakan salah
satu yang dapat menyebabkan perasaan kecemasaan, kesepian hingga membuat depresi
pada penggunanya yang membuat emosi tidak stabil.Remaja sebaiknya menggunakan
sosial media secara bijak dengan memahami kegunaan dan fungsi-fungsi dari sosial media,
mengurangi penggunaan sosial media dengan menggunakan seperlunya agar tidak mudah
terpengaruh dampak negatif sosial media, dan menyaring kembali informasi yang
didapatkan agar terhindar dari informasi yang palsu atau tidak baik. Penggunaan sosial
media secara bijak diharapkan akan meningkatkan emosi yang lebih stabil.

SIMPULAN dan SARAN


Simpulan

Hasil penelitian menurut karakteristik responden berdasarkan usia responden, dapat


diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia 18 tahun, yaitu sebanyak 47 orang
(68,1%). Jenis kelamin responden mayoritas dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang
(63,8%). Mayoritas responden memiliki intensitas penggunaan media sosial yang tinggi yaitu
sebanyak 56 responden (81,2%).Mayoritas responden memiliki kestabilan emosi yang tidak
stabil yaitu sebanyak 40 responden (58%). Ada hubungan Intensitas penggunaan media sosial
dengan kestabilan emosi siswa kelas XII di SMAN 2 Martapura Tahun 2022

Saran
Disarankan kepada Pengguna media sosial remaja diharapkan dapat mengurangi
intensitas penggunaan media sosial dan meningkatkan kewaspadaan dalam menggunakan media
sosial agar tetap dapat memiliki kestabilan emosi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anindya, I. & Tomhisa, A, R., (2020). Risiko Gejala Somatik Pada Pengguna Media Sosial Yang Terpapar Informasi
Seputar Covid-19 dalam COVID-19 Dalam Ragam Tinjauan Perspektif. Depok: Mbrige Press.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2018). Penetrasi & profil perilaku pengguna internet Indonesia
survei 2018. Diakses :https: //apjii .or. id/ survey 2018/ download/94IpUV5Kjaqnt3GdHWFwMvOE6hZiuJ
Asmaya, F. (2015). pengaruh penggunaan media sosial facebook terhadap perilaku prososial remaja di Kenagarian Koto
Bangun. JOM FISIP, 2(2), pp. 1-15.
BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan Dalam Angka 2019-2021, (online)
https://www. kalsel. bps.go.id/
BPS Kabupaten Banjar. (online) https:// banjarkab. bps. go.id/
Dianis Izzatul Yuanita1, Beti Malia Rahma Hidayati (2020). Sikap Remaja di Media Sosial
Instagram saat Musim Pandemi Covid 19. Jurnal Kopis: Kajian Penelitian dan Pemikiran
Komunikasi Penyiaran Islam Volume 03, Issue 1, Agustus 2020
Fadhillah, H. (2017). Pengaruh Membaca Al-Qur’an Terhadap Kestabilan Emosi Siswa Kelas XI
SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. KARYA TULIS ILMIAH. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Juwita, E.P., Budimansyah, D., & Nurbayani, S. (2015). Peran media sosial terhadap gaya hidup
Siswa SMA Negeri 5 Bandung. Jurnal Sosietas, 5(1), pp. 1-8.
Kemenkes RI. (2020). Penanggulangan Bencana Corona Virus, Jakarta.
Machyudin Agung Harahap, Susri Adeni, 2020. Tren Penggunaan Media Sosial Selama Pandemi
di Indonesia. Jurnal Professional FIS UNIVED Vol.7 No.2 Desember 2020
Mawardah, M., & Adiyanti, M. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya. JURNAL
PSIKOLOGI , VOLUME 41, NO.1 1-15.
Maharani M.C.W., Hardjajani, T., Karyanta N.A. (2015). Hubungan Antara Kestabilan Emosi
dengan Problem Solving pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi. September 2015. Vol. 4 No. 02
hal 121-132.
Manacika Almira Annisty, 2020. Perbedaan Kestabilan Emosi Pada Mahasiswa Ditinjau Dari
Durasi Penggunaan Media Sosial. Skripsi Fakultas Psikologiuniversitas Tarumanagara
Jakarta
Mellyna Eka Yan Fitri dan Lucy Chairoel, 2019.Penggunaan Media Sosial Berdasarkan
Genderterhadap Prestasi Belajar Mahasiswa.Jurnal Benefita 4(1) Februari 2019 (162-
181)
Rahma Hidayati, Festy, and Irwansyah Irwansyah. 2021. “Privasi ‘Pertemanan’ Remaja Di Media
Sosial.” Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis 3(1):78–91. doi:
10.47233/jteksis.v3i1.186.
Rismana, A., Normelani, E., & Adyatma, S. (2017). Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Motivasi
Belajar Siswa-Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kecamatan Banjarmasin
Barat
Rohmah, N,N., (2020). Media Sosial Sebagai Media Alternatif Manfaat dan Pemuas Kebutuhan
Informasi
Masa Pandemik Global Covid 19 (Kajian Analisis Teori Uses And Gratification)
Rizki, A.I. (2017). Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media sosial Instagram dengan
Harga Diri. KARYA TULIS ILMIAH. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setyawan, M. (2017). Hubungan Antara Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Kestabilan
Emosi Pada Pengguna Media Sosial Usia Dewasa Awal. KARYA TULIS ILMIAH.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Prihantoro, Edy, Karin Paula, Iasha Damintana, Noviawan Rasyid Ohorella, and Magister Ilmu
Komunikasi. 2020. “Self Disclosure Generasi Milenial Melalui Second Account
Instagram.” 18(3):312–23. doi: 10.31315 /jik.v18i3.3919.
Prasetiya, Citra,E.2014.Fenomena Internet Addiction pada Mahasiswa.Skripsi. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga
We Are Social(2021). Digital in 2021 : Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and
E-Commerce Use In Indonesia.Retrivied https: //wearesocial. com/blog/2021/01/global-
digital-report-2021.
Yunita Dinda Lestary, 2020. Penerapan Koseling Kelompok Dengan Strategi Self Management
Untuk Mengurangi Kecanduan Media Sosial Siswa Di SMAN 1 Driyorejo.

Anda mungkin juga menyukai