Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MAGANG INDIVIDU GIZI KLINIK

KASUS RAWAT INAP


RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO

Disusun Oleh :
WIRDAYANTI (GZ1905019)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKes)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang individu gizi klinik Praktik Kerja Lapangan Proses Asuhan Gizi Terstandar pada
Pasien di RSUD Sawerigading Kota Palopo.

Mahasiswa yang mengajukan :


WIRDAYANTI (GZ1905019)

Palopo, 12 Oktober 2022

Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi Pembimbing
RSUD Sawerigading Palopo

Daria, SKM Aisyah, S.Gz, M.Kes


NIP. NIP.

i
KATA PENGANTAR

Ahamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya maka laporan magang gizi klinik dengan judul "Proses Asuhan Gizi Terstandar pada
Pasien di RSUD Sawerigading Kota Palopo" dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu dengan seluruh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada

1. Dr. Sri muchtariawati, M. Kes, Sp. GK selaku Ketua Intalasi Gizi RSUD Sawerigading Kota
Palopo
2. Daria, SKM selaku pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan pembelajaran,
bimbingan serta motivasi dalam melakukan kasus besar ini.
3. Seluruh Ahli Gizi di Instalasi Gizi RSUD Sawerigading Kota Palopo yang telah banyak
memberikan bimbingan selama PKL berlangsung.
4. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan.
5. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa laporan masih belum sempurna, tetapi penulis telah berusaha
dengan kemampuan yang ada untuk menyajikan yang terbaik, maka kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palopo, 12 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Gambaran Umum Pasien...............................................................................................................1
B. Gambaran Umum Penyakit...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................
A. Penyakit dan Diet Terkait................................................................................................................
1. Definisi.....................................................................................................................................
2. Etiologi.....................................................................................................................................
3. Patofisiologi.............................................................................................................................
4. Tanda dan Gejala.....................................................................................................................
5. Pengobatan...............................................................................................................................
6. Penatalaksanaan Diet...............................................................................................................
7. Pencegahan..............................................................................................................................
B. Kerangka Konsep (Bagan)..............................................................................................................
BAB III PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR........................................................................
A. Asesmen Gizi...................................................................................................................................
B. Diagnosis.........................................................................................................................................
C. Intervensi.........................................................................................................................................
D. Leaflet..............................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Antropometri


Tabel 2. Data Fisik/Klinis
Tabel 3. Riwayat Makan
Tabel 4. Skrining Gizi
Tabel 5. Diagnosis Gizi
Tabel 6. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Tabel 7. Rencana monitoring

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Pasien


Pasien Bernama Tn. A berusia 70 tahun dengan tinggi badan 146 cm dan berat badan 43,72
kg. Tn. A masuk rumah sakit pada tanggal 05 September 2022 dengan keluhan sesak, demam,
dan batuk. Tn. A dirawat di ruang B5 Edelweis dengan Nomor Register 249605 dengan
diagnosa UAP (unstable angina pectoris) + PUC (papillary urothelial carcinoma).

Pasien tidak yakin mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan selama 6 bulan
terakhir tetapi pasien mengalami penurunan nafsu makan. Total skor dari MST (Malnutrition
Screening Tool) adalah 3 yang berarti pasien berisiko malnutrisi, sehingga perlu dilakukan
pengkajian gizi oleh tenaga gizi.

B. Gambaran Umum Penyakit


a. UAP (unstable angina pectoris)
Jenis angina ini umum terjadi pada orang dengan penyakit arteri koroner yang memburuk.
Angina pektoris ini biasanya disertai dengan peningkatan beban kerja jantung. Serangan
dapat berlangsung lebih lama dari angina stabil, memakan waktu 30 menit atau lebih. Rasa
sakitnya lebih intens dan serangannya lebih sering. Nyeri dada dapat terjadi saat istirahat
atau saat beraktivitas, dan serangan biasanya disertai sesak napas, mual, muntah, dan
berkeringat. (Berkeringat berlebihan karena syok). Serangan nyeri dada dapat hilang bila
pasien diberikan terapi nitrogliserin, istirahat total, dan dukungan oksigen. Sekitar 17,5 juta
orang di seluruh dunia meninggal pada tahun 2015 karena penyakit kardiovaskular,
terhitung 42% dari kematian akibat penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat,
prevalensi angina tidak stabil saat ini meningkat, dan >1.000.000 orang dirawat di rumah
sakit karena kondisi tersebut setiap tahun. Selain itu, ada banyak orang yang membutuhkan
perawatan untuk angina tidak stabil di luar rumah sakit. Hal ini akan meningkatkan
kesadaran akan angina tidak stabil, tetapi insidennya akan tetap tinggi karena tingkat
kelangsungan hidup yang meningkat setelah insiden angina pectoris tidak stabil (WHO,
2015). Riset Kesehatan Dasar (2018) menyatakan, 1,5 persen penduduk Indonesia
mengidap penyakit jantung koroner, menurut diagnosa yang dibuat oleh dokter atau
berdasarkan wawancara dengan dokter. Penyakit jantung koroner paling umum pada orang
berusia 65 hingga 74 tahun, dan agak menurun pada orang berusia 75 tahun ke atas.
Perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki (0,5% dan 1,5%) untuk menderita PJK
1
yang telah didiagnosis secara resmi oleh dokter, atau yang telah ditentukan berdasarkan
gejala. (Riskesdas, 2018)
b. PUC (papillary urothelial carcinoma)
Karsinoma urotelial merupakan keganasan terbanyak di kandung kemih dengan insiden
mencapai 95% dan 70-85% di antaranya merupakan karsinoma urotelial infiltratif kandung
kemih (Al Huseini et al, 2019) (Huang et al, 2019). Insiden karsinoma urotelial infiltratif
kandung kemih yang diteliti sejak tahun 1973-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya
berdasarkan Survelliance, Epidemiology, and Result (SEER), yaitu mencapai angka 47,21
kasus per 100.000 penduduk pada laki-laki dan 11,48 kasus per 100.000 penduduk pada
perempuan. Data dari Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (BRKIAPI) tahun 2014 melaporkan kanker kandung kemih menempati urutan ke-
6 dari 10 tumor primer tersering pada laki-laki di Indonesia. Sedangkan data IAPI cabang
Padang tahun 2014 mencatat kanker kandung kemih menempati urutan ke-8 dari 10 tumor
primer tersering pada laki-laki. (PDSPI, 2018)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit dan Diet Terkait


1. Definisi
a. UAP (unstable angina pectoris)
Angina pektoris merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan aliran darah koroner. Angina tidak stabil
(UAP), juga disebut angina tidak stabil, adalah ketika rasa sakit terjadi untuk pertama
kalinya, ketika nyeri dada tiba-tiba memburuk saat istirahat atau dengan aktivitas
minimal, atau jika angina telah ada sebelumnya, itu ada ketika menjadi lebih sulit.
Terutama disebabkan oleh faktor yang lebih ringan dari sebelumnya. (Khotimah et al,
2022)
b. PUC (papillary urothelial carcinoma).
Karsinoma urothelial adalah tumor ganas yang muncul di sel transisional saluran kemih.
Karsinoma urothelial adalah istilah baru untuk karsinoma sel transisional. Penyakit ini
dapat mengenai bagian manapun dari saluran kemih, termasuk pelvis ginjal, ureter,
kandung kemih, dan dua pertiga bagian proksimal uretra. Sekitar 90% karsinoma
urothelial muncul di kandung kemih, 8% sisanya muncul di pelvis ginjal, dan 2% muncul
di ureter atau uretra. Berdasarkan variasi histologis, karsinoma urothelial adalah nested,
microcystic, micropapillary, lymphoepithelial, plasmacytoid, sarcomatoid, giant cell,
lipid-rich, clear cell, dan neuroendokrin, kanker, karsinoma urothelial dengan karsinoma
sel skuamosa, karsinoma urothelial dengan kelenjar, dan karsinoma primer . Karsinoma
urothelial dibagi menjadi derajat rendah dan derajat tinggi berdasarkan derajatnya. Gejala
yang paling umum pada pasien dengan karsinoma urothelial adalah hematuria. Nyeri juga
merupakan gejala penting dari karsinoma urothelial. (Alderson et al, 2020) (Kasper et al,
2015)
2. Etiologi
a. UAP (unstable angina pectoris)
Aspiani (2017) menyatakan bahwa penyebab UAP adalah penurunan oksigenasi miokard.
Ini mungkin disebabkan oleh faktor vaskular seperti aterosklerosis, kejang dan arteritis,
faktor peredaran darah seperti hipotensi, stenosis dan disfungsi aorta, dan faktor darah:
Anemia, hipoksemia, polisitemia. Peningkatan curah jantung karena hiperaktif, emosi,
makan berlebihan, hipertiroidisme, dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard pada
cedera miokard, hipertrofi miokard, dan hipertensi diastolik.
3
b. PUC (papillary urothelial carcinoma).
Etiologi karsinoma urotelial melibatkan berbagai faktor. Faktor ini mencakup merokok,
infeksi schistosoma, paparan bahan kimia, dan faktor genetik. Merokok merupakan faktor
risiko penting dalam kejadian karsinoma urotelial. Pada perokok, risiko terjadinya
karsinoma urotelial meningkat 2-6 kali dibandingkan orang yang tidak merokok. Risiko
ini bergantung pada durasi, intensitas merokok, dan jenis rokok yang digunakan.
3. Patofisiologi
a. UAP (unstable angina pectoris)
Perkembangan UAP umumnya dimulai dengan inisiasi proses aterosklerotik, di mana
monosit bermigrasi dari aliran darah, menempel pada lapisan dinding pembuluh koroner,
dan menumpuk lemak. Area penebalan atau plak yang tidak terdiri dari monosit dan
lemak menimbulkan jaringan ikat dari area yang menempel. Tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gesekan antara aliran darah dan ateroma. Atheroma atau plak aterosklerotik
dapat menyebar ke mana saja, tetapi umumnya ditemukan di daerah yang bercabang.
Ketika ateroma pecah, itu mempersempit lumen pembuluh darah arteri, membentuk
bekuan darah (trombus) yang dapat menyebabkan penyumbatan (tromboemboli) di
tempat lain. Penyumbatan di arteri koroner dapat mengurangi suplai darah. Ketika suplai
oksigen ke miokardium tidak mencukupi, miokardium menjadi iskemik, dan ketika suplai
oksigen terputus selama sekitar 20 menit, miokardium (miokardium) mati (infark
miokard). Iskemia miokard, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke
miokardium, menyebabkan nyeri dada dan perubahan segmen ST pada
elektrokardiogram. Nyeri dada yang dialami pasien dapat menimbulkan rasa takut akan
kematian. Selain itu, iskemia miokard juga menyebabkan penurunan kontraktilitas
miokard, yang mempengaruhi curah jantung (CO). Pasokan oksigen yang tidak
mencukupi ke otot jantung meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, menyebabkan
kelelahan yang berlebihan. Selain itu, infark miokard menyebabkan peningkatan volume
akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri. Ventrikel kiri tidak dapat lagi
memompa darah dari paru-paru, meningkatkan tekanan dalam sirkulasi paru dan
mendorong cairan ke dalam jaringan paru-paru, sehingga terjadi edema paru dan
gangguan pertukaran gas. (Mutarobin, 2018)
b. PUC (papillary urothelial carcinoma).
Patofisiologi karsinoma urothelial terutama dipengaruhi oleh faktor molekuler. Berbagai
proses molekuler berperan penting dalam proses karsinogenesis. Penghapusan segmen
kromosom, perubahan epigenetik, mutasi gen, perubahan mRNA. Proses molekuler ini

4
menyebabkan perubahan fungsi seluler yang mengarah pada pertumbuhan mandiri,
penghindaran apoptosis, hilangnya kepekaan terhadap rangsangan anti-pertumbuhan,
pembaruan diri yang tidak terkendali, angiogenesis lanjutan, invasi organ, dan metastasis.
(Shin et al, 2018) (Truta et al, 2015)
4. Tanda dan Gejala
a. UAP (unstable angina pectoris)
1) Nyeri dada terjadi saat istirahat atau saat beraktivitas.
2) Gambaran EKG: Beberapa sadapan prekordial dengan depresi segmen ST >1 mm
dan/atau inversi gelombang T >2 mm dapat dikaitkan dengan elevasi segmen ST yang
tidak menetap.
3) Sensasi tekanan atau berat di daerah retrosternal yang menjalar ke leher, rahang,
daerah interskapular, bahu, lengan kiri, atau epigastrium selama beberapa menit atau
lebih dari 20 menit Berkeringat (keringat dingin), mual, muntah, sakit perut, sesak
napas.
4) Biomarker jantung tidak meningkat secara signifikan
b. PUC (papillary urothelial carcinoma).
Gejala yang paling umum pada pasien kanker kandung kemih adalah adanya darah dalam
urin (hematuria), yang menyebabkan urin menjadi merah atau coklat. Gejala lain yang
mungkin dialami pasien kanker kandung kemih adalah:
1) Sering ingin buang air kecil secara tiba-tiba
2) Sering buang air kecil pada malam hari
3) Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil
4) Frekuensi buang air kecil meningkat
5) Sulit menahan buang air kecil (inkontinensia urine)
5. Pengobatan
a. UAP (unstable angina pectoris)
Pengobatan non medis menurut Setyohadi et al. (2018), pengobatan angina terdiri dari
tirah baring dan pemberian oksigen 2–4 liter per menit. Penatalaksanaan medis
Pengobatan angina ditujukan untuk menghilangkan ketidaknyamanan dan gejala serta
mencegah komplikasi seperti serangan jantung. Perawatan bervariasi tergantung pada
gejala masing-masing pasien. Orang dengan angina biasanya minum obat untuk
meredakan gejala. Di bawah ini adalah rincian dari berbagai cara untuk mengobati
angina. (Luhtfiyah, 2021) :

5
1) Obat-obatan Jenis obat yang dapat diberikan oleh dokter untuk meredakan gejala
angina yaitu obat pengencer darah dan obat pelebar pembuluh darah
2) Prosedur medis khusus Apabila angina pektoris tidak mereda setelah pemberian obat-
obatan, dokter menungkin akan menganjurkan prosedur medis khusus menanganinya,
antara lain (Luhtfiyah, 2021):
a) Pemasangan ring jantung, guna melebarkan arteri yang sudah menyempit dengan
menempatkan ring pada pembuluh darah arteri jantung.
b) Operasi baypass jantung, ialah dengan membuat pengganti saluran aliran darah
yang sudah menyempit dengan cara mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh
lain.
Selain pengobatan medis diatas, pasien perlu melakukan perubahan lifestyle untuk
dengan melakukan menerapkan pola makan yang baik ,olahraga secara teratur,
menghentikan kebiasaan merokok, dan beristirahat yang cukup.
b. PUC (papillary urothelial carcinoma).
1) Instilasi Kemoterapi Intravesika
Walaupun TUR-BT dapat mengeradikasi tumor secara komplit, tumor ini dapat
mengalami rekurensi yang tinggi dan progresi menjadi KKKIO/ MIBC (Brausi et
al, 2002) (Babjuk et al,2013). Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan
terapi adjuvan pada semua pasien
2) Instilasi Kemoterapi Pasca Operasi
Instilasi kemoterapi langsung pasca operasi telah terbukti dapat menghancurkan
sisa sel tumor setelah tindakan TUR-BT dan memiliki efek ablasi pada sisa sel
tumor di lokasi reseksi dan pada tumor-tumor kecil yang tidak terlihat (Soloway
dan Master, 1980) (Brocks et al, 2005). Instilasi langsung kemoterapi setelah
TURBT dapat mengurangi tingkat rekurensi sebesar 11,7% dibandingkan dengan
TUR-BT saja (Sylvester et al, 2004) (Berrum et al, 2008). Instilasi langsung
paling efektif pada tumor risiko rendah. Mitomicin C (MMC), epirubicin, dan
doxorubicin memiliki efek yang menguntungkan, namun efektifitas ketiga obat ini
belum pernah dibandingkan. (Berrum et al, 2008)
3) Instilasi Kemoterapi Intravesika Lanjutan
Kebutuhan untuk instilasi kemoterapi intravesika lanjutan tergantung pada
stratifikasi risiko pasien. Pada pasien berisiko rendah, instilasi langsung tunggal
mengurangi risiko rekurensi dan dianggap sebagai pengobatan standar (Sylvester
et al, 2004) (Huncharek et al, 2001) . Sebelum rekurensi berikutnya, tidak ada

6
pengobatan yang harus diberikan. Untuk kanker kandung kemih risiko rendah
setelah dilakukan TUR-BT dapat dilakukan instilasi langsung 1 kali, dan untuk
risiko menengah sampai tinggi dapat dilberikan instilasi kemoterapi lanjutan
sampai 8 kali yang diberikan setiap minggu. (Umbas, 20019)
6. Penatalaksanaan Diet
a. UAP (unstable angina pectoris)
Kandungan makanan tinggi lemak terutama lemak jenuh atau lemak trans dmampu
menyebabkan penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah oleh penumpukan zat-zat
lemak. Penatalaksanaan diet diberikan bertujuan untuk pengobatan/terapi diet dengan
memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menghilangkan
penimbunan garam/air, menurunkan berat badan pada penderita kegemukan, mengubah
jenis dan asupan lemak makanan, menurunkan kadar kolesterol LDL dan kadar
kolesterol total, menurunkan asupan kolesterol, meningkatkan asupan karbohidrat
kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana. (RSUP Persahabatan, 2022)
Syarat diet jantung :
1) Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
2) Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh
dan 10-15% lemak tidak jenuh.
3) Protein cukup 0,8 g/kg BB
4) Kolesterol rendah
5) Kolesterol < 300 mg (diet dislipidemia tahap I)
6) Kolesterol < 200 mg (diet dislipidemia tahap II)
7) Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium, kalium dan
magnesium jika dibutuhkan.
8) Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema
9) Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar (konstipasi)
10) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan porsi kecil.
11) Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
12) Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.
13) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi. (RSUP Persahabatan, 2022)
b. PUC (papillary urothelial carcinoma)
Penderita menghindari asupan makanan seperti daging merah dan olahan, mengunyah
pinang, mengonsumsi telur goreng, mengonsumsi air yang mengandung arsenik, dan

7
faktor gaya hidup seperti merokok tembakau karena dapat meningkatkan risiko kanker
kandung kemih. Sementara itu, asupan diet dengan makanan yang mengandung
karotenoid diet seperti beta-cryptoxanthin, alpha/beta-carotene, lutein dan zeaxanthin,
Vitamin E, Selenium, yogurt, buah-buahan kering, sayuran seperti brokoli, kubis brussel,
kubis, kembang kol dan kangkung, dan buah-buahan dapat mengurangi risiko kanker
kandung kemih. (Cogle, 2022)
7. Pencegahan
a. UAP
Pencegahan sekunder penting dilakukan karena kejadian iskemik cenderung terjadi
dengan laju yang tinggi setelah fase akut. Beberapa pengobatan jangka panjang yang
direkomendasikan adalah:
1) Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL
2) Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien.
3) Selain rekomendasi di atas, pasien juga disarankan menjalani perubahan gaya hidup
terutama yang terkait dengan diet dan berolahraga teratur.Pemberian penghambat
reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko perdarahan tinggi.
(PDSKI, 2015)
b. PUC
1) Hentikan kebiasaan merokok dan jauhi paparan asap rokok.
2) Hindari minum dan mandi dengan air sungai atau danau, untuk menghindari
skistosomiasis yang dapat berkembang menjadi kanker kandung kemih.
3) Hindari paparan kimia, yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri dan mengikuti
prosedur keselamatan di lingkungan kerja.
4) Lakukan olahraga rutin untuk menjaga kesehatan tubuh
5) Cukupi kebutuhan minum air
6) Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan.

8
B. Kerangka Konsep (Bagan)
Gambar 1. Pathway UAP

1
Gambar 2. Pathway PUC

1
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

A. Asesmen Gizi
1. Riwayat Pasien
a. Nama : Tn. A
b. No. Rekam Medis : 249605
c. Tanggal lahir : 31 Desember 1951
d. Umur : 70 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Tanggal Masuk RS : 05/09/2022
g. Tanggal Ambil Kasus : 09/09/2022
h. Diagnosa Medis : UAP + PUC
i. Pekerjaan : Pensiunan PNS
j. Status : Menikah
k. Agama : Islam
l. Keluhan utama : Sesak, Demam, Batuk
m. Riwayat Penyakit Dahulu : ISPA
n. Riwayat Penyakit Keluarga :-

2. Data Antropometri (sebelum intervensi)


BB aktual/estimasi : 43,72 Kg Lila : 25 cm BBI yang digunakan : 46 kg
TB aktual/estimasi : 146 cm Tinggi Lutut : - cm BBI = (TB - 100)
= 146 - 100
RL : 63 cm
IMT : 20,51 Kg/m 2
= 46 kg
BB(kg)
IMT = 2
TB ( m )
43,72
¿
1,462

43,72
¿
2,1316

2
¿ 20,51 Kg /m

1
Tabel 1. Data Antropometri

3. Data Laboratorium (sebelum intervensi)


Pasien tidak memiliki data laboratorium terkait gizi

4. Data Fisik/Klinis (sebelum intervensi)


Data Hasil Nilai Normal Interpretasi
Keadaan Umum Lemas Baik Sedang
Tekanan Darah 140/70 mmHg 90/60-120/80 mmHg Meningkat
Pernapasan 20 x/menit 20-30 x/menit Normal
Suhu 36℃ 36℃-37℃ Normal Tabel
2. Nadi 71 x/menit 60-100 x/menit Normal Data

Fisik/Klinis

5. Riwayat Makan ( hasil recall 24 jam sebelum intervensi)


 Pola makan harian : 3x Sehari % Pemenuhan Asupan makanan (Recall) :
 Alergi : -
E = (786,5 kkal / 1.493,2 kkal) x 100% = 53%
 Pantangan : -
 Diet tertentu : - P = (36,4 gr / 56 gr) x 100% = 65%
 Nafsu makan : Kurang (Menurun)
 Suplemen/Herbal : - L = (20,4 gr / 33 gr) x 100% = 62%
 Riwayat edukasi gizi : Belum pernah
mendapat edukasi gizi KH = (116,3 gr / 243 gr) x 100% = 48%
 Kebiasan makan dahulu : Sering
konsumsi biskuit, gorengan, dan
makanan siap saji

Tabel 3. Riwayat Makan

Hasil recall 24 jam pasien menunjukan asupan energi 786,5 kkal (53%) menunjukan
defisit berat, protein 36,4 gr (65%) menunjukan defisit sedang, lemak 20,4 gr (62%)
menunjukan defisit sedang , dan karbohidrat 116,3 gr (48%) menunjukan defisit berat.
 Riwayat pola makan pasien 3x sehari dengan nafsu makan yang kurang (menurun)

2
 Pasien belum pernah mendapat edukasi gizi
 Kebiasaan makan dahulu pasien yaitu sering konsumsi biskuit, gorengan, dan makanan
siap saji
6. Skrining Gizi
No. Indikator Hasil
1. Penurunan Berat Badan 3-6 bulan terakhir Tidak Yakin
2. Penurunan Nafsu Makan Iya
3. Kesulitan Makan Tidak
4. Status Gizi Normal
5. Tidak ada asupan >5 Hari Tidak
Tabel 4. Skrining Gizi

B. Diagnosis
1. Diagnosis Gizi
DIAGNOSA GIZI/NUTRITIONAL DIGNOSIS

(Diagnosa Gizi -NI/NC/NB. Masalah……..... berkaitan dengan………. Ditandai oleh…….)


Asupan oral in adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan pasien
ditandai oleh hasil recall 24 jam menunjukkan asupan energi 786,5 kkal (53%)
NI 2.1 defisit berat, asupan protein 36,4 gr (65%) defisit sedang, asupan lemak 20,4 gr
(62%) defisit sedang, dan asupan karbohidrat 116,3 gr (48%) defisit berat yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan terkait makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya
NB 1.1 informasi ditandai oleh pemilihan makanan yang kurang tepat (biskuit,
gorengan, dan makanan siap saji)
Tabel 5. Diagnosis Gizi

2. Diagnosis Medis
Hasil pemeriksaan dari dokter menyatakan bahwa Tn. A di diagnosa penyakit UAP (unstable
angina pectoris) + PUC (papillary urothelial carcinoma).
C. Intervensi
1. Rencana Asuhan Gizi
a. Jenis Diet
Diet Jantung
b. Tujuan Diet

3
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam/air

c. Prinsip dan Syarat Diet


 Prinsip diet :
 Pembatasan konsumsi lemak, khususnya lemak jenuh dan trigliserida
 Mempertahankan status gizi normal
 Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
 Syarat Diet :
1) Energi sesuai kebutuhan
2) Protein cukup, yaitu 15% dari total kebutuhan
3) Lemak rendah, yaitu 20% dari total kebutuhan
4) Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan (protein dan lemak) yaitu 65%
5) Garam rendah <2300 mg/hari
6) Vitamin dan mineral cukup
7) Kolesterol rendah <200 mg/dL
8) Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
d. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi (E, P, L, KH)
Perhitungan Kebutuhan Gizi Pasien BBI yang digunakan : 46 kg
E = 1.493,2 kkal BBI = (TB - 100)
P = 15% x 1.493,2 / 4 = 146 - 100
= 56 gr = 46 kg
L = 20% x 1.493,2 / 9 BMR = 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) – (6,7 x U)
= 33 gr = 66 + (13,7 x 46) + (5 x 146) – (6,7 x 70)
KH = 65% x 1.493,2 / 4 = 66 + (630,2) + (730) – (469)
= 243 gr = 957,2 kkal
TEE = BMR x FA x FS
Kebutuhan Zat Gizi (jumlah & = 957,2 x 1,2 x 1,3
presentase) = 1.493,2 kkal
Energi : 1.493,2 kkal

Protein : 56 gr (15%)

Lemak : 33 gr (20%)
4
KH : 243 gr (65%)

Tabel 6. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

e. Rencana Motivasi dengan Konsultasi Penyuluhan


Penyuluhan dilaksanakan pada 09 November 2022 di ruangan B5 Edelweis RSUD
Sawerigading Kota Palopo. Sasaran edukasi dalam penyuluhan ini adalah pasien dan
keluarga pasien melalui wawancara (konseling). Adapun topik yang disampaikan antara
lain :
 Memperkenalkan mengenai diet gizi seimbang
 Memberikan informasi tentang diet jantung
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai makanan yang dianjurkan, dibatasi,
dan tidak dianjurkan pada diet jantung
Dengan tujuan untuk :
 Meningkatkan asupan makan pasien sesuai kebutuhan
 Mempertahankan status gizi normal
 Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien terkait makanan dan zat gizi
yang sesuai dengan penyakit dan diet yang dilaksanakan
f. Rencana monitoring
Indikator Parameter & Waktu
Target
(A/B/C/D/E) Model / Alat Ukur Pelaksanaan
n ≤ 26,3 cm
Metline (lila) 
Antropometri 09/09/2022 Mempertahankan BB untuk
BB
pertahankan status gizi normal
Biokimia - 09/09/2022 -
n = 90/60 – 120/80 mmHg
Fisik/klinis Tekanan darah 09/09/2022
Mencapai kategori TD normal
Mencapai asupan adekuat yaitu
Asupan Makan Recall 24 jam 09/09/2022
80% - 110%

5
Tabel. 7 Rencana monitoring

2. Implementasi Asuhan Gizi


a. Diet Pasien
Jenis : Diet Jantung
Bentuk : Makanan Lunak

6
b. Susunan menu

7
A. Leaflet
 UAP (unstable angina pectoris)

 PUC (papillary urothelial carcinoma)

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asesmen Gizi pada Tn. A usia 70 tahun laki-laki dengan keluhan sesak demam batuk
memiliki riwayat penyakit ISPA dengan diagnosa UAP (unstable angina pectoris) + PUC
(papillary urothelial carcinoma). BB estimasi 43,72 Kg. TB estimasi 146 cm. IMT : 20,51
Kg/m2. Pola makan harian 3x sehari. Nafsu makan kurang (menurun) Belum pernah
mendapat edukasi gizi, sering konsumsi biskuit, gorengan, dan makanan siap saji. Hasil
recall 24 jam pasien menunjukan asupan energi 786,5 kkal (53%) menunjukan defisit berat,
protein 36,4 gr (65%) menunjukan defisit sedang, lemak 20,4 gr (62%) menunjukan defisit
sedang , dan karbohidrat 116,3 gr (48%) menunjukan defisit berat.
2. Diagnosis gizi asupan oral in adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan pasien
ditandai oleh hasil recall 24 jam menunjukkan asupan energi 786,5 kkal (53%) defisit berat,
asupan protein 36,4 gr (65%) defisit sedang, asupan lemak 20,4 gr (62%) defisit sedang, dan
asupan karbohidrat 116,3 gr (48%) defisit berat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kurang pengetahuan terkait makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi
ditandai oleh pemilihan makanan yang kurang tepat (biskuit, gorengan, dan makanan siap
saji)
3. Perencanaan gizi yaitu diet jantung dan penyuluhan motivasi pada Tn. A dengan diagnosa
UAP (unstable angina pectoris) + PUC (papillary urothelial carcinoma).
4. Implementasi gizi yaitu pemberian menu diet jantung berupa makanan lunak dan
penyuluhan pada 09 November 2022 di ruangan B5 Edelweis RSUD Sawerigading Kota
Palopo. Sasaran edukasi dalam penyuluhan ini adalah pasien dan keluarga pasien melalui
wawancara (konseling)
B. Saran
Diharapkan dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan referensi gizi klinik pada pasien
dengan penderita UAP dan PUC.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alderson M, Grivas P, Milowsky MI, Wobker SE. Histologic Variants Of Urothelial

Carcinoma: Morphology, Molecular Features And Clinical Implications. Bladder

Cancer.(Preprint):1-6. DOI: 10.3233/BLC-190257

Al-Husseini MJ, Kunbaz A, Saad AM, Santos JV, Salahia S, Iqbal M, Et Al. Trends In The

Incidence And Mortality Of Transitional Cell Carcinoma Of The Bladder For The Last

Four Decades In The USA: A SEER-Based Analysis. BMC Cancer. 2019;19(1):46.

Doi: 10.1186/S12885-019- 5267-3.

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi

NIC Dan NOC. Jakarta: EGC.

Babjuk M, Burger M, Zigeuner R, Shariat S, Rhijn B.V, Comperat E Et Al. EAU Guidelines On

Non-Muscle-Invasive Urothelial Carcinoma Of The Bladder: Update 2013. Eur

Urol.2013 Oct;64(4):639-53

Berrum-Svennung I, Granfors T, Jahnson S, Boman H, Holmang S. A Single Instillation Of

Epirubicin After Transurethral Resection Of Bladder Tumors Prevents Only Small

Recurrences. The Journal Of Urology. 2008;179(1):101-5; Discussion 5-6.

Brausi M, Collette L, Kurth K, Van Der Meijden AP, Oosterlinck W, Witjes JA, Et Al.

Variability In The Recurrence Rate At First Follow-Up Cystoscopy After TUR In Stage

Ta T1 Transitional Cell Carcinoma Of The Bladder: A Combined Analysis Of Seven

EORTC Studies. European Urology. 2002;41(5):523-31.

Brocks CP, Buttner H, Bohle A. Inhibition Of Tumor Implantation By Intravesical Gemcitabine

In A Murine Model Of Superficial Bladder Cancer. The Journal Of Urology.

2005;174(3):1115-8.

10
Cogle C. Gejala, Perawatan Dan Diet Untuk Kanker Kandung Kemih [Internet]. Addon.Life.

2022 [Cited 19 October 2022]. Available From:

Https://Addon.Life/Id/2021/07/28/Symptoms-Treatment-Diet-Bladder-Cancer/

Dietrich B, Srinivas S. Urothelial Carcinoma: The Evolving Landscape Of Immunotherapy For

Patients With Advanced Disease. Res Rep Urol. 2018 Jan 26;10:7-16. Doi:

10.2147/RRU.S125635

Huang Z, Zhang M, Chen G, Wang W, Zhang P, Yue Y, Et Al. Bladder Cancer Cells Interact

With Vascular Endothelial Cells Triggering EGFR Signals To Promote Tumor

Progression. Int J Oncol. 2019; 54:1555-66.

Huncharek M, Mcgarry R, Kupelnick B. Impact Of Intravesical Chemotherapy On Recurrence

Rate Of Recurrent Superficial Transitional Cell Carcinoma Of The Bladder: Results Of

A Meta-Analysis. Anticancer Research. 2001;21(1B):765-9.

Jones T, Horton-Szar D, Harris K., Eds. Crash Course: Renal And Urinary Systems. Elsevier

Health Sciences; 2012

Kanker Di Indonesia Tahun 2014 Data Histopatologik. Jakarta: Badan Registrasi Kanker

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia; 2018.

Kaseb H, Aeddula NR. Cancer, Bladder. [Updated 2019 Jul 30]. In: Statpearls. Treasure Island

(FL): Statpearls Publishing; 2020 Jan-. Available From:

Https://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Books/NBK536923/

Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J, Eds. Harrison's

Principles Of Internal Medicine. New York: Mcgraw-Hill; 2015.

Kasron, S.KP., Ns (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskular. Nuha Medika ;

Yogyakarta.

11
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian Dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama Riset

Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.

Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Infoterkini/Hasilriskesdas-2018.Pdf

Khotimah., KK, Indra Frana Jaya., Sihombing, Kirana Patrolina., Limbong, Martalina., Shintya,

Lea Andy., Purnamasari, Neza., Hidayah, Nurul., Saputra, Bima Adi., Panjaitan, Mayer

Derold., & Siringoringo, Sharely Nursy. (2022). Penyakit Gangguan Sistem Tubuh.

Yayasan Kita Menulis. ISBN: 978-623-342-440-0. E-Book.

Luhtfiyah, Sari., Wijayanti, Anggia Riske., Kuntoadi, Gama Bagus., Sulistiawati, Febrina.,

Arma, Nuriah., Mustamu, Alva Cherry., Kushayati, Nuris., Rubiyanti, Rani., Kaseger,

Henny., & Avelina, Yuldensia. (2021). Penyakit Sistem Kardiovaskuler. Yayasan

Penerbit Muhammad Zaini Anggota IKAPI. E-Book.

Majid, Abdul. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Miyazaki J, Nishiyama H. Epidemiology Of Urothelial Carcinoma. International Journal Of

Urology. 2017 Oct;24(10):730-4.

Mutarobin, M. (2018). Modul Sistem Kardiovaskular Acute Coronary Syndrome (ACS).

Polekkes Kemenkes Jakarta 1.

Http://Journal.Umpo.Ac.Id/Index.Php/IJHS/Article/View/1567

Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2018). Pedoman Tata

Laksana Sindrom Koroner Akut Ed 4. Jakarta: PERKI.

Https://Inaheart.Org/Wpcontent/Uploads/2021/07/Pedoman_Tatalaksana_

Sindrom_Koroner_Akut_2015.Pdf

12
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR INDONESIA. PEDOMAN

TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT. Centra Communications. 2015.

Edisi-3

RSUP PERSAHABATAN - PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG [Internet].

Rsuppersahabatan.Co.Id. 2022 [Cited 19 October 2022]. Available From:

Https://Rsuppersahabatan.Co.Id/Artikel/Read/Penatalaksanaan-Diet-Jantung

Setyohadi, Bambang., Nasution, Sally A., & Arsana, Putu. (2018). EIMED PAPDI

Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Indonesian Journal For Health Sciences. Ed. 2.

Jakarta: Interna Publishing.

Shin JH, Lim JS, Jeon BH. Pathophysiology Of Bladder Cancer. Bladder Cancer, 2018. Pp. 33-

41. Https://Doi.Org/10.1016/B978-0-12-809939-1.00003-5

Soloway MS, Masters S. Urothelial Susceptibility To Tumor Cell Implantation: Influence Of

Cauterization. Cancer. 1980;46(5):1158-63.

Sylvester RJ, Oosterlinck W, Van Der Meijden AP. A Single Immediate Postoperative

Instillation Of Chemotherapy Decreases The Risk Of Recurrence In Patients With Stage

Ta T1 Bladder Cancer: A Meta-Analysis Of Published Results Of Randomized Clinical

Trials. The Journal Of Urology. 2004;171(6 Pt 1):2186-90, Quiz 435.

Truţa A, Saraci G, Hodor-Popon TA, Ghervan L, Pop IV. Etiopathogenesis Of Bladder Cancer.

Risk Factors, Genetic Aspects And Novel Diagnosis Biomarkers. Human And

Veterinary Medicine. 2015 Sep 1;7(3):206-14.

Umbas R. Optimalisasi Penatalaksanaan Kanker Bulu-Buli Superfisial. Indonesia Journal Of

Cancer. 2009;4(1):23-8.

World Health Organization. (2015). Cardiovaskuler

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai