Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

(Agama, Spiritual, Kepercayaan)

Dosen pengampu:

Prof. Taufik, M.Ag

Di Susun Oleh :

Hikmah ( 190101242)
Fitriana Dewi (200101072)
Fitri Mayoningsih (200101096)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022

1
KATA PENGANTAR
Segala puji pada kehadirat allah swt,atas segala nikmat serta karunianya, sehingga makalah
ini, dapat terselesaikan tepat pada waktunya

Kedua kalinya sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan alam
Baginda Nabi besar Muhammad SAW,yang telah membawa zaman kebodohan menuju zaman
ilmu pengetahuan

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu kami berharap kritik,serta saran yang membangun dari pembaca sehingga kedepanya dapat
lebih sempurna

2
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BABI PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan Masalah..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Agama,Kepercayaan dan Spiritual..................................................................5

B. Hubungan Beragama Dengan Sikap Spiritualisme............................................................8

C. Nilai-nilai spiritualisme dalam beragama..........................................................................10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

3
A. Latar Belakang
Agama adalah suatu fenomena yang selalu hadir dalam sejarah umat manusia, bahkan
dapat dikatakan bahwa sejak manusia ada,fenomena agama telah hadir. Walaupun
demikian,tidaklah mudah untuk mendefinisikan apa itu agama. Mengapa?Pertama,karena
pengalaman manusia tentang agama sangat bervariasi, mulai dengan yang paling sederhana
seperti dalam agama animisme/dinamisme sampai ke agama-agama politeisme dan
monoteisme.Kedua,selain begitu variatifnya pengalaman manusia tentang agama,dan begitu
variatifnya disiplin ilmu yang digunakan untuk memahami fenomena agama.Misalnya,agama
bisa ditinjau dari sudut psikologi,antropologi,sosiologi,ekonomi,bahkan teologi.
Melalui bab ini, diharapkan mencapai tiga tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran
yang diharapkan dicapai adalah: (i) bersikap rendah hati dan bergantung kepada Tuhan yang
diwujudkan antara lain dalam ibadah yang teratur; (ii) menunjukkan sikap hormat terhadap
orang lain dalam kepelbagaian agama,suku dan budaya;(iii) menjelaskan pengertian
agama,mengidentifikasi fungsi-fungsi agama dalam kehidupan manusia baik yang positif
maupun negatif,merumuskan pengertian agama dengan kata-kata sendiri,dan menalar
perbedaan fungsi agama yang positif dan negatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakekat pengertian agama,kepercayaan,spiritual?
2. Bagaimana Hubungan Beragama dengan sikap spiritualisme?
3. Apa saja nilai-nilai spiritualisme dalam beragama?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Agama, Kepercayaan dan Spiritual
2. Mengetahui Hubungan Beragama dengan sikap spiritualisme?
3. Mengetahui nilai-nilai spiritualisme dalam beragama

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama, Kepercayaan, dan Spiritualisme


AGAMA
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas
dalam agama adalah eksistensi Tuhan.1
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun menurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi
dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada
kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa
kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan
gaib tersebut.2
Agama juga dinamakan dengan religiusitas. Glock dan Stark merumuskan religiusitas
sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang
dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau
keyakinan iman yang dianut. Religiusitas seringkali diidentikkan dengan keberagamaan.
Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutny
Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.3

SPIRITUAL
Menurut kamus besar bahasa indonesia, spiritual artinya adalah yang berhubungan
dengan sifat kejiwaan (rohani dan batin). Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan
dalam diri untuk mencapai tujuan dan makna dalam hidup serta bagian paling pokok dari
masalah kesehatan dan kesejahteraan seseorang. (Hasan 2006, dalam Pustakasari, 2014).
Spiritual adalah kebutuhan dasar dari pencapaian tertinggi seorang manusia dalam
kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul kebutuhan dasar tersebut meliputi:
Kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, dihargai, dan aktualitas diri.

1 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, Filsafat Agama (Wisata Pemikiram dan Kepercayaan Manusia), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-4, p. 2

2 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. Ke-19, p. 14.

3 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam.Mengembagkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta:Menara Kudus:2002). Hal. 71

5
Spiritualitas merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
maupun maha pencipta. Spiritual juga biasa disebut dengan sesuatu yang dirasakan diri sendiri
dan hubungannya dengan orang sekitar yang terwujud dalam sikap mengasihi orang lain, baik
dan ramah serta menghormati dan menghargai setiap orang disekitar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang yaitu :
1. Tahap perkembangan
Setiap anak memiliki konsep spiritualitas yang berbeda menurut usia, jenis kelamin,
agama, dan kepribadian anak.
2. Keluarga
Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan spiritualitas seorang anak karena
orang tua sebagai role model. Keluarga juga sebagai orang terdekat di lingkungan dari
pengalaman pertama anak dalam mengerti dan menyimpulkan kehidupan di dunia
maka pada umumnya pengalaman pertama anak selalu berhubungan dengan orang tua
ataupun saudaranya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya hal
yang perlu diperhatikan adalah apapun tradisi agama atau sistem keagamaan yang
dianut individu tetap saja pengalaman spiritual tiap individu berbeda dan mengandung
hal unik
4. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman hidup baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang. Selain itu juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat memperkuat kedalaman spiritual seseorang, krisis sering
dialami ketika individu dihadapkan dengan hal sulit. Apabila seseorang mengalami
krisis maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk melakukan kegiatan spiritual
menjadi lebih tinggi.

KEPERCAYAAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kepercayaan merupakan harapan dan keyakinan
seseorang terhadap orang lain akan kejujuran, kebaikan dan kesetiaan”. 4 Sedangkan menurut
istilah kepercayaan adalah “suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa tahu dan
4 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka,2008.Hlm.542

6
menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran”.5 Karena kepercayaan adalah suatu
sikap, maka kepercayaan seseorang itu tidak selalu benar dan bukanlah merupakan suatu
jaminan kebenaran.Menurut Mayer, “kepercayaan merupakan kesediaaan seseorang untuk
menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa yang lain akan
melakukan tindakan tertentu. Sedangkan Menurut Lewicky dan Wiethoff mendeskripsikan
bahwa, kepercayaan sebagai keyakinan individu dan kemauan untuk bertindak atas dasar kata-
kata tindakan dan keputusan orang lain”.6
Hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang mempercayai orang lain yaitu berkembangnya
sistem kepercayaan melalui pengalaman hidup, aturan dan norma yang ada pada lembaga atau
masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa “kepercayaan adalah suatu harapan positif, asumsi atau keyakinan
dari proses kognitif seseorang yang dipegang dan ditujukan pada orang lain bahwa orang
tersebut akan berperilaku seperti yang diharapkan dan dibutuhkan”. 7 Ketika seseorang
memutuskan untuk mempercayai orang lain, maka harapannya terhadap orang tersebut adalah
dapat mewujudkan harapan-harapan yang ada pada dirinya.

Adapun Faktor Yang Dapat Menghilangkan Kepercayaan


“Menurut Hakim, ada beberapa faktor yang dapat menghilangkan kepercayaan yang sering
terjadi, diantaranya yaitu”:8
a. Perasaan Kecewa
Perasaan kecewa merupakan suatu perasaan yang ketika menginginkan suatu hal tetapi tidak
dapat diwujudkan sesuai dengan harapan. Perasaan kecewa bisa saja datang secara tiba-tiba,
kekecewaan tersebut akan berpengaruh pada pola pikir manusia sehingga akan mengahadapi
rasa marah dan sedih.
b. Perasaan Kehilangan Harapan
“Kehilangan harapan bisanya terjadi pada saat seseorang menginginkan suatu harapan yang
besar terhadap orang lain dan perasaan tersebut dapat merusak bagi jiwa manusia karena hal
yang diinginkan tidak dapat terwujud”.9
Kehilangan harapan sama halnya dengan putus asa, hal ini sangat berpengaruh kepada diri
sendiri yang merasa bahwa dirinya tidak dapat mewujudkan keinginan yang belum terwujud.
c. Perasaan Marah
5 Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002,hlm.1

6 Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa.... hlm.16

7 Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa, M. Darori Amin, Islam Dan Klebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media, 2002,hlm. 17

8 Yusuf, Percaya Diri, Pasti, Jakarta, Gema Insani, 2015, hlm 183-186.

9 Yusuf, Percaya Diri....hlm 188

7
“Perasaan marah menyangkut seluruh perasaan di dalam diri, dimulai dari beberapa rasa
kejanggalan yang ada dihati sehingga menimbulkan kemarahan yang meledak, cepat dan
sengit”.10 Pada saat marah, seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya karena keinginan
yang diharapkan tidak dapat diwujudkan pada saat itu juga. Hal ini dapat berpengaruh kepada
kedaan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu sangat sulit untuk mengendalikan tingkat emosi
seseorang pada saat merasa marah.
d. Perasaan Berdosa
Perasaan berdosa, menyesal atau kecewa adalah perasaan yang menyakiti diri. Karena selalu
menyalahkan diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukan.

2. Hubungan Beragama Dengan Sikap Spiritualisme


Dalam pandangan Islam, spiritualisme tidak bisa dipisahkan dari Tuhan dan agama (religion).
Tanpa spiritual, ibadah yang dilakukan hanya menjadi ritual semata, meskipun ritual agama
merupakan salah satu bentuk syiar yang harus dilakukan. Ritual agama yang sakral merupakan
wujud kesadaran dan cinta kepada Allah sebagai langkah membumikan syariat Islam di muka
bumi.
Spiritual memang bukan agama demikian juga sebaliknya, namun diantara keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat. Dalam perspektif islam disebutkan bahwa manusia lahir telah
membawa potensi spiritual (baca fitrah) dan potensi inilah yang kerap muncul dalam jiwa
manusia untuk mencari arti dan makna sebuah kehidupan.
Bahwa setiap manusia sadar akan adanya satu super power yang melebihi dari segala yang
ada. Super power inilah yang dianggap sebagai asal segala yang ada sampai akhirnya manusia
beragama (bertuhan) kepada yang dianggap kuasa, dan hakikat dari beragama adalah
ketundukan, ikatan, dan kepasrahan, keterkaitan kepada yang absolute. Jadi agama dan
spiritual adalah hal yang terintegrasi dalam diri manusia dan tidak dapat terpisah diantara
keduanya. 11
Agama mengajarkan dan memberikan petunjuk bagi pemeluknya dalam
menjalankan prosesi atau ritual keagamaan, khususnya berkaitan dengan mengasah jiwa dan
hati manusia untuk mengenal Tuhannya dan proses tersebut sering kali dikaitkan dengan
spiritual.
Menurut E. B. Taylor agama sebagai kepercayaan sebagai wujud spiritual, sedangkan George
Galloway merumuskannya agama sebagai keyakinan manusia pada sebuah kekuatan yang
melampaui dirinya, kemana ia mencari pemuasan kebutuhan emosional dan mendapatkan

10 Yusuf, Percaya Diri....hlm 192

11 Abdul Razak, ”Meningkatkan Kemampuan MembacaPermulaan Bagi Anak Kesulitan Belajar Melalui Brain Gym”

8
ketenangan hidup yang diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian.12
William Irwin Thomson, menyebutkan bahwa spiritual bukan agama. Namun demikian ia
tidax dapat dilepaskan dengan nilainilai keagamaan oleh karena ada titik singgung antara
spiritual dan agama (Rakhmat, 330). Menurut lan G. Barbour (Asy’arie, 1999) menyebutkan
bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai Suatu pengalaman keagamaan. Menurutnya ada
enam langkah pangalaman keagamaan yang terjadi di berbagai tradisi agama dunia, antara
lain:
1. Pengalaman diri terhadap yang suci;
2. Pengalaman mistis tentang adanya kesatuan, yaitu Tuhan dan Individu;
3. Pengalaman reorientasi transformative, contoh dari perpisahan menjadi
pertemuan;Keberanian menanggung derita;
4. Pengalaman kewajiban moral;
5. Pengalaman adanya keteraturan dan kreativitas terhadap alam
Bradford (1999) mencoba membangun sebuah titik temu antara pemahaman sekuler dengan
kaum agama dengan menambahkan aspek ketiga dari spiritualitas yang ia namakan
spiritualitas praktis (practical spirituality).
Ketiga aspek tersebut meliputi:
a. spiritualitas manusia (human spirituality) yaitu, aspek-aspek yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan manusiawi, yaitu untuk cinta, keamanan, refleksi, pujian dan tanggung
jawab;
b. spiritualitas renungan (devotional Spirituality) yaitu, kecenderungan manusia untuk respons
sesuatu dengan keterlibatan agama; dan
c. spiritualitas praktis (practical spirituality) yaitu, perpaduan antara spiritualitas manusia dan
renungan yang mewakili keterlibatan spiritualitas gabungan dengan kehidupan dan keberadaan
sehari-hari, termasuk kontribusi manusia pada masyarakat dan lingkun di mana ia hidup.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keterkaitan agama dan spiritual tidak dapat
dinafikkan, keduanya menyatu dalam nilai-nilai moral yang menjadi inti ajaran setiap agama.
Kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia adalah kekuatan yang
menyatukan agama dan spiritualitas.
Kekuatan yang lebih besar ini bisa menjadi Tuhan, Allah, dewa, atau kepercayaan pada
kekuatan prima di alam semesta. Kekuatan yang lebih besar telah menempatkan manusia di
alam semesta ini. Tugas manusia adalah untuk menemukan tujuan hidup atau untuk menjalani
tujuan hidup sebagaimana yang telah didefinisikan. Meski diakui bahwa pada sisi lain sekuler

12 Gazali Effendi, “Pemuda, Demokrasi & Pendidikan Politik : Tinjauan Komunikasi Politik , Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia”, 2004.

9
beranggapan bahwa orang dapat menjadi spiritualis tanpa beragama, namun semua dapat
setuju bahwa dimensi ‘spiritual’ berasal dari kemanusiaan yang terdalam. Kaum atheis dan_
sekuler menemukan adanya ekspresi dalam aspirasi, kepekaan moral, kreativitas, cinta,
persahabatan, respons terhadap keindahan alam dan manusia, upaya ilmiah dan artistik,
penghargaan akan keindahan alam, pencapaian intelektual dan aktivitas fisik, mengatasi
penderitaan dan penganiayaan, cinta tanpa pamrih, pencarian makna dan nilai-nilai yang
digunakan untuk hidup. Spiritual kaum sekuler ‘berusaha menemukan makna dan tujuan
dalam pengalaman manusia secara universalJuga dan juga dipahami berkaitan dengan
keutuhan, keterhubungan atau hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam
atau dunia, tetapi tidak harus dengan Tuhan.13

3. Nilai Spiritualisme Dalam Beragama


Dalam pandangan Islam, nilai spiritual Islami mengandung seluruh unsur tentang cara hidup
yang sesuai dengan Alquran dan sunnah serta memuat norma-norma dan kebudayaan. Nilai-
nilai yang berasal dari jalan spiritual dengan mengabaikan syariah akan membuat seorang
muslim jauh dari kebenaran Islam. Spiritualisme dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari
Tuhan dan agama (religion). Tanpa spiritual, segala aktivitas termasuk ibadah yang dilakukan
hanya menjadi ritual semata, meskipun ritual agama merupakan salah satu bentuk syiar yang
harus dilakukan. Ritual agama yang sakral merupakan wujud kesadaran dan cinta kepada
Allah sebagai langkah membumikan syariat Islam di muka bumi.
Nilai spiritual merupakan kesadaran diri tentang asal, tujuan dan nasib, sedang agama
merupakan kesaksian iman yang dianggap sebagai kebenaran mutlak dari kehidupan yang
dijalani seseorang di muka bumi. Spiritual memberikan jawaban siapa, bagaimana
keberadaaan dan kesadaran seseorang, sedangkan agama memberikan jawaban apa yang harus
dilakukan seseorang dalam perilaku dan tindakan.
Agama apapun memberikan jalan menuju spiritual, meskipun orang-orang yang menganut
agama yang sama, belum tentu memiliki jalan atau tingkat spiritual yang sama. Sebaliknya
seseorang dapat saja memiliki spiritual yang berbeda dengan jalan agama. Agama tidak sama
dengan spiritual, akan tetapi agama merupakan bentuk spiritualitas yang hidup dalam
peradaban personal dan komunal manusia.
Menurut Notonegoro dalam Rokhmah (2016: 8) nilai spiritual/rohani merupakan hal yang
berguna untuk kebutuhan rohani. Nilai spiritual ini dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Nilai religius, merupakan nilai yang berisi filsafat-filsafat hidup yang dapat diyakini

13
Ahmad Razak, dkk. “Psikologi Agama” diterbitkan oleh Badan Penerbit UNM hal.19-22.
10
kebenarannya, misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci.
b. Nilai estetika, merupakan nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia
(perasaan atau estetika) misalnya kesenian daerah atau penghayatan sebuah lagu.
c. Nilai moral, merupakan nilai mengenai baik buruknya suatu perbuatan misalnya kebiasaan
merokok pada anak sekolah.
d. Nilai kebenaran/empiris, merupakan nilai yang bersumber dari proses berpikir
menggunakan akal dan sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi (logika/rasio) misalnya ilmu
pengetahuan bahwa bumi berbentuk bulat.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Machmud (2015: 3) nilai spiritual merupakan nilai
tertinggi dan bersifat mutlak, karena bersumber dari sang pencipta yang dianggap sebagai
kendali dalam memilih kehidupan yang baik dan buruk. Nilai spiritual mencakup segala
sesuatu yang berguna bagi rohani.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, nilai spiritual merupakan pikiran, perkataan dan
perbuatan yang bersumber dari hati dan berguna bagi rohani.
Nilai spiritual terdiri beberapa macam, salah satunya adalah nilai religius, sehingga nilai
spiritual dan nilai religius merupakah dua hal yang berbeda namun berkaitan erat.

BAB III
PENUTUP

11
A. KESIMPULAN
Secara konseptual religiusitas dan spiritualitas berhubungan sangat erat, karena memiliki nilai-
nilai yang saling berkolaborasi. Religiusitas merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan ajaran, doktrin, nilai, peribadatan dan penghayatan. Sedangkan spiritualitas terkait
dengan pengenalan dan pemahaman diri, sehingga mampu memotivasi diri untuk
menampakan nilai dalam diri kedalam kehidupan sosial.
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas
dalam agama adalah eksistensi Tuhan.
Setiap manusia mempunyai kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap agung.
Kepercayaan inilah yang disebut sebagai spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam
bertindak. Jadi, spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam
bertindak.

B. SARAN
Semoga Makalah tentang Agama, Spiritualisme, dan Kepercayaan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan dapat digunakan sebagai contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari bagi
semua mahasiswa di UIN Mataram serta bisa menambahkan wawasan yang luas dalam masa
studi belajar.

DAFTAR PUSTAKA
.

12
Abdul Razak, ”Meningkatkan Kemampuan MembacaPermulaan Bagi Anak Kesulitan Belajar Melalui
Brain Gym”
Ahmad Razak, dkk. “Psikologi Agama” diterbitkan oleh Badan Penerbit UNM hal.19-22.
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam.Mengembagkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi
Islam, (Jogyakarta:Menara Kudus:2002). Hal. 71
Gazali Effendi, “Pemuda, Demokrasi & Pendidikan Politik : Tinjauan Komunikasi Politik , Jakarta :
2004
https://man1acehbesar.sch.id/publikasi/Nilai-Spiritual--dalam-Perspektif--Islam
https://profesi-unm.com/2021/09/27/begini-keterkaitan-antara-agama-dengan-spiritual/
Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa.... hlm.16
Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa, M. Darori Amin, Islam Dan Klebudayaan Jawa. Yogyakarta:
Gama Media, 2002,hlm. 17
Ismawati, Budaya Dan Kepercayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002,hlm.1
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, Filsafat Agama (Wisata Pemikiram dan Kepercayaan Manusia),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-4, p. 2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
Cet. Ke-19, p. 14.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta, Balai
Pustaka,2008.Hlm.542
Yusuf, Percaya Diri, Pasti, Jakarta, Gema Insani, 2015, hlm 183-186.
Yusuf, Percaya Diri....hlm 188
Yusuf, Percaya Diri....hlm 192

13

Anda mungkin juga menyukai