Anda di halaman 1dari 35

Nama : Irfan Ristianto

NIM : 40040221650085
Kelas : C (Demak)
TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERBURUHAN DAN ETIKA
Perintah :
Carilah contoh AD ART serikat pekerja dalam bentuk pdf ( ketik )!
Jawab :
AD/ART SERIKAT PEKERJA PT. PLN (PERSERO) INDONESIA
Terlampir:
• Anggaran Dasar 10 Halaman
• Anggaran Rumah Tangga 21 Halaman
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA

SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.


1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia.
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
ANGGARAN DASAR
SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA

1 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah Hak Asasi yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
sejak manusia dilahirkan. Hak Asasi melekat dalam diri manusia seiring dengan keberadaannya.
Oleh karena itu senantiasa harus dijaga dan dihargai oleh seluruh umat manusia untuk berkumpul
bersama, mengeluarkan pendapat yang dilandasi oleh semangat saling menghargai, saling
membantu dan tolong menolong. Hal tersebut merupakan kenyataan yang melekat pada setiap
orang sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri, baik dalam aktualisasi diri
maupun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara material maupun spiritual.

Hubungan antar manusia memberikan kesempatan kepada setiap manusia untuk dapat
senantiasa memilih cara penghidupan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk
didalamnya hak atas kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang dilakukan secara profesional
dalam suatu perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu wadah
bersama yang berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan serta Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Pegawai PT PLN (Persero) sebagai komponen bangsa yang tidak dapat dipisahkan, bertekad
bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya berusaha mencapai cita-cita luhur Bangsa
Indonesia yang diwujudkan dalam kehidupan Hubungan Industrial melalui pekerjaan untuk
memenuhi kesejahteraan pribadi dan keluarganya dengan senantiasa menciptakan kenyamanan
dalam bekerja dan keamanan berproduksi yang merupakan syarat awal dalam mengelola berbagai
aset yang terdapat di Perusahaan. Untuk itu Pegawai PT PLN (Persero) akan senantiasa
berusaha membangun wawasan yang bersendikan nilai dan jiwa profesionalisme yang jujur, adil,
demokratis, dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat luas.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, sejak tanggal 18 Agustus 1999 Pegawai PT PLN (Persero)
secara bersama-sama membentuk organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero), yang selanjutnya
didaftarkan pada Kantor Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia dan diterbitkan Surat
Keputusan Nomor : KEP.385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja PT PLN (Persero). Lalu dicatatkan pada Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya
Jakarta Selatan dan diterbitkan Tanda Bukti Pencatatan Nomor : 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April
2001.

Seiring perjalanan waktu Serikat Pekerja PT PLN (Persero) menghadapi Kondisi Genting untuk
Kelangsungan Organisasi, sehingga perlu dilakukan Perubahan Nama dan Lambang Organisasi
sesuai saran dari ibu Nofrita Azil, SH, MM (Kasubdit Pemberdayaan Organisasi Pekerja dan
Pengusaha Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia). Sehingga pada tanggal 25 Juni
2016 melalui mekanisme Musyawarah Nasional Luar Biasa, Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
mengganti Nama dan Lambang Organisasi menjadi Serikat Pekerja Perjuangan PT PLN (Persero)
yang dicatat oleh Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Adminstrasi Jakarta Selatan
dengan surat Nomor : 3272/-1.83 tertanggal 15 Agusus 2016 perihal Bukti Perubahan Nama dan
Lambang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Namun pada tanggal 7 November 2016, Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Adminstrasi Jakarta Selatan melalui surat Nomor : 4389/-1.835 membatalkan surat Nomor : 3272/-
1.83 tertanggal 15 Agustus 2016, yang mengembalikan Nama dan Lambang Organisasi ke posisi
semula menjadi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Nomor Pencatatan 22/V/N/IV/2001 dengan
Dualisme Kepengurusan, yaitu Kepegurusan H. Adri dan Kepengurusan Jumadis Abda.
Berdasarkan surat 4389/-1.835 tersebut, Kepala Divisi HCMS PT PLN (Persero) menerbitkan surat
Nomor : 1003/SDM.06.01/DIVHCMS/2017 tertanggal 20 Juni 2017 perihal Penjelasan tentang SP
PLN, yang berdampak Kedua Kepengurusan organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) tidak

2 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


dapat Hak Berunding untuk membela Kepentingan dan Kesejahteraan Anggota serta menimbulkan
lemahnya kepercayaan Anggota terhadap Pengurus.

Kegagalan salah satu Kepengurusan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) yang tidak mampu
menunjukan Legalitas Organisasi saat menggugat PT PLN (Persero) di Pegadilan Hubungan
Industrial Jakarta, semakin memperlemah Kebebasan Berserikat Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) di PT PLN (Persero).

Ancaman Mogok Kerja yang diumumkan melalui Media Elektronik/Media Cetak/Media Sosial oleh
salah satu Kepengurusan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) sangat jelas merugikan keberadaan
organisasi, yang berpotensi melanggar UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang
Undang.

Ancaman Mogok Kerja terhadap PT PLN (Persero) yang merupakan Objek Vital Nasional, dapat
mengganggu Stabilitas Negara dan menimbulkan keresahan bagi Pemerintah, Perusahaan dan
Rakyat Indonesia. Sehingga bisa saja Serikat Pekerja PT PLN (Persero) disebut Teroris dan dapat
menjadi dalil bagi pemerintah untuk membubarkan Serikat Pekerja PT PLN (Persero).

Berdasarkan kondisi yang semakin genting itulah, sebagian Pengurus Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) berupaya mentaati salah satu saran Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Adminstrasi Jakarta Selatan yang disampaikan melalui surat Nomor : 4389/-1.835, yaitu
masing-masing Kepengurusan mengajukan permohonan Pencatatan.

Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor : 111/PUU-XIII/2015 tertanggal


14 Desember 2016 tentang Pengujian UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,
bahwa pemohon 1 (H. Adri) dan pemohon 2 (Eko Sumantri) berhak mewakili Serikat Pekerja PT
PLN (Persero). Berdasakan itu, dengan semangat melanjutkan perjuangan pemohon 2 dalam Uji
Materi Nomor Perkara 111/PUU-XIII/2015 beserta pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
lainnya bercita-cita mengawal Putusan tersebut dengan semangat Integritas dan Legalitas
organisasi, agar PT PLN (Persero) tidak di Privatisasi (Un-Bundling).

Sehingga pada tanggal 27 Desember 2018 sebagian Pengurus dan Anggota Serikat Pekerja PT
PLN (Persero) mengundurkan diri, selanjutnya bersama-sama menjadi Embrio untuk membentuk
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang berfungsi sebagai Pemersatu dan menjaga
kelangsungan hidup Perusahaan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
N a m a

Organisasi ini adalah Organisasi Serikat Pekerja yang bernama SERIKAT PEKERJA PT PLN
(PERSERO) INDONESIA disingkat SP PLN Indonesia.

Pasal 2
Waktu

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia didirikan pada tanggal 27 Desember 2018 di
Palembang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

3 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 3
Kedudukan

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berkedudukan di PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, Jalan Demang Lebar Daun No.375 Palembang dan
anggotanya berada diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II
BENTUK, LANDASAN DAN ASAS

Pasal 4
Bentuk

Organisasi ini berbentuk Serikat Pekerja.

Pasal 5
Landasan

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, serta UU
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Pasal 6
A s a s

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

BAB III
SIFAT, FUNGSI DAN TUJUAN

Pasal 7
S i f a t

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia bersifat Independen, Mandiri, Demokratis, Bebas dan
Bertanggung Jawab serta bukan merupakan Partai Politik maupun berafiliasi dengan Partai Politik
dan atau golongan yang berdasarkan Suku, Agama, dan Ras (SARA).

Pasal 8
F u n g s i

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berfungsi sebagai berikut :


a. Pembina, pendamping, pelopor dan pembela kepentingan Anggota Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia serta menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk meningkatkan
Kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia serta Kemajuan Perusahaan.
b. Mewakili Organisasi dan Anggotanya baik didalam maupun diluar Pengadilan.
c. Perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku.
d. Memperjuangkan kepemilikan saham PT PLN (Persero) untuk Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan Anggota.
e. Mewakili peserta Dana Pensiun PLN untuk menjadi Anggota Pengawas Dana Pensiun PLN.

Pasal 9
T u j u a n

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia mempunyai tujuan sebagai berikut :

4 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


a. Terciptanya Anggota Serikat Pekerja yang profesional, bertanggung jawab dan
berkepribadiaaan mulia sehingga memiliki Motivasi, Dedikasi, dan Etika Kerja yang dapat
mendukung kemajuan Perusahaan.
b. Mewujudkan kebersamaan, persatuan dan solidaritas sesama Anggota tanpa membedakan
Suku, Agama dan Ras.
c. Menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman sehingga tercipta Hubungan Industrial
yang harmonis, dinamis dan kondusif dalam Hubungan Industrial di Perusahaan, dan ikut
mendukung Perusahaan dalam memberantas praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
guna terwujudnya Good Corporate Governance (GCG).
d. Memperjuangkan penegakan Hak dan peningkatan kesejahteraan Anggota beserta
keluarganya, dengan tetap melaksanakan kewajiban dan mematuhi Peraturan Perundangan
yang berlaku.
e. Menjaga kelangsungan hidup Perusahaan dan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia dari ancaman pihak-pihak yang hanya mementingkan kelompok tertentu selain
kepentingan Bangsa dan Negara Indonesia.
f. Menciptakan organisasi Serikat Pekerja yang mandiri.

BAB IV
VISI DAN MISI

Pasal 10
V i s i

Menjadikan SP PLN Indonesia sebagai organisasi yang berintegritas, legal, tangguh, profesional,
mandiri, berwibawa dan terpercaya demi kemajuan Perusahaan dan peningkatan kesejahteraan
Anggota serta mempertahankan satu PLN.

Pasal 11
M i s i

(1) Menumbuhkan kesadaran dan menciptakan iklim kerja yang kondusif dikalangan Serikat
Pekerja dalam menciptakan Persatuan serta Kebersamaan dalam Hubungan Industrial.
(2) Mempersatukan dan memperkuat posisi Pekerja, baik secara sosial, tradisi dan budaya yang
sehat secara ekonomi maupun hukum.
(3) Menegakkan, melindungi dan membela kepentingan serta hak-hak Pekerja, dan
memperjuangkan kesejahteraan yang lebih baik bagi Pekerja dan keluarganya.
(4) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan profesionalisme Pekerja sebagai paradigma
baru Serikat Pekerja.
(5) Serikat Pekerja harus berusaha meningkatkan Kinerja Perusahaan, melindungi Perusahaan
dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat mengganggu jalannya Perusahaan dan ketenangan
Pekerja, serta ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hak dan kewajiban
Pekerja terhadap Perusahaan.
(6) Serikat Pekerja harus mengglobal melalui strategi pembentukan jaringan kerjasama dengan
berbagai Pihak yang peduli masalah Pekerja baik secara Nasional maupun Internasional.

BAB V
KEDAULATAN

Pasal 12

Kedaulatan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia sepenuhnya berada pada Anggota dan
dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional.

5 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


BAB VI
ATRIBUT

Pasal 13

Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia mempunyai lambang, lagu, dan atribut-atribut lainnya
yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 14

(1) Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia terdiri dari Anggota Biasa dan Anggota
Luar Biasa.
(2) Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah seluruh Pegawai PT PLN
(Persero) yang mendaftarkan diri menjadi Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
(3) Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah Pensiunan PT PLN
(Persero) dan Tenaga Kerja Bukan Pegawai yang terikat Perjanjian Kerja atau Pekerja Alih
Daya dilingkungan PT PLN (Persero).
(4) Syarat-syarat, Kewajiban dan Hak serta ketentuan lain mengenai Anggota lebih lanjut diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII
KEPENGURUSAN
Pasal 15

(1) Ketua Dewan Pimpinan bertanggung jawab pada Musyawarah Serikat Pekerja.
(2) Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia ditunjuk oleh Ketua Dewan Pimpinan
terpilih, dan bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan.
(3) Pengurus dalam menjalankan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) harus sesuai
dengan Landasan Hukum Organisasi dan Uraian Tugas Pengurus.
(4) Setiap periode Kepengurusan, Dewan Pimpinan harus melaksanakan Program Kerja hasil
Musyawarah.
(5) Syarat-syarat, Kewajiban dan Hak serta ketentuan lain mengenai Kepengurusan selanjutnya
akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
KEGIATAN

Pasal 16

(1) Melakukan pembinaan kepada Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia untuk
meningkatkan kualitas kepribadian yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
memiliki kemampuan profesional melalui Pendidikan dan Pelatihan, serta sebagai
pendamping dan pembela para Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam
menyelesaikan Perselisihan Industrial.
(2) Mempelopori pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan oleh
nggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam upaya meningkatkan Kinerja
Perusahaan agar menjadi Perusahaan kelas Dunia.
(3) Berperan aktif di bidang ketenagakerjaan dalam usaha-usaha pembelaan terhadap hak para
Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia seiring dengan upaya peningkatan
kesejahteraan Anggotanya, serta berperan sebagai Mitra Perusahaan yang setara dalam
upaya-upaya peningkatan Kinerja Perusahaan dengan memperhatikan kepentingan Anggota

6 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dan Perusahaan secara seimbang, selaras dan
serasi.
(4) Berperan aktif dalam menetapkan kebijakan dan peraturan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban Anggota dalam hubungannya dengan Perusahaan yang bersumber dari
aspirasi, saran dan pandangan Anggota untuk kepentingan Organisasi dan kemajuan
Perusahaan serta melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan sumber dana
Organisasi bagi kemajuan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(5) Mengadakan Afiliasi Nasional dan Internasional, Aliansi, Federasi dan Konfederasi yang
memberikan manfaat kepada Organisasi apabila diperlukan.

BAB X
LANDASAN HUKUM ORGANISASI

Pasal 17

Landasan Hukum Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Peraturan Perundangan yang berlaku.
b. Keputusan Musyawarah Nasional.
c. Anggaran Dasar Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
d. Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
e. Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
f. Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
g. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

BAB XI
PERANGKAT ORGANISASI

Pasal 18
Perangkat Organisasi

Perangkat organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia terdiri dari :


a. Musyawarah Nasional, disingkat MUNAS.
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa, disingkat MUNASLUB.
c. Pembina Serikat Pekerja.
d. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja.

Pasal 19
Musyawarah Nasional

(1) Musyawarah Nasional adalah pelaksana pemegang kedaulatan tertinggi Organisasi Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang merupakan forum musyawarah seluruh perwakilan
Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Segala ketentuan mengenai Musyawarah Nasional dan Musyawarah lainnya diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 20
Musyawarah Nasional Luar Biasa

(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan Musyawarah
Nasional dan dilaksanakan sewaktu-waktu di saat organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia menghadapi sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk diselesaikan.
(2) Segala ketentuan mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa dan Musyawarah Luar Biasa
lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 21

7 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pembina Serikat Pekerja

(1) Pembina Serikat Pekerja merupakan penasehat, konsultan perencanaan / strategi dalam
membangun Hubungan Industrial yang harmonis.
(2) Keanggotaan, Kewajiban dan Hak, serta ketentuan lain mengenai Pembina Serikat Pekerja
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 22
Dewan Pimpinan

Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Nasional disebut Dewan
Pimpinan Nasional yang disingkat DPN, saat ini berkedudukan di PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, Jalan Demang Lebar Daun No.375 Palembang.
Apabila mendapatkan fasilitas sekretariat di PT PLN (Persero) Kantor Pusat, maka dapat
beralih ke Jakarta.
b. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Provinsi disebut Dewan
Pimpinan Wilayah yang disingkat DPW, berkedudukan di suatu Provinsi di Indonesia,
mengkoordinir Dewan Pimpinan Unit Induk dan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan di Wilayah
Provinsi nya.
c. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Unit Induk disebut
Dewan Pimpinan Unit Induk yang disingkat DPUI, berkedudukan di suatu Unit Induk dimana
terdapat unit PLN setingkat Divisi/Satuan Kantor Pusat, Wilayah, Distribusi, Pembangkitan,
P3B, Proyek Induk, dan kantor Induk Unit Penunjang.
d. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Unit Pelayanan disebut
Dewan Pimpinan Unit Pelayanan disingkat DPUP, berkedudukan di suatu Unit Pelayanan.

Pasal 23
Hubungan dan Periode Dewan Pimpinan

(1) Dewan Pimpinan mempunyai hubungan vertikal dari Nasional sampai dengan Unit Pelayanan.
(2) Periode kepengurusan SP PLN Indonesia adalah 4 (empat) tahun.
(3) Ketentuan lain mengenai Dewan Pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 24
Musyawarah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia

(1) Musyawarah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Musyawarah Nasional, disingkat MUNAS.
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa, disingkat MUNASLUB.
c. Musyawarah Wilayah disingkat MUSWIL.
d. Musyawarah Wilayah Luar Biasa, disingkat MUSWILUB.
e. Musyawarah Unit Induk, disingkat MUSNIDUK.
f. Musyawarah Unit Induk Luar Biasa, disingkat MUSNIDUKLUB.
g. Musyawarah Unit Pelayanan, disingkat MUSNIP.
h. Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa disingkat MUSNIPLUB.

(2) Tugas dan Fungsi, Peserta, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, dan ketentuan lain mengenai
Musyawarah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 25

8 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Rapat Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia

(1) Rapat Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Rapat Kerja Nasional, disingkat RAKERNAS.
b. Rapat Kerja Regional, disingkat RAKERREG.
c. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Nasional, disingkat RAPIM-DPN.
d. Rapat Kerja Wilayah, disingkat RAKERWIL.
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Wilayah, disingkat RAPIM-DPW.
f. Rapat Kerja Unit Induk, disingkat RAKERNIDUK.
g. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Unit Induk, disingkat RAPIM-DPUI.
h. Rapat Kerja Unit Pelayanan, disingkat RAKERNIP.
i. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Unit Pelayanan, disingkat RAPIM-DPUP.
j. Rapat Koordinasi Dewan Pimpinan, disingkat RAKOR-DP.

(2) Tugas dan Fungsi, Peserta, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, dan ketentuan lain mengenai
Rapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
QOURUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 26
Qourum dan Pengambilan Keputusan

(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 Anggaran
Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (setengah) jumlah utusan.
(2) Pengambilan keputusan pada dasarnya diutamakan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat dan apabila hal tersebut tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak melalui pemungutan suara.

BAB XIII
PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Pasal 27

(1) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah suatu Perjanjian antara Perusahaan yang diwakili
Manajemen dengan Pegawai yang diwakili Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang
mengatur hak dan kewajiban masing-masing Pihak.
(2) Periode berlakunya Perjanjian Kerja Bersama adalah selama 2 (dua) tahun.

BAB XIV
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT

Pasal 28

Lembaga Kerjasama Bipartit adalah level kemitraan, kemitraan dimaksud sebagai wadah
pertemuan antara Serikat Pekerja dengan Manajemen membahas kebijakan Perusahaan yang
berkaitan dengan kesejahteraan Pegawai, advokasi, menyamakan persepsi dan proteksi terhadap
Perusahaan.

BAB XV

9 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


KEUANGAN

Pasal 29

(1) Keuangan Organisasi diperoleh dari :


a. Iuran Anggota.
b. Usaha-usaha yang sah.
c. Bantuan yang tidak mengikat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 30

(1) Ketentuan yang menjadi dasar perubahan Anggaran Dasar adalah :


a. Anggaran Dasar tidak sesuai lagi dengan kondisi organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
b. Tuntutan perkembangan organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan pada Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(3) Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (2) yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah Anggota dan pengambilan keputusan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah yang hadir.

BAB XVII
P EN U T U P

Pasal 31

(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal : 27 Desember 2018

PIMPINAN SIDANG PEMBENTUKAN


SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA

KETUA SEKRETARIS ANGGOTA

SARWONO HENDRO PRAMONO AMRI NUR MUHAMMAD

10 - ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


ANGGARAN RUMAH TANGGA
SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA

1 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


BAB I
KEGIATAN

Pasal 1
Dasar Kegiatan

(1) Kegiatan yang dilaksanakan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia didasari semangat
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas
Perusahaan.
(2) Sesuai visi dan misi serta tujuan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia kegiatan yang
dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan tetap berpedoman
kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan Keputusan
Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 2
Kegiatan Utama

(1) Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero)


Indonesia dengan pemenuhan hak-haknya melalui peningkatan produktivitas kerja;
(2) Melakukan pembinaan Anggota dalam rangka memahami kewajiban dan haknya sebagai
Pegawai, serta membela Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam
penyelesaian masalah Hubungan Industrial;
(3) Mengelola, mengembangkan Organisasi yang meliputi Konsolidasi, Pengkaderan, Program
Kerja, Pendanaan dan Manajemen Organisasi;
(4) Turut menyukseskan pelaksanaan kebijakan manajemen yang mengarah pada kepentingan
masyarakat, Perusahaan dan Pegawai secara seimbang dan proporsional dalam rangka
mewujudkan pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat serta
pelaksanaan keadilan sosial secara menyeluruh;
(5) Bersama-sama dengan manajemen melakukan musyawarah dalam menyusun Perjanjian
Kerja Bersama yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak;
(6) Mengadakan Afiliasi Nasional dan Internasional, Aliansi, Federasi dan Konfederasi, yang
memberikan manfaat kepada Organisasi apabila diperlukan;
(7) Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan sumber dana Organisasi sesuai aturan
yang berlaku.

BAB II
ATRIBUT

Pasal 3

Atribut Organisasi meliputi : Lambang, Bendera, Baju Seragam, Mars dan Hymne, Jaket, Vandel,
Kartu Anggota, Motto dan Identitas Organisasi lainnya yang menggambarkan Persatuan dan
Kesatuan, Asas, Landasan dan Tujuan Organisasi yang diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 4
Persyaratan Keanggotaan

(1) Syarat Umum Keanggotaan bagi Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia
adalah :
a. Pegawai PT PLN (Persero) dan mendaftarkan diri menjadi Anggota.
b. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan
Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

2 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


c. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Organisasi.

(2) Syarat Umum Keanggotaan bagi Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia adalah :
a. Pensiunan PT PLN (Persero) dan Tenaga Kerja Bukan Pegawai yang terikat Perjanjian
Kerja atau Pekerja Alih Daya dilingkungan PT PLN (Persero) yang mendaftarkan diri
menjadi Anggota.
b. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi serta
Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Organisasi.
d. Mendapat persetujuan dari Dewan Pimpinan.
(3) Persyaratan lainnya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 5
Kewajiban Anggota

(1) Kewajiban Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Mentaati dan melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi dan Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Mendukung dan menyukseskan pelaksanaan Program Kerja Organisasi.
c. Menghormati dan mendukung Dewan Pimpinan yang terpilih.
d. Membayar Iuran Anggota.
(2) Kewajiban lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 6
Hak Anggota

(1) Hak Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :
a. Memperoleh perlakuan yang sama dari dan untuk Organisasi.
b. Menyampaikan pendapat, usul, saran atau kritikan.
c. Mengusulkan atau diusulkan dan memilih atau dipilih menjadi Dewan Pimpinan, kecuali
bagi Anggota yang karena Jabatannya di Perusahaan dapat menimbulkan pertentangan
Kepentingan.
d. Memperoleh Pendidikan dan Pembinaan dari Organisasi.
e. Mengikuti aktifitas yang diselenggarakan oleh Organisasi.
f. Memperoleh perlindungan dan pembelaan dari Organisasi dalam menghadapi persoalan
Ketenagakerjaan yang menyangkut diri Anggota bersangkutan baik secara Perorangan
atau Kelompok.
g. Membela diri dalam hal sanksi Organisasi.

(2) Hak Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :
a. Menyampaikan pendapat dan usulan.
b. Memperoleh pembinaan, perlindungan dan pembelaan dari Organisasi dalam menghadapi
persoalan kepensiunan dan ketenagakerjaan yang berkaitan dengan PLN.
c. Membela diri dalam hal sanksi Organisasi.

(3) Anggota yang karena jabatannya di Perusahaan tidak dapat diusulkan dan atau dipilih menjadi
Dewan Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Anggaran Rumah
Tangga ini, diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 7
Berakhirnya Keanggotaan

(1) Keanggotaan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berakhir karena :


a. Meninggal Dunia.

3 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


b. Atas permintaan sendiri secara tertulis.
c. Diberhentikan sebagai akibat tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai Anggota.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 8
Persyaratan Pengurus

(1) Persyaratan Pengurus Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Memahami dan mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi dan Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Mempunyai kepribadian yang terpuji, jujur dan bertanggung jawab.
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menjalankan tugas sebagai Pengurus Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
e. Tidak sedang menjalani sanksi pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
f. Tidak sedang menjabat sebagai Pengurus Partai Politik.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 9
Kewajiban Pengurus

(1) Kewajiban Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Menjalankan tugas sebagai Pengurus berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Peraturan Organisasi dan Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
b. Melaksanakan Program Kerja Organisasi.
c. Memperjuangkan penegakan Hak dan Kesejahteraan Anggota.
d. Menyampaikan aspirasi Anggota kepada Manajemen.
e. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas sebagai Pengurus.
f. Mewakili Anggota atas nama Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam kegiatan
atau aktivitas baik di dalam atau di luar Organisasi.
g. Mewakili Anggota dalam menyusun dan mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Organisasi atau Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
h. Mewakili Anggota dalam perundingan penyusunan Perjanjian Kerja Bersama.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 10
Hak Pengurus

(1) Hak Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Memberhentikan Anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai Anggota.
b. Mendapatkan perlindungan sesuai dengan ketentuan Pasal 28 jo 43 UU No. 21 tahun 2000
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

4 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 11
Berakhirnya Pengurus

(1) Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berhenti atau berhalangan tetap dari
jabatannya karena :
a. Meninggal Dunia.
b. Mengundurkan diri secara tertulis.
c. Diberhentikan karena tidak dapat melaksanakan kewajibannya.
d. Mutasi keluar wilayah kerja kepengurusan yang bersangkutan.
e. Diangkat pada jabatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
f. Menyalahgunakan kewenangan sebagai Pengurus untuk kepentingan pribadi.
g. Menjalani hukuman pidana yang sudah mempunyai kekuatan Hukum tetap.

(2) Dalam hal Ketua Umum/Ketua DPW/Ketua DPUI/Ketua DPUP berhalangan tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka tugas-tugasnya sementara waktu dilaksanakan
oleh Wakil Ketua Umum untuk tingkat DPN atau Wakil Ketua untuk tingkat DPW/DPUI/DPUP
sampai terpilihnya Ketua Umum atau Ketua yang baru.

(3) Tugas-tugas Ketua Umum/Ketua DPW/Ketua DPUI/Ketua DPUP yang dilaksanakan oleh Wakil
Ketua Umum untuk tingkat DPN atau Wakil Ketua untuk tingkat DPW/DPUI/DPUP
sebagaimana dimaksud ayat (2) di atas berakhir sampai dengan diselenggarakannya
Musyawarah Luar Biasa.

(4) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 12
Pengesahan, Pengukuhan / Pelantikan Pengurus

Musyawarah yang dilaksanakan oleh Serikat Pekerja untuk memilih Ketua sebagai formatur
tunggal menetapkan personalia pengurus diatur sebagai berikut :

a. Pengesahan terbentuknya DPW/DPUI/DPUP yang baru akan dikeluarkan oleh Dewan


Pimpinan Nasional dalam bentuk Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.
b. Pengesahan kepengurusan DPW/DPUI/DPUP akan dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Nasional dalam bentuk Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.
c. Pengukuhan / Pelantikan Dewan Pimpinan dilakukan oleh Organisasi satu tingkat diatasnya.

BAB V
DEWAN PIMPINAN

Pasal 13
Dewan Pimpinan Nasional

Dewan Pimpinan Nasional terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Wakil Ketua Umum
c. Sekretaris Jenderal
d. Wakil Sekretaris Jenderal sebanyak-banyaknya 2 orang
e. Bendahara Umum
f. Wakil Bendahara Umum sebanyak-banyaknya 2 orang
g. Ketua Departemen sebanyak-banyaknya 10 orang
h. Anggota Departemen sebanyak-banyaknya 5 orang

5 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 14
Dewan Pimpinan Wilayah

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Ketua Biro sebanyak-banyaknya 9 orang
h. Anggota Biro sebanyak-banyaknya 3 orang

Pasal 15
Dewan Pimpinan Unit Induk

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Ketua Bidang sebanyak-banyaknya 8 orang
h. Anggota Bidang sebanyak-banyaknya 2 orang

Pasal 16
Dewan Pimpinan Unit Pelayanan

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Ketua Bagian sebanyak-banyaknya 6 orang
f. Anggota Bagian sebanyak-banyaknya 2 orang

Pasal 17
Departemen/Biro/Bidang/Bagian

(1) Pengaturan sebutan untuk Departemen/Biro/Bidang/Bagian adalah sebagai berikut :


a. Departemen-departemen pada Dewan Pimpinan Nasional
b. Biro-biro pada Dewan Pimpinan Wilayah
c. Bidang-bidang pada Dewan Pimpinan Unit Induk
d. Bagian-bagian pada Dewan Pimpinan Unit Pelayanan

(2) Pembagian tugas Dewan Pimpinan dan penetapan Departemen/Biro/Bidang/ Bagian


disesuaikan dengan orientasi program Organisasi, yaitu dengan memperhatikan aspek-aspek
Organisasi, Kesejahteraan Anggota, Hubungan Industrial, Pembinaan Anggota, Sosial Budaya,
serta Pembinaan Mental dan Spiritual.

Pasal 18
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Dewan Pimpinan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

6 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


BAB VI
PEMBINA SERIKAT PEKERJA

Pasal 19
Pembina Serikat Pekerja

(1) Pembina Serikat Pekerja adalah Anggota Biasa atau Anggota Luar Biasa yang pernah
menjabat Ketua Umum Serikat Pekerja PT PLN (Persero) atau Ketua Umum DPN atau Ketua
DPW/DPUI/DPUP.
(2) Pembina dapat memberikan saran kepada Dewan Pimpinan baik diminta ataupun tidak
diminta.

Pasal 20
Persyaratan Pembina Serikat Pekerja

(1) Persyaratan Pembina Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Sebagai Anggota Biasa atau Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
b. Pernah menjadi Ketua Umum Serikat Pekerja PT PLN (Persero) atau Ketua Umum DPN
atau Ketua DPW/DPUI/DPUP Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia minimal 1 (satu)
periode.
c. Tidak merangkap jabatan Ketua Umum DPN atau Ketua DPW/DPUI/DPUP.
d. Memahami dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi, dan Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
e. Mempunyai kepribadian yang terpuji, jujur dan bertanggung jawab.
f. Mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menjalankan tugas sebagai Pembina Serikat
Pekerja Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
g. Tidak sedang menjalani hukuman pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
h. Tidak sedang menjabat sebagai Pengurus Partai Politik.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 21
Kewajiban Pembina Serikat Pekerja

(1) Kewajiban Pembina Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Menjalankan tugas sebagai Pembina Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia
berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan
Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Menjadi mediator antara Dewan Pimpinan dengan Manajemen.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 22
Hak Pembina Serikat Pekerja

(1) Hak Pembina Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :


a. Menghadiri Musyawarah dan Rapat Kerja sebagai peninjau.
b. Memberikan nasehat kepada Dewan Pimpinan baik diminta maupun tidak.

(2) Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

7 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 23
Berakhirnya Pembina Serikat Pekerja

Pembina Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berhenti karena :


a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri secara tertulis.
c. Tidak dapat melaksanakan kewajibannya.
d. Menyalahgunakan kewenangan sebagai Pembina Serikat Pekerja untuk kepentingan pribadi.
e. Menjalani hukuman Pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

BAB VII
MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 24
Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional

Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional adalah sebagai berikut :


a. Memegang kekuasaan tertinggi dalam Organisasi.
b. Mengevaluasi dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Program Umum Organisasi dan
Kebijakan Strategis Organisasi.
d. Memilih dan mengesahkan Ketua Umum.

Pasal 25
Peserta Musyawarah Nasional

Musyawarah Nasional dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.


(1) Peserta Musyawarah Nasional adalah :
a. Dewan Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia terdiri dari
Ketua DPW, Wakil Ketua, Sekretaris, Ketua Biro Organisasi, atau yang diberi mandat oleh
Ketua DPW.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia terdiri
dari Ketua DPUI, Wakil Ketua, Sekretaris, dan ditambah satu orang yang ditunjuk oleh
Ketua DPUI.
d. Utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia
terdiri dari Ketua DPUP, Wakil Ketua, Sekretaris, dan ditambah satu orang yang ditunjuk
oleh Ketua DPUP.
(2) Peserta Musyawarah Nasional yang terdiri dari utusan Dewan Pimpinan Wilayah, utusan
Dewan Pimpinan Unit Induk dan utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan memiliki hak bicara
dan hak suara.
(3) Pembina DPN, Pembina DPW, Dewan Pimpinan Nasional Demisioner, dan Peninjau lainnya
hanya memiliki hak bicara.
(4) Ketentuan lainnya tentang peserta Musyawarah Nasional yang memiliki hak suara diatur
dalam Tata Tertib Musyawarah Nasional.
(5) Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

Pasal 26
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Nasional

(1) Musyawarah Nasional diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali.


(2) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Nasional ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

8 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 27
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Nasional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya aka ditur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB VIII
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA

Pasal 28
Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional Luar Biasa

Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 29
Peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa

Peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 30
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa

(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa dilaksanakan dengan ketentuan apabila Organisasi
mengalami keadaan yang sangat genting sehingga mengancam kelangsungan hidup
Organisasi.
(2) Diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa dengan ketentuan Ketua Umum berhalangan
tetap.
(3) Diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan.
(4) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 31
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.

BAB IX
MUSYAWARAH WILAYAH

Pasal 32
Tugas dan Fungsi Musyawarah Wilayah

Tugas dan fungsi Musyawarah Wilayah adalah sebagai berikut :


a. Mengevaluasi dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Menetapkan Program Kerja Wilayah dalam rangka pelaksanaan Program Umum hasil
Musyawarah Nasional.
c. Memilih dan mengesahkan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 33

9 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Peserta Musyawarah Wilayah

(1) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.


(2) Peserta Musyawarah Wilayah adalah :
a. Utusan Dewan Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Ketua Bidang Organisasi. Dalam hal utusan
yang berhalangan hadir, dapat dikuasakan kepada Pengurus lainnya.
d. Utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris. Dalam hal utusan yang berhalangan hadir,
dapat dikuasakan kepada Pengurus lainnya.
(3) Peserta Musyawarah Wilayah yang terdiri dari, Dewan Pimpinan Unit Induk, dan Dewan
Pimpinan Unit Pelayanan memiliki hak bicara dan hak suara.
(4) Utusan Dewan Pimpinan Nasional, Pembina DPW, Dewan Pimpinan Wilayah Demisioner, dan
Peninjau lainnya hanya memiliki hak bicara.
(5) Ketentuan lainnya tentang peserta Musyawarah Wilayah yang yang memiliki hak suara diatur
dalam Tata Tertib Musyawarah Wilayah.
(6) Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

Pasal 34
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Wilayah

(1) Musyawarah Wilayah diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali.


(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Wilayah ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 35
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Wilayah yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB X
MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA

Pasal 36
Tugas dan Fungsi Musyawarah Wilayah Luar Biasa

Tugas dan fungsi Musyawarah Wilayah Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 37
Peserta Musyawarah Wilayah Luar Biasa

Peserta Musyawarah Wilayah Luar Biasa ada adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 38
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Wilayah Luar Biasa

(1) Musyawarah Wilayah Luar Biasa dilaksanakan dengan ketentuan:

10 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


a. Apabila Organisasi mengalami keadaan yang sangat genting sehingga mengancam
kelangsungan hidup Organisasi.
b. Apabila Ketua berhalangan tetap.
c. Diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan
Pimpinan Unit Induk dan atau Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Wilayah Luar Biasa ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 39
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Wilayah Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.

BAB XI
MUSYAWARAH UNIT INDUK

Pasal 40
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Induk

Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Induk adalah sebagai berikut :


a. Mengevaluasi dan mengesahkan Laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Unit Induk.
b. Menetapkan Rencana Kerja Unit Induk dalam rangka pelaksanaan Program Kerja hasil
Musyawarah Wilayah.
c. Memilih dan mengesahkan Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk.

Pasal 41
Peserta Musyawarah Unit Induk

Musyawarah Unit Induk dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.


(1) Peserta Musyawarah Unit Induk adalah :
a. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Dewan Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
d. Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia pada Dewan Pimpinan Unit Induk
bersangkutan.
(2) Peserta Musyawarah Unit Induk yang terdiri dari Dewan Pimpinan Unit Pelayanan dan
Anggota di tingkat DPUI bersangkutan memiliki hak bicara dan hak suara.
(3) Utusan Dewan Pimpinan Wilayah, Pembina DPUI, Dewan Pimpinan Unit Induk Demisioner
dan Peninjau lainnya hanya memiliki hak bicara.
(4) Ketentuan lainnya tentang peserta Musyawarah Unit Induk yang memiliki hak suara diatur
dalam Tata Tertib Musyawarah Unit Induk.
(5) Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

Pasal 42
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Induk

(1) Musyawarah Unit Induk diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali.


(2) Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Musyawarah Unit Induk ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

11 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 43
Ketentuan Lain

Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Unit Induk yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB XII
MUSYAWARAH UNIT INDUK LUAR BIASA

Pasal 44
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Induk Luar Biasa

Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Induk Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 45
Peserta Musyawarah Unit Induk Luar Biasa

Peserta Musyawarah Unit Induk Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 46
Waktu dan Tempat Musyawarah Unit Induk Luar Biasa

(1) Musyawarah Unit Induk Luar Biasa dilaksanakan dengan ketentuan :


a. Apabila Organisasi mengalami keadaan yang sangat genting sehingga mengancam
kelangsungan hidup Organisasi.
b. Apabila Ketua berhalangan tetap.
c. Diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan
Pimpinan Unit Pelayanan dan Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia pada
Dewan Pimpinan Unit Induk bersangkutan.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Unit Induk Luar Biasa ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 47
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Induk Luar Biasa yang belum diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia.

BAB XIII
MUSYAWARAH UNIT PELAYANAN

Pasal 48
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Pelayanan

Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Pelayanan adalah sebagai berikut :


a. Mengevaluasi dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Unit
Pelayanan.
b. Menetapkan Rencana Kerja Unit Pelayanan dalam rangka pelaksanaan Program Kerja hasil
Musyawarah Unit Induk.
c. Memilih dan mengesahkan Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.

12 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 49
Peserta Musyawarah Unit Pelayanan

(1) Musyawarah Unit Pelayanan dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.


(2) Peserta Musyawarah Unit Pelayanan adalah :
a. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia pada Dewan Pimpinan Unit
Pelayanan bersangkutan.
(3) Peserta dari Anggota di tingkat DPUP bersangkutan memiliki hak bicara dan hak suara.
(4) Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk, Pembina DPUP, Dewan Pimpinan Unit Pelayanan
Demisioner dan Peninjau lainnya hanya memiliki hak bicara.
(5) Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

Pasal 50
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan

(1) Musyawarah Unit Pelayanan diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali.


(2) Waktu, tempat dan pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 51
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Pelayanan yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.

BAB XIV
MUSYAWARAH UNIT PELAYANAN LUAR BIASA

Pasal 52
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa

Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 53
Peserta Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa

Peserta Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 54
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa

(1) Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa dilaksanakan dengan ketentuan :


a. Apabila Organisasi mengalami keadaan yang sangat genting sehingga mengancam
kelangsungan hidup Organisasi.
b. Apabila Ketua berhalangan tetap.
c. Diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia pada Dewan Pimpinan Unit Pelayanan
bersangkutan.

13 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa ditentukan oleh
Dewan Pimpinan Unit Pelayanan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

Pasal 55
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa yang belum diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia.

BAB XV
RAPAT KERJA NASIONAL

Pasal 56
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Nasional

(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Musyawarah Nasional ke dalam bentuk
Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Organisasi.
(4) Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan strategis Organisasi.

Pasal 57
Peserta Rapat Kerja Nasional

(1) Peserta Rapat Kerja Nasional adalah :


a. Dewan Pimpinan Nasional dan Pembina DPN.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk.
(2) Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri dari :
a. Pembina Dewan Pimpinan Nasional.
b. Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Nasional.
c. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan seorang utusan yang diberi mandat oleh Ketua
Dewan Pimpinan Wilayah.
d. Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk atau seorang utusan yang diberi mandat oleh Ketua
Dewan Pimpinan Unit Induk.
e. Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan atau seorang utusan yang diberi mandat oleh
Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.
(3) Semua peserta mempunyai hak bicara dan hak suara.

Pasal 58
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Nasional

(1) Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) Tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Nasional ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Nasional.

Pasal 59
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Nasional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Nasional.

14 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


BAB XVI
RAPAT KERJA REGIONAL

Pasal 60
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Regional

(1) Rapat Kerja Regional adalah Rapat yang dilaksanakan oleh seluruh Dewan Pimpinan Wilayah
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang berada pada satu wilayah Regional.
(2) Rapat Kerja Regional bertujuan membahas kebijakan Perusahan, menjabarkan hasil Rakernas
dalam bentuk sinkronisasi Rencana Kerja seluruh Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja
yang berada dalam satu wilayah Regional.
(3) Membuat skala prioritas Advokasi tingkat Regional.
(4) Menyikapi implementasi Perjanjian Kerja Bersama, serta pengaruh external terhadap
Perusahaan dan Organisasi.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan strategis tingkat Regional.

Pasal 61
Peserta Rapat Kerja Regional
(1) Peserta Rapat Kerja Regional adalah :
a. Utusan Dewan Pimpinan Nasional.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk.

(2) Peserta Rapat Kerja Regional terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Nasional sebanyak 3 (tiga) orang, atau utusan yang diberi mandat.
b. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah, Wakil Ketua, Sekretaris, Ketua Biro Organisasi, atau yang
diberi mandat oleh Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk.

(3) Semua Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara.

Pasal 62
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Regional

(1) Rapat Kerja Regional diadakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.


(2) Waktu dan tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Regional ditentukan oleh Dewan Pimpinan yang
mengkoordinir Rapat Kerja Regional.

Pasal 63
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Regional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB XVII
RAPAT KERJA WILAYAH

Pasal 64
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Wilayah

(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Nasional dan atau hasil Rapat
Kerja Regional ke dalam bentuk Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.

15 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja Anggaran Organisasi.
(4) Mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan Strategis Organisasi.

Pasal 65
Peserta Rapat Kerja Wilayah

(1) Peserta Rapat Kerja Wilayah adalah :


a. Utusan Dewan Pimpinan Nasional.
b. Dewan Pimpinan Wilayah dan Pembina DPW.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk.
d. Utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.

(2) Peserta Rapat Kerja Wilayah terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Nasional sebanyak 1 (satu) orang atau utusan yang diberi mandat.
b. Pembina Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah.
d. Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk, Wakil Ketua, Sekretaris, Ketua Bidang Organisasi, atau
yang diberi mandat oleh Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk.
e. Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.

Pasal 66
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Regional

(1) Rapat Kerja Wilayah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Wilayah ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.

Pasal 67
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Wilayah yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB XVIII
RAPAT KERJA UNIT INDUK

Pasal 68
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Unit Induk

(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Wilayah ke dalam bentuk Program
Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja Anggaran Organisasi.
(4) Mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan Strategis Organisasi.

Pasal 69
Peserta Rapat Kerja Unit Induk

(1) Peserta Rapat Kerja Unit Induk adalah :

16 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


a. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Dewan Pimpinan Unit Induk dan Pembina DPUI.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.

(2) Peserta Rapat Kerja Unit Induk terdiri dari :


a. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah, Wakil Ketua, Sekretaris, Biro Organisasi, atau yang diberi
mandat oleh Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Pembina Dewan Pimpinan Unit Induk.
c. Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Unit Induk.
d. Perwakilan Anggota Dewan Pimpinan Unit Induk.
e. Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan dan 2 (dua) orang utusan yang diberi mandat.

Pasal 70
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Unit Induk

(1) Rapat Kerja Unit Induk diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Unit Induk ditentukan oleh Dewan Pimpinan Unit
Induk.

Pasal 71
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Unit Induk yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

BAB XIX
RAPAT KERJA UNIT PELAYANAN

Pasal 72
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Unit Pelayanan

(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Unit Induk ke dalam bentuk
Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja Anggaran Organisasi.
(4) Mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan Strategis Organisasi.

Pasal 73
Peserta Rapat Kerja Unit Pelayanan

(1) Peserta Rapat Kerja Unit Pelayanan adalah :


a. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk.
b. Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.
c. Perwakilan Anggota.

(2) Peserta Rapat Kerja Unit Pelayanan terdiri dari :


a. Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk, Wakil Ketua, Sekretaris, Ketua Bidang Organisasi atau
yang diberi mandat oleh Ketua Dewan Pimpinan Unit Induk.
b. Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.
c. Perwakilan Anggota yang ditunjuk oleh Ketua Dewan Pimpinan Unit Pelayanan.

17 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 74
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Unit Pelayanan

(1) Rapat Kerja Unit Pelayanan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Unit Pelayanan ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Unit Pelayanan.

Pasal 75
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Unit Pelayanan yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.

BAB XX
RAPAT PIMPINAN

Pasal 76
Tugas dan Fungsi Rapat Pimpinan

(1) Rapat Pimpinan adalah Rapat Dewan Pimpinan Nasional disingkat RAPIM DPN, Rapat Dewan
Pimpinan Wilayah disingkat RAPIM DPW, Rapat Dewan Pimpinan Unit Induk disingkat RAPIM
DPUI, dan Rapat Dewan Pimpinan Unit Pelayanan disingkat RAPIM DPUP Serikat Pekerja PT
PLN (Persero) Indonesia.
(2) Rapat Pimpinan bertujuan membuat rencana dan atau evaluasi kebijakan Organisasi.
(3) Menyikapi implementasi Perjanjian Kerja Bersama dan memperkuat jaringan Organisasi serta
pengaruh eksternal terhadap Perusahaan.
(4) Membuat skala prioritas rencana Advokasi dan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis.

Pasal 77
Peserta Rapat Pimpinan

Peserta Rapat Pimpinan adalah :


a. Rapat Pimpinan Nasional dihadiri Pengurus Dewan Pimpinan Nasional, utusan Dewan
Pimpinan Wilayah, dan utusan DPUI/DPUP yang diundang oleh DPN.
b. Rapat Pimpinan Wilayah dihadiri Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah, utusan Dewan Pimpinan
Unit Induk dan utusan DPUP yang diundang oleh DPW.
c. Rapat Pimpinan Unit Induk dihadiri Pengurus Dewan Pimpinan Unit Induk, utusan Dewan
Pimpinan Unit Pelayanan dan Perwakilan Anggota yang diundang oleh DPUI.
d. Rapat Pimpinan Unit Pelayanan dihadiri Pengurus Dewan Pimpinan Unit Pelayanan dan
utusan Perwakilan Anggota.
e. Semua peserta mempunyai hak bicara dan hak suara.

Pasal 78
Waktu dan Tempat pelaksanaan Rapat Pimpinan

(1) Rapat Pimpinan diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan.


(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Pimpinan ditentukan Dewan Pimpinan.

Pasal 79
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Rapat Pimpinan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

18 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


BAB XXI
PERATURAN ORGANISASI

Pasal 80
Kedudukan Peraturan Organisasi

(1) Peraturan Organisasi adalah salah satu Landasan hukum Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia yang memuat ketentuan-ketentuan atau penjabaran dari Anggaran Rumah
Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Peraturan Organisasi harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Pengurus dan Anggota
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(3) Peraturan Organisasi ditetapkan oleh Ketua Umum Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.

Pasal 81
Masa Berlakunya Peraturan Organisasi

(1) Peraturan Organisasi berlaku mulai tanggal ditetapkan sampai dikeluarkannya Peraturan
Organisasi Pengganti.
(2) Dewan Pimpinan tingkat Wilayah, Unit Induk dan Unit Pelayanan dapat mengusulkan konsep-
konsep Peraturan Organisasi kepada Dewan Pimpinan Nasional.
(3) Peraturan Organisasi tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran rumah
Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

BAB XXII
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT

Pasal 82

Hubungan Industrial dan kemitraan dilakukan oleh Pengurus Serikat Pekerja dan Manajemen PT
PLN (Persero) melalui pertemuan-pertemuan Lembaga Kerja Sama Bipartit ( LKS Bipartit),
sebagai berikut :
a. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Nasional/Pusat adalah Direksi.
b. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Unit Induk adalah Sekper untuk Pusat dan GM untuk
Kantor Induk/Wilayah/Distribusi/P3B/Pembangkitan/Unit Penunjang/Setingkat.
c. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Unit Pelayanan adalah Manajer Bidang.
d. Untuk Unit-unit yang belum tercantum pada ayat (1),(2),(3),dan (4) dapat menyesuaikan
dengan tingkat LKS Bipartit tersebut diatas.
e. Ketentuan lain mengenai LKS Bipartit mengacu kepada Peraturan Perundangan yang berlaku.

BAB XXIII
KEUANGAN

Pasal 83
Keuangan Organisasi

(1) Iuran Anggota diatur dalam Peraturan Organisasi.


(2) Untuk mendukung Program Kerja atau kegiatan dan kemandirian Organisasi, Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia menyelenggarakan usaha-usaha yang harus sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Bentuk usaha dan pengelolaannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Organisasi.
(4) Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia menerima bantuan dari
Instansi/Pihak/Kelompok/Pribadi (Nasional/Internasional) manapun dengan ketentuan tidak
mengikat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

19 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Pasal 84
Penggunaan dan Pelaporan Keuangan Organisasi

(1) Semua penerimaan dan pengeluaran keuangan Organisasi harus tercatat secara sistematis,
transparan, dan akuntable serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam laporan
Pertanggungjawaban Pengurus dalam Musyawarah dan Rapat Kerja Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.

(2) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan dimaksud pada ayat (1) dibuat berdasarkan Standard
Akuntansi Indonesia.

(3) Laporan Keuangan Organisasi antara lain :


a. Laporan pertanggungjawaban Keuangan Organisasi dalam Musyawarah Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia harus mendapatkan rekomendasi Tim Verifikasi terlebih
dahulu.
b. Laporan Keuangan Organisasi disampaikan dalam Rapat Kerja Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
c. Laporan Keuangan Organisasi dibuat setiap 3 (tiga) bulan sebagai informasi kepada
Dewan Pimpinan dan atau Anggota Serikat Pekerja.

(4) Laporan Keuangan Organisasi dimungkinkan untuk dilakukan oleh Akuntan Publik
berdasarkan rekomendasi dari Tim Verifikasi sesuai ayat (3) butir a diatas.

Pasal 85
Ketentuan Lain

Segala ketentuan mengenai Keuangan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.

BAB XXIV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 86

(1) Ketentuan yang menjadi Dasar Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
adalah :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tidak sesuai lagi dengan kondisi Organisasi
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Tuntutan perkembangan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

BAB XXV
P E N U T U P

Pasal 87

(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.
(2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.

20 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA


Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal : 27 Desember 2018

PIMPINAN SIDANG PEMBENTUKAN


SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA

KETUA SEKRETARIS ANGGOTA

SARWONO HENDRO PRAMONO AMRI NUR MUHAMMAD

21 - ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai