NIM : 40040221650085
Kelas : C (Demak)
TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERBURUHAN DAN ETIKA
Perintah :
Carilah contoh AD ART serikat pekerja dalam bentuk pdf ( ketik )!
Jawab :
AD/ART SERIKAT PEKERJA PT. PLN (PERSERO) INDONESIA
Terlampir:
• Anggaran Dasar 10 Halaman
• Anggaran Rumah Tangga 21 Halaman
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA
3. Persatuan Indonesia.
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
ANGGARAN DASAR
SERIKAT PEKERJA PT PLN (PERSERO) INDONESIA
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah Hak Asasi yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
sejak manusia dilahirkan. Hak Asasi melekat dalam diri manusia seiring dengan keberadaannya.
Oleh karena itu senantiasa harus dijaga dan dihargai oleh seluruh umat manusia untuk berkumpul
bersama, mengeluarkan pendapat yang dilandasi oleh semangat saling menghargai, saling
membantu dan tolong menolong. Hal tersebut merupakan kenyataan yang melekat pada setiap
orang sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri, baik dalam aktualisasi diri
maupun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara material maupun spiritual.
Hubungan antar manusia memberikan kesempatan kepada setiap manusia untuk dapat
senantiasa memilih cara penghidupan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk
didalamnya hak atas kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang dilakukan secara profesional
dalam suatu perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu wadah
bersama yang berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan serta Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Pegawai PT PLN (Persero) sebagai komponen bangsa yang tidak dapat dipisahkan, bertekad
bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya berusaha mencapai cita-cita luhur Bangsa
Indonesia yang diwujudkan dalam kehidupan Hubungan Industrial melalui pekerjaan untuk
memenuhi kesejahteraan pribadi dan keluarganya dengan senantiasa menciptakan kenyamanan
dalam bekerja dan keamanan berproduksi yang merupakan syarat awal dalam mengelola berbagai
aset yang terdapat di Perusahaan. Untuk itu Pegawai PT PLN (Persero) akan senantiasa
berusaha membangun wawasan yang bersendikan nilai dan jiwa profesionalisme yang jujur, adil,
demokratis, dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat luas.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, sejak tanggal 18 Agustus 1999 Pegawai PT PLN (Persero)
secara bersama-sama membentuk organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero), yang selanjutnya
didaftarkan pada Kantor Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia dan diterbitkan Surat
Keputusan Nomor : KEP.385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja PT PLN (Persero). Lalu dicatatkan pada Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya
Jakarta Selatan dan diterbitkan Tanda Bukti Pencatatan Nomor : 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April
2001.
Seiring perjalanan waktu Serikat Pekerja PT PLN (Persero) menghadapi Kondisi Genting untuk
Kelangsungan Organisasi, sehingga perlu dilakukan Perubahan Nama dan Lambang Organisasi
sesuai saran dari ibu Nofrita Azil, SH, MM (Kasubdit Pemberdayaan Organisasi Pekerja dan
Pengusaha Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia). Sehingga pada tanggal 25 Juni
2016 melalui mekanisme Musyawarah Nasional Luar Biasa, Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
mengganti Nama dan Lambang Organisasi menjadi Serikat Pekerja Perjuangan PT PLN (Persero)
yang dicatat oleh Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Adminstrasi Jakarta Selatan
dengan surat Nomor : 3272/-1.83 tertanggal 15 Agusus 2016 perihal Bukti Perubahan Nama dan
Lambang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Namun pada tanggal 7 November 2016, Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Adminstrasi Jakarta Selatan melalui surat Nomor : 4389/-1.835 membatalkan surat Nomor : 3272/-
1.83 tertanggal 15 Agustus 2016, yang mengembalikan Nama dan Lambang Organisasi ke posisi
semula menjadi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Nomor Pencatatan 22/V/N/IV/2001 dengan
Dualisme Kepengurusan, yaitu Kepegurusan H. Adri dan Kepengurusan Jumadis Abda.
Berdasarkan surat 4389/-1.835 tersebut, Kepala Divisi HCMS PT PLN (Persero) menerbitkan surat
Nomor : 1003/SDM.06.01/DIVHCMS/2017 tertanggal 20 Juni 2017 perihal Penjelasan tentang SP
PLN, yang berdampak Kedua Kepengurusan organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) tidak
Kegagalan salah satu Kepengurusan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) yang tidak mampu
menunjukan Legalitas Organisasi saat menggugat PT PLN (Persero) di Pegadilan Hubungan
Industrial Jakarta, semakin memperlemah Kebebasan Berserikat Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) di PT PLN (Persero).
Ancaman Mogok Kerja yang diumumkan melalui Media Elektronik/Media Cetak/Media Sosial oleh
salah satu Kepengurusan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) sangat jelas merugikan keberadaan
organisasi, yang berpotensi melanggar UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang
Undang.
Ancaman Mogok Kerja terhadap PT PLN (Persero) yang merupakan Objek Vital Nasional, dapat
mengganggu Stabilitas Negara dan menimbulkan keresahan bagi Pemerintah, Perusahaan dan
Rakyat Indonesia. Sehingga bisa saja Serikat Pekerja PT PLN (Persero) disebut Teroris dan dapat
menjadi dalil bagi pemerintah untuk membubarkan Serikat Pekerja PT PLN (Persero).
Berdasarkan kondisi yang semakin genting itulah, sebagian Pengurus Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) berupaya mentaati salah satu saran Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Adminstrasi Jakarta Selatan yang disampaikan melalui surat Nomor : 4389/-1.835, yaitu
masing-masing Kepengurusan mengajukan permohonan Pencatatan.
Sehingga pada tanggal 27 Desember 2018 sebagian Pengurus dan Anggota Serikat Pekerja PT
PLN (Persero) mengundurkan diri, selanjutnya bersama-sama menjadi Embrio untuk membentuk
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang berfungsi sebagai Pemersatu dan menjaga
kelangsungan hidup Perusahaan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
N a m a
Organisasi ini adalah Organisasi Serikat Pekerja yang bernama SERIKAT PEKERJA PT PLN
(PERSERO) INDONESIA disingkat SP PLN Indonesia.
Pasal 2
Waktu
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia didirikan pada tanggal 27 Desember 2018 di
Palembang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berkedudukan di PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, Jalan Demang Lebar Daun No.375 Palembang dan
anggotanya berada diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
BENTUK, LANDASAN DAN ASAS
Pasal 4
Bentuk
Pasal 5
Landasan
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, serta UU
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Pasal 6
A s a s
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berasaskan Pancasila dan UUD 1945.
BAB III
SIFAT, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 7
S i f a t
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia bersifat Independen, Mandiri, Demokratis, Bebas dan
Bertanggung Jawab serta bukan merupakan Partai Politik maupun berafiliasi dengan Partai Politik
dan atau golongan yang berdasarkan Suku, Agama, dan Ras (SARA).
Pasal 8
F u n g s i
Pasal 9
T u j u a n
BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 10
V i s i
Menjadikan SP PLN Indonesia sebagai organisasi yang berintegritas, legal, tangguh, profesional,
mandiri, berwibawa dan terpercaya demi kemajuan Perusahaan dan peningkatan kesejahteraan
Anggota serta mempertahankan satu PLN.
Pasal 11
M i s i
(1) Menumbuhkan kesadaran dan menciptakan iklim kerja yang kondusif dikalangan Serikat
Pekerja dalam menciptakan Persatuan serta Kebersamaan dalam Hubungan Industrial.
(2) Mempersatukan dan memperkuat posisi Pekerja, baik secara sosial, tradisi dan budaya yang
sehat secara ekonomi maupun hukum.
(3) Menegakkan, melindungi dan membela kepentingan serta hak-hak Pekerja, dan
memperjuangkan kesejahteraan yang lebih baik bagi Pekerja dan keluarganya.
(4) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan profesionalisme Pekerja sebagai paradigma
baru Serikat Pekerja.
(5) Serikat Pekerja harus berusaha meningkatkan Kinerja Perusahaan, melindungi Perusahaan
dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat mengganggu jalannya Perusahaan dan ketenangan
Pekerja, serta ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hak dan kewajiban
Pekerja terhadap Perusahaan.
(6) Serikat Pekerja harus mengglobal melalui strategi pembentukan jaringan kerjasama dengan
berbagai Pihak yang peduli masalah Pekerja baik secara Nasional maupun Internasional.
BAB V
KEDAULATAN
Pasal 12
Kedaulatan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia sepenuhnya berada pada Anggota dan
dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional.
Pasal 13
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia mempunyai lambang, lagu, dan atribut-atribut lainnya
yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 14
(1) Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia terdiri dari Anggota Biasa dan Anggota
Luar Biasa.
(2) Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah seluruh Pegawai PT PLN
(Persero) yang mendaftarkan diri menjadi Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
(3) Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah Pensiunan PT PLN
(Persero) dan Tenaga Kerja Bukan Pegawai yang terikat Perjanjian Kerja atau Pekerja Alih
Daya dilingkungan PT PLN (Persero).
(4) Syarat-syarat, Kewajiban dan Hak serta ketentuan lain mengenai Anggota lebih lanjut diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
KEPENGURUSAN
Pasal 15
(1) Ketua Dewan Pimpinan bertanggung jawab pada Musyawarah Serikat Pekerja.
(2) Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia ditunjuk oleh Ketua Dewan Pimpinan
terpilih, dan bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan.
(3) Pengurus dalam menjalankan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) harus sesuai
dengan Landasan Hukum Organisasi dan Uraian Tugas Pengurus.
(4) Setiap periode Kepengurusan, Dewan Pimpinan harus melaksanakan Program Kerja hasil
Musyawarah.
(5) Syarat-syarat, Kewajiban dan Hak serta ketentuan lain mengenai Kepengurusan selanjutnya
akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
KEGIATAN
Pasal 16
(1) Melakukan pembinaan kepada Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia untuk
meningkatkan kualitas kepribadian yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
memiliki kemampuan profesional melalui Pendidikan dan Pelatihan, serta sebagai
pendamping dan pembela para Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam
menyelesaikan Perselisihan Industrial.
(2) Mempelopori pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan oleh
nggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia dalam upaya meningkatkan Kinerja
Perusahaan agar menjadi Perusahaan kelas Dunia.
(3) Berperan aktif di bidang ketenagakerjaan dalam usaha-usaha pembelaan terhadap hak para
Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia seiring dengan upaya peningkatan
kesejahteraan Anggotanya, serta berperan sebagai Mitra Perusahaan yang setara dalam
upaya-upaya peningkatan Kinerja Perusahaan dengan memperhatikan kepentingan Anggota
BAB X
LANDASAN HUKUM ORGANISASI
Pasal 17
BAB XI
PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 18
Perangkat Organisasi
Pasal 19
Musyawarah Nasional
(1) Musyawarah Nasional adalah pelaksana pemegang kedaulatan tertinggi Organisasi Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang merupakan forum musyawarah seluruh perwakilan
Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Segala ketentuan mengenai Musyawarah Nasional dan Musyawarah lainnya diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 20
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan Musyawarah
Nasional dan dilaksanakan sewaktu-waktu di saat organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia menghadapi sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk diselesaikan.
(2) Segala ketentuan mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa dan Musyawarah Luar Biasa
lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 21
(1) Pembina Serikat Pekerja merupakan penasehat, konsultan perencanaan / strategi dalam
membangun Hubungan Industrial yang harmonis.
(2) Keanggotaan, Kewajiban dan Hak, serta ketentuan lain mengenai Pembina Serikat Pekerja
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 22
Dewan Pimpinan
Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Nasional disebut Dewan
Pimpinan Nasional yang disingkat DPN, saat ini berkedudukan di PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, Jalan Demang Lebar Daun No.375 Palembang.
Apabila mendapatkan fasilitas sekretariat di PT PLN (Persero) Kantor Pusat, maka dapat
beralih ke Jakarta.
b. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Provinsi disebut Dewan
Pimpinan Wilayah yang disingkat DPW, berkedudukan di suatu Provinsi di Indonesia,
mengkoordinir Dewan Pimpinan Unit Induk dan Dewan Pimpinan Unit Pelayanan di Wilayah
Provinsi nya.
c. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Unit Induk disebut
Dewan Pimpinan Unit Induk yang disingkat DPUI, berkedudukan di suatu Unit Induk dimana
terdapat unit PLN setingkat Divisi/Satuan Kantor Pusat, Wilayah, Distribusi, Pembangkitan,
P3B, Proyek Induk, dan kantor Induk Unit Penunjang.
d. Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia Tingkat Unit Pelayanan disebut
Dewan Pimpinan Unit Pelayanan disingkat DPUP, berkedudukan di suatu Unit Pelayanan.
Pasal 23
Hubungan dan Periode Dewan Pimpinan
(1) Dewan Pimpinan mempunyai hubungan vertikal dari Nasional sampai dengan Unit Pelayanan.
(2) Periode kepengurusan SP PLN Indonesia adalah 4 (empat) tahun.
(3) Ketentuan lain mengenai Dewan Pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 24
Musyawarah Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia
(2) Tugas dan Fungsi, Peserta, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, dan ketentuan lain mengenai
Musyawarah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 25
(2) Tugas dan Fungsi, Peserta, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, dan ketentuan lain mengenai
Rapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
QOURUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 26
Qourum dan Pengambilan Keputusan
(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 Anggaran
Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (setengah) jumlah utusan.
(2) Pengambilan keputusan pada dasarnya diutamakan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat dan apabila hal tersebut tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak melalui pemungutan suara.
BAB XIII
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
Pasal 27
(1) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah suatu Perjanjian antara Perusahaan yang diwakili
Manajemen dengan Pegawai yang diwakili Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang
mengatur hak dan kewajiban masing-masing Pihak.
(2) Periode berlakunya Perjanjian Kerja Bersama adalah selama 2 (dua) tahun.
BAB XIV
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT
Pasal 28
Lembaga Kerjasama Bipartit adalah level kemitraan, kemitraan dimaksud sebagai wadah
pertemuan antara Serikat Pekerja dengan Manajemen membahas kebijakan Perusahaan yang
berkaitan dengan kesejahteraan Pegawai, advokasi, menyamakan persepsi dan proteksi terhadap
Perusahaan.
BAB XV
Pasal 29
BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 30
BAB XVII
P EN U T U P
Pasal 31
(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal : 27 Desember 2018
Pasal 1
Dasar Kegiatan
(1) Kegiatan yang dilaksanakan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia didasari semangat
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas
Perusahaan.
(2) Sesuai visi dan misi serta tujuan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia kegiatan yang
dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan tetap berpedoman
kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan Keputusan
Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 2
Kegiatan Utama
BAB II
ATRIBUT
Pasal 3
Atribut Organisasi meliputi : Lambang, Bendera, Baju Seragam, Mars dan Hymne, Jaket, Vandel,
Kartu Anggota, Motto dan Identitas Organisasi lainnya yang menggambarkan Persatuan dan
Kesatuan, Asas, Landasan dan Tujuan Organisasi yang diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 4
Persyaratan Keanggotaan
(1) Syarat Umum Keanggotaan bagi Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia
adalah :
a. Pegawai PT PLN (Persero) dan mendaftarkan diri menjadi Anggota.
b. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan
Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Syarat Umum Keanggotaan bagi Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia adalah :
a. Pensiunan PT PLN (Persero) dan Tenaga Kerja Bukan Pegawai yang terikat Perjanjian
Kerja atau Pekerja Alih Daya dilingkungan PT PLN (Persero) yang mendaftarkan diri
menjadi Anggota.
b. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi serta
Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Organisasi.
d. Mendapat persetujuan dari Dewan Pimpinan.
(3) Persyaratan lainnya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 5
Kewajiban Anggota
Pasal 6
Hak Anggota
(1) Hak Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :
a. Memperoleh perlakuan yang sama dari dan untuk Organisasi.
b. Menyampaikan pendapat, usul, saran atau kritikan.
c. Mengusulkan atau diusulkan dan memilih atau dipilih menjadi Dewan Pimpinan, kecuali
bagi Anggota yang karena Jabatannya di Perusahaan dapat menimbulkan pertentangan
Kepentingan.
d. Memperoleh Pendidikan dan Pembinaan dari Organisasi.
e. Mengikuti aktifitas yang diselenggarakan oleh Organisasi.
f. Memperoleh perlindungan dan pembelaan dari Organisasi dalam menghadapi persoalan
Ketenagakerjaan yang menyangkut diri Anggota bersangkutan baik secara Perorangan
atau Kelompok.
g. Membela diri dalam hal sanksi Organisasi.
(2) Hak Anggota Luar Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah :
a. Menyampaikan pendapat dan usulan.
b. Memperoleh pembinaan, perlindungan dan pembelaan dari Organisasi dalam menghadapi
persoalan kepensiunan dan ketenagakerjaan yang berkaitan dengan PLN.
c. Membela diri dalam hal sanksi Organisasi.
(3) Anggota yang karena jabatannya di Perusahaan tidak dapat diusulkan dan atau dipilih menjadi
Dewan Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Anggaran Rumah
Tangga ini, diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 7
Berakhirnya Keanggotaan
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 8
Persyaratan Pengurus
(1) Persyaratan Pengurus Dewan Pimpinan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai Anggota Biasa Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Memahami dan mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi dan Ketentuan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
c. Mempunyai kepribadian yang terpuji, jujur dan bertanggung jawab.
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menjalankan tugas sebagai Pengurus Serikat
Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
e. Tidak sedang menjalani sanksi pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
f. Tidak sedang menjabat sebagai Pengurus Partai Politik.
Pasal 9
Kewajiban Pengurus
Pasal 10
Hak Pengurus
(1) Pengurus Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia berhenti atau berhalangan tetap dari
jabatannya karena :
a. Meninggal Dunia.
b. Mengundurkan diri secara tertulis.
c. Diberhentikan karena tidak dapat melaksanakan kewajibannya.
d. Mutasi keluar wilayah kerja kepengurusan yang bersangkutan.
e. Diangkat pada jabatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
f. Menyalahgunakan kewenangan sebagai Pengurus untuk kepentingan pribadi.
g. Menjalani hukuman pidana yang sudah mempunyai kekuatan Hukum tetap.
(2) Dalam hal Ketua Umum/Ketua DPW/Ketua DPUI/Ketua DPUP berhalangan tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka tugas-tugasnya sementara waktu dilaksanakan
oleh Wakil Ketua Umum untuk tingkat DPN atau Wakil Ketua untuk tingkat DPW/DPUI/DPUP
sampai terpilihnya Ketua Umum atau Ketua yang baru.
(3) Tugas-tugas Ketua Umum/Ketua DPW/Ketua DPUI/Ketua DPUP yang dilaksanakan oleh Wakil
Ketua Umum untuk tingkat DPN atau Wakil Ketua untuk tingkat DPW/DPUI/DPUP
sebagaimana dimaksud ayat (2) di atas berakhir sampai dengan diselenggarakannya
Musyawarah Luar Biasa.
Pasal 12
Pengesahan, Pengukuhan / Pelantikan Pengurus
Musyawarah yang dilaksanakan oleh Serikat Pekerja untuk memilih Ketua sebagai formatur
tunggal menetapkan personalia pengurus diatur sebagai berikut :
BAB V
DEWAN PIMPINAN
Pasal 13
Dewan Pimpinan Nasional
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Ketua Biro sebanyak-banyaknya 9 orang
h. Anggota Biro sebanyak-banyaknya 3 orang
Pasal 15
Dewan Pimpinan Unit Induk
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Ketua Bidang sebanyak-banyaknya 8 orang
h. Anggota Bidang sebanyak-banyaknya 2 orang
Pasal 16
Dewan Pimpinan Unit Pelayanan
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Ketua Bagian sebanyak-banyaknya 6 orang
f. Anggota Bagian sebanyak-banyaknya 2 orang
Pasal 17
Departemen/Biro/Bidang/Bagian
Pasal 18
Ketentuan Lain
Ketentuan lainnya mengenai Dewan Pimpinan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
Pasal 19
Pembina Serikat Pekerja
(1) Pembina Serikat Pekerja adalah Anggota Biasa atau Anggota Luar Biasa yang pernah
menjabat Ketua Umum Serikat Pekerja PT PLN (Persero) atau Ketua Umum DPN atau Ketua
DPW/DPUI/DPUP.
(2) Pembina dapat memberikan saran kepada Dewan Pimpinan baik diminta ataupun tidak
diminta.
Pasal 20
Persyaratan Pembina Serikat Pekerja
Pasal 21
Kewajiban Pembina Serikat Pekerja
Pasal 22
Hak Pembina Serikat Pekerja
BAB VII
MUSYAWARAH NASIONAL
Pasal 24
Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional
Pasal 25
Peserta Musyawarah Nasional
Pasal 26
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Nasional
Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Nasional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya aka ditur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB VIII
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA
Pasal 28
Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional Luar Biasa
Tugas dan Fungsi Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 29
Peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa
Peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 30
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa dilaksanakan dengan ketentuan apabila Organisasi
mengalami keadaan yang sangat genting sehingga mengancam kelangsungan hidup
Organisasi.
(2) Diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa dengan ketentuan Ketua Umum berhalangan
tetap.
(3) Diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan.
(4) Waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Nasional Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
Pasal 31
Ketentuan Lain
Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
BAB IX
MUSYAWARAH WILAYAH
Pasal 32
Tugas dan Fungsi Musyawarah Wilayah
Pasal 33
Pasal 34
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Wilayah
Pasal 35
Ketentuan Lain
Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Wilayah yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB X
MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA
Pasal 36
Tugas dan Fungsi Musyawarah Wilayah Luar Biasa
Tugas dan fungsi Musyawarah Wilayah Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 37
Peserta Musyawarah Wilayah Luar Biasa
Peserta Musyawarah Wilayah Luar Biasa ada adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 38
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Wilayah Luar Biasa
Pasal 39
Ketentuan Lain
Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Wilayah Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
BAB XI
MUSYAWARAH UNIT INDUK
Pasal 40
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Induk
Pasal 41
Peserta Musyawarah Unit Induk
Pasal 42
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Induk
Ketentuan lainnya mengenai Musyawarah Unit Induk yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB XII
MUSYAWARAH UNIT INDUK LUAR BIASA
Pasal 44
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Induk Luar Biasa
Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Induk Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 45
Peserta Musyawarah Unit Induk Luar Biasa
Peserta Musyawarah Unit Induk Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 46
Waktu dan Tempat Musyawarah Unit Induk Luar Biasa
Pasal 47
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Induk Luar Biasa yang belum diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia.
BAB XIII
MUSYAWARAH UNIT PELAYANAN
Pasal 48
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Pelayanan
Pasal 50
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan
Pasal 51
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Pelayanan yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
BAB XIV
MUSYAWARAH UNIT PELAYANAN LUAR BIASA
Pasal 52
Tugas dan Fungsi Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa
Tugas dan fungsi Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 53
Peserta Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa
Peserta Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa adalah sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 54
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa
Pasal 55
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Pelayanan Luar Biasa yang belum diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja
PT PLN (Persero) Indonesia.
BAB XV
RAPAT KERJA NASIONAL
Pasal 56
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Nasional
(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Musyawarah Nasional ke dalam bentuk
Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Organisasi.
(4) Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan strategis Organisasi.
Pasal 57
Peserta Rapat Kerja Nasional
Pasal 58
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Nasional
(1) Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) Tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Nasional ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Nasional.
Pasal 59
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Nasional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Nasional.
Pasal 60
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Regional
(1) Rapat Kerja Regional adalah Rapat yang dilaksanakan oleh seluruh Dewan Pimpinan Wilayah
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia yang berada pada satu wilayah Regional.
(2) Rapat Kerja Regional bertujuan membahas kebijakan Perusahan, menjabarkan hasil Rakernas
dalam bentuk sinkronisasi Rencana Kerja seluruh Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Pekerja
yang berada dalam satu wilayah Regional.
(3) Membuat skala prioritas Advokasi tingkat Regional.
(4) Menyikapi implementasi Perjanjian Kerja Bersama, serta pengaruh external terhadap
Perusahaan dan Organisasi.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan strategis tingkat Regional.
Pasal 61
Peserta Rapat Kerja Regional
(1) Peserta Rapat Kerja Regional adalah :
a. Utusan Dewan Pimpinan Nasional.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Dewan Pimpinan Unit Induk.
Pasal 62
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Regional
Pasal 63
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Regional yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB XVII
RAPAT KERJA WILAYAH
Pasal 64
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Wilayah
(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Nasional dan atau hasil Rapat
Kerja Regional ke dalam bentuk Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
Pasal 65
Peserta Rapat Kerja Wilayah
Pasal 66
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Regional
(1) Rapat Kerja Wilayah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Wilayah ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.
Pasal 67
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Wilayah yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB XVIII
RAPAT KERJA UNIT INDUK
Pasal 68
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Unit Induk
(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Wilayah ke dalam bentuk Program
Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja Anggaran Organisasi.
(4) Mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan Strategis Organisasi.
Pasal 69
Peserta Rapat Kerja Unit Induk
Pasal 70
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rapat Kerja Unit Induk
(1) Rapat Kerja Unit Induk diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Unit Induk ditentukan oleh Dewan Pimpinan Unit
Induk.
Pasal 71
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Unit Induk yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
BAB XIX
RAPAT KERJA UNIT PELAYANAN
Pasal 72
Tugas dan Fungsi Rapat Kerja Unit Pelayanan
(1) Menjabarkan Program Umum Organisasi hasil Rapat Kerja Unit Induk ke dalam bentuk
Program Kerja.
(2) Mengevaluasi laporan keuangan secara transparan dan akuntable sebagai acuan dalam
penyusunan Anggaran Organisasi.
(3) Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja Anggaran Organisasi.
(4) Mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja sebelumnya serta
menetapkan Program Kerja dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(5) Menetapkan kebijakan-kebijakan Strategis Organisasi.
Pasal 73
Peserta Rapat Kerja Unit Pelayanan
(1) Rapat Kerja Unit Pelayanan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
(2) Waktu dan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Unit Pelayanan ditentukan oleh Dewan Pimpinan
Unit Pelayanan.
Pasal 75
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Kerja Unit Pelayanan yang belum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
BAB XX
RAPAT PIMPINAN
Pasal 76
Tugas dan Fungsi Rapat Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan adalah Rapat Dewan Pimpinan Nasional disingkat RAPIM DPN, Rapat Dewan
Pimpinan Wilayah disingkat RAPIM DPW, Rapat Dewan Pimpinan Unit Induk disingkat RAPIM
DPUI, dan Rapat Dewan Pimpinan Unit Pelayanan disingkat RAPIM DPUP Serikat Pekerja PT
PLN (Persero) Indonesia.
(2) Rapat Pimpinan bertujuan membuat rencana dan atau evaluasi kebijakan Organisasi.
(3) Menyikapi implementasi Perjanjian Kerja Bersama dan memperkuat jaringan Organisasi serta
pengaruh eksternal terhadap Perusahaan.
(4) Membuat skala prioritas rencana Advokasi dan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis.
Pasal 77
Peserta Rapat Pimpinan
Pasal 78
Waktu dan Tempat pelaksanaan Rapat Pimpinan
Pasal 79
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Rapat Pimpinan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
Pasal 80
Kedudukan Peraturan Organisasi
(1) Peraturan Organisasi adalah salah satu Landasan hukum Organisasi Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia yang memuat ketentuan-ketentuan atau penjabaran dari Anggaran Rumah
Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Peraturan Organisasi harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Pengurus dan Anggota
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(3) Peraturan Organisasi ditetapkan oleh Ketua Umum Serikat Pekerja PT PLN (Persero)
Indonesia.
Pasal 81
Masa Berlakunya Peraturan Organisasi
(1) Peraturan Organisasi berlaku mulai tanggal ditetapkan sampai dikeluarkannya Peraturan
Organisasi Pengganti.
(2) Dewan Pimpinan tingkat Wilayah, Unit Induk dan Unit Pelayanan dapat mengusulkan konsep-
konsep Peraturan Organisasi kepada Dewan Pimpinan Nasional.
(3) Peraturan Organisasi tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran rumah
Tangga Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
BAB XXII
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT
Pasal 82
Hubungan Industrial dan kemitraan dilakukan oleh Pengurus Serikat Pekerja dan Manajemen PT
PLN (Persero) melalui pertemuan-pertemuan Lembaga Kerja Sama Bipartit ( LKS Bipartit),
sebagai berikut :
a. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Nasional/Pusat adalah Direksi.
b. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Unit Induk adalah Sekper untuk Pusat dan GM untuk
Kantor Induk/Wilayah/Distribusi/P3B/Pembangkitan/Unit Penunjang/Setingkat.
c. Tingkat Kemitraan LKS Bipartit Tingkat Unit Pelayanan adalah Manajer Bidang.
d. Untuk Unit-unit yang belum tercantum pada ayat (1),(2),(3),dan (4) dapat menyesuaikan
dengan tingkat LKS Bipartit tersebut diatas.
e. Ketentuan lain mengenai LKS Bipartit mengacu kepada Peraturan Perundangan yang berlaku.
BAB XXIII
KEUANGAN
Pasal 83
Keuangan Organisasi
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran keuangan Organisasi harus tercatat secara sistematis,
transparan, dan akuntable serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam laporan
Pertanggungjawaban Pengurus dalam Musyawarah dan Rapat Kerja Serikat Pekerja PT PLN
(Persero) Indonesia.
(2) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan dimaksud pada ayat (1) dibuat berdasarkan Standard
Akuntansi Indonesia.
(4) Laporan Keuangan Organisasi dimungkinkan untuk dilakukan oleh Akuntan Publik
berdasarkan rekomendasi dari Tim Verifikasi sesuai ayat (3) butir a diatas.
Pasal 85
Ketentuan Lain
Segala ketentuan mengenai Keuangan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
BAB XXIV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 86
(1) Ketentuan yang menjadi Dasar Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
adalah :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tidak sesuai lagi dengan kondisi Organisasi
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
b. Tuntutan perkembangan Organisasi Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Indonesia.
(2) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
BAB XXV
P E N U T U P
Pasal 87
(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.
(2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.