Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II


EKSTRAKSI MINYAK NABATI

Disusun Oleh:

Kelompok IX

Dimasz Fakhri Rasyid (1907112640)


Khori Bahtul Baiyah (1907111583)
Sigit (1907111549)

Asisten:
Muhammad Wahada

Dosen Pengampu:
Idral Amri, ST.,MT.,PhD

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
LEMBAR KENDALI
PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK
KIMIA II
Semester Genap 2021/2022

Judul : Ekstraksi Minyak Nabati


Kelompok : IX (Sembilan)
1. Dimasz Fakhri Rasyid (1907110929)
2. Khori Bahtul Baiyah (1907110681)
3. Sigit (1907110378)
Dosen Pengampu : Dr. Idral Amri, ST., MT., PhD
No. Tanggal Diskusi Keterangan Paraf
1 30/05/2022 Sudah diperbaiki dan
Perbaikan cover dapat dilihat pada
bagian cover
Sudah diperbaiki
Perbaikan nomor dimana sudah diganti
halaman menjadi Times new
roman
Sudah diperbaiki dan
Perbaikan Lembar
dapat dilihat pada hal
Kendali
i
Sudah dirapikan dan
Merapikan daftar isi dapat dilihat pada hal
v
Sudah ditambahkan
Penambahan tujuan
dan dapat dilihat
percobaan
pada hal 2
Memperbaiki spasi Sudah diperbaiki
Penambahan format Sudah ditambahkan
penulisan tinjauan dan dapat dilihat
pustaka pada hal 3-15
Sudah diganti dan
Mengganti rangkaian
dapat dilihat pada hal
alat
18

i
Mengganti grafik Sudah diganti dan
batang pada bab dapat dilihat pada
pembahasan bab pembahasan
Penambahan rendemen Sudah ditambahkan
pada bab hasil dan dapat diliat pada
percobaan hal 18
Penambahan
Sudah ditambahkan
perbandingan antara
dan dapat dilihat
kemiri dan ketapang
pada hal 21
pada pembahasan
Sudah diperbaiki dan
Perbaikan penulisan
Sudah diganti, dapat
daftar Pustaka
dilihat pada hal 27
Sudah diperbaiki dan
Perbaikan perhitungan dapat dilihat pada
lampiran A
Penambahan outline Sudah ditambahkan
pada gambar dan dapat dilihat
dokumentasi pada lampiran C
2 01/06/2022 Sudah diperbaiki dan
Perbaikan cover dapat dilihat pada
bagian cover
Sudah diperbaiki dan
Perbaikan Lembar
dapat dilihat pada hal
Kendali
i
Sudah diperbaiki dan
Perbaikan Lembar
dapat dilihat pada hal
Pengesahan
iii
Perhatikan spasi Sudah diperbaiki
Isi tujuan percobaan
Perbaikan Tujuan
sudah diperbaikia
Percobaan
pada hal 2
Sudah diperbaiki
Perbaikan Tinjauan
spasi tabel dan spasi
Pustaka
paragraf
Sudah diperbaiki
Perbaikan Metodologi
penulisan satuan alat
Percobaan
dan bahan percobaan
Sudah diperbaiki
Perbaikan hasil dan
kutipan pada
pembahasan
pembahasan

ii
Sudah diperbaiki isi
Perbaikan kesimpulan dari kesimpulan poin
ke-3
3 02/06/2022 Perbaikan lembar Sudah diperbaiki
kendali pada halaman ii
Sudah ditambahkan
Penambahan abstrak
pada halaman v
Perbaikan penlisan Sudah diperbaiki
judul tabel 2.1 pada halaman 5
Perbaikan penulisan Sudah diperbaiki
tinjauan pustaka pada halaman 3-15
Perbaikan penulisan
Sudah diperbaiki
tabel pada bab hasil
pada halaman 18
dan pembahasan

iii
No. Tanggal Diskusi Keterangan Paraf
4 09/06/2022 Perbaikan lembar Sudah diperbaiki
kendali pada halaman iii
Penambahan nomor Sudah ditambahkan
pada rangkaian alat pada halaman 17
Perbaikan tabel pada Sudah diperbaiki
bab hasil percobaan pada halaman 18
Pergantian grafik
Sudah diganti pada
berat minyak menjadi
halaman 19-20
rendemen
Sudah diperbaiki
Perbaikan kesimpulan
pada halaman 23
Sudah diperbaiki
Perbaikan daftar
pada bab daftar
pustaka
pustaka
5 16/06/2022 Perbaikan lembar Sudah diperbaiki
kendali pada halaman iv
Perbaikan keterangan Sudah diperbaiki
pada rangkaian alat pada halaman 17
Perbaikan typo pada Sudah diperbaiki
pembahasan pada halaman 22
Perbaikan penulisan Sudah diperbaiki
kesimpulan pada halaman 24
Sudah diperbaiki
Perbaikan penulisan
pada bab daftar
daftar pustaka
pustaka

iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRATIKUM
LABORATORIUM INTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II
Ekstraksi Minyak Nabati
Dosen Pengampu Praktikum dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok IX

Dimasz Fakhri Rasyid 1907112640


Khori Dahtul Baiyah 1907111583
Sigit 1907111549

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


Pengampu/Asisten Praktikum
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Ekstraksi Minyak Nabati
dari praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II yang disetujui
oleh Dosen Pengampu/Asisten Praktikum

Catatan Tambahan:

Pekanbaru, Juni 2022


Dosen Pengampu,

Dr. Idral Amri, ST., MT., PhD


NIP. 197102131999031001

v
ABSTRAK

Ekstraksi adalah metode untuk mendapatkan minyak atau lemak dari suatu bahan
yang diduga mengandung minyak. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dari
kacang tanah. Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan
organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh tumbuhan sangat dibutuhkan oleh
keperluan hidup manusia, baik kompnen senyawa tersebut digunakan untuk
keperluan industri maupun bahan obat-obatan. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu pengepresan berulir (screw press). Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu biji kemiri dan biji ketapang. dengan berat sebesar 100
gram. Sebelum dilakukan percobaan, perlu dilakukan pre-treatment terlebih dahulu
terhadap bahan berupa pemotongan dan pemanasan. Bahan kemudian dimasukkan
ke dalam screw press, handle screw press diputar searah jarum jam lalu minyak
hasil pressing ditampung. Biji kemiri dilakukan secara duplo, sementara biji
Ketapang dilakukan secara triplo. Rendemen minyak Kemiri didapatkan 37,54%
untuk kadar air 2,97% dan 38,02% untuk kadar air 2,21%. Untuk Minyak Ketapang,
rendemen yang didapat sebesar 15,49%.
Kata Kunci : Duplo, Ekstraksi, Rendemen, Screw Press, Triplo

ABSTRACT

Extraction is a method to get oil or fatty from a material that is suspected to contain
oil. In this study, extraction of peanuts was carried out. Chemical components
contained in organic materials such as those found in plants are needed by human
needs, whether these components are used for industrial purposes or medicinal
ingredients. The method used in this lab is screw press. The materials used in this
practicum are candlenut seeds and ketapang seeds. weighing 100 grams. Prior to
the experiment, it is necessary to first treat the material in the form of cutting and
heating. The material is then put into the screw press, the handle of the screw press
is rotated clockwise and the press oil is accommodated. Candlenut seeds are
carried out in duplicate, while Ketapang seeds are carried out in triples. The
rendement of candlenut oil was found to be 37.54% for a water content of 2.97%
and 38.02% for a water content of 2.21%. For Ketapang Oil, the rendement
obtained was 15.49%.
Keyword : Duplo, Extraction, Rendement, Screw Press, Triplo

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRATIKUM ...................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Minyak Nabati ............................................................................................... 3
2.1.1 Tanaman Kemiri................................................................................... 4
2.1.2 Minyak Kemiri ..................................................................................... 4
2.1.3 Sifat Kimia dan Fisika .......................................................................... 5
2.1.4 Manfaat Minyak Kemiri ....................................................................... 6
2.1.5 Ketapang............................................................................................... 6
2.2 Ekstraksi ........................................................................................................ 6
2.2.1 Rendering ............................................................................................. 7
2.2.2 Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Ekstraction) ................................... 8
2.2.3 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression).................................. 9
2.3 Screw Press.................................................................................................. 10
2.3.1 Tipe Screw Press ................................................................................ 12
2.3.2 Tekanan pada Screw Press ................................................................. 13
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi ............................................. 14
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 16
3.1 Alat-Alat yang Digunakan ........................................................................... 16
3.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................ 16
3.3 Prosedur Percobaan ..................................................................................... 16
3.4 Rangkaian Alat ............................................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL............................................................. 18
4.1 Hasil Percobaan ........................................................................................... 18
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 18
4.2.1 Minyak Biji Kemiri ............................................................................ 19
4.2.2 Minyak Biji Ketapang ........................................................................ 20
4.2.3 Perbandingan Rendemen Minyak Biji Ketapang dan Biji Kemiri ..... 20
4.2.4 Perbandingan Rendemen Minyak Biji Ketapang Metode Screw Press
dan Maserasi ................................................................................................ 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24
5.2 Saran ............................................................................................................ 24
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
LAMPIRAN B LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN C DOKUMENTASI

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biji Kemiri ......................................................................................... 4
Gambar 2.2 Buah dan biji Ketapang ..................................................................... 6
Gambar 2.3 Alat Pres Hidrolik Skala Laboratorium ........................................... 10
Gambar 2.4 Alat Screw Press Skala Laboratorium (a) dan Worm Screw
Press(b). ........................................................................................... 11
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Screw Press ............................................................ 17
Gambar 4.1 Pengaruh Proses Pengulangan Terhadap Rendemen Minyak Biji
Kemiri .............................................................................................. 19
Gambar 4.2 Pengaruh Proses Pengulangan Terhadap Rendemen Minyak Biji
Ketapang .......................................................................................... 20
Gambar 4.3 Perbandingan Rendemen yang dihasilkan Biji Kemiri dan Biji
Ketapang .......................................................................................... 21
Gambar 4.4 Perbandingan Rendemen minyak Ketapang metode Screw Press
dengan Maserasi .............................................................................. 22

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dua jenis asam lemak dalam minyak biji kemiri .................................. 5
Tabel 2.2 Tiga Sifat fisik dan kimia minyak kemiri .............................................. 5
Tabel 4.1 Hasil perhitungan Rendemen Minyak Biji Kemiri kadar air 2,97% .... 18
Tabel 4.2 Hasil perhitungan Rendemen Minyak Biji Kemiri kadar air 2,21% .... 18
Tabel 4.3 Hasil perhitungan Rendemen dari Minyak Biji Ketapang kadar air
13,98% .................................................................................................. 18

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang kaya akan berbagai
sumber daya alam yang sangat berpotensi menunjang kehidupan manusia. Akan
tetapi, kekayaan alam tersebut belum dimanfaarkan secara maksimal. Salah satu
yang dapat digali adalah memperoleh penghasilan minyak nabati dari tumbuhan-
tumbuhan. Minyak nabati merupakan minyak yang dihasilkan dari lemak tumbuh-
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan pangan
ataupun biodiesel. Terdapat beberapa tanaman yang berpotensi menghasilkan
lemak, misalnya kacang tanah, kedelai, jagung dan sebagainya (Ketaren, 1986).
Menurut Zulchi dan Husni (2017) kacang tanah memiliki 40-48% minyak. Minyak
nabati yang berasal dari tumbuh- tumbuhan ini didapat dengan dilakukannya proses
ekstraksi.
Ekstraksi merupakan suatu proses untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Berdasarkan prinsip
kerjanya, cara ekstraksi yang dapat dilakukan bermacam-macam, yakni
pengepresan mekanis (mechanical expression), ekstraksi dengan pelarut (solvent
extraction), dan pengeringan (rendering). Pada pengambilan minyak dari bahan
nabati dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode pengepresan dan metode
ekstraksi. Pada metode pengepresan, proses pengambilan minyak hanya melibatkan
proses mekanik menggunakan mesin pengepresan tipe hidrolik atau ulir. Sedangkan
pada metode ekstraksi, proses pengambilan minyak melibatkan pelarut untuk
melarutkan minyak yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Untuk
mengekstrak biji-bijian yang berkadar minyak lebih dari 20%, ekstraksi yang cocok
digunakan yaitu dengan pengepresan mekanis yaitu screw press (Hakim, 2017).
Screw press merupakan pengepresan yang memerlukan perlakuan pendahuluan
yang terdiri dari proses pemasakan datau pemanasan, dengan tekanan yang
diberikan sekitar 15-20 kg/cm3 (Ketaren, 1986). Oleh karena itu, dilakukan
percobaan untuk mengekstraksi minyak dari biji kacang tanah dengan metode
screw press.

1
2

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press


2. Membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang
berbeda.
3. Membandingkan hasil minyak yang diperoleh dari hasil percobaan dengan
metode yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Nabati
Minyak nabati merupakan salah satu hasil tanaman yang berpotensi sebagai
sumber hidrokarbon atau sumber energi di Indonesia. Namun minyak tersebut tidak
bisa digunakan secara langsung karena memiliki viskositas yang tinggi, angka setan
yang rendah, adanya asam lemak bebas, volatilitas yang rendah, adanya gum dan
terbentuknya endapan yang tinggi bila digunakan sebagai bahan bakar secara
langsung (Ma & Hanna, 1999). Oleh karenanya, harus diubah ke bentuk lain yaitu
menjadi alkil ester (biodisel).
Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid yang dihasilkan dari
tumbuh- tumbuhan. Walaupun kebanyakan bagian dari tanam-tanaman dapat
menghasilkan minyak, tetapi biji-bijian merupakan sumber yang utama. Minyak
nabati dapat digunakan baik untuk keperluan memasak maupun untuk keperluan
industri. Beberapa jenis minyak seperti minyak biji kapas, minyak jarak, dan
beberapa jenis dari minyak rapeseed tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa
pengolahan khusus. Seperti halnya semua lemak, minyak nabati merupakan
senyawa ester dari gliserin dan campuran dari berbagai jenis asam lemak, tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Minyak cocok untuk keperluan memasak karena minyak mempunyai titik
nyala yang tinggi. Untuk keperluan obat-obatan, minyak nabati yang digunakan
kebanyakan merupakan minyak yang dihasilkan dari proses pengepresan (bukan
ekstraksi). Minyak yang dihasilkan dari tanaman ini telah banyak digunakan untuk
berbagai keperluan untuk waktu yang lama. Kegunaan dari minyak nabati ini
dapat dibedakan atas 4 bagian besar yaitu: (1) Makanan dan pelengkap makanan,
(2) Obat-obatan dan aromaterapi, (3) Keperluan industri, dan (4) Bahan bakar
(Tambun, 2006).
Menurut Tambun (2006) dalam keperluan industri, minyak dapat
digunakan untuk:
1. Digunakan untuk pembuatan sabun, produk kesehatan kulit, dan produk
kosmetik lainnya

3
4

2. Digunakan sebagai agen pengering, yang kebanyakan digunakan dalam


pembuatan cat dan produk-produk hasil kayu lainnya.
3. Minyak sayuran banyak digunakan dalam industri elektronika sebagai
insulator karena minyak sayuran tidak beracun terhadap lingkungan, dapat
didegradasi oleh alam.
4. Dapat digunakan sebagai bahan pendingin dalam PCs.
5. Digunakan untuk keperluan bahan bakar, minyak kebanyakan sebagai
biodiesel dan SVO (straight vegetable oil)

2.1.1 Tanaman Kemiri


Tanaman kemiri baik tumbuh dipergunungan pada ketinggian 1200 meter
dari permukaan laut, berpohon besar dengan tinggi 25-40 meter, beranting
banyak, mempunyai tunas muda yang tertutup rapat oleh bulu yang berwarna
putih keabu-abuan atau coklat. Daun muda berlekuk tiga atau lima, sedangkan
daun tua berbentuk bulat dengan ujung meruncing. Daun tersebut mempunyai
kelenjar berwarna hijau kekuningan.
Bunga kemiri merupakan bunga majemuk yang berumah satu, berwarna
putih dan bertangkai pendek. Buah kemiri berkulit keras berdiameter 5 cm di
dalamnya terdapat satu atau dua biji yang diselubungi kulit biji yang keras dengan
permukaan yang kasar dan beralur. (Kartaren, 1986)

Gambar 2.1 Biji Kemiri


2.1.2 Minyak Kemiri
Minyak kemiri merupakan minyak nabati berbentuk cair, karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat, asam linoleat,
5

dan asam linolenat dengan titik cair yang rendah. Selain itu juga mengandung
asam lemak jenuh dalam jumlah yang sedikit, yaitu asam palmitat dan asam
stearat. Biji kemiri memiliki kadar minyak yang tinggi, yaitu sekitar 35 %-65 %
minyak. Minyak kemiri merupakan minyak mengering (drying oil) sehingga tidak
dapat digunakan sebagai minyak goreng atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan
karena minyak tersebut jika kontak dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat
teroksidasi dan berbau tengik yang mengakibatkan racun. (Ketaren, 1986)
Tabel 2.1 Dua jenis asam lemak dalam minyak biji kemiri
Nama asam Struktur %
berat
Asam CH3 (CH2)14 CO2 H atauC16H32O2 5,5
Palmitat
Asam Stearat CH3(CH2)16 CO2H atau C18 H36O2 6,7
Asam Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7 CO2H atau C18H34O2 10,5
{C18F1}
Asam CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7 CO2H atau 48,5
Linoleat C18H32O2{C18 F2}
Asam CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH(CH2)7 CO2H 28,5
Linolenat atau C18H30O2 {C18F3}

Sumber: Ketaren, 1986

2.1.3 Sifat Kimia dan Fisika


Bentuk fisik dari minyak kemiri murni berbentuk cair dan memiliki warna
kuning bening, sedangkan minyak kemiri yang tidak murni berwarna lebih pekat.
(Pamata, 2008)
Tabel 2.2 Tiga Sifat fisik dan kimia minyak kemiri
Karakteristik Nilai
Bilangan penyabunan 188-202
Bilangan asam 6,3-8
Bilangan iod 136-167
Bilangan thiocyanogen 97-107
Bilangan hidroksil Tidak ada
Bilangan Polenske Tidak ada
Indeks bias pada 25ºC 1,473-1,479
Komponen tidak tersabunkan 0,3-1 %
Bobot jenis pada 15ºC 0,924-0,929
Sumber : Bailey, 1950
6

2.1.4 Manfaat Minyak Kemiri


Minyak kemiri memiliki banyak manfaat, antara lain di industri kecantikan
digunakan untuk menyuburkan rambut, menghitamkan rambut secara alami,
bahan baku sabun, dan bahan baku berbagai kosmetik. Sedangkan di industri
farmasi, minyak kemiri digunakan sebagai obat kulit, obat pinggang, sakit kepala,
demam, borok, bisul, disentri, dan sariawan. Manfaat minyak kemiri di industri
lain juga dapat digunakan sebagai bahan dasar cat, pernis, tinta, dan pengawet
kayu. Di Filipina, minyak kemiri digunakan untuk melapisi bagian dasar perahu,
agar tahan terhadap korosi dan di Pulau Jawa sendiri, minyak kemiri digunakan
sebagai bahan pembatik serta untuk penerangan. (Ketaren, 1986)

2.1.5 Ketapang
Ketapang (Terminalia cattapa L.) adalah nama sejenis pohon tepi pantai
yang rindang. Pohon ketapang sering dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan
tepi jalan. Bentuk dari buah pohon ketapang ini seperti buah almond, besar buahnya
kira-kira 4-5,5 cm. biji ketapang ketika muda berwarna hijau dan warnanya menjadi
merah kecoklatan saat matang. Buah ketapang memiliki lapisan gabus yang
membuatnya dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbulan-bulan,
sebelum tumbuh di tempat yang cocok. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi
oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.

Gambar 2.2 Buah dan biji Ketapang


2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut
dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya
organik) (Julianty et al., 2021). Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan
mimyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.
7

Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan
wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction (Ketaren, 2008).

2.2.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi.
Penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus
oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya
rendering dibagidalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering.

1. Wet Rendering
Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah
dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak
atau lemak tidak hilang. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel
yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan
campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50oC sambil diaduk.
Minyakyang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses
wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular,
sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan temperatur yang
tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau
lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang dipergunakan adalah autoclave
atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke dalam
digesterdengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam (Tim
Penyusun Modul Laboratorium Teknologi 2, 2020).

2. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa
8

penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan


pada suhu 220oF sampai 230oF (105oC-110oC). Ampas bahan yang telah
diambil minyaknya akan diendapakan pada dasar ketel. Minyak atau lemak
yang dihasilkan dipisahkan dariampas yang telah mengendap dan pengambilan
minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Tim Penyusun Modul Laboratorium
Teknologi 2, 2020).

2.2.2 Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Ekstraction)


Prinsip dari proses ini adalah melarutkan minyak dalam pelarut minyak
dan lemak yang sesuai. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar
yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing,
karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut mudah
menguap, seperti petroleum eter, gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida,
benzene dan n-heksan. Ekstraksi dengan pelarut bisa dikelompokan menjadi
maserasi, perkolasi dan sokletasi. Maserasi merupakan proses ekstraski dengan
pelarut,dimana bahan yang diduga mengandung minyak/lemak direndam dalam
pelarut yang sesuai selama waktu tertentu, kemudian dipisahkan antara filtrat
yang mengandung minyak dari ampas dengan penyaringan. Terakhir pelarut
diuapkan, sehingga didapat minyak yang dimaksud.
Perkolasi merupakan proses ekstraksi pelarut, dimana pelarut dialirkan
melalui bahan yang mengandung minyak/lemak, kemudian pelarut diuapkan
untuk mendapat minyak/lemak yang terkandung dalam bahan. Sokletasi
merupakan prses ekstraksi dengan pelarut menggunkan unit alat soklet. Pelarut
dialirkan terus menerus atau berulang ulang pada bahan yang mengandung
minyak/lemak. Pengaliran pelarut yang terus menerus disebabkan karena
diberikan panas untuk menguapkan pelarut yang ada dalam labu soklet, uap
pelarut ini didinginkan oleh kondensor, kondensasi uap pelarut jatuh lagi
kebahan,merendam bahan guna menarik minyak/lemak yang masih ada dalam
bahan. Proses ini berjalan terus menerus sampai semua kandungan
minyak/lemak dalam bahan tersktrak semua (Tim Penyusun Modul
Laboratorium Teknologi 2, 2020).
9

2.2.3 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Pengepresan umumnya
dilakukan untuk mengekstrak komponen-komponen dari bahan-bahan biologis
seperti tanaman. Komponen-komponen biologi tersebut terletak di dalam struktur
sel-sel tumbuhan, sehingga sel-sel tersebut perlu dirusak agar dapat diambil
komponen yang diinginkan. Salah satu cara pengambilan minyak atau lemak
terutama yang berasal dari biji-bijian pada tumbuh-tumbuhan adalah dengan
pengepresan mekanis. Cara ini dilakukan untuk mengambil kandungan minyak
yang kadarnya berkisar antara 30-70% (Estrada, 2007).
Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak diekstrak. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
penyerpihan, perajangan, penggilingan, atau penghancuran (memperkecil ukuran
bahan), dan kalau diperlukan dilakukan perebusan atau pemasakan. Pada industry
atau pabrik ada dua cara ekstrasi mekanik yang umum digunakan, yaitu
pengepresan hidrolik (Hydrolic Pressing) dan pengepresan berulir (Expeller
Pressing). Berikut tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak
dengan cara pengepresan mekanis (Tim Penyusun Modul Laboratorium Teknologi
2, 2020).

1. Pengepresan Hidrolik (Hydrolic Pressing)


Pada cara hydrolic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inci2 (140,6 kg/cm= 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil
ditekan di bawah tekanan hidrolik.
10

Gambar 2.3 Alat Pres Hidrolik Skala Laboratorium


2. Pengepresan Berulir (Screw Press)
Cara Screw press memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses perajangan/penyerpihan/penghalusan bahan, pemasakan atau tempering.
Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240oF (115,5oC) dengan tekanan
sekitar 15-20 ton/inci2. Kadar minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar 2,5-3,5
persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5
persen. Alat ini bisa digunakan dengan pengerak motor listrik ataupun secara
manual.

2.3 Screw Press


Cara yang paling umum dipakai untuk mengekstraksi minyak kasar dari
buah kelapa sawit yang telah mengalami pelumatan adalah dengan menggunakan
pengempaan (press). Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan
yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral (screw) dengan
susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Bahan yang telah dilumatkan
akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga buah sawit
menjadi terperas. Untuk lebih jelas mengenai alat screw press ini dapatdilihat pada
gambar 2.2 a dan b seperti gambar dibawah (Hasballah & Enzo, 2018).
11

b
Gambar 2.4 Alat Screw Press Skala Laboratorium (a) dan Worm Screw Press
(b) (Hasballah & Enzo, 2018).

Di dalam proses pengempaan, bubur buah yang telah lumat akan diperas
dari ampas secara padat dari segala arah serta mendapat gaya perlawanan hidrolik.
Putaran screw juga akan membawa ampas keluar dari pressan menuju Cake
Breaker Conveyor untuk proses selanjutnya. Alat hidrolik yang terpasang dibagian
depan ialah jenis adjusting cone yang menekan mulut press sehingga massa bubur
terhimpit. Hasil dari pengepresan ini ialah CPO, fibred dan nut. Dalam operasinya
tekanan adjusting cone ialah sebesar 50–60 bar dan dengankuat arus 35-40
ampere.
Besar kecilnya tekanan sangat mempengaruhi hasil pemerasan minyak. Bila
tekanan melebihi batas rata–rata maka nut yang pecah akan semakin banyak pula.
Hal ini akan menyebabkan kerugian pada saat pengolahan inti sawit karena banyak
terdapat nut yang pecah. Sedangkan bila tekanan di bawah tekanan standartnya
maka minyak yang dihasilkan akan berkurang. Naik turunnya tekanan pada
12

adjusting cone dapat disebabkan pasokan listrik tidak memadai. Sehingga pompa
hidrolik tidak dapat bekerja maksimal. Dari proses pengempaan ini akan
menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%, air 42%, dan zat padat 8%.
Untuk mengefisiensikan proses ekstraksi minyak pada screw press maka
hal–hal yang harus diperhatikan ialah (Hakim, 2017):
a. Tekanan proses. Jika tekanan proses tidak maksimal maka dapat menyebabkan
losses minyak yang tinggi atau persentase broken kernel yangtinggi.
b. Suhu daging buah yang keluar dari digester harus 90–95oC sehingga pemisahan
minyak dapat berjalan sempurna.
c. Kondisi worm screw, press cage maupun cone harus diperhatikan meliputi
pengecekan keausannya, karena mempengaruhi hasil minyak yang didapat,
jika lubang pori press cage tersumbat maka minyak akan terbawa keluar
bersama dengan ampas.
d. Daging buah yang telah dilumatkan, kandungan minyaknya tidak bolehterlalu
sedikit (karena telah keluar dari digester). Hal ini dapat menyebabkan worm
screw mudah mengalami keausan dan jika kandungan minyak tidak dikutip
dari digester juga akan menyebabkan losses minyak akan tinggi. Oleh karena
itu pengawasan pada pengutipan minyak harus dijaga dengan teliti

2.3.1 Tipe Screw Press


Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu
Speichim, Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh
yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki
feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan
dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan gravitasi.
Kontiunitas adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi
volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan
akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa
pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disampingpengisian
yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah
sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena
kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam pengepresan
yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan. Pengguna feed
13

screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih
besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih
insentif. Tipe stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang
menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine de wecker tidak
dilengkapi dengan feed screw. Screw pressterdiri dari single shaft dan double shaft
yang memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double
shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft (Hasballah & Enzo,
2018).

2.3.2 Tekanan pada Screw Press


Penggerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan
dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakkan alat screw
adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 9-13 rpm. Efektifitas tekanan ini
tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydraulic cone
yang sesuai untuk double press menggunakan tekanan 50–60 bar. Tujuanuntuk
menstabilkan tekanan pressan adalah :
1. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak
akan lebih rendah.
2. Menurunkan jumlah biji pecah, semakin tinggi variasi tekanan dalam screw
press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
3. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw, cylinder press
dan electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan
mekanis.
Tekanan yang terjadi pada screw press yaitu tekanan hidrostatis yaitu
dimana bubur buah yang masuk kedalam press cage melakukan tekanan terhadap
dinding press cage karena adanya worm screw yang berfungsi sebagai pembawa
dan sekaligus penekan massa buah yang telah dilumat didalam digester.
Dalam proses kerjanya permasalahan yang sering terjadi pada screw press
ini biasanya berupa keausan pada permukaan worm screw, tekanan kempa yang
semakin tinggi akan mengurangi umur pemakaian screw press. Dengan adanya
masalah dan kerusakan ini maka dapat menyebabkan penurunan kapasitas hasil
14

produksi sehingga menyebabkan kerugian pada perusahaan. Karena seringnya


permasalahan yang terjadi pada worm screw press, dan membutuhkan biaya serta
kerumitan dalam menganalisanya maka dari itu digunakan software Inventor.
Software Inventor akan membantu kita dalam memvisualisasikan, mensimulasikan
dan menganalisasi suatu produk sebelum dibuat atau dengan kata lain purwarupa
secara virtual (Hasballah & Enzo, 2018).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi adalah sebagai
berikut:
1. Temperatur
Operasi Semakin tinggi temperatur, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut
semakin tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan, semakin tinggi
pula. Temperatur operasi untuk proses ekstraksi kebanyakan dilakukan dibawah
temperatur 100oC karena pertimbangan ekonomis.
2. Waktu Ekstraksi
Lamanya waktu ekstraksi mempengaruhi volume ekstrak minyak dedak
yang diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi semakin lama juga waktu kontak
antara pelarut n-hexane dengan bahan baku dedak sebagai padatan sehingga
semakin banyak zat terlarut yang terkandung di dalam padatan yang terlarut di
dalam pelarut.
3. Ukuran, bentuk dan kondisi partikel padatan
Minyak pada partikel organik biasanya terdapat di dalam sel-sel. Laju
ekstraksi akan rendah jika dinding sel memiliki tahanan difusi yang tinggi.
Pengecilan ukuran partikel ini dapat mempengaruhi waktu ekstraksi (McCabe &
Smith, 1985). Semakin kecil ukuran partikel berarti permukaan luas kontak antara
partikel dan pelarut semakin besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin cepat.
4. Jenis pelarut
Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan. Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut adalah sebagai berikut:
a. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen lainnya dari bahan yang diekstrak. Dalam hal ini, larutan ekstrak
yang diperoleh harus dibersihkan yaitu dengan mengekstraksi larutan
15

tersebut dengan pelarut kedua (Ketaren, 1986).


b. Kelarutan Pelarut harus mempunyai kemampuan untuk melarutkan solut
sesempurna mungkin. Kelarutan solut terhadap pelarut yang tinggi akan
mengurangi jumlah penggunaan pelarut, sehingga menghindarkan terlalu
besarnya perbandingan antara pelarut dan padatan.
c. Kerapatan Perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan solut akan
memudahkan pemisahan keduanya.
d. Aktivitas kimia pelarut Pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert
terhadap komponen lainnya didalam sistem (Treybal, 1980).
e. Titik didih pada proses ekstraksi biasanya pelarut dan solut dipisahkan
dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi. Oleh karena itu titik didih
kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Dari segi ekonomi akan
menguntungkan bila titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.
f. Viskositas pelarut Pelarut harus mampu berdifusi ke dalam maupun ke luar
dari padatan agar bisa mengalami kontak dengan seluruh solut. Oleh karena
itu, viskositas pelarut harus rendah agar dapat masuk dan keluar secara
mudah dari padatan (Ketaren, 1986).
g. Rasio pelarut rasio pelarut yang dipakai terhadapan padatan harus sesuai
dengan kelarutan zat terlarut atau solut pada pelarut. Semakin kecil
kelarutan solut terhadap pelarut, semakin besar perbandingan pelarut
terhadapan padatan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian perbandingan
solute dan pelarut yang tepat akan mampu memberikan hasil ekstraksi yang
diharapkan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Alat screw press
2. Gelas piala 100 ml
3. Neraca analitik
4. Tang
5. Oven

3.2 Bahan yang Digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Biji Kemiri 600 gram
2. Biji Ketapang 300 gram

3.3 Prosedur Percobaan


1. Tempat kerja dan alat screw press dibersihkan tiap masing – masing
bagiannya.
2. Bagian – bagian alat tersebut dirangkai sehingga menjadi satu unit alat yang
lengkap.
3. Bahan yang akan diekstrak dirajang/ diserpih/ dihaluskan terlebih dahulu.
4. Bahan yang telah halus ditimbang.
5. Bahan dimasukkan kedalam tempat pengumpanan.
6. Handle screw press diputar searah jarum jam, bila bahan yang jatuh dari
tempat umpan ke bagian screw tidak lancar, maka dapat didorong dengan
batang pengaduk.
7. Kecepatan putar diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi penyumbatan.
Diusahakan proses berlangsung dengan lancar, dimana minyak/lemak
keluar
8. dari outlet dan masuk kedalam botol penampung, dan ampas yang terbentuk
keluar pada bagian outlet ampasnya.
9. Jarak antara outlet dengan ujung screw dapat diatur agar mendapatkan hasil
yang banyak.

16
17

10. Minyak/lemak yang diperoleh ditimbang, kemudian disaring, dan hasil


saringan juga ditimbang kembali.
11. Percobaan dilakukan duplo atau triplo, dan dilakukan pada kondisi yang
dipanaskan dan tidak dipanaskan.
12. Dihitung rendemen dari minyak yang diperoleh.

3.4 Rangkaian Alat

Keterangan:
1. Unit Screw Press
2. Handle Screw Press
3. Pengumpan
4. Outlet minyak
5. Outlet ampas
6. Tempat menampung
minyak
7. Tempat menampung
ampas

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Screw Press


BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Hasil Percobaan
Hasil pengukuran minyak biji kemiri dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel
4.2, hasil pengukuran minyak biji Ketapang bisa dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Rendemen Minyak Biji Kemiri kadar air 2,97%

Berat Sampel Berat Ampas Berat Minyak Rendemen


Percobaan
(gram) (gram) (gram) (%)
Pertama 112,37 70,39 41,21 36,67
Duplo 70,39 - 0,97 1,38
Total 42,18 37,54

Tabel 4.2 Hasil perhitungan Rendemen Minyak Biji Kemiri kadar air 2,21%

Berat Sampel Berat Ampas Berat Minyak Rendemen


Percobaan
(gram) (gram) (gram) (%)
Pertama 109,12 68,12 40,19 36,83
Duplo 68,12 - 1,3 1,91
Total 41,49 38,02

Tabel 4.3 Hasil perhitungan Rendemen dari Minyak Biji Ketapang kadar air
13,98%

Berat Sampel Berat Ampas Berat Minyak Rendemen


Percobaan
(gram) (gram) (gram) (%)
Pertama 82,12 75,87 5,63 6,86
Duplo 75,87 70,64 3,36 4,43
Triplo 70,64 - 3,73 5,28
Total 12,72 15,49

4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan
menggunakan mesin screw press dan dilakukan pre-treatment terlebih dahulu
berupa pemotongan dan pemanasan. Tujuan pemotongan agar luas penampang
tersebar merata saat dilakukan proses press dan saat dipanaskan untuk
mengeluarkan kandungan air di dalam biji.

18
19

4.2.1 Minyak Biji Kemiri


Proses Ekstraksi minyak kenari dilakukan menggunakan 2 variabel, yaitu
biji kemiri dengan kandungan air 2,97% dan 2,21% dengan berat yang hampir
sama. Berat sampel biji kemiri kandungan air 2,97% adalah 112,37 gram,
sedangkan berat sampel biji kemiri kandungan air 2,21% adalah 109,12 Tujuannya
agar biji kemiri dapat dibandingkan hasil ekstraksi minyaknya. Proses dilakukan
secara duplo, yaitu ampas hasil percobaan pertama digunakan kembali pada
percobaan kedua.

Kandungan Air 2,97% Kandungan Air 2,21%

50

45

40 36.67 36.83 37.54 38.02


Rendemen Minyak (%)

35

30

25

20

15

10

0
Pertama Duplo
Proses Pengulangan

Gambar 4.1 Pengaruh Proses Pengulangan Terhadap Rendemen Minyak Biji


Kemiri
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa minyak yang dihasilkan kemiri dengan
kadar air 2,21% lebih banyak hasil rendemennya dibanding minyak kemiri yang
kadar airnya 2,97% namun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan kadar air tidak
terlalu berpengaruh terhadap banyaknya rendemen yang didapat, tetapi
berpengaruh terhadap kualitas minyak. Selain itu, berdasarkan penelitian Ketaren
(1986), terdapat beberapa hal yang menyebabkan proses ekstraksi berjalan tidak
optimal seperti kondisi alat yang tidak maksimal, suhu pemanasan yang tidak
sesuai, penyimpanan bahan yang terlalu lama dan ukuran bahan yang dipersiapkan
pada proses prapenelitian itu tidak sesuai dengan spesifikasi alat.
20

4.2.2 Minyak Biji Ketapang


Proses ekstraksi biji Ketapang dilakukan secara triplo, yaitu ampas hasil
percobaan pertama digunakan kembali pada percobaan kedua, kemudian ampas
percobaan kedua digunakan kembali untuk percobaan ketiga. Berat sampel biji
ketapang sebelum dilakukan treatment berupa pemanasan yaitu 95,47 gram. Setelah
dilakukan pemanasan didapat kadar air biji ketapang sebesar 13,98% dan beratnya
menurun menjadi 82,12 gram.

Pertama Duplo Triplo

18
15.49
16
14
Rendemen Minyak (%)

12 10.95
10
8 6.86
6
4
2
0
Pertama Duplo Triplo
Proses Pengulangan

Gambar 4.2 Pengaruh Proses Pengulangan Terhadap Rendemen Minyak Biji


Ketapang
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah total minyak yang didapat
semakin banyak tiap dilakukan pengulangan percobaan. Hal ini dikarenakan
minyak ketapang yang belum keluar pada percobaan pertama akan keluar pada
percobaan kedua (duplo), dan minyak yang belum keluar pada percobaan kedua
akan keluar pada percobaan ketiga (triplo).

4.2.3 Perbandingan Rendemen Minyak Biji Ketapang dan Biji Kemiri


Biji kemiri dan biji ketapang diekstraksi menggunakan screw press. Minyak
kemiri yang berbeda kandungan airnya memiliki rendemen 37,54% dan 38,02%
setelah dilakukan ekstraksi secara duplo, Hal ini sesuai dengan literatur. Menurut
Ketaren (1986), biji kemiri memiliki kadar minyak yang tinggi, yaitu sekitar 35%-
65% minyak. Sementara Minyak ketapang memiliki rendemen sebesar 10,95% saat
21

di ekstraksi secara duplo. Hal ini tidak sesuai dari literatur, dikarenakan ketapang
sulit diambil minyaknya jika diekstraksi dengan metode screw press. Biji ketapang
memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 40-57 % (Ravensca
dkk, 2017)

40 37.54 38.02

35

30
Rendemen (%)

25
Minyak Biji Kemiri kadar air
2,97%
20
15.49 Minyak Biji Kemiri kadar air
15 2,21%

10 Minyak Biji Ketapang kadar


air 13,98%
5

0
Duplo
Pengulangan Percobaan

Gambar 4.3 Perbandingan Rendemen yang dihasilkan Biji Kemiri dan Biji
Ketapang
4.2.4 Perbandingan Rendemen Minyak Biji Ketapang Metode Screw Press
dan Maserasi
Ketapang dapat diambil minyaknya dengan berbagai cara, diantaranya yaitu
ekstraksi dengan metode screw press dan ekstraksi metode maserasi. Ekstraksi
metode screw press termasuk dalam ekstraksi pengepresan mekanis (mechanical
expression) merupakan cara pengambilan minyak dari bahan dengan memberikan
tekanan pada bahan tersebut. Sementara maserasi merupakan proses ekstraski
dengan pelarut, dimana bahan yang diduga mengandung minyak/lemak direndam
dalam pelarut yang sesuai selama waktu tertentu, kemudian dipisahkan antara
filtrate yang mengandung minyak/lemak dari ampas dengan penyaringan. (Tim
Penyusun Modul Laboratorium Teknologi 2, 2020).
Pada praktikum ini dilakukan percobaan ekstraksi minyak nabati
menggunakan screw press dengan 3 sampel yaitu biji kemiri kadar air 2,97%, biji
kemiri kadar air 2,21% dan biji ketapang kadar air 13,98%. Dari percobaan yang
telah dilakukan didapatkan minyak hasil esktraksi biji kemiri kadar air 2,97% yaitu
22

42,18 gram dengan rendemen 37,54%. Selanjutnya dari percobaan biji kemiri kadar
air 2,21% didapatkan minyak sebesar 41,49 gram dengan rendemen 38,02%.
Kemudian terakhir dari percobaan biji ketapang kadar air 13,98% didapat minyak
sebesar 12,72 gram dengan rendemen 15,49%.
Sebagai pembanding ekstraksi minyak nabati biji ketapang dengan metode
screw press yaitu ekstraksi minyak nabati biji ketapang dengan metode maserasi.
Berdasarkan penelitian Putri dkk (2018) metode penelitian yang digunakan yaitu
minyak ketapang dilakukan dalam dua tahapan yaitu proses ekstraksi biji ketapang
dengan menggunakan pelarut n-Hexane dengan metode maserasi dan dilanjutkan
dengan pemisahan minyak dari pelarut dengan metode destilasi. Bahan yang
dipersiapkan untuk ekstraksi ini adalah biji ketapang halus sebesar 50 gram dan
pelarut n-Hexane sebanyak 500 mL. Setelah dilakukan percobaan maserasi dengan
perendaman selama 6 hari, hasil dari esktraksi biji ketapang kemudian dipisahkan
dengan pelarut n-Hexane dengan metode destilasi. Berdasarkan percobaan, berat
minyak yang didapat sebanyak 31 mL dengan rendemen sebesar 52,13%.
60
52.13
Rendemen Minyak Ketapang (%)

50

40

30

20 15.49

10

0
Screw Press Maserasi
Metode Ekstraksi Minyak Ketapang

Gambar 4.4 Perbandingan Rendemen minyak Ketapang metode Screw Press


dengan Maserasi
Pada gambar 4.4 terlihat perbandingan antara rendemen minyak ketapang
yang dilakukan dengan metode screw press dan metode maserasi. Hasil rendemen
minyak ketapang metode screw press setelah dilakukan tiga kali pengulangan
percobaan (triplo) didapat sebesar 15,49%. Hasil rendemen minyak ketapang
metode maserasi direndam selama 6 hari yaitu sebesar 52,13%. Menurut Ariani dkk
23

(2015) maserasi menghasilkan minyak yang lebih banyak jika biji ketapang
direndam lebih lama dengan pelarut., dimana lama waktu ekstraksi dapat
mempengaruhi rendemen dan massa jenis. Sementara rendemen yang didapat pada
metode screw press sedikit, hal ini bisa disebabkan oleh kekurangan dalam
prosesnya. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan proses ekstraksi berjalan
tidak optimal seperti kondisi alat yang tidak maksimal, suhu pemanasan yang tidak
sesuai, penyimpanan bahan yang terlalu lama dan ukuran bahan yang dipersiapkan
pada proses perlakuan awal itu tidak sesuai dengan spesifikasi alat. (Ketaren, 2008)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut
1. Prinsip kerja dari alat screw press adalah umpan dimasukkan ke tempat
pengumpan, kemudian handle screw press yang diputar akan
menggerakkan alat screw press dan memberikan tekanan pada umpan
sehingga minyak dari bahan keluar pada outlet dan ampasnya keluar dari
outlet ampas.
2. Hasil perbandingan rendemen dari ekstraksi yang dilakukan dengan bahan
yang berbeda berupa biji kemiri dan biji ketapang menggunakan metode
screw press yaitu, rendemen minyak kemiri lebih banyak dibandingkan
rendemen minyak ketapang, dimana rendemen minyak kemiri yang didapat
sebesar 37,54% dan 38,02%, sementara rendemen minyak ketapang yang
didapat sebesar 15,49%.
3. Hasil perbandingan rendemen dari ekstraksi yang dilakukan dengan metode
yang berbeda berupa screw press dan maserasi menggunakan sampel
ketapang yaitu, rendemen minyak ketapang yang didapat dari hasil
percobaan dengan metode screw press sebesar 15,49%, lebih sedikit jika
dibandingkan dengan rendemen yang didapat dari metode maserasi sebesar
52,13%.

5.2 Saran
Ekstraksi dengan metode screw press perlu dikembangkan lebih jauh
dengan menggunakan variabel berbeda, misalnya dengan ukuran bahan, perlakuan
bahan sebelum percobaan dan tekanan yang digunakan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Purwasiri, W., Soetjipto. H., Andini, & Silvia. (2015). Pengaruh Lama
Ekstraksi terhadap Rendemen dan Parameter Fisiko-Kimiawi Minyak Biji
Semangka Lokal Varietas Sengkaling. Jurnal Momentum, 10(1),1-5.
Estrada, F., Gusmao, R., Mudjijati., Indraswati, N. (2007). Pengambilan Minyak
Kemiri dengan Cara Pengepresan dan Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil. Widya
Teknik, 6(2), 121-130.
Hakim, A., & Mukhtadi, E. (2017). Pembuatan Minyak Biji Karet Dari Biji Karet
dengan Menggunakan Metode Screw Pressing: Analisis Produk Penghitungan
Rendemen, Penentuan Kadar Air Minyak, Analisa Densitas, Analisa
Viskositas, Analisa Angka Asam dan Analisa Angka Penyabunan. Jurnal
Metana. 13(1), 13-22.
Hasballah, T., & Enzo, W. B. (2018). Pengaruh Tekanan Screw Press pada Proses
Pengepresan Daging Buah Menjadi Crude Palm Oil. Jurnal Darma Agung.
16(1), 722-729.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia Press.
McCabe, W. L., & Smith, J. C. (1985). Operasi Teknik Kimia. Jakarta: Erlangga.
Pamata, N. (2008). Sintesis Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Biji Kemiri
(Aleurites moluccana) Hasil Ekstraksi Melalui Metode Ultrasonokimia.
Universitas Indonesia.
Putri, N. P., Muslim, M. A., Sitorus, J. G., Putra, D. L., & Marjenah. (2018).
Extraction of Ketapang Seeds (Terminalia Catappa Linn) as Raw Material of
Biodiesel. Jurnal Konversi, 7(1), 10-14
Ravensca, I., Saleh, C., & Daniel. (2017). Pembuatan Surfaktan Berbahan Dasar
Minyak Biji Ketapang Terminalia catappa L. Dengan Trietanolamina. Jurnal
Atomik, 2(2), 183-189.
Tambun, R. (2006). Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Departemen Teknik
Kimia Universitas Sumatera Utara.
Tim Penyusun Modul Laboratorium Teknologi 2. (2020). Modul Laboratorium
Teknik Kimia 2. Pekanbaru: Universitas Riau.
Treybal, R. E. (1980). Mass Transfer Operation. Singapura: McGraw Hill
Zulchi, T., & Husni, P. (2017). Keragaman Morfologi dan Kandungan Protein
Kacang Tanah. Plasma Nutfah, 23(9): 91-100.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Menghitung Kadar Air


• Kadar air biji Kemiri perlakuan 1
Sampel yang dipanaskan = 115,81 gram
Sampel setelah dipanaskan = 114,43 gram
berat awal-berat konstan 115,81-114,43
Kadar air = ×100%= ×100% =2,97 %
berat awal 115,81

• Kadar air biji Kemiri perlakuan 2


Sampel yang dipanaskan = 114,43 gram
Sampel setelah dipanaskan = 111,9 gram
berat awal-berat konstan 114,43-111,9
Kadar air = berat awal
×100%= 114,43
×100% =2,21 %

• Kadar air biji Ketapang


Sampel yang dipanaskan = 95,47 gram
Sampel setelah dipanaskan = 82,12 gram
berat awal-berat konstan 95,47-82,12
Kadar air = ×100%= ×100% =13,98 %
berat awal 95.47

A.2 Menghitung Rendemen


• Biji Kemiri perlakuan 1 dengan kadar air 2,97 % setelah dilakukan
duplo
Berat Sampel : 112,37 gram
Berat Minyak Pertama : 41,21 gram
berat minyak pertama (gram)
Rendemen Pertama (%) : x 100%
berat sampel (gram)
41,21 gram
: 112,37 gram x 100% = 36,67 %

Berat Minyak Duplo : 0,97 gram


Berat Minyak Total : 42,18 gram
Berat Ampas : 70,39 gram
berat minyak duplo (gram)
Rendemen Duplo (%) : x 100%
berat ampas (gram)
0,97 gram
: x 100% = 1,38 %
70,39 gram
berat minyak total (gram)
Rendemen Total (%) : x 100%
berat sampel (gram)
42,18 gram
: 112,37 gram x 100% = 37,54 %

• Biji Kemiri perlakuan 2 dengan kadar air 2,21 % setelah dilakukan


duplo
Berat Sampel : 109,12 gram
Berat Minyak Pertama : 40,19 gram
berat minyak pertama (gram)
Rendemen Pertama (%) : x 100%
berat sampel (gram)
40,19 gram
: 109,12 gram x 100% = 36,83 %

Berat Minyak Duplo : 1,3 gram


Berat Minyak Total : 41,49 gram
Berat Ampas : 68,12 gram
berat minyak duplo (gram)
Rendemen Duplo (%) : x 100%
berat ampas (gram)
1,3 gram
: 68,12 gram x 100% = 1,91 %

berat minyak total (gram)


Rendemen Total (%) : x 100%
berat sampel (gram)
41,49 gr
: 109,12 x 100% = 38,02 %
gr

• Biji Ketapang dengan kadar air 13,98 % setelah dilakukan triplo


Berat Sampel : 82,12 gr
Berat Minyak Pertama : 5,63 gram
berat minyak pertama (gram)
Rendemen Pertama (%) : x 100%
berat sampel (gram)
5,63 gram
: 82,12 gram x 100% = 6,86 %

Berat Minyak Duplo : 3,36 gram


Berat Ampas Pertama : 75,87 gram
berat minyak duplo (gram)
Rendemen Duplo (%) : berat ampas pertama (gram) x 100%
3,36 gram
: 75,87 gram x 100% = 4,43 %
Berat Minyak Triplo : 3,73 gram
Berat Minyak Total : 12,72 gram
Berat Ampas Duplo : 70,64 gram
berat minyak triplo (gram)
Rendemen Triplo (%) : x 100%
berat ampas duplo (gram)
3,73 gram
: 70,64 gram x 100% = 5,28 %

berat minyak total (gram)


Rendemen Total (%) : x 100%
berat sampel (gram)
12,72 gram
: 82,12 gram x 100% = 15,49 %
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Proses Pengukuran Gambar C.2 Pemanasan Sebelum


Berat Sampel dilakukan Ekstraksi

Gambar C.3 Perakitan Alat Screw Gambar C.4 Ekstraksi Screw


Press Press
Gambar C.5 Minyak Hasil Ekstraksi Gambar C.6 Ampas hasil Screw
Press

Gambar C.7 Proses Penekanan Gambar C.8 Hasil Minyak Ketapang


Ketapang

Anda mungkin juga menyukai