Anda di halaman 1dari 4

PUTUSAN

Nomor 75/PUU-XX/2022

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh :

Nama : …..

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 28 Februari 1973

Pekerjaan : Pekerja Rumahan

Alamat : Rusun Waduk Pluit Blok. 12 Nomor 320

Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta

Kewarganegaraan : Indonesia

Selanjutnya disebut sebagai-------------------------------------------------Pemohon

Pemohon di persidangan didampingi oleh Penasihat Hukumnya. SITI ANISA


S.H,M.H berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 4 Juli 2022, yang diterima di
Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal
4 Juli 2022 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor
68/PUU/PAN.MK/AP3/07/2022 dan telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi Elektronik (e-BRPK) pada tanggal 21 Juli 2022 dengan Nomor
75/PUUXX/2022, yang telah diperbaiki dan diterima Kepaniteraan Mahkamah pada
tanggal 12 Agustus 2022,

Mahkamah konstitusi tersebut ;

- Membaca Permohonan para Pemohon;

- Mendengar Keterangan para Pemohon;

- Mendengar dan membaca Keterangan Dewan Perwakilan Rakyat RI

- Mendengar dan membaca Keterangan Presiden;

- Memeriksa bukti-bukti para Pemohon;

- Mendengar Keterangan saksi dan ahli para Pemohon;

- Membaca Kesimpulan para Pemohon dan Presiden.

KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DAN KEPENTINGAN PEMOHON

Pemohon I merupakan pekerja rumahan sejak tahun 2004, memperoleh pekerjaan dan
perintah kerja secara lisan dari seorang

individu yang bertindak sebagai perantara untuk menjahit dengan

produk yang dihasilkan adalah kaus kaki dan sarung tangan bayi, di

mana bahan-bahan dan pola jahitan disediakan oleh perantara

tersebut serta dikerjakan di rumah Pemohon I. Upah yang diperoleh

oleh Pemohon I dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan


serta dibayarkan secara berkala tiap minggu, yakni rata-rata sebesar

Rp. 60.000/minggu.

Bahwa Pemohon merasa dirugikan hak konstitusionalnya untuk mendapatkan


pengakuan, persamaan kedudukan di dalam hukum, hak bebas atas perlakukan

diskriminatif atas dasar apapun, serta perlakuan yang adil dan layak

sebagai pekerja dalam hubungan kerja. Sehingga menimbulkan akibat hukum berupa
kepastian hukum untuk saling menghormati dan memenuhi hak dan kewajiban yang
secara normatif telah ditentukan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan bagi

kedua belah pihak yang terikat dalam hubungan kerja yakni Pekerja dan

Pemberi Kerja atau Pengusaha. Namun demikian, hal ini tidak diakui

oleh Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan yang

kemudian juga diikuti oleh Dinas Tenaga Kerja di berbagai wilayah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2017, para Pemohon pernah melakukan audiensi ke

Kementerian Ketenagakerjaan untuk mempertanyakan mengenai status

Perlindungan hukum pekerja rumahan sebagai pekerja dan status

Hubungan kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan. Namun, UU Ketenagakerjaan belum dapat memberikan


perlindungan hukum kepada Pekerja rumahan.

Bahwa para Pemohon mengalami kerugian konstitusional dikarenakan Adanya ketentuan


Pasal 1 angka 15 dan Pasal 50 Undang-Undang Ketenagakerjaan. Hal tersebut
menimbulkan kerugian yang nyata bagi Pemohon selaku pekerja rumahan yaitu tidak
adanya pengakuan sebagai Pekerja dalam suatu hubungan kerja dan menimbulkan akibat
hukum Berupa hilangnya kesempatan untuk memperoleh persamaan kedudukan di dalam
hukum

Bahwa sebagaimana hak yang dimiliki pekerja yang berada di Dalam hubungan kerja
untuk mengakses keadilan (acces to justice) dalam Hal terjadi permasalahan hukum,
hilangnya kesempatan untuk Mendapatkan perlindungan hak normatif sebagai pekerja
yang essensial Seperti kesehatan dan keselamatan kerja, upah yang layak, jaminan Sosial,
dan lainnya, serta tidak adanya kepastian hukum kepada pekerja Maupun pemberi kerja
atas hak dan kewajiban sesuai standard minimum Yang harus dipenuhi sesuai perintah
Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai