Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nurul Azkiani

NIM: 210510235

Kelas: Hukum Acara Mahkamah Konstitusi IV-B

RESUME NOMOR PERKARA 75/PUU-XX/2022

Perkara ini diajukan oleh pemohon atas nama Muhayati, Een Sunarsih, Dewiyah, Kurniyah,
Sumini dengan perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemohon mengungkapkan beberapa alasan yang diwakilkan oleh kuasa hukum yang
bernama Wilopo Husodo diantaranya adalah, Adanya kerancuan hukum dan tumpang tindih antara
istilah atau definisi pengusaha dan pemberi pekerja pada Undang-Undang Ketenagakerjaan dalam
konteks hubungan kerja. Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan
secara tegas, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Dan dalam hal ini juga dapat ditarik
kesimpulan seharusnya Undang-Undang Ketenagakerjaan juga menyertakan istilah lain untuk
hubungan hukum bagi pekerja yang bekerja pada selain pengusaha. Dalam hal ini pekerja yang
bekerja pada pemberi kerja, sehingga akibatnya hal ini tidak hanya menimbulkan kerancuan
hukum namun juga kekosongan hukum itu sendiri dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Kemudian hakim anggota Enny Nurbaningsih mengatakan tidak perlu pakai Pendahuluan,
langsung saja di situ Positanya itu. Alasan Permohonan atau Posita itu uraiannya adalah
pertentangan terkait dengan norma yang dimohonkan pengujian, itu ada dua norma, dengan
kemudian batu ujinya, Itu yang harus uraikan. Kemudian, setelah uraian itu cukup lengkap sesuai
dengan yang Saudara mampu lakukan di situ, baru kemudian masuk ke Petitum, anda inginkan
adalah mintakan kepada Mahkamah itu adalah menghilangkan perjanjian kerja untuk Pasal 1
angka 15. Betul, ya, begitu, ya, Kuasa Pemohon, ya? Anda minta dihilangkan itu, ya, perjanjian
kerja dihilangkan.

Hakim anggota Wahiduddin Adams menambahkan penggunaan istilah pengusaha dan


pemberi kerja, untuk mengantarkan Permohonan, coba didalami implikasi dari dalam hal
Permohonan Saudara yang dikabulkan atau lihat lagi betul-betul dicermati menggunakan atau
mengganti kata pengusaha dan pemberi kerja itu meskipun hanya di pasal itu, tapi itu beririsan
atau mungkin lebih jauh dari itu nanti, implikasi terhadap kata-kata atau kata pengusaha yang saya
sebutkan tadi lebih dari 20 itu di pasal-pasal itu.

Setelah itu kuasa hukum pemohon mengatakan ini hanya mengganti frasa kata pengusaha
menjadi frasa pemberi kerja. Tadi karena dari Prof. Enny melihat perjanjian kerja juga hilang, itu
kita nanti akan perbaiki perjanjian kerja tetap ada.

Ketua hakim yang bernama Manahan MP Sitompul mengatakan Di KUH Perdata itu
bagaimana? Bagaimana hubungannya dengan persetujuan. Jangan langsung di sini menghilangkan
perjanjian kerja itu.

Kuasa hukum pemohon Wilopo Husodo memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi agar menjatuhkan putusan sebagai berikut.

1. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya.


2. Menyatakan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan
hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai ‘hubungan kerja adalah hubungan antara
pengusaha atau pemberi kerja dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.’
3. Menyatakan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang
tidak dimaknai ‘hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha
atau pemberi kerja dan pekerja atau buruh.’
4. Memerintahkan untuk membuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.

Kemudian anggota DPR yang bernama Supriansah menyampaikan petitum untuk menjadi
bahan pertimbangan kepada majelis Mahkamah Konstitusi sebagai berikut.
1. Menyatakan bahwa Para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing),
sehingga Permohonan a quo harus dinyatakan tidak dapat diterima.
2. Menolak Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya atau paling tidak menyatakan
Permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima.
3. Menerima Keterangan DPR secara keseluruhan.
4. Menyatakan Pasal 1 angka 15 dan Pasal 50 Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan atau
Lembaran Negara Republik Indonesia 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 429 tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan tetap memiliki kekuatan hukum mengikat.
5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.

Dan petitum pemerintah yang akan disampaikan oleh Indah Anggoro Putri sebagai berikut.

1. Menerima Keterangan Presiden secara keseluruhan.


2. Menyatakan bahwa Para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing).
3. Menolak permohonan pengujian Para Pemohon untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan permohonan pengujian Para Pemohon tidak dapat diterima atau niet
ontvankelijke verklaard.
4. Menyatakan ketentuan Pasal 1 angka 15 dan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Dikeluarkannya putusan Nomor 75/PUU-XX/2022 oleh Mahkamah Konstitusi yang


dibacakan oleh hakim anggota Manahan MP. Sitompul menyampaikan pertimbangan hukum. Para
Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk bertindak sebagai Pemohon dalam permohonan a
quo; Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo dan para
Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, selanjutnya
Mahkamah akan mempertimbangkan pokok permohonan.

Maka dikeluarkan konklusi yang disampaikan oleh ketua hakim yang bernama Anwar
Usman disimpulkan bahwa:

1. Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;


2. Para Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo;
3. Pokok permohonan tidak beralasan menurut hukum.

Dan amar putusan menyatakan menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai