Anda di halaman 1dari 17

KANTOR HUKUM

Timi Nurjaman, SH.MH & Rekan


Advokat & Penasehat Hukum
Perumahan Alam Indah Selaras Blok C1 No.57 - Desa Pasirjengkol
Kec. Majalaya, Kab. Karawang - Hp. 0812 8316 0029

Karawang, 14 Juni 2023


Kepada Yth :
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Kelas I A Bandung
Melalui Majelis Hakim Pemeriksa Perkara a quo
di, -
Jalan Surapati No. 17 B a n d u n g

PERIHAL : KESIMPULAN PENGGUGAT

PERKARA NOMOR : 37/Pdt.Sus-PHI/2023/PN.Bdg


ANTARA
DWI NURFITRIA sebagai (PENGGUGAT)
MELAWAN
PT. SUGIURA INDONESIA / PT. SUgin sebagai (TERGUGAT)

Dengan hormat,

Yang bertandatangan di bawah ini, kami kuasa hukum saudari DWI NURFITRIA berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 19 Februari 2022 telah memberikan kuasa kepada TIMI
NURJAMAN, S.H., M.H, DINA ASMARA SURYAPATI, S.H., M.H, dan DZIKY
SAEFUL ROHIM, S.H., M.H. Advokat pada Kantor Hukum Timi Nurjaman, SH, MH &
Rekan beralamat di Perumahan Alam Indah Selaras Blok C1 No. 57 Desa Pasirjengkol, Kec.
Majalaya - Kab. Karawang. Selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT.
Dengan ini hendak menyampaikan Kesimpulan atas perkara Nomor
37/Pdt.Sus-PHI/2023/PN.Bdg, tentang Gugatan Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak
yang dilakukan oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT.
Berdasarkan proses persidangan, dimulai dari penyampaian gugatan oleh PENGGUGAT,
jawaban dari TERGUGAT, replik dari PENGGUGAT, dan duplik dari TERGUGAT, serta
berdasarkan pembuktian, baik dari PENGGUGAT maupun TERGUGAT yang berupa bukti
tertulis dan keterangan saksi-saksi di dalam proses persidangan, maka PENGGUGAT
menyampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa PENGGUGAT menolak seluruh pernyataan, keterangan serta dalil-dalil
TERGUGAT yang disampaikan sebagaimana jawaban atas gugatan tertanggal 5 April
2023, Perihal: Eksepsi, Pokok Jawaban dan Gugatan rekonvensi atas perselisihan
pemutusan hubungan kerja sepihak dan Duplik atas Replik PENGGUGAT yang
disampaikan pada persidangan tertanggal 24 Mei 2023, (selanjutnya disebut Duplik) serta
pembuktian TERGUGAT, kecuali yang secara tegas diterima dan diakui oleh
PENGGUGAT.
2. Bahwa PENGGUGAT tetap bersikukuh mempertahankan pada pernyataan, keterangan dan
1
dalil- dalil PENGGUGAT sebagaimana disampaikan pada Surat Gugatan Dalam Perkara

No. 37/Pdt-Sus-PHI/2023/PN.Bdg tertanggal 24 Februari 2023 (selanjutnya disebut


Gugatan atau Surat Gugatan) maupun Replik PENGGUGAT (selanjutnya disebut Replik).
Segala hal yang disampaikan PENGGUGAT di dalam Surat Gugatan dan Replik tersebut,
secara mutatis-mutandis, mohon dianggap termuat kembali di dalam Kesimpulan ini.
3. Bahwa hal - hal serta dalil – dalil yang telah terungkap di persidangan dan telah diakui oleh
TERGUGAT dan / atau tidak secara tegas dibantah kebenarannya oleh TERGUGAT
maka mohon dinyatakan telah terbukti kebenarannya dan merupakan fakta.

I. DALAM EKSEPSI
A. Gugatan PENGGUGAT Kabur / Obscur libel :
1. Menimbang, bahwa melihat fakta persidangan, yaitu berdasarkan keterangan saksi-saksi
baik saksi dari PENGGUGAT maupun saksi dari TERGUGAT yang kemudian
dihubungkan dengan eksepsi TERGUGAT baik dalam jawaban, duplik. Maupun dalam
persidangan yang menyatakan dalil gugatan PENGGUGAT yang tidak berdasar
hukum/tidak nyambung. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan pada replik bahwa replik
PENGGUGAT menjelaskan tentang jawaban dari TERGUGAT sebagaimana yang
disampaikan pada tanggal 5 April 2023 tentang dasar hukum ketentuan 2 kali Pasal 156
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Bahwa sebagaimana telah diuraikan dengan jelas dalam dalil gugatan dan replik, alur
gugatan PHK sepihak ini adalah sangat jelas dan terang. Sehingga apa yang
dipermasalahkan oleh TERGUGAT justru tidak terbukti pada persidangan. Permasalahan
PHK ini berawal dari diterbitkannya Surat Mutasi berisikan DEMOSI yang diakui oleh
SAKSI I dari TERGUGAT sebagai manager HRD yang menerbitkan Surat Tersebut
kemudian diterbitkannya lagi Surat Peringatan I, II dan III sampai diterbitkannya Surat
Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja yang jelas diakui saksi pada agenda
keterangan SAKSI dari TERGUGAT.
TERGUGAT mempermasalahkan Pasal 163 undang-undang ketenagakerjaan yang
tertuang dalam replik pada duplik point 1 yang menyatakan sudah dicabut tetapi masih
dipermasalahkan karena dianggap tidak nyambung/berhubungan sehingga pandangan
kami terhadap TERGUGAT sangat tidak konsisten.
bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja sebagaimana yang
dijadikan dasar gugatan rekonvensi juga sudah DICABUT. Jadi dalil gugatan rekonvensi
dari TERGUGAT juga dapat di katakan tidak berdasar hukum apalagi ada Peraturan
perusahaan yang masih berlaku tetapi diabaikan oleh TERGUGAT. Hal tersebut terlihat
pada keterangan SAKSI dari TERGUGAT.
Bahwa dasar hukum yang PENGGUGAT sebutkan dalam dalil-dalil gugatan maupun
dalil-dalil pada replik itu bukan hanya Ketentuan Pasal 163 ayat (2) yang di
Permasalahkan oleh TERGUGAT, tetapi PENGGUGAT juga memasukan Dalil
sebagaimana dalam peraturan perusahaan yang tidak dibantah oleh TERGUGAT, Pasal
10 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dengan
ketentuan sebagai berikut :“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Pada dokrtin dan
2
hukum adat sebagai sumber hukum formil selain dari Peraturan Perundang-Undangan.
Ketika dikatakan tidak berdasar/tidak ada dasar hukumnya

maka hal tersebut berkaitan dengan sumber-sumber hukum formil yang berlaku di
Indonesia yaitu Peraturan Perundang-undangan, Traktat/perjanjian, kebiasaan/Hukum
adat, yurisprudensi dan Doktrin/pendapat ahli.
Adannya peraturan perundang-undangan yang pernah berlaku yang mengatur tentang
besaran uang pesangon pada saat terjadi PHK sebesar 2 kali ketentuan Peraturan
Perundang-undangan, adanya peraturan perusahaan yang masih berlaku, adanya putusan-
putusan hakim terdahulu yang mengabulkan gugatan PHK dengan pemberian uang
pesangon sebesar 2 kali ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi kebiasaan
maupun yurisprudensi atas permasalahan yang sama dapat pula di jadikan sumber hukum
dalam memutus perkara ini, serta tidak ada larangan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik yurisprusdensi, undang-undang, doktrin, kebiasaan, maupun
dalam perjanjian kerja yang melarang pekerja meminta uang pesangon sebesar 2 kali
ketentuan Peraturan perundang-undangan. Jadi sangat jelas jelas sebetulnya apa yang
dimohonkan dengan apa yang di dalilkan oleh PENGGUGAT dalam gugatannnya.
Pada dasarnya PENGGUGAT telah mendalilkan fakta –fakta yang terjadi dalam
gugatannya yang terbukti sepenuhnya berdasarkan bukti surat P-1 sampai dengan P-18
dan diperkuat juga oleh keterangan saksi dari PENGGUGAT maupun dari TERGUGAT
sehingga apa yang di mohonkan adalah yang dianggap adil bagi PENGGUGAT yang
tentunya berdasar hukum sesuai dengan fakta persidangan yang telah berlangsung.
2. Menimbang bahwa eksepsi TERGUGAT sebetulnya sudah terbantahkan oleh keterangan
saksi dari TERGUGAT yang membenarkan bahwa pada saat PENGGUGAT di PHK
maka akan mendapatkan Uang Pesangon berdasarkan peraturan yang berlaku. Sehingga
PENGGUGAT berkeyakinan bahwa eksepsi TERGUGAT tentang gugatan
Kabur/Obscur liber patut untuk ditolak. Justru keyakinan PENGGUGAT adalah gugatan
rekonvensi TERGUGATLAH yang ditolak karena memohon sah atas Pemutusan
Hubungan Kerja antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT tetapi tidak memohonkan
menetapkan uang Pesangon dan Kompensasi lainnya. Sangat berbeda dengan keterangan
saksi dari TERGUGAT sendiri yang menerangkan bahwa pada saat PENGGUGAT di
PHK maka akan mendapatkan Uang Pesangon berdasarkan peraturan yang berlaku.
3. Menimbang bahwa berdasarkan hal-hal yang telah PENGGUGAT uraikan diatas
maka,tentunya berdasarkan fakta persidangan pada agenda pembuktian baik bukti tertulis
maupun bukti saksi-saksi dari PENGGUGAT dan saksi-saksi dari TERGUGAT maka
PENGGUGAT memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili Perkara a quo berkenan untuk memutuskan dan menyatakan menolak seluruh
dalil –dalil eksepsi TERGUGAT.

II. DALAM POKOK PERKARA


1. Menimbang, bahwa PENGGUGAT mohon agar seluruh dalil-dalil pada bagian Eksepsi
diatas tetap dianggap telah diulang dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Pokok Perkara ini;
2. Menimbang bahwa dalil duplik TERGUGAT pada huruf 2 yang menerangkan bahwa
PENGGUGAT tidak mampu dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawab
jabatannya. Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan keterangan Saksi I
3
PENGGUGAT dan Keterangan Saksi-saksi dari TERGUGAT. Saksi PNEGGUGAT
menerangkan bahwa prosedur mutasi maupun demosi tidak berdasarkan peraturan

perusahaan, dan semata-mata dilakukan agar pekerja tidak nyaman bekerja kemudian
pada akhirnya mengajukan pengunduran diri seperti yang di lakukan TERGUGAT
kepada saudari SAKSI I dan SAKSI II dari PENGGUGAT sehingga TERGUGAT tidak
terbebani oleh besarnya uang pesangon yang akan di bayarkan.
Saksi I dari TERGUGAT yaitu saudara MAMAN selaku Manager HRD menjelaskan
bahwa mutasi tersebut semata-mata karena kebutuhan Perusahaan akan jabatan yang baru
guna mengatasi permasalahaan-permasalahan yang selama ini terjadi pada departemen
produksi. Sedangkan Saksi II dari TERGUGAT yaitu Saudara AGUS SUPRIADI selaku
atasan PENGGUGAT di Departemen Produksi menguatkan keterangan dari SAKSI
saudara MAMAN. Faktanya adalah tidak ada satu keterangan saksi yang menjelaskan
bahwa PENGGUGAT telah melakukan kesalahan dan/apa kesalahan justru tidak
dijelaskan sebagaimana yang di sangkakan oleh TERGUGAT dalam Dalil Jawaban
maupun dalam dupliknya. Sehingga dari sinilah PENGGUGAT yakin bahwa semuanya
akan terungkap di depan persidangan dan semua dalil TERGUGAT tidak terbukti di
dalam persidangan.
3. Menimbang, bahwa menanggapi duplik dari TERGUGAT pada point 4 sebenarnya
sampaikan saja bahwa surat mutasi tersebut sebetulnya adalah DEMOSI dengan berbagai
alasan-alasan tentunya yang berdasar dan relevan dengan kinerja PENGGUGAT sesuai
fakta. Akan tetapi faktanya adalah TERGUGAT menyampaikannya terlalu banyak
kebohongan seakan-akan untuk kelancaran produksi ketika di Tanya salahnya
PENGGUGAT dimana justru pada waktu itu Saudara Agus Supriadi tidak
menyampaikan kesalahannya bahkan bahkan hanya mengatakan untuk pengembangan
karyawan dan kelancaran produksi serta secara tegas PENGGUGAT nyatakan kesalahan
PENGGUGAT tidak pernah disampaikan. Hal itulah alasan mengapa PENGGUGAT
tidak menerimanya di MUTASI atau di DEMOSI. Seandaikan disampaikan pada waktu
itu PENGGUGAT pasti menerimannya. Hal demikian juga terlihat pada saat atasan
PENGGUGAT memberikan keterangan SAKSI dan sekaligus membenarkan apa yang
disangkakan oleh PENGGUGAT bahwa sebetulnya mutasi tersebut adalah DEMOSI.
Namun PENGGUGAT tidak sejalan apabila harus bekerja dibawah pimpinan atasan
yang tidak mempunyai pendirian yang kuat dan tegas. Hal itu juga yang PENGGUGAT
rasakan selam bekerja di tempat TERGUGAT dengan suasana pimpinan / manager yang
bertindak seenaknya sendiri. Tanpa memikirkan kemampuan bawahannya ataupun kerja
keras PENGGUGAT selama bekerja tidak pernah di hargai dan di hormati.
Selanjutnya pada dalil duplik point 4 juga di terangkan posisi jabatan PENGGUGAT
yang baru yaitu SENIOR EXPERT sejajar dengan Supervisor, akan tetapi, pada bukti
tertulis TERGUGAT bukti T-3 sampai dengan T-35 terlihat yang memerintahkan adalah
saudara AGUS SUHERMAN yang juga merupakan Supervisor Maintenance
sebagaiamana bukti Surat PENGGUGAT Pada Bukti P-5 tentang struktur organisasi
perusahaan. Sehingga bagaimana mungkin apabila memilik kesetaraan jabatan dapat
memerintah satu sama lain. (Supervisor memerintah Supervisor) yang terlihat lagi bahwa
dalil-dalil TERGUGAT seolah-olah mengada-ada dan tidak relevan dengan bukti yang
disampaikan. Termasuk keterangan saksi II dari TERGUGAT yaitu saudara Agus
4
Supriadi yang menjelaskan sampai saat ini Posisi Senior Expert masih kosong sejak di
tinggal PENGGUGAT. Jadi sangat jelas bahwa dalil duplik pada point ini mengada-
ngada yang tidak relevan dengan

bukti yang sudah tersampaikan.


Bahwa semenjak PENGGUGAT menolak di Mutasi sejak Febuari 2022.
PENGGUGAT tidak pernah diberikan SOP (standar operasional Produksi) tentang
jabatan yang baru (Tugas dan wewenangnya seperti apa serta tanggung jawabnya
bagaimana tidak pernah di sampaikna oleh Atasan PENGGUGAT maupun oleh
Manager HRD) mengapa yak arena tidak ada SOPnya. Seluruh fasilitas baik computer,
wifi dan dokumen-dokumen kerja lainnya dikosongkan dari meja PENGGUGAT
sehingga apa yang mesti PENGGUGAT lakukan sejak Febuari 2022 sampai saudara
MAMAN selaku manager HRD mengeluarkan pernyataan “bahwa PENGGUGAT
dilarang masuk kerja lagi dan hak-haknya akan di bayar setelah adanya putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.” Akhirnya PENGGUGAT menurutinya
4. Menimbang, bahwa dalil-dalil jawaban baik dalam Eksepsi, dalam Pokok jawaban,
dalam rekonvensi dan maupun dalam duplik. Terlihat ketidak konsistenan antara dalil
yang satu dengan yang lainnya berbeda/bertolak belakang seolah-olah mengarang cerita
dengan membolak-balikan fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga hal tersebut justru
menguatkan semua dalil-dalil PENGGUGAT bahwa apa yang di dalilkan oleh
PENGGUGAT faktanya adalah benar yang sebetulnya diakui secara tidak langsung
oleh TERGUGAT.
5. Menimbang, bahwa dengan melihat bukti-bukti yang ada di persidangan serta
keterangan saksi-saksi baik dari PENGGUGAT maupun dari TERGUGAT, masalah
perselisihan pemutusan hubungan kerja secara sepihak ini justru terlihat terang, jelas dan
berkesimpulan bahwa PENGGUGAT tidak bersalah hanya ketaatan/kepatuhan dan
loyalitas kerja PENGGUGAT justru tidak diharapkan oleh atasannya. Dengan melihat
fakta persidangan maka keyakinan PENGGUGAT bahwa Yang Mulia Majelis Hakim
Pemeriksa perkara a quo dapat mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya
dan menolak dalil-dalil TERGUGAT baik dalam eksepsi, konvensi maupun rekonvensi
yang terlihat tidak jelas bahkan terlihat mengada-ngada. Sehingga apa yang dimohonkan
oleh TERGUGAT patut untuk ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat di terima (N.O).

III. DALAM REKONVENSI


1. Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi I dari TERGUGAT Rekonvensi yaitu
saudari Mira yang merupakan Mantan HRD karyawan PT. SUgiura Indonesia dan
diperkuat oleh Keterangan Saksi I dari PENGGUGAT Rekonvensi yaitu Saudara Maman
yang merupakan Manager HRD PT. Sugiura saat ini. Yang menerangkan bahwa terkait
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan secara sepihak oleh PENGGUGAT
Rekonvensi, akan mendapatkan Uang Pesangon dan kompensasi lainnya tentunya
berdasarkan Peraturan Perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, gugatan rekonvensi
PENGGUGAT dr/TERGUGAT tidak berdasarkan fakta maupun secara hukum karena
dalam petitum gugatan tersebut tidak memberikan uang pesangon dan kompensasi lainnya
berdasarkan peraturan perusahaan itu sendiri, PENGGUGAT Rekonvensi hanya
meminta pemutusan hubungan kerja tersebut sah secara hukum. Padahal fakta yang terjadi
5
di persidangan justru sebaliknya.
2. Menimbang, bahwa dasar gugatan rekonvensi PENGGUGAT dr/TERGUGAT adalah
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, sebagaimana diketahui
secara bersama-sama bahwa pada bulan Nopember tahun 2022 Undang-Undang tersebut
resmi

3. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sehingga hal tersebut sangatlah jelas tentunya
berdasarkan fakta yang ada di persidangan yaitu tidak ada keterangan saksi maupun bukti
surat yang menerangkan bahwa dalil–dalil gugatan rekonvensi PENGGUGAT
dr/TERGUGAT berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Sehingga jelas bahwa gugatan
rekonvensi PENGGUGAT dr/TERGUGAT tidak berdasarkan hukum (Tidak
berdasarkan peraturan perusahaan maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku).
Akibatnya adalah gugatan rekonvensi PENGGUGAT dr/TERGUGAT Patut untuk
ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Menimbang, bahwa fakta persidangan yaitu berdasarkan keterangan Saksi I dari
TERGUGAT Rekonvensi dan diperjelas oleh Keterangan Saksi I dan Saksi II dari
PENGGUGAT Rekonvensi tidak ada satu kalimat atau pernyataan yang menerangkan
bahwa TERGUGAT Rekonvensi telah melanggar Pasal 64 ayat (8) Peraturan Perusahaan
sebagaimana yang di dalilkan oleh PENGGUGAT Rekonvensi dalam dalil gugatannya
pada point 15 sehingga keyakinan kami sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Yang
Mulia Majelis Hakim pada sidang agenda Pembuktian Saksi dari PENGGUGAT
Rekonvensi adalah benar yaitu “Bahwa TERGUGAT Rekonvensi adalah pekerja dengan
loyalitas yang sangat tinggi akan tetapi tidak di dukung oleh atasan-atasannya”. Hal
tersebut kemudian TERGUGAT Rekonvensi dalam pernyataannya yang disampaikan
pada kesimpulan ini adalah fakta memang seperti itu bahwa TERGUGAT Rekonvensi
itu tidak didukung oleh atasanya karena TERGUGAT rekonvensi tidak mau nurut
diperintahkan oleh PENGGUGAT rekonvensi melalui atasannya yaitu saudara AGUS
SUPRIADI selaku MANAGER PRODUKSI sekaligus MANAGER MAINTENANCE
karena perintahnya adalah untuk melanggar Peraturan Perusahaan dan instruksi kerja
secara melawan hukum demi karir dan kepentingannya sebagai manager. Hal tersebut juga
TERGUGAT rekonvensi alami sejak menjabat Supervisor ISO yang atasannya adalah
Saudara MAMAN selaku manager HRD. Yaitu kesalahan TERGUGAT Rekonvensi
adalah tidak mau nurut untuk melanggar peraturan perusahaan. Hal tersebut tercermin
dalam fakta persidangan sebagaimana keterangan Saksi I dan Saksi 2 yang menerbitkan
surat mutasi, yang justru istilah mutasi tersebut tidak ada di dalam peraturan perusahaan.
Diperjelas lagi oleh keterangan saudara Saksi Agus Supriadi yang menerangkan “setiap
waktu struktur organisasi dapat berubah ubah sesuai kebutuhan”. Itu artinya tidak ada
peraturan yang pasti dalam perusahaan ini yang sehingga bagaimana mungkin
TERGUGAT rekonvensi dinyatakan bersalah kemudian diterbitkannya Surat Peringatan
I , II sampai Ke III. Sedangkan TERGUGAT Rekonvensi juga mencontohkan perbuatan
yang melawan hukum yang justru mengajarkan kepada karyawan untuk tidak mentaati
peraturan perusahaan yang sejatinya dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan.
5. Menimbang bahwa dalil gugatan rekonvensi tentang adanya perintah dari saudara AGUS
Suherman Selaku atasan dari pada jawaban PENGGUGAT Rekonvensi Point 14 huruf
(1-66) terbantahkan oleh keterangan saudara saksi II yaitu saudara AGUS SUPRIADI
6
yang menyatakan dirinya adalah manager Produksi bukan Agus Suherman. Sehingga
atasan TERGUGAT Rekonvensi adalah Agus Supriadi bukan Agus Suherman. Kedua
orang ini berbeda. Saudara AGUS SUPRIADI menambahkan bahwa TERGUGAT
rekonvensi dalam jabatannya yang baru adalah supervisor yang tidak memiliki bawahan
sehingga sangat jelas bahwa dalil gugatan rekonvensi PENGGUGAT keliru karena agus
Suherman

sendiri adalah karyawan yang menjabat sebagai supervisor maintenance juga dibuktikan
dalam Struktur Organisasi perusahaan dalam bukti surat TERGUGAT Rekonvensi pada
P-5 terlihat sangat jelas bahwa agus suherman adalah sebagai supervisor maintenance
bukan manager Produksi. Sehingga perintah yang di sampaikan oleh saudara agus
suherman itu terbantahkan sendiri oleh keterangan saksi Saudara agus Supriadi yang
menerangkan bahwa TERGUGAT rekonvensi adalah bawahannya”. Jadi keterangan
Saudara Saksi Agus Supriadi sendiri sangat bertentangan dengan dalil-dalil yang
dikemukakan dalam gugatan Rekonvensi PENGGUGAT. Keyakinan kami bahwa dalil
gugatan rekonvensi ini mengada-ada dan tidak jelas jika dihubungkan dengan keterangan
saksi yang dihadirkan oleh PENGGUGAT Rekonvensi. Yang jadi pertanyaan adalah
bagaimana mungkin supervisor memerintah supervisor ? hal ini justu tidak pernah ada
sebelumnya jabatan yang sama dapat memerintah layaknya atasan dengan bawahannya.
6. Menimbang, bahwa berdasarkan point 1 s/d 4 diatas maka terhadap surat Mutasi, Surat
Peringatan I, II dan III terbukti tidak sah dan batal demi hukum /dapat dibatalkan begitu
juga dengan Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja yang telah dikeluarkan
cacat hukum karena berdasarkan surat peringatan I, II dan III yang juga cacat hukum. Oleh
karena itu, TERGUGAT rekonvensi memohon kepada Yang mulia Majelis Hakim
Pemeriksa Perkara A quo tentunya berdasarkan fakta persidangan dan pembuktian tertulis
maupun saksi-saksi yang telah diminta keterangannya dalam persidangan agar Yang Mulia
Majelis Hakim agar memutus Perkara ini dengan membatalkan Surat Mutasi Nomor :
01/HRSUGIN/SK-M/II/2022 tertanggal 03 Februari 2022, Menyatakan Tidak sah dan
Batal Demi Hukum Surat Peringatan 1 s./d Surat Peringatan 3 yang telah diterbitkan oleh
PENGGUGAT Rekonvensi, Menyatakan tidak sah dan Batal Demi Hukum Surat
Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja yang telah diterbitkan oleh PENGGUGAT
rekonvensi terhadap TERGUGAT Rekonvensi, karena terbukti :
a. TERGUGAT Rekonvensi tidak melakukan kesalahan apapun sehingga tidak jelas
alasan dan dasar pemutusan hubungan kerja tersebut;
b. PENGGUGAT Rekonvensi dalam keadaaan yang normal tidak sedang dalam
masalah terutama masalah financial terbukti berdasarkan keterangan saksi I dari
PENGGUGAT Rekonvensi yaitu Saudara MAMAN selaku Manager HRD tempat
dimana TERGUGAT Rekonvensi bekerja;
c. TERGUGAT Rekonvensi adalah pekerja yang loyalitasnya sangat tinggi hal
tersebut disampaikan oleh saksi I TERGUGAT yaitu saudari MIRA diperkuat oleh
bukti Persangkaan Hakim yang disampaikan pada sidang agenda keterangan Saksi
yakni “Bahwa TERGUGAT Rekonvensi adalah pekerja dengan loyalitas yang
sangat tinggi akan tetapi tidak di dukung oleh atasan-atasannya”. Jasa-jasa
TERGUGAT Rekonvensi sangat besar terhadap perusahaan salah satunya adalah
menerapkan standar ISO 9001 dan ISO 14.001 tersertifikasi serta SMK3
7
tersertifikasi, sehingga perusahaan dapat berproduksi sampai saat ini. Jika itu tidak
dilakukan maka perusahaan dipastikan tidak bisa berproduksi karena PT. Toyota
Motor yang merupakan customer tetap PT. SUgiura Indonesia. Menginginkan agar
perusahaan dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan T. SUgiura Indonesia tertib
aturan dan tersertifikasi ISO maupun SMK3.
d. Bahwa sejak pertama kali masuk PT. SUgiura Indonesia, TERGUGAT rekonvensi

melamar sebagai tenaga Ahli di bidang ISO dan SMK3 maupun K3. Di interview
oleh manager HRD sebelum saudara MAMAN masuk bekerja. Yaitu untuk
kebutuhan setifikasi ISO yaitu sebagai tenaga ahli. Akan tetapi sejak saudara
MAMAN masuk bekerja di PT. SUgiura Indonesia menjabat sebagai MANAGER
HRD menggantikan manager yang lama yang resign. Maka semuanya kesepakatan
yang awalnnya sebagai tenaga ahli kemudian berubah-ubah seperti yang terlampir
pada bukti surat TERGUGAT Rekonvensi P-2, P-3, P-4 dan P-6. Dengan beberapa
kali dilakukan rotasi/mutasi ke bagian yang justru bukan keahlian TERGUGAT
REKONVENSI. Padahal sejak awal TERGUGAT rekonvensi sering mengatakan
kepada saudara MAMAN selaku atasannya sebelum di pindah ke bagian produksi.
Bahwa TERGUGAT rekonvensi tidak memiliki kemampuan selain dibidang ISO
dan SMK3. Akan tetapi jawaban saudara MAMAN adalah “tidak apa-apa bu
kerjaannya hanya mengecek-mengecek aja”. Atas pernyataan tersebut maka
TERGUGAT Rekonvensi mau mengikuti perintah atasannya sepanjang hal tersbut
tidak merugikan TERGUGAT rekonvensi pada waktu itu;
e. Bahwa TERGUGAT Rekonvensi adalah pekerja yang taat aturan sebagaimana yang
disampaikan pada saat interview pertama kali melamar pekerjaan sebagai tenaga ahli,
di dalam interview Manager HRD menjelaskan bahwa adanya peraturan perusahaan
yang dibuat adalah untuk ditaati sebagai landasan hukum dalam melakukan pekerjaan
maupun terkait hak dan kewajiban perusahaan maupun pekerja. Hal tersebutlah yang
dipegang teguh oleh TERGUGAT rekonvensi sejak awal masuk bekerja sampai di
PHK. Hal tersebut kemudian berubah sejak Saudara MAMAN masuk bekerja di PT.
SUgiura Indonesia dan menjabat sebagai Manager HRD, pada saat itulah
TERGUGAT rekonvensi diajarkan untuk melanggar aturan yang sudah ditetapkan
seperti penandatangan presiden direktur yang di palsukan untuk surat jalan angkut
limbah perusahaan, tidak memberikan uang saku bagi pekerja magang, tidak
memberikan makanan seperti Snack (Makanan ringan) kepada pekerja magang disaat
karyawan tetap mendapatkannya. Bahkan pada saat TERGUGAT Rekonvensi
dipindahkan kebagian Produksi, diperintahkan oleh Saudara Agus Supriadi selaku
manager Produksi sekaligus manager Maintenance agar tidak usah menghiraukan
pendapat Quality Control sebagaimana dalil gugatan konvensi pada point 15 huruf (b)
tentang standar Produk Not GOOD (N.G). hal tersebut justru membuat bingung
Pekerja termasuk TERGUGAT rekonvensi pada saat itu, dapartemen quality control
sendiri bertugas menentukan kualitas produk dengan standar yang tentunya
berdasarkan analisisnya terkait produk (N.G) tugas tersebut dan kewenangan
menentukan kualitas produksi harusnya kita taati akan tetapi justru Saudara Agus
Supriadi selaku atasan TERGUGAT Rekonvensi malah menginstruksikan lain yang
berbeda dengan instruksi QC (Quality Control);
8
f. Bahwa berdasarkan hal-hal yang di kemukakan pada point-point diatas maka sangat
jelas dan terang bahwa perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh
PENGGUGAT Rekonvensi terhadap TERGUGAT Rekonvensi semata-mata
karena arogansi PENGGUGAT Rekonvensi terhadap karyawan termasuk
TERGUGAT Rekonvensi untuk selalu mentaati perintah atasannya walaupun
atasannya salah maka dalil yang digunakan adalah perintah atasan selalu benar dan
jika salah maka kembali ke dalil sebelumnya bahwa atasan selalu benar. Sehingga
apabila dihubungan dengan

peraturan perusahaan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan maupun Peraturan Perundang-undangan lainya yang relevan dengan
permasalahan ini maka yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep - 150 /
Men / 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Dan Penetapan Uang
Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja Dan Ganti Kerugian Di Perusahaan yaitu
a. “Dalam hal pemutusan hubungan kerja perorangan bukan karena kesalahan
pekerja tetapi pekerja dapat menerima pemutusan hubungan kerja , maka pekerja
berhak atas uang pesangon paling sedikit 2 (dua) kali sesuai ketentuan Pasal 22,
uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 23 dan ganti kerugian
sesuai ketentuan Pasal 24, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak ditentukan
lain”. Pasal 22 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep - 150 / Men /
2000 adalah
berkaitan dengan Pasal 156 ayat (2) huruf (i) yaitu : masa Kerja 8 Tahun atau
lebih
mendapatkan uang Pesangon 9 bulan upah. Artinya upah terakhir dan masa kerja
TERGUGAT rekonvensi sampai saat ini adalah 8 tahun lebih dengan upah
sebesar : Rp. 9.798.083 terbilang (Sembilan Juta tujuh ratus sembilan puluh
delapan ribu delapan puluh tiga rupiah);
Pasal 23 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep - 150 / Men / 2000
adalah berkaitan dengan uang penghargaan masa kerja yaitu sebesar 3 kali upah
bulanan karena TERGUGAT Rekonvensi telah bekerja lebih dari 8 tahun dan
kurang dari 9 Tahun sebagaimana dalil gugatan konvensi point 1 yang
menerangkan awal masuk bekerja sampai saat ini. Pasal 24 Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 adalah berkaitan dengan ganti
kerugian seperti istirahat tahunan yaitu Cuti Besar yang belum diambil yaitu pada
tahun ke 7 dan ke 8, cuti tahunan pada tahun 2023 belum diambil, tunjangan
perumahan dan pengobatan sebesar 15% dari uang Pesangon, dan tunjangan hari
raya pada tahun 2023 yang tidak diberikan sebesar 1 bulan upah;
bahwa fakta dalam persidangan terjadi sebagaimana keterangan saksi-saksi baik
dari PENGGUGAT rekonvensi maupun TERGUGAT rekonvensi tidak ada
yang membantah bahkan semua saksi membenarkan bahwa peraturan perusahaan
yang berlaku adalah Bukti surat TERGUGAT Rekonvensi Pada bukti P-15
masih peraturan yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Juncto Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep -
150 / Men / 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Dan
Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja Dan Ganti Kerugian
Di Perusahaan sehingga sangat kuat alasan TERGUGAT rekonvensi dalam
gugatan konvensi meminta dan memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim

9
Untuk memutus perkara a quo dengan mengabulkan gugatan Konvensi
PENGGUGAT untuk seluruhnya ;
7. Menimbang, bahwa sebagaimana diuraikan oleh PENGGUGAT Rekonvensi pada
gugatan rekonvensi point 13, 14, 15 dan 16 tidak ada satu dalil pun dari keyakinan
TERGUGAT Rekonvensi yang menyakini kebenaran dari tersebut setelah
mendengarkan langsung keterangan saksi yang PENGGUGAT Rekonvensi hadirkan ke
persidangan tanggal 7 Juni 2023. Fakta yang TERGUGAT Rekonvensi yakini adalah
keterangan saksi yang tidak konsisten dan berbelok-belok yang menandakan adanya
kebohongan dan kepalsuan dari keterangannya yang seolah-olah mengarang cerita bahwa
TERGUGAT

rekonvensi telah melakukan pelanggaran berat. Padahal faktanya tidak seperti itu,
sehingga keyakinan kami adalah sesuai dengan persangkaan majelis hakim sebagaimana
yang di ucapkan pada persidangan agenda pembuktian saksi dari PENGGUGAT
Rekovensi itu;

IV. PEMBUKTIAN DALAM PERSIDANGAN


A. BUKTI PENGGUGAT
1. BUKTI SURAT
- Bahwa bukti surat yang PENGGUGAT telah sampaikan diantaranya adalah :
a. Bukti P-1 adalah Copy dari Surat Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap
No : 076/HR-Sugindo/SK/V/2015 yang membuktikan awal mulanya terjadi
hubungan kerja antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT sebagai
PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu);
b. Bukti P-12 adalah Copy dari Surat Keputusan Promosi Jabatan No :
008/HRGA/SUGIN/I/2018 yang membuktikan bahwa PENGGUGAT
memiliki etos kerja serta loyalitas kerja yang tinggi dan sangat baik;
c. Bukti P-3 adalah Copy dari Surat Mutasi/Rotasi Jabatan No :
010/HRGA/SUGIN/III/2018 yang membuktikan bahwa Mutasi/Rotasi yang
sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan/atau UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan;
d. Bukti P-4 adalah Copy dari Surat Mutasi No :
01/HR-SUGIN/SK-M/X/2019 yang membuktikan bahwa PENGGUGAT
Menerima untuk dimutasi ke bagian Produksi yang bukan keahlian
PENGGUGAT sepanjang tidak mengurangi Upah PENGGUGAT;
e. Bukti P-5 adalah Copy Struktur Organisasi Pasca dikeluarkannya Surat
Mutasi No : 01/HR-SUGIN/SK-M/II/2022 yang membuktikan adanya
Penurunan Jabatan yang telah dilakukan TERGUGAT kepada
PENGGUGAT;
f. Bukti P-6 adalah adalah Copy dari Surat Mutasi No : 01/HR-SUGIN/SK-
M/II/2022 yang membuktikan bahwa adanya mutasi yang berisikan Demosi
Jabatan dengan Penurunan Upah PENGGUGAT yang tidak sesuai dengan
Peraturan Perusahaan;
g. Bukti P-7 adalah Copy dari Surat Nomor : 006/KHTN/II/2022 yang
membuktikan adanya itikad baik dari PENGGUGAT untuk menyelesaikan
10
Permasalahan ini secara musyawarah;
h. Bukti P-8 adalah Copy dari Surat Nomor : 09/KHTN/VII/2022 yang
membuktikan itikad baik dan upaya PENGGUGAT dalam menyelesaikan
permasalahan secara musyawarah dengan meminta difasilitasi oleh DPRD
Kabupaten Karawang;
i. Bukti P-9 adalah Copy dari Surat Peringatan I (SP I) Nomor :
002/SP/HRGA/VII/2022 yang membuktikan idak adanya itikad baik dan
arogansi TERGUGAT yang mengeluarkan sanksi terhadap PENGGUGAT
padahal permasalahannya sedang diupayakan dan dimusyawarahkan;
j. Bukti P-10 adalah Copy dari Surat Peringatan II (SP II) Nomor :
003/SP/HRGA/VII/2022 yang membuktikan adanya tindakan dari

TERGUGAT yang tidak sesuai dengan Peraturan Perusahan yang dibuatnya


sendiri (SP 1 dan SP 2 dikeluarkan dibulan yang sama sebelum masa berlaku
SP I berakhir);
k. Bukti P-11 adalah Copy dari Surat Peringatan III (SP III) Nomor :
004/SP/HRGA/X/2022 membuktikan adanya Pengulangan tindakan dari
TERGUGAT yang tidak sesuai dengan Peraturan Perusahan (masa Berlaku
SP II : 11 Oktober 2022 SP III dikeluarkan Tgl 06 Oktober 2022);
l. Bukti P-12 adalah Copy dari Surat Nomor : 001/PHK/HRGA/X/2022
Tertanggal 7 Oktober 2022 membuktikan tentang kebenaran TERGUGAT
tidak memiliki Itidad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan
musyawarah dan tidak melakukan upaya untuk menghindari terjadinya PHK
sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku;
m. Bukti P-13 adalah Anjuran dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
kabupaten Karawang No : 567/792/HISK tertanggal 30 Januari 2023
membuktikan proses bipartit dan tripartit sudah dilaksanakan dan hasilnya
adalah Anjuran dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi kabupaten
Karawang;
n. Bukti P-14 adalah slip gaji terakhir sebagai Supervisor Bulan Febuari 2022
dan slip gaji sebagai senior Expert Bulan Juni 2022 serta slip gaji bulan mei
2015 ketika menjabat sebagai leader membuktikan adanya Penurunan
jabatan dan upah yaitu Tunjangan jabatan (sebagai Pembanding maka di
lampirkan dua slip gaji dari sebelum diterbitkannya surat mutasi dengan gaji
sesudah di terbitkannya surat mutasi);
o. Bukti P-15 adalah Peraturan Perusahaan tahun 2018 yang diterima
PENGGUGAT sampai saat ini membuktikan danya Peraturan yang berlaku
di Perusahaan ini dan sebagai Peraturan Tunggal yang Berlaku karena
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tidak ada;
p. Bukti P-16 adalah Internal Memorandum No : 004/HRGA/SUGIN/II/2022
tentang Penilaian Kerja dan Kenaikan Upah membuktikan danya Instruksi
kerja perusahaan sebagai parameter penilaian kerja dan kenaikan upah secara
objektif dan sudah ditetapkan;
q. Bukti P-17 adalah KPI (Penialian Kerja PENGGUGAT pada Tahun 2021)
11
membuktikan adanya penilaian tidak objektif yang tidak berdasarkan Bukti
P-16, penilaian hanya berdasarkan penilaian kualitatif (Penilaian
berdasarkan pandangan atasan yang bersangkutan) sedangkan penilaian
absen dan Kuantitatif tidak dimasukan dalam kategori penilaian ( dalam
Instruksi Kerja Penilaian tergolong menjadi 3 yaitu Absen, Kualitatif dan
Kuantitatif dengan Bobot yang sama dijumlah kemudian dibagi 2 antara
penilaian kualitatif dengan kuantitatif); dan
r. Bukti P-18 adalah KPI (Penialian Kerja PENGGUGAT pada Tahun 2020)
membuktikan bahwa penilaian sangat objektif, berdasarkan Bukti P-16
dengan parameter penilaian Kualitatif + Kuantitatif dibagi 2 hasilnya yang di
dapat adalah “Baik” (B).

2. KETERANGAN SAKSI
− Bahwa tertanggal 31 mei tahun 2023 kehadapan Yang Mulia Majelis Hakim,
PENGGUGAT telah menghadirkan kedua orang saksi sebagaimana yang intinya
PENGGUGAT uraikan di bawah ini :
a. SAKSI I adalah Saudari MIRA, Usia 28 Tahun, Agama Islam, Warga Negara
Indonesia, status menikah, pendidikan SMA/Sederajat, beralamat di
purwakarta yang merupakan Mantan Pekerja dari PT. Sugiura Indonesia
(TERGUGAT) sebagai staff HRD kemudian di mutasi kebagian produksi
yang bekerja sejak periode Tahun 2015 sampai 2021 karena saudari SAKSI
mengundurkan diri akibat dari adanya Mutasi kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan saudari saksi.
1). Bahwa saudari saksi juga menjelaskan bahwa PENGGUGAT merupakan
atasannya pada saat masih bekerja baik di Bagian HRD maupun di bagian
Produksi;
2). Bahwa saudari saksi juga menjelaskan tentang ketidaksesuian antara
Peraturan perusahaan yang diberlakukan dengan fakta yang saudari saksi
alami selama masih bekerja di tempat TERGUGAT;
3). Bahwa saudari Saksi juga menjelaskan PENGGUGAT adalah atasan
yang baik, bijaksana dan sangat taat aturan. PENGGUGAT juga
merupakan atasan yang terbuka serta PENGGUGAT sangat berjasa besar
terhadap Perusahaan sampai saudari saksi memutuskan untuk
mengundurkan diri semua jasa-jasa PENGGUGAT masih di manfaatkan
oleh TERGUGAT dalam beroperasional (melakukan kegiatan produksi);
Adapun jasa-jasa tersebut adalah tersertifikasinya standar ISO
(International Organization Standardization)/ organisasi internasional
untuk standarisasi yang di nilai sangat penting untuk di miliki oleh suatu
perusahaan yang ingin bersaing secara global karena dapat mengukur
kredibilitas dan managemen mutu dari suatu perusahaan. Selain itu, PT.
Toyota manufacturing Indonesia sebagai custumer dari TERGUGAT
menginginkan agar TERGUGAT terstandari / tersertifikasi ISO Minimal
ISO 9001 tentang Sistem Management mutu/kualitas produk dan ISO
14.001 tentang standar sistem management lingkungan.
Bahwa apabila TERGUGAT tidak terstandar ISO maka akibatnya adalah
12
TERGUGAT tidak dapat berproduksi.
4). Bahwa saudari saksi juga menjelaskan tentang tersertifikasinya SMK3
(sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) akibat dari hasil
kerja PENGGUGAT selama ini yang sangat penting bagi TERGUGAT
dalam menjalankan usahanya.
5). Bahwa saudari saksi juga menjelaskan tentang hak pekerja akibat di PHK
yaitu mendapatkan Uang Pesangon dan kompensasi lainnya sebagaimana
yang tertuang dalam peraturan perusahaan.
6). Bahwa saudari saksi selaku mantan HRD juga menjelaskan tentang
adanya surat mutasi yang diterbitkan TERGUGAT untuk
PENGGUGAT yang sebtulnya surat tersebut adalah bukan MUTASI
melainkan DEMOSI.

b. Saksi II adalah Saudari WILDA, usia 38 Tahun, agama Islam, warga Negara
Indonesia, Status Menikah, pendidikan Strata I/Sarjana Ekonomi, beralamat di
Kondangjaya-Karawang, yang merupakan Mantan Pekerja PT. SUgiura
Indonesia (TERGUGAT) bagian staff Finance dan Acounting (Departemen
FA) periode kerja sejak tahun 2013 – 2021, yang sangat mengenal
PENGGUGAT sebagai sesama karyawan dari TERGUGAT;
1). Bahwa saudari saksi mengetahui adanya surat mutasi jabatan dari
PENGGUGAT berdasarkan cerita PENGGUGAT dan sebelumnya juga
pernah mendengar dari rekan-rekan kerjanya sewaktu saudari saksi masih
bekerja di tempat TERGUGAT.
2). Bahwa saudari saksi juga membenarkan adanya PHK yang dilakukan oleh
TERGUGAT kepada PENGGUGAT akan tetapi PHK tersebut dilakukan
setelah saudari saksi mengundurkan diri dari Perusahaan
3). Bahwa sepengetahuan saudari saksi selama bekerja di tempat
TERGUGAT, tidak ada jabatan Senior Expert di departemen produksi 2
yaitu jabatan yang diduduki oleh PENGGUGAT berdasarkan surat mutasi
terakhirnya.
4). Bahwa sepengetahuan saudari saksi terkait mutasi jabatan itu tidak
mengurangi upah pokok maupun upah tunjangan lainnya;
5). Bahwa sepengetahuan saudari saksi yang mengurangi upah, baik upah
pokok maupun upah tunjangan jabatan lainnya adalah DEMOSI jabatan;
6). Bahwa sepengetahuan saudari saksi PENGGUGAT adalah pekerja yang
sangat bertanggung jawab, dengan loyalitas tinggi terhadap perusahaan
serta sangat berjasa bagi perusahaan;
7). Bahwa sepengetahuan saudari saksi mutasi jabatan diperuntukan untuk
peningkatan skill pekerja akan tetapi demosi terjadi akibat kesalahan
pekerja yang sangat patal;
8). Saudari saksi juga membenarkan bahwa PENGGUGAT direkrut
perusahaan sebagai tenaga ahli kemudian dipromosikan sebagai Supervisor
ISO kemudian di mutasi ke bagian produksi dengan Jabatan Suvervisor dan
yang terakhir di demosi ke jabatan Senior Exspert bagian Produksi 2.
B. TANGGAPAN ATAS BUKTI TERGUGAT
13
1. BUKTI SURAT
Bahwa tertanggal 24 Mei 2023 TERGUGAT telah mengajukan bukti surat yang
terlampir dari T-1 sampai dengan T- 48 yang pada intinya akan PENGGUGAT
tanggapi sebagai berikut :
a. Bahwa bukti T-1 yaitu adanya surat keputusan tentang jabatan baru yang diterbitkan
pada tahun 2022 tentang adanya jabatan Senior Exspert pada bagian Produksi 2.
Atas bukti surat T-1 tersebut PENGGUGAT mencermati bahwa jabatan senior
exspert baru ditetapkan pada bulan januari tahun 2022 terhitung sama dengan sejak
PENGGUGAT menerima surat mutasi pada Bukti P-6 PENGGUGAT dari
TERGUGAT. Itu artinya PENGGUGAT menyakini bahwa jabatan senior expert
diperuntukan hanya untuk PENGGUGAT saja. Bahwa bukti P-6 PENGGUGAT
menerimanya pada akhir januari 2022 dan akan berlaku tanggal 7 Febuari 2022 baik
PENGGUGAT menerima mutasi tersebut maupun tidak menerima mutasi tersebut.

TERGUGAT juag menerangkan dalil T-1 ini untuk membuktikan pengoptimalan


kemampuan pekerja sesuai dengan keahlianya. Sangat jelas terlihat bahwa keahlian
PENGGUGAT sejak awal adalah dibidang ISO dan SMK3 lalu mengapa justru
malah di pindahkan kebagian yang bukan keahlian dari PENGGUGAT. Hal
tersebut sangat tidak sesuai. “dalam rangka untuk memperbaiki kinerja dan
kehandalan organisasi di produksi”, mengapa bukan leader produksinya yang
ditempatkan di bagian tersebut. Mengapa harus PENGGUGAT?
sejak awal PENGGUGAT telah menjelaskan kepada atasannya bahwa
PENGGUGAT tidak memiliki keahlian sama sekali di bidang produksi, akan
tetapi, tanggapan atasan PENGGUGAT adalah tidak apa-apa karena pekerjaanya
adalah hanya mengecek-ngecek barang produksi saja. Seakan-akan tidak
menghiraukan keseriusan tanggapan PENGGUGAT tersebut;
b. Bahwa Bukti T-2 menjelaskan tentang kebenaran dari bukti P-6 PENGGUGAT
sehingga PENGGUGAT sudah tanggapi sebelumnya dan merupakan kebenaran
yang diakui pula oleh TERGUGAT;
c. Bahwa bukti T-3 sampai dengan T-35 yang berisikan perintah atasan yaitu saudara
AGUS SUHERMAN selaku Supervisor produksi 2/ maintenance. Yang dilakukan
secara elektronik melalui pesan Whats,up maupun email padahal saudara AGUS
SUHERMAN sering bertemu dengan PENGGUGAT akan tetapi, tidak
memberikan perintah secara langsung. Bahwa perintah atasan ini dilakukan sejak
febuari 2022-oktober 2022.
Menanggapi hal tersebut bahwa dalam pada jawaban PENGGUGAT Rekonvensi
Point 14 huruf (1-66) adalah bukti surat T-3 sampai dengan T-35 terbantahkan oleh
keterangan saudara saksi II yaitu saudara AGUS SUPRIADI yang menyatakan
dirinya adalah manager Produksi bukan Agus Suherman. Sehingga atasan
TERGUGAT Rekonvensi adalah Agus Supriadi bukan Agus Suherman. Kedua
orang ini berbeda. Saudara AGUS SUPRIADI menambahkan bahwa
PENGGUGAT dalam jabatannya yang baru adalah supervisor yang tidak memiliki
bawahan, karena agus Suherman. sendiri adalah karyawan yang menjabat sebagai
supervisor maintenance juga dibuktikan dalam Struktur Organisasi perusahaan
dalam bukti surat PENGGUGAT pada P-5 terlihat sangat jelas bahwa agus
14
suherman adalah sebagai supervisor maintenance bukan manager Produksi.
Sehingga perintah yang di sampaikan oleh saudara agus suherman itu terbantahkan
sendiri oleh keterangan saksi Saudara agus Supriadi yang menerangkan bahwa
PENGGUGAT masih setara dengan Supervisor”. Jadi Keyakinan kami bahwa
dalam dalil gugatan rekonvensi ini mengada-ada dan tidak jelas jika dihubungkan
dengan keterangan saksi yang dihadirkan oleh TERGUGAT. Yang jadi pertanyaan
adalah bagaimana mungkin supervisor memerintah supervisor ? hal ini justu tidak
pernah ada sebelumnya jabatan yang sama dapat memerintah layaknya atasan
dengan bawahannya.
Didalam bukti surat P-5 saudara Agus Suherman adalah atasan PENGGUGAT di
Jabatannya sebagai SENIOR EXSPERT. Akan tetapi, dalil atau bukti T-1
TERGUGAT menerangkan bahwa jabatan PENGGUGAT sebagai Senior Exspert
adalah setara dengan supervisor. Hal inilah yang menunjukan ketidak konsisitenan
TERGUGAT dalam menerbitkan surat maupun peraturan, sehingga
membingungkan

karyawan sebetulya.
d. Bahwa bukti T-36 sampai dengan T-44 adalah slip gaji terhitung sejak bulan
Februari 2022 sampai dengan Bulan Oktober 2022. Akan tetapi, PENGGUGAT
hanya meneriman slip gaji tersebut sampai bulan Juni 2022 saja. Selebihnya
PENGGUGAT tidak menerimannya.
e. Bahwa bukti T-45 sampai dengan T-48 adalah sebagaimana terlampirkan pada bukti
surat PENGGUGAT P-9 sampai dengan P-12, sehingga tidak perlu ditanggapi lagi
karena telah diakui kebenarannya oleh TERGUGAT.

2. KETERANGAN SAKSI
Bahwa tertanggal 7 Juni tahun 2023 kehadapan Yang Mulia Majelis Hakim,
TERGUGAT telah menghadirkan kedua orang saksi sebagaimana yang intinya
PENGGUGAT uraikan di bawah ini :
a. Bahwa Saksi I yaitu saudara MAMAN yang menjabat sebagai Manager HRD di
tempat TERGUGAT
bahwa intinya saksi I TERGUGAT telah membenarkan semua dalil-dalil
gugatan PENGGUGAT dan Bukti tulis PENGGUGAT diantaranya terkait
tentang adanya Mutasi jabatan, Surat Peringatan I,II dan III sampai Surat
Pemberitahuan PHK, dan menjelaskan pula tentang jabatan seperti mutasi, rotasi
dan demosi serta promosi yang telah diatur dalam Peratura Perusahaan serta
menjelaskan pula tentang hak-hak pekerja setelah di PHK.
b. Bahwa saksi II yaitu saudara AGUS SUPRIADI selaku Manager Produksi
sekaligus Manager manintenance yang merupakan atasan PENGGUGAT pada
intinya menerangkan dan membenarkan semua bukti tertulis dari
PENGGUGAT, terkait dengan bukti P-5 PENGGUGAT jabatan Senior expert
adalah jabatan yang baru dan sampai sekarang masih kosong. Dan membenarkan
bukti P-5 PENGGUGAT yang dapat dilakukan perubahan sewaktu-waktu.

Atas dasar uraian tersebut di atas, dengan ini PENGGUGAT mohon kepada Yang Mulia
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini dapat memutus dengan amar putusan sebagai
15
berikut :

I. DALAM EKSEPSI
− Menolak Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya
− Menerima Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.

II. DALAM POKOK PERKARA


− Menerima gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
− Menyatakan Tidak sah dan Batal Demi Hukum Surat Mutasi Nomor : 01/HRSUGIN/SK-
M/II/2022 tertanggal 03 Februari 2022 yang telah diterbitkan oleh TERGUGAT terhadap
PENGGUGAT.
− Menyatakan Tidak sah dan Batal Demi Hukum Surat Peringatan 1 s./d Surat Peringatan 3
yang telah diterbitkan oleh TERGUGAT terhadap PENGGUGAT.
− Menyatakan tidak sah dan Batal Demi Hukum Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan
Kerja yang telah diterbitkan oleh TERGUGAT terhadap PENGGUGAT.
− Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT
berakhir terhitung sejak tanggal Putusan dibacakan.

− Menghukum TERGUGAT untuk membayarkan Pesangon dan hak lainnya kepada


PENGGUGAT sebesar 2 x ketentuan peraturan perundang – undangan yaitu sebesar Rp.
295.035.352 (Dua Ratus Sembilan Puluh Lima Juta Tiga Puluh Lima Ribu Tiga Ratus
Lima Puluh Dua Rupiah ) dengan rincian sebagai berikut :
a. Upah Tetap Rp. 9.798.083 x 9 bulan x 2 ketentuan peraturan perundang - undangan
= Rp. 176.365.494,- (Seratus Tujuh Puluh Enam Juta Tiga Ratus Enam Puluh Lima
Ribu Empat Ratus Sembilan Puluh Empat Rupiah).
b. Penghargaan Masa Kerja ; Rp. 9.798.083 x 3 bulan = Rp. 29.394.249, - ( Dua Puluh
Sembilan Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Empat Ribu Dua Ratus Empat Puluh
Sembilan Rupiah).
c. Hak Cuti Tahunan Tahun 2023 yaitu sebesar 12 hari x ( Rp. 9.798.083 / 26 hari
kerja ) = Rp. 4.522.192,
d. Cuti Besar Tahun ketujuh masa kerja sesuai Pasal 79 ayat (2) huruf d Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 9.798.083.
e. Cuti Besar Tahun kedelapan masa kerja sesuai Pasal 79 ayat (2) huruf d Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu sebesar masa kerja sesuai Pasal 79 ayat (2)
huruf d Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 9.798.083.
f. Tunjangan Hari Raya Tahun 2023 sebesar 1 bulan upah yaitu ; Rp. 9.798.083.
g. Uang Penggantian Perumahan dan Pengobatan sesuai dengan ketentuan Pasal 156
ayat (4) huruf c yaitu 15 % x (Rp. 176.365.494 + Rp. 29.394.249,) = 30.863.961
h. Biaya untuk ongkos pulang pekerja dan keluarga sebesar 1 bulan upah yaitu Rp.
9.798.083
i. Bonus Tahun 2022 sebesar 1,5 bulan x Rp. 9.798.083 = Rp. 14.697.124.
− Menghukum TERGUGAT untuk membayarkan kepada PENGGUGAT Upah selama
Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yaitu upah sejak Nopember 2022 s/d
perkara selesai.

III. DALAM REKONVENSI


− Menolak gugatan PENGGUGAT rekonvensi untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
gugatan PENGGUGAT rekonvensi tidak dapat diterima (NO / Niet Ontvankelijke
16
Verklaard )
− Menghukum PENGGUGAT REKONVENSI/ TERGUGAT KONVENSI untuk
membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini.

Apabila Yang Mulia memiliki pertimbangan lain, mohon putusan yang seadil – adilnya (ex
aequo et bono).

Demikian kami sampaikan kesimpulan ini, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Salam Hormat,
PENASEHAT HUKUM

TIMI NURJAMAN, S.H., M.H.

DZIKY SAEFUL ROHIM, S.H., M.H.

DINA A. SURYAPATI, S.H., M.H.

17

Anda mungkin juga menyukai