LAPSUS Basofi Amrullah 18710010
LAPSUS Basofi Amrullah 18710010
Oleh:
Pembimbing :
Oleh :
Pembimbing,
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan kasus
ini dengan judul “Otitis media supuratif akut”.
Laporan Kasus ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
mengikuti ujian utama SMF Ilmu Penyakit THT sebagai dokter muda di RSU
dr.Wahidin Sudirohusodo. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini bukanlah
tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya Laporan Kasus ini tentunya tak lepas dari dorongan dan
uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Suhartati, dr., MS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada penulis menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2. dr. Tutut Sriwiludjeng T, Sp. THT-KL selaku kepala bagian Ilmu Penyakit
THT serta sebagai pembimbing Laporan Kasus di RSU dr.Wahidin
Sudirohusodo yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan maksimal.
3. Orang tua penulis serta semua keluarga yang selalu mendukung dan
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Kasus
ini.
4. Teman-teman pendidikan dokter umum yang telah banyak membantu
menyelesaikan Laporan Kasus ini.
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu penulis guna menyelesaikan Lapsus ini dengan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas pasien
Nama : An.HN
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Berat Utara RT
02/01,Mojokerto Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 23-02-2022
Berat badan : 11 kg
Kesadaran : Compos Mentis, 456
1
Vital Sign : Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Suhu : 36.5 °C
RR : 18 x/menit
Konjungtiva hiperemi
Perkusi : Timpani
2
1.2.8 Pemerikisaan THT
1 Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-) edema (-)
2 Daun telinga (pinna) Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma batas normal, hematoma
(-
(-
), nyeri tarik aurikula (-)
), nyeri tarik aurikula (-)
4 Membran timpani Retraksi (+), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
hiperemis (+), edema (-), hiperemis (-), edema (-),
perforasi (-), refleks perforasi (-), refleks
cahaya (-), cahaya (+),
1.3 Diagnosis
1.4 Penatalaksanaan
R/ Tab Cefixime 20
mg SL q.s
S 2dd 1 pulv
R/ Tremenza 1 / 3 tab
Metilprednisolone 4mg 1/4 Tab
AMbroxol1/4Tab
3
SL q.s
4
S3dd Ipulv R/ Iliadin 0,25% TH fl
No : I
S 3 dd gtt II (D/S)
S 2dd cth I
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain
itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis
media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva. Otitis media
berdasarkan durasi penyakitnya dibagi menjadi, akut (< 3 minggu), subakut (3-12
Otitis media supuratif akut adalah peradangan pada telinga tengah yang
2.2 Etiologi
melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain
6
banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah
mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang
7
Gambar telinga tengah dilihat dari medial
8
Gambar telinga tengah dilihat dari lateral
1. Osikula auditiva
Osikula aditiva atau disebut juga tulang pendengaran terdiri atas Maleus,
telinga dalam.
9
2. Musculus
10
3. Ad antrum
mastoideus.
4. Tuba auditiva
Tuba auditiva atau disebut juga tuba Eustachius adalah saluran yang
11
pergerakan kuman yang akan masuk ke auris media. Juga untuk
Fungsi Proteksi, dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari
Selain itu juga dilakukan oleh silia-silia pada mukosa tuba untuk
2.4 Epidemiologi
Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba eustachius
yang lebar dan pendek (Bull, 2003). Di Amerika Serikat, 70% anak telah mengalami
OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian otitis media akut adalah
pada anak berusia 3-18 bulan (Donaldson, 2015).
Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih disebut
dengan istilah "cenderung otitis".Suatu penelitian oleh Howie menunjukkan bahwa suatu
episode infeksi S.pneumoniae dalam tahun pertama kehidupan telah dihubungkan dengan
berlanjutnya insidens episode otitis media akut berulang.Keadaan ini lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak wanita.Insidens kondisi alergi tidak
meningkat pada anak-anak ini.Delapan serotipe S.pneumoniae bertanggung jawab lebih
atas lebih dari 75% episode otitis media akut (Boies, 1997).
2.5 Patogenesis
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis
media. Bila terjadi sumbatan pada tuba maka fungsi tuba untuk ventilasi, drainase
sekret dan fungsi silia pada mukosa tuba akan terganggu. Bila fungsi ventilasi
terganggu maka akan terjadi tekanan yang negatif di dalam telinga tengah yang
akan
12
menyebabkan efusi cairan. Efusi pada telinga tengah ini merupakan media yang
fertil untuk pertumbuhan dan perkembangan kuman ditambah lagi dengan fungsi
drinase tuba yang terganggu maka akan terjadi akumulasi sekret yang lebih
banyak pada telinga tengah. Silia pada mukosa tuba berguna untuk mencegah
invasi kuman dari saluran nafas (faring) ke telinga tengah. Karena fungsi silia
tengah juga terganggu. Kombinasi dari akumulasi sekret dan invasi kuman ke
telinga tengah maka akan menyebabkan perdangan pada telinga tengah atau
disebut otitis media. Selain melalui tuba eustachius otitis media dapat terjadi
akibat terjadinya invasi kuman dari liang telinga luar ke telinga tengah akibat
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5
stadium :4,5
13
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini
sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan virus atau
2. Stadium Hiperemis
edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang
14
3. Stadium Supurasi
bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu, edema
pada mukosa telinga tengah menjadi lebih hebat dan sel epitel superfisial
telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat kesakitan, nadi
dan suhu meningkat, dan rasa nyeri yang bertambah hebat di telinga.
Pasien selalu gaduh dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan
gangguan tuli konduktif. Pada bayi, demam tinggi dapat disertai muntah
dan kejang. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan
telinga tengah
15
menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan
4. Stadium Perforasi
berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke
16
5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir otitis media akut yang diawali
walaupun tanpa pengobatan jika membran timpani utuh, daya tahan tubuh
baik, dan virulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi
yang keluar terus menerus atau hilang timbul. Otitits media supuratif akut
dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media
2.6 Diagnosis
fisik yang cermat. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan
17
usia pasien. Pada anak – anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga
dan
18
demam. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. Pada
remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran
dan telinga terasa penuh. Pada bayi gejala khas adalah panas yang tinggi, anak
gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang
sakit.
telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.6
Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat
2.7 Penatalaksanaan
dilakukan secara medikamentosa dan terapi bedah. Tujuan pengobatan pada otitis
menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan
19
sistemik serta menghindari komplikasi intrakranial dan ekstrakranial yang
mungkin terjadi.
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCI efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
untuk anak < I2 thn dan HCl efedrin l% dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur >12 thn atau dewasa. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan
memberikan antibiotik.
dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
supurasi selain antibiotik. pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh. Selain itu analgesik juga perlu diberikan agar nyeri
dapat berkurang dan juga diberikan penurun panas untuk mengatasi demamnya.
dapat dihindari.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi menutup
20
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi
resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
adenoidektomi.
1. Miringotomi
supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third- line pada pasien yang
mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode
2. Timpanosintesis
21
terdapat
22
komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun
3. Adenoidektomi
dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan
memuaskan, Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak permah
2.8 Komplikasi
Pada otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya
melalui osteotromboflebitis atau hematogen. Penyebaran melalui
osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya (1) komplikasi terjadi pada
awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari pertama atau
kedua sampai hari kesepuluh, (2) gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan
pada gejala meningitis lokal, (3) pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga
tengah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah
berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika. 7,8
23
1. Mastoiditis Akut
Terjadi empiema di rongga mastoid akibat terjadinya blokade di daerah
epitimpanum.Sering diikuti dengan abses di belakang daun telinga (abses
subperiostel mastoid).Perlu segera di lakukan evakuasi empiema lewat pendekatan
mastoidektomi simpel
2. Komplikasi Intrakranial
Mastoiditis akut kalau tidak dapat segera diatasi dapat meluas ke dalam
intrakranial (meningitis dan abses otak)
2.9 Prognosis
Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic yang
tepat dan dosis cukup). Selain dari itu bila belum terjadi komplikasi maka
24
BAB III
KESIMPULAN
1. Telah dilaporkan pasien N.n. A 17 tahun dengan diagnosa otitis media akut
2. Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
3. Faktor etiologi dan predisposisi adalah Infeksi saluran napas atas oleh bakteri
ngorek telinga, menjaga agar tidak masuk air sewaktu mandi, dilarang
berenang dan berobat bila ada penyakit infeksi pernapasan terutama ISPA.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Donaldson JD. Acute Otitis Media. Updated Oct 28, 2011. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com.
2. Kong K, Coates HLC. Natural history, definitions, risk factors and burden of
4. Tortora GJ. Principles of Anatomy and Physiology 13th ed. USA: Biological
5. Hunt CE, Lesko SM, Vezina RM, McCoy R, Corwin MJ, Mandell F, et al.
Infant sleep position and associated healh outcomes. Arch Pediatr Adolesc
Med. 2003;157:469-74.
6. Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head
76(11): 2007
Alper CM, Bluestone CD, Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors.
Advanced
26