Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Hukum merupakan kesimpulan pertimbangan tentang apa yang patut dan

baik dilakukan, tentang ada apa yang tidak dan tidak baik dilakukan. Apa yang

dipandang baik, itulah yang harus dilakukan, dan apa yang tidak baik harus

ditinggalkan. Mereka yang tidak melakukan sesuatu yang dipandang baik, atau

melakukan sesuatu yang tidak dipandang baik, berarti mengingkari kebaikan dan

membenarkan ketidak baikan (keburukan). Oleh karena itu timbullah norma

kewajiban dan larangan, di samping ada norma yang tidak diwajibkan dan

dilarang.

Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri sedang melakukan proses

pemberkasan terkait pelanggaran etik yang dilakukan Mantan Kapolda Sumatera

Barat (Sumbar) Irjen Teddy Minahasa.

Adapun setelah pemberkasan etik terhadap Teddy rampung, sidang etik

terhadap jenderal bintang dua itu baru dijadwalkan.

Pembahasan

A. Pengertian Hukum

Kata hukum mempunyai makna yang luas, sehingga tidak mungkin untuk

diberikan suatu pengertian atau definisi yang tepat. Namun demikian, pengertian

hukum itu, mempunyai pengertian yang luas, akan tetapi ditengah-tengah

masyarakat saat ini sudah tertanam suatu stigma bahwa hukum itu adalah sesuatu

yang ada dan harus dijadikan pedoman hidup.

Menurut penulis berpendapat, hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang

abstrak, meskipun dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit.


Penggunaan kata hukum sering ditemukan pemaknaannya dari berbagai

bahasa, yakni bahasa Arab, bahasa Latin, bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan

lain- lain. Dalam bahasa latin terdapat tiga kata, yakni “Recht” dan “Ius” dan

“Lex” yang memiliki makna sama dengan pengertian Hukum, sedangkan

perkataan hukum dalam bahasa Inggris lazim disebut “Law”, dalam bahasa

Jerman kata hukum sama dengan “Droit”. Berdasarkan pengertian hukum dalam

berbagai bahasa tersebut, maka pada hakikatnnya hukum itu memiliki pengertian

sebagai berikut:

1. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan keadilan;

2. Pengertian hukum itu bertalian dengan kewibawaan;

3. Pengertian hukum itu dengan ketaatan/orde yang selanjutnya

menimbulkan kedamaian;

4. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan peraturan yang berisi

norma.

Pada bagian terdahulu dikemukakan bahwa sangat sulit untuk memberikan

sebuah definisi mengenai hukum, karena abstrak sifatnya. Namun demikian, pada

kesempatan ini, akan dikemukakan definisi hukum yang diberikan oleh ahli

hukum sebagai berikut:

1. Borst mengemukaan bahwa Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi

kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang

pelaksaannya dapat dipaksakan atau bertujuan mendapatkan keadilan.

Berkaitan dengan definisi ini hukum yang diberikan oleh Brost


tersebut, menurut R. Soeroso definisi hukum yang diberikan oleh Brost

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hukum ialah peraturan atau norma, petunjuk atau pedoman hidup

yang wajib ditaati oleh manusia. Dengan demikian hukum bukan

kewajiban;

b. Norma hukum diadakan guna diajukan pada kelakuan atau

perbuatan manusia dalam masyarakat, dengan demikian

pengertian hukum adalah pengertian sosial. Di mana terdapat

masyarkat, di situ terdapat hukum, sebaliknya bilamana tidak

ada masyarakat, hukumpun tidak ada;

c. Pelaksanaan peraturan hukum itu dapat dipaksakan. Artinya

hukuman terdapat sanksi, berupa ancaman dengan hukuman

terhadap si pelanggar atau merupakan ganti-rugi yang menderita.

2. L.J. Van Apeldoorn mengemukakan dalam bukunya yang bejudul

“Inleiding too de studie van het Nederlandse recht”

Apeldoorn, memberikan pengertian hukum sebagai berikut

“memberikan definisi atau batasan hukum, sebenarnya hanya

bersifat menyamaratakan saja, dan itupun tergantung siapa yang

memberikan”. Oleh karena itu, tinjauan hukum Aperdoorn diliat

dari kedua sudut, yaitu:

a. De ontwikkelde leek (ontwikkelde : orang terpelajar, leek :

awam). Orang terpelajar tetapi awam hukum, memandang hukum


sama dengan rentetan pasal-pasal yang tidak ada habisnya,

seperti yang dimuat dalam undang-undang.

b. The man in the street. Termasuk dalam kelompok the man in

the street, adalah orang-orang di jalanan atau kebanyakan

orang yang tidak terpelajar, misalnya tukang becak, pedagang

dll. Bagi “the man in the street” apabila mendengar kata/istilah

hukum, maka ia akan teringat akan polisi, jaksa gedung

pengadilan dll. Tidak pernah melihat undang-undang, tetapi ia

pernah ke pengadilan dan teringat pada suatu perkara.

Hukum itu konkrit dan menyangkut kehidupan manusia

sehari-hari, karena bagi mereka hukum dapat dilihat dan diraba.

Sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh para pakar

diatas, maka menurut Munir Fuady, bahwa dalam pandangan masyarakat

di sepanjang sejarah, ada dua pengertian yang sering kali diberikan kepada

hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Hukum diartikan sebagai “hak” yang dalam hal ini merupakan

pengertian yang lebih mengarah kepada pengaturan moral yang dalam

bahasa sering disebut dengan istilah right, recht, ius, droit, diritto,

derecho.

2. Hukum diartikan sebagai undang-undang, yang dalam hal ini

hanya merupakan pengertian yang mengarah kepada aturan

yang dibuat oleh pembentuk undang-undang (legislasi), yang

berbagai bahasa disebut dengan istilah Law, lex gesets, legge, ley.
Karena pengertian hukum dapat dilihat dari berbagai segi lalu Sumaryono

memberi definisi sebagai berikut:

1. Hukum ialah keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis,

yang biasanya bersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam

masyarakat Negara serta antar Negara, yang berorientasi pada dua

asas, yaitu keadilan dan daya guna demi tata dan damai dalam

masyarakat.

2. Hukum sebagai kaidah, adalah pedoman atau patokan sikap

tindakan atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan.

3. Hukum sebagai tata hukum, adalah stuktur dan proses

perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu

dan tempat tertentu serta kehendak tertentu.

4. Hukum sebagai sarana sistem pengendalian sosial yang

mencangkup segala proses, baik yang direncanakan maupun

yang tidak, yang bertujuan untuk mendidik, mengajar atau

bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi

kaidah- kaidah dan nilai-nilai.

5. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-

konsepsi abstrak dalam diri manusia tentang apa yang

dianggap baik (sehingga harus dianut dan diataati) dan apa yang

dianggap buruk (sehingga harus di hindari).


B. Kasus Irjen Pol Teddy Minahasa

Jaksa menuntut hukuman mati terhadap Mantan Kapolda Sumatera

Barat Irjen Pol Teddy Minahasa dalam sidang di Pengadilan Negeri

Jakarta Barat. Teddy disebut telah melanggar Pasal 114 ayat (2) UU No.

35 Tahun 2009, tentang Narkotika juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

terdapat delapan hal yang memberatkan Teddy Minahasa hingga

layak dijatuhi hukuman mati, adapun hal yang memberatkan sebagai

berikut.

1. Menikmati Keuntungan dari Menjual Narkotika

Sebagai anggota Polri yang menjabat Kapolda Provinsi

Sumatera Barat, Teddy Minahasa justru terlibat kasus

penjualan narkotika. Jaksa juga menyebut bahwa Teddy turut

menikmati hasil dari penjualan barang haram tersebut.

2. Menjabat sebagai Kapolda

Hal memberatkan lainnya dalam sidang tuntutan itu yakni

mengenai status Teddy Minahasa sebagai anggota Polri yang

seharusnya menegakkan hukum justru terlibat dalam kasus

kriminal.

3. Merusak Kepercayaan Publik terhadap Polri

Pangkat tinggi yang disandang Teddy sebagai perwira Polri

juga nilai telah merusak kepercayaan publik terhadap institusi

tersebut.
4. Merusak Nama Baik Institusi Polri

Selain merusak kepercayaan publik, status Teddy Minahasa

sebagai anggota Polri juga merusakan nama baik tempatnya

bekerja.

5. Tidak Mengakui Perbuatan

Teddy dinlai tidak mengakui perbuatannya selama jalannya

persidangan.

6. Menyangkal dan Berbelit-bebelit

Tak hanya itu, Teddy juga dinlai sering menyangkal dan

memberikan keterangan yang berbelit belit selama proses

persidangan.

7. Mengkhianati Perintah Presiden

Sebagai Kapolda, Teddy juga telah mengkhianati perintah

Presiden RI untuk memberantas peredaran narkoba.

8. Tidak Mendukung Progam Pemerintah Memberantas Narkotika

Begitupula, ia juga dinilai tidak mendukung progam

pemerintah dalam memberintas narkotika di Indonesia.

Adapun hal-hal yang meringankan, Hakim Wahyudi mengatakan tidak ada

alasan yang meringankan. Diketahui, Teddy Minahasa didakwa atas kasus

menualbelikan barang bukti sabu hasil sitaan Polres Bukittinggi sebanyak 5 kg,

barang bukti tersebut sebelumnya ditukar dengan tawas.


DAFTAR PUSTAKA

E. Sumaryono. 2014. Etika Profesi Hukum Norma-Norma Bagi Penegak Hukum.

Yogyakarta: PT Kanisius

Munir Fuady. 2007. Dinamika Teori Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia

----------------- 2013. Teori-Teori Besar Dalam Hukum. Jakarta: Kencana

R. Soeroso. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Sukarno Aburaera. 2013. Filsafat Hukum Teori Dan Praktik. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai