Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya.
Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
 
B. TUJUAN PENULISAN
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada vagina !
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada kulit !
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada mata !
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada telinga !
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada hidung !
 Untuk mengetahui jenis dan cara pemberian obat pada inhalasi !
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab
dalam keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan pasien

B. Pemberian Obat Melalui Vagina
1) Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina
2) Tujuan: mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar,
ketidaknyamanan) danmengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
3) Sediaan: cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin supositoria, albotil,
tricostatis supositoria,neogiknosa supositoria).
4) Cara : irigasi, mengoleskan, supositoria.
5) Indikasi : klien dengan vagina yang kotor, radang, infeksi, dan persiapan tindakan
bedah jalan lahir(diberikan pada pasien dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan
tidak kontak seksual selamapengobatan).
6) Kontra indikasi : menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm.
7) Alat dan Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Bak instrument
c. Sarung tangan
d. Kain kasa
e. Kapas sublimat
f. Vaselin / jelly
g. Kertas tisyu
h. Kapas sublimat dalam tempatnya
i. Bengkok
j. Pengalas
k. Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)
8) Persiapan :
a. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)
b. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
c. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
d. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang
sampiran atau sketsel apabila diperlukan
e. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
f. Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
g. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
9) Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Gunakan sarung tangan
d. Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus obat
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
f. Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
g. Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas pada obat
h. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanalvaginal posterior sampai 7,5-10 cm9. Setelah obat masuk,
bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
i. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
j. Lepaskan sarung tangan
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat, dosisi/jumlah, dan cara pemberian
Catatan: apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk penggunaan
krim yang ada di kemasan, masukkan aplikator, dan lanjutkan sesuai langkah h
s.d. i

C. Pemberian Obat Melalui Kulit
Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-
macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Obat dapat diberikan pada kulit dengancara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan,
dioleskan dan iontoforesisi (pemberian obat pada kulit dengan listrik).
1) Jenis Obat
 Krim atau Salep (ointment)
 Lotion
 Bubuk atau powder
 Spray aerosol

2) Alat Dan Bahan


 Troli - Baki dan alas
 Perlak dan alas - Bengkok (nierbekken)
 Air DTT dalam kom - Kapas
 Sarung tangan - Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)

 Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)


 Lidi kapas atau tongue spatel
 Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung
suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
 Buku obat (ISO)
 Baskom
 Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
 Sabun cuci tangan
 Lap handuk
 Tempat sampah basah dan kering

3) Prosedur Kerja
NO. LANGKAH – LANGKAH RASIONALISASI
Untuk memastikan kepada
siapa obat tersebut akan
Cek instruksi dokter untuk memastikan nama
1. diberikan, agar
obat, daya kerja, tempat pemberian
meminimalisir kesalahan
pemberian
Agar klien mengetahui
Jelaskan prosedur tindakan (lakukan Informed
2. tindakan seperti apa yang
Consent)
akan dia dapatkan
3. Setelah disiapkan pada baki dalam troli, dekatkan Agar memudahkan
penjangkauan alat dalam
alat dan bahan
melakukan tindakan
Susun alat tersebut secara secara ergonomis, Agar memudahkan kita
4.
berurutan sesuai dengan pemakaian dalam penggunaan alat-alat
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar Untuk pencegahan infeksi
5. pencegahan infeksi) dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk
Agar dapat mempermudah
pemberian obat dan tetap
6. Persiapkan posisi klien dengan tepat dan nyaman
perhatikan kenyamanan dan
privasi klien
Untuk memastikan keadaan
7. Identifikasi klien secara tepat
klien
8. Pakai sarung tangan Untuk pencegahan infeksi
Untuk membersihkan area
Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, yang akan diobati agar
9.
lepaskan semua debris dan kerak pada kulit   penyerapan obat dapat
maksimal
10. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara Untuk pencegahan infeksi
Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan Untuk mempermudah
11.
agen topikal penggunaan obat
12. Oleskan agen topical :
Krim, salep dan lotion yang mengandung minyak
a)   Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh
obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan
menggosok lembut diantara kedua tangan
b)   Usapkan merata diatas permukaan kulit,
lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan
bulu
c)   Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian
         Lotion yang mengandung suspensi
a)   Kocok wadah dengan kuat
b)   Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa
balutan atau bantalan kecil
c)   Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa
dingin dan kering
         Bubuk atau powder
a)   Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
b)   Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit
seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
c)   Bubuhkan secara tipis pada area yang
bersangkutan
         Spray aerosol
a)   Kocok wadah dengan keras
b)   Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30
cm)
c)   Bila leher atau bagian atas dada harus
disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah
dari arah spray
d)  Semprotkan obat dengan cara merata pada
bagian yang sakit
Rapikan klien, kembalikan peralatan yang masih Untuk pencegahan infeksi
dapat dipakai, buang peralatan yang sudah tidak
13.
digunakan pada tempat yang sesuai dan
dekontaminasi alat
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar Untuk pencegahan infeksi
14. pencegahan infeksi) dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk
Buat laporan mengenai tindakan yang telah Untuk dokumentasi
15.
dilakukan
Agar klien mengetahui
Beritahukan pada klien tentang pengobatan yang tidakan yang telah
16.
telah dilakukan dilakukan serta keadaan
terakhirnya

D. Pemberian Obat Melalui Mata


Farmakoterapi di bidang oftalmologi mencakup penggunaan obat-obatan
diagnostik untuk memudahkan pemeriksaan pasien, diagnosis pasien dan penggunaan
obat-obatan terapeutik untuk mengobati pasien dengan penyakit atau kelainan pada mata.
Pemberian obat-obatan pada mata merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi para ahli
farmakologi dan para dokter mata karena anatomi dan fisiologi yang unik. Tantangan
pemberian obat pada mata dikarenakan adanya hambatan statis dan hambatan dinamis.
Hambatan statis berupa lapisan kornea, sklera, sawar darah-akuos dan sawar darah-retina.
Hambatan dinamis berupa aliran darah koroid, aliran darah konjungtiva, dan eliminasi air
mata. Kedua hambatan tersebut mempersulit proses pemberian dan penyerapan obat pada
mata, terutama untuk segmen posterior.
Pentingnya peranan pemberian obat pada bidang oftalmologi mengharuskan para
klinisi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat pada mata.
1) Pemberian Topikal
Penyerapan obat yang diberikan secara topikal dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu penyerapan transkorneal dan penyerapan transkonjungtival atau disebut juga
transkleral. Obat-obatan lipofilik mempunyai indeks penyerapan yang lebih tinggi melalui
rute transkorneal karena komposisi epitel kornea yang sebagian besar tersusun oleh
lemak. Obat yang bersifat hidrofilik dan bermolekul besar diserap lebih baik secara
transkonjungtiva
2) Tetes Mata
Tetes mata merupakan larutan steril dan sebagian besar bersifat isotonik yang
mengandung obat atau hanya sebagai air mata buatan. Metode pemberian ini sangat
umum karena cara produksinya yang sederhana, harga yang murah, dan mudah digunakan
oleh pasien. Kekurangan dari sediaan ini adalah 95% dari obat ini dieliminasi oleh
aparatus lakrimal dan berbagai sawar mata dalam 15-30 detik setelah pemberiannya.
Bioavailabilitas okular dari tetes mata dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan penyerapan melalui kornea dan waktu tinggal obat di permukaan bola
mata. Zat-zat yang digunakan untuk mencapai kedua hal tersebut antara lain zat
penguat, agen pengental, dan siklodekstrin.
3) Salep
Sediaan salep mata adalah suatu sediaan yang steril, semi solid, dan homogen.
Sediaan ini membutuhkan zat non-akuos yang tidak mengiritasi mata. Salep mata
memiliki empat jenis yang berbeda, Oleaginous base yang mempunyai dasar
minyak, absorption base yang digunakan sebagai pelunak dan mengandung lanolin, water
soluble base yang hanya mengandung zat yang larut air dan mempunyai berat molekul
yang tinggi, dan water removable base yang merupakan minyak didalam emulsi. Sediaan
salep mata mengurangi kecepatan eliminasi obat oleh air mata dan meningkatkan waktu
tinggal obat di permukaan kornea. Penggunaan sediaan ini disarankan pada malam hari
karena menyebabkan pandangan kabur.
4) Hidrogel
Hidrogel dibentuk dari sediaan kental yang dilarutkan di air atau cairan hidrofilik.
Sediaan ini digunakan untuk meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan mata.
Hidrogel lebih mudah diterima oleh pasien karena efek samping sistemik yang lebih
sedikit. Terdapat dua tipe hidrogel yaitu preformed gel, dan in situ gel. Preformed
gel berbentuk larutan kental sederhana yang dioleskan ke mata. Gel polimerik ini sering
digunakan sebagai hidrogel bioadhesive untuk meningkatkan waktu tinggal obat di
permukaan mata dan mengurangi frekuensi pemberian. In situ gel diberikan dalam bentuk
tetesan pada mata dan akan mengalami perubahan dari larutan ke gel pada cul-de-
sac karena perubahan eksternal. Perubahan eksternal yang mempengaruhi bentuk in situ
gel adalah pH, temperatur, dan konsentrasi ion. Sediaan ini meningkatkan bioavailabilitas
dengan meningkatkan durasi kontak dengan kornea dan mengurangi frekuensi pemberian.
5) Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang dibentuk dari dua cairan yang tidak bercampur
yang distabilkan oleh surfaktan. Emulsi memiliki sifat jernih dan stabil secara
termodinamik. Terdapat dua tipe emulsi, yaitu oil in water (o/w) dan water in oil
(w/o). Sediaan yang lebih sering digunakan untuk obat mata adalah emulsi o/w karena
toleransi pasien yang lebih besar dan tingkat iritasi yang lebih rendah. Sifat sediaan ini
yang tahan lama dan tingkat bioavailabilitas yang lebih tinggi membuat sediaan ini
menjadi salah satu sediaan yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut
6) Ophtalmic Inserts
Sediaan ini terbuat dari materi polimerik yang diletakkan pada cul-de-
sac konjungtiva antara sklera dan kelopak mata. Bentuk sediaan ini dikembangkan untuk
meningkatkan bioavailabilitas dengan meningkatkan waktu kontak antara obat dan
permukaan bola mata. Teknik penghantaran zat aktif pada sediaan ini adalah secara
pelepasan dengan konsentrasi yang terkontrol selama waktu yang ditentukan. Ophtalmic
inserts tidak memerlukan pengawet, dan harus segera diambil apabila sudah tidak
diperlukan. Sediaan ini dibuat untuk meningkatkan bioavalabilitas dan mekanisme kerja
obat dengan cara meningkatkan waktu kontak antara obat dan jaringan bola mata. Sediaan
ini memiliki kekurangan pada segi kenyamanan pasien karena bentuknya yang solid,
penempatan, dan pelepasan yang sulit.
7) Lensa kontak
Lensa kontak merupakan plastik transparan yang berbentuk bulat, tipis, dan
melengkung yang diletakkan di permukaan bola mata. Pemberian obat menggunakan
lensa kontak akan meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan mata. Pemberian obat
pada lensa kontak dilakukan dengan cara pencetakan atau dengan cara perendaman
sederhana. Hal yang harus diperhatikan pada pembuatan sediaan ini adalah
mempertahankan permeabilitas oksigen dan kejernihan dari lensa kontak tersebut.

E. Pemberian Obat Melalui Telinga


F. Pemberian Obat Melalui Hidung
G. Pemberian Obat Melalui Inhalasi

Anda mungkin juga menyukai