Anda di halaman 1dari 9

Patriot Kriminal

Kayla Anindita/XI MIPA 2/21

Dapat kita ketahui bahwa patriot, sang pembela tanah air, atau bahkan dapat
didefinisikan sebagai seseorang yang begitu mencintai negaranya. Seperti gambaran
seorang Profesor Matematika Universitas Durham, sekaligus otak kriminal negara
Inggris pada abad ke 19, William James Moriarty.

Latar belakang masa lalu berstatus yatim membuatnya kebagian peran untuk hidup di
sekolah amal Hatton Garden dengan adiknya, Louis James Moriarty. Keduanya telah
merasakan kenangan masa kecil menjadi golongan masyarakat kelas bawah dengan
memanfaatkan kecerdasannya yang lebih dari rata-rata sebagai konselor untuk
menyumbangkan beberapa penghasilan bagi sekolah amal.
“Kalau dihitung, satu orang bisa mengerjakan sepuluh inci dalam satu jam.”, jelas
James menerangkan.
Dilanjutkan, “Tanah di sekitar sini pasti keras..untuk menggali parit sepanjang empat
puluh yard, kira-kira akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu.”
“Kelihatannya kamu sedang membicarakan hal rumit.”, saut seseorang yang baru saja
turun dari kereta kuda mewahnya.
“Tuan Albert?”, tanya James memastikan kehadiran seorang bangsawan yang giat
mengunjungi mereka.
Bersamaan dengan perginya orang dewasa yang berkonsul pada James,
komunikasinya dengan seorang bangsawan itu berlanjut. Pada perjalanan pulangnya,
bangsawan tersebut mendengar orang berbising akan pembobolan brankas seorang
kaya yang kabarnya mendapat uangnya dari hasil merampas para miskin.
“Pelakunya membawa kabur seluruh isi brankas dan dapat kabur dengan saluran
galian.”
“Sepertinya ini direncanakan oleh orang pintar. Pasalnya menggali sampai empat puluh
yard itu bukan hal mudah.”
Bangsawan Moriarty itu tersentak saat kata empat puluh yard disuarakan. Persis seperti
yang ia dengar saat bertemu James tadi, membuatnya menyadari akan kepintaran dan
taktik anak kecil peninggal sekolah amal. Pengulangan peristiwa demi peristiwa hingga
menuntun seorang bangsawan keluarga Moriarty yang terus menilik dan akhirnya
mengadopsi mereka. James merasakan jurang besar dalam kedudukannya sebagai
keluarga bangsawan dan lingkungan kelas bawah yang menjadi pemicu
keprihatinannya akan kebusukan sistem hierarki aristokrat yang sebenarnya juga telah
ia sadari sedari dulu, sehingga memusnahkannya menjadi tujuan hidup untuk James.
Tanpa disadari putra bungsu Moriarty, atau bisa dibilang pengunjung setia James dan
Louis semasa di sekolah amal, Albert James Moriarty yang juga memiliki tujuan sama
mulai mendukung James akan tindakannya.
“Enyahkan bangsawan jahat!”, ucap Albert mengulang kata-kata James saat
menguatkan teman sekolah amalnya yang ternyata didengar olehnya.
“Ternyata kedengaran, ya?”, balas James luwes.
Hal itu dikatakannya tanpa menutup mata bahwa yang dihadapinya saat ini jugalah
seorang bangsawan.
“Pernyataan yang mengagumkan. Tapi, menjadi musuh para bangsawan, sama saja
dengan melawan bangsa ini.”
“Apa kamu akan bertarung dan melawan negara ini?”, tanya Albert menegaskan.
“Memang itulah tujuanku.”
“Apa kamu akan melapor polisi? Kamu kan seorang bangsawan.”, lanjut James
meskipun ia paling tahu bahwa Albert bukanlah tipe bangsawan yang meninggikan
kodratnya.
“Biarlah aku juga ikut melihat mimpi yang kau tujukan itu.”

Tindakan mereka bersama dimulai saat James dengan rencananya menghabisi para
bangsawan satu persatu, bahkan dimulai dengan penghabisan keluarga Moriarty
sendiri yang ditutupi dengan sandiwara kecelakaan kebakaran. Bangsawan terus
berjatuhan dalam rencana James yang pada saat bersamaan juga mengajar
matematika di Universitas Durham, membuat identitasnya sebagai kriminal
tersamarkan. Meskipun sisinya yang juga merupakan kriminal, pernyataan haru akan
tindaknya kembali hadirkan jiwa patriot dalam pribadinya.
“Meski semua nyawa manusia punya nilai yang sama,
meski semua orang puya hak yang sama untuk hidup bahagia,
Negara ini tidak seperti itu.”
“Sistem kalangan yang memberi kutukan pada orang lain,
Membuat hati menusia menjadi kotor dan keji,
Sehingga lahirlah iblis.”
“Berarti sudah sangat jelas.
Kalau iblis tersebut lenyap, hati manusia akan kembali jernih dan menghilangkan
kutukan itu.”, jelas James tanpa disela sedikitpun keraguan.
Dengan melanjutkan rencananya untuk menghabisi bangsawan, terlebih lagi
bangsawan dengan akal busuknya begitu banyak, mengakibatkan kasus-kasus
semakin bertebaran. Kasus yang kian melunjak membuat James yang bertindak
sebagai Raja Kriminal & mengatur berbagai rencana agar tujuannya tercapai, mulai
bertemu dengan Sherlock yang bertugas sebagai detektif pemecah kasus-kasus dalam
masyarakat. Raja Kriminal sendiri sudah dipercaya di kalangan masyarakat yang
menjadi dalang dibalik semua kasus penghabisan akan para bangsawan. Namun
identitas asli julukan tersebut masih belum diketahui masyarakat, dan itulah yang akan
dikupas tuntas oleh Sherlock dalam tugas detektifnya. Hingga pada saat Sherlock
menginvestigasi tewasnya salah satu bangsawan yang dia percaya juga ulah Raja
Kriminal, ternyata bukan kasus serius melainkan hanya kematian akibat sakit. Pada
saat perjalanan pulangnya ke London, saat itu juga ia bertemu James yang ia yakini
adalah sang Raja Kriminal berbalut Profesor Matematika.
“Yo! Pak Guru! Kebetulan sekali.”, saut Sherlock bernada sarkas.
“Kamu bisa dengarkan ceritaku sebentar saja, kan?”
“Bisa saja. Kebetulan kami juga sedang bosan.”, jawab James yang juga mewakili Louis
bersamanya.
“Sebenarnya, aku datang ke York untuk menyelidiki kasus, tapi ternyata hasilnya tidak
sesuai dengan harapanku.”
“Sayang sekali kalau begitu.”
“Iya, kan? Kupikir ini adalah kasus pembunuhan berantai yang berhubungan dengan
bangsawan.”
“Pembunuhan berantai?”
“Yah… ada kesamaan dengan kasus Enders dan Drebber yang sama-sama
bangsawan, terlebih saat kedua kasus ini ada yang mendalangi.”
“Soal yang pertama, kurasa itu bukanlah kesamaan yang signifikan. Selain itu,
bukannya dalang yang kau yakini itu hanya berdasarkan dugaanmu saja?”, jawab
James sigap menangkis pikiran Sherlock
“Memang benar. Tapi, bukti mengenai adanya dalang ini semakin kuat ketika aku
mengurus kasus Hope dengan kesepakatan akan memberi tahuku siapa dalangnya jika
aku menembak Hope. Tetapi aku tidak menembaknya dan Hope ditangkap. Pada saat
itu juga Hope mengatakannya pada saat aku mengunjunginya.”
“Nama dari dalang yang merencanakan aksi pembunuhannya itu. Kamulah yang dia
sebut sebagai ‘orang itu’. William James Moriarty.”, lanjut sherlock mencoba teknik
manipulasinya pada James
Hal tersebut dicerocos oleh Sherlock yang bahkan tidak tahu satupun kebenaran
kecuali keyakinannya sendiri akan dalang Raja Kriminal. Pernyataan bahwa Hope
memberitahu sekata apapun juga merupakan reka belaka. Sebuah gertakan tersebut
meluncur pada suasana meja dine mereka yang berhasil menciptakan keheningan
sekejap.
“Begitu, ya?”, tangkis James dalam ketegangan menyeruap di sekitar mereka.
“Itu tuduhan yang sangat menarik. Sayangnya aku tidak bisa membuktikan kalau bukan
aku pelakunya.”
“Selain itu, bukankah tugasmu untuk membuktikan kalau akulah yang melakukannya?”
“Hahahaha! Aku bercanda! Cuma bercanda!”
Tawa menggelegar Sherlock memecahkan kecanggungan suasana yang membuatnya
tidak tahu respon apa yang baiknya dilontarkan selain tertawa.
“Tapi, kurasa akan menyenangkan kalau kamulah si dalang yang memiliki pemikiran
tajam itu.”, kebiasaan Sherlock untuk terus menantang lawan bicaranya.
“Kalau begitu, tangkap aku kalau kamu bisa, Tuan Sherlock.”, balas tantangan sang
Profesor Matematika.

Hari dan waktu terus berjalan. James kembali mengasah otaknya melalui rencana
kriminalnya lagi, juga Sherlock yang bergumul dengan kasus-kasus dalam
pekerjaannya sebagai detektif. Seperti takdir, semua campur tangan kasus Sherlock,
pasti berujungkan pada akal rencana sang Raja Kriminal.
Hingga pada salah satu rencananya yang melibatkan Sherlock, tentang hilangnya
dokumen berharga yang ternyata dicuri oleh primadona, Irene Adler untuk memeras
para bangsawan, tanpa diketahui bahwa dokumen tersebut sangat berbahaya dan
rahasia yang bahkan dengan melihatnya saja dapat membuatnya terbunuh. Sherlock
secara kebetulan mengurus kasus itu, mencoba melindungi Irene karena dapat melihat
tekadnya yang ingin mengubah dunia dan memberi penghargaan kepada orang-orang
berbakat yang tidak diakui bangsawan. Meskipun dengan pengaruh besarnya, Sherlock
merasa tidak dapat menjamin keamanan Irene, hingga bertemulah ia dengan sang Raja
Kriminal.
“Setelah mengetahui isi dokumen ini, aku langsung memikirkan cara untuk melindungi
Irene, selama adanya kemungkinan bocornya isi dokumen ini, pemerintah pasti akan
tetap membunuh Irene.”
“Yang bisa kulakukan hanyalah membantunya kabur keluar negri, tapi itu tidak akan
menjamin keselamatannya.”, jelas Sherlock cemas.
“Oramg yang bersembunyi dibalik bayangan London sambil merencanakan berbagai
kejahatan dengan bebas pasti sanggup melindunginya. Orang itu adalah kamu, Raja
Kriminal.”, lanjut Sherlock mengklaim sisi Raja Kriminal yang sekaligus berperan
menjadi pahlawan.
“Begitu rupanya, seperti yang sudah kusampaikan pada Irene, aku akan
menyelamatkan nyawanya.”, balasan Raja Kriminal.

James beserta Louis dan Albert sebagai Raja Kriminal menghadap pada pemerintah
Inggris untuk menyerahkan dokumen bak berlian tersebut. Pada saat itu pula sang Raja
Kriminal menjelaskan tindak kriminal mereka yang akan diakhiri dengan rencana besar,
persis seperti isi dokumen penting tersebut, tentang eksperimen sosial revolusi Prancis.
Singkatnya tokoh sejarah kerajaan Inggris, Maximilien Robespierre ingin mewujudkan
kebebasan dan kesetaraan negara ini dengan menggulingkan kekuasaan monarki dan
mengubahnya menjadi negara yang dipimpin oleh rakyat dengan membuat dirinya
menjadi musuh yang membuat rakyat dan bangsawan untuk bekerja bersama dalam
menghabisinya. Kisah tragis dan berpatriot tersebut pun yang menjelaskan tujuan
James untuk mewujudkan musnahnya sistem hierarki aristokrat.
“Tujuan kami adalah sebisa mungkin memberi kekuasaan dengan pembagian yang
merata. Dengan menggunakan kejahatan sebagai cara, kami akan menjadi musuh
bersama para bangsawan dan penduduk, dan mendorong keduanya untuk bekerja
sama.”, terang James.
Kemudian ia melanjutkan kata-katanya dengan, “Kami akan mengakhirinya sama
dengan Robespierre, yaitu lenyapnya nama Moriarty yaitu penjahat besar yang kami
ciptakan.”
Itulah rencana mereka.

Disaat yang bersamaan muncul pula jiwa dermawan, Dewan Whiteley yang
mengajukan perubahan undang-undang untuk kebaikan dan keadilan negara, terlebih
untuk kalangan pekerja. Dewan Whiteley menjadi perhatian publik dengan sekejap
mata, bahkan kaum bangsawan juga merasa terancam sehingga membuat jebakan
untuk Dewan Whiteley yang membuat keluarganya terbunuh sehingga menghasilkan
dendam amarah yang menciptakan jiwa pembunuh akibat tekanan yang ia alami. Pada
saat keterpurukan dan keputus asaannya, ia bertemu dengan William James Moriarty.
“Aku baru saja...mencabut nyawa seseorang dengan tanganku sendiri. Lawan-lawan
politikku pasti akan memanfaatkannya untuk menggagalkan kasusku. Hal itu akan
membuat jalam kesetaraan di negara ini twrtututp selamanya. Andai saja perbuatanku
ini dapat kutebus dengan nyawa”, keluh Whiteley pada James dengan nada kecewa.
“Kalau benar anda ingin menebus dosa tersebut dengan kematian, maka izinkan saya
mengambil nyawa anda.”, balas James.
Paginya Dewan Whiteley memberitakan kepada publik tentang klarifikasi kematian
keluarganya tetapi ia tetap akan melanjutkan usulannya akan perubahan undang-
undang. Publik meresponnya dengan sorakan meriah dan kebahagiaan menyeruak,
bersamaan dengan kedatangan sang Raja Kriminal yang menghunuskan pedang tajam
pada Dewan Whiteley.
“Akulah yang telah membunuh anggota keluarga Dewan Whiteley dan petugas itu!”,
James menyuarakan pada publik.
“Akulah juga yang merencanakan semua pembunuhan itu. Akulah sang Raja Kriminal.”
“Ra-raja Kriminal?”
“Dia benar adanya?”, bisik-bisik keributan panik publik.
“Tangkaplah dia! Dia Raja Kriminal yang harus dihukum!”
Evokasi sesorang yang membuat semua perhatian tertuju pada James. Dibalik
bisingnya penduduk yang telah panik dan teralihkan akan kehadiran Raja Kriminal,
Dewan Whiteley yang sedang tergeletak di tanah memikirkan kembali dan tersadar
akan kata-kata James kemarin malam.
“Kami yang akan menanggung dosa anda.”

Dengan banyaknya masyarakat yang sudah tahu keberadaannya, James mempercepat


rencana besarnya dengan terus membabi buta dalam menghabisi para bangsawan.
Lepas, melahirkan unjuk rasa antara kaum bangsawan yang meminta pertanggung
jawaban keluarga Moriarty, juga kaum pekerja yang keheranan dengan dibunuhnya
orang baik seperti Dewan Whiteley. Seperti dugaan, reaksi masyarakat sesuai dengan
dugaan keluarga Moriarty, awalan yang sangat bagus untuk ‘Kasus Terakhir.’ Dengan
mendapat reaksi masyarakat, rencana selanjutnya adalah untuk mengakhirinya dengan
kematian nama Moriarty dan menggunakan Sherlock sebagai pahlawan. Namun
Sherlock tau jelas rencana James yang menjadi alasan ketidak inginan Sherlock untuk
menjadi boneka puppet bayangan James Moriarty.
“Kau membuatku menjadi seorang pahlawan yang mengungkap perbuatan keji para
bangsawan. Aku selalu berada di belakangmu dan kamu selalu mengendalikan tiap
tindakanku.”, kata-kata Sherlock yang ditujukan pada James.
“Tapi…Jangan pikir semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginanmu.”, kata
lanjutan yang masih didengarkan oleh James.

Meskipun dengan gertakan Sherlock, James masih melanjutkan rencana besarnya


yang sampai pada tahap finalnya. Jadwal pertama, dimulai dengan pembakaran seisi
kota London yang mendorong rakyat untuk meminta bantuan para bangsawan,
mengambil air dari dermaga wilayah bangsawan. Para bangsawan hampir tidak
menyetujui permintaan kaum pekerja, hingga salah satu kaum pekerja yang termasuk
dalam sekongkol tim Raja Kriminal menggertak.
“Aku harus membuka gerbang ini agar bisa mengambil air.”, tegasnya disambi
mencoba membuka paksa gerbang menuju dermaga.
“Kamu tidak dengarkan perkataanku, ya?”
“Justru kamulah yang tidak dengar.”
“Kota ini sedang terbakar dan orang-prang sedang meminta bantuanmu. Kalau
dibiarkan semua akan habis terbakar.”, jelas kaum pekerja tersebut.
“Kewajiban bangsawan. Kami yang bertaruh nyawa untuk memadamkan apinya dan
kalian yang tidak melakukan apa-apa. Siapakah yang lebih kayak disebut sebagai
bangsawan?”, lanjutan amarahnya, membuat dibukanya pembatas besi di antara
mereka.
Meskipun keluarga Moriarty yang telah menjadi dalang kehancuran kota London,
Moriarty juga ikut bertanggung jawab dalam kerusuhan yang terjadi, sehingga perlahan
api mulai padam.

Ledakan dan percikan cahaya menyuar di langit, tepatnya pada tower bridge, yang
bersamaan dengan hilangnya asap, hadirlah James Moriarty. Tanpa melupakan
kehadiran Sherlock Holmes yang sesuai skrip seharusnya bertindak sebagai pahlawan.
Sesuai rencana awal, James ingin menghapuskan nama Moriarty. san kriminal besar
dengan menjatuhkan dirinya dari ketinggian tower bridge. Selang beberapa detik, asa
juga yang menyusulnya terjun dari ketinggian, ia yang seharusnya berperan menjdi
pahlawan, Sherlock Holmes. Dengan kata terakhirnya, “wah wah...akhirnya aku
menangkapmu, Tuan James.”

Sudah 3 bulan lamanya kepergian James dan Sherlock yang masih menjadi angan
akan keberadaan asli mereka. London mulai dipenuhi dengan keadlian dan kesetaraan
yang mengharukan, ditandai dengan banyaknya bangsawan ikut menyumbang bagi
masyarakat yang kedapatan musibah, juga Albert Moriarty yang turut ikut memberikan
aset keluarga Moriarty yang dimilikinya, untuk membangun ulang kota. Dengan
menjalankan hidup mereka dengan keyakinan bahwa James masih hidup, keluarga
Moriarty yang tersisa Louis Moriarty, juga Albert Moriarty, serta tim Raja Kriminal
lainnya melanjutkan hidup dengan menebus dosa yang telah dialami selama mendapati
gelar Raja Kriminal. Louis mengabdikan hidupnya untuk menjadi agen negara, Albert
yang menyerahkan dirinya untuk ditahan, ataupun anggota lain yang telah bekerja pada
Raja Kriminal. Mereka berpedoman untuk menjaga keindahan dunia yang sudah
diciptakan oleh James.
“Itulah tugasku.”

Anda mungkin juga menyukai