Laporan Praktikum Biologi Terapan TELOR ASIN
Laporan Praktikum Biologi Terapan TELOR ASIN
IV. Pembahasan
1. Morfologi telur
Berdasarkan asal hewannya bentuk telur bermacam-macam mulai dari hampir bulat dan
lonjong. Beberapa faktor yang menimpa induk penghasil telur mempengaruhi bentuk telur,
contohnya faktor turun temurun, umur induk ketika bertelur serta sifat fisiologis didalam
tubuh induk. Ukuran bentuk telur biasa dinyatakan dengan indeks perbandingan antara lebar
dan panjang dikalikan 100.
Disamping bentuk dan ukuran telur bermacam-macam, besar telur pun bervariasi, ada
yang berat dan ada yang ringan. Contohnya dalam 1 kg telur ayam bisa berisi 17 butir atau 21
butir. Pengaruh jenis hewan juga penting , seperti telur bebek lebih besar dari pada telur ayam
dan warnanyapun berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar telur diantaranya :
a. Jenis hewan
b. Umur hewan
c. Perubahan musim petelur
d. Sifat turun temurun induk
e. Umur pembuahan
f. Berat tubuh induk
g. Zat-zat makanan induk
Perbedaan wana telur juga oleh jenis induk, seperti telur ayam berwarna putih, kuning
sampai kecoklatan, sedagkan telur bebek berwarna biru langit atau warna biru telur asin dan
putih. Kadang-kadang ada telur yang berbintik-bintik hitam atau bintik-bintik lain, hal
tersebut disebabkan karena adanya kapang yang tumbuh pada permukaan kulit telur.
(Anonimus, 2007)
2. Struktur telur
Beberapa telur unggas, pada umumnya terbagi atas tiga bagian utama. Didalam telur,
bagian kuning telur terdapat pada bagian paling dalam, bagian ini diikat dengan putih telur
oleh kalaza. Kantong udara (air cell) merupakan rongga yang terdapat pada bagian tumpul isi
telur. Kantung udara ini berfungsi sebagai tempat pemberi udara pada waktu embrio
bernafas.Oleh karena itu, letak embrio pada telur tepat dibelakang kantong udara. Apabila
kantong udara terletak dibagian runcing, maka besar kemungkinan calon ayam atau bebek
tersebut akan mati didalam telur.
1. Kulit telur
Telur unggas biasanya mempunyai kulit yang halus, kuat dan berkapur. Faktor-faktor
yang pempengaruhi ketebalan kulit telur antara lain sifat turun-temurun dari induknya,
musim/cuaca pembuahan, makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya ayam yang
mendapat makanan dengan kandungan kalsium (Ca) yang cukup banyak akan menghasilkan
telur dengan kulit yang lebih tebal.
Kekuatan dan ketebalan kulit telur menjadi pelindung isi telur dari serangan-serangan dari
luar. Dalam kondisi lingkungan yang baik dan kulit tetap utuh maka isi telur akan aman dari
serangan mikrobia, namun apabila ada sedikit saja keretakan atau lubang pada kulit telur,
maka isi telur akan sangat mudh terserang mikrobia.
Kulit telur terdiri dari 4 bagian utama pembentuk kulit yaitu :
a. kutikula
b. lapisan bunga karang
c. lapisan mamila
d. lapisan membrana
Kutikula adalah lapisan luar yang menyelubungi seluruh permukaan kulit telur. Lapisan
ini sangat tipis, pada telur ayam dan telur bebek berkisar 3 sampai 10 mikron. Lapisan ini
dibentuk oleh protein yang berupa musin (mucin). Sifat kutikula ini tidak mempunyai pori-
pori terbuka, namun dapat dilalui oleh gas sehingga uap air dan gas CO 2 dapat keluar dari isi
telur.
Lapisan bunga karang adalah bagian terbesar dari kulit telur, letaknya dibawah kutikula.
Laisan ini teriri dari protein serabut berbentuk anyaman dan lapisan kapur terdiri dari kalsiuj
karbonat (CaCO3), kalsium fosfat (Ca3 (PO4)2), magnesium karbonat (MgCO3), dan
magnesium fosfat (Mg3(PO4)2.
Lapisan mamila adalah lapisan ketiga pada kulit telur, lapisan ini berbentuk bongol-
bongol dengan penampang bulat atau lonjong. Tebal lapisan ini lebih kurang sepertiga tebal
seluruh kulit dan terdiri dari bagian amyaman protein dan mineral.
Lapisan yang paling dalam adalah lapisan membrana yang terdiri dari dua lapisan selaput
yang berbentuk seperti kertas perkamen. Ketebalannya sekitar 65 mikron. Makin kearah
bagian tumpul makin tebal. Membrana yang melekat pada mamila lebih tebal daripada
membrana yang berhubungan dengan putih telur. Umumnya kulit telur ayam lebih tipis
dibandingkan telur bebek. (Anonimus, 2007)
2. Putih telur
Putih telur menempati 60 persen dari seluruh telur. Bagian tesebut dinamakan albumen
yang artinya putih. Umumnya 40 persen dari putih telur merupakan cairan kental, sisanya
merupakan setengah padat.
Putih telur terdri dari empat bagian yaitu :
- lapisan luar
- lapisan tengah
- lapisan dalam
Lapisan terluar dari putih telur terdiri dari cairan kental yang mengandung beberapa serat
musin. Lapisan tengah putih telur dinamakan “albuminus sac”, biasanya lapisan tersebut
merupakan anyaman musin berbentuk setengah padat. Sedangkan lapisan didalamnya
merupakan cairan kental yang hampir mengandung musin.
3. Kuning telur
Kuning telur adalah embrio, khususnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembuahan
pada telur. Sehingga kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur. Selain itu, kuning
telur penuh akan zat-zat bernilai gizi tinggi yang berfungsi menunjang kehidupan embrio.
Bentuk kuning telur hampir bulat, berwarna kuning atau jingga dan terletak tepat ditengah-
tengah telur. (Anonimus, 2008)
3. Kandungan Gizi Telur
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan
dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak).
Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk
telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin bisa mencapai satu bulan (30 hari).
(Anonimusa, 2009)
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah
dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat
dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain
sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai
tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino
esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun
putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis
protein dan sedikit karbohidrat. Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada
bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali.
Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa
lesitin), dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber
energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk
emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-
anak, maupun golongan lanjut usia. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik
kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-
pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas
telur. (Anonimusb, 2009)
4. Pengawetan Telur
Usaha pengawetan telur sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur ayam &
bebek. Salah satu penyebab kerusakan telur adalah karena terjadinya pertumbuhan pada
mikroba pada telur tersebut. Supaya telur menjadi lebih awet, maka dilakukan proses
pengawetan. Tujuan pengawetan telur adalah untuk mengurangi jumlah awal sel jasad renik
didalam telur, memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan
mikroba diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan logaritmik , dan mempercepat fase
kematian mikroba.
Prinsip pengawetan telur adalah untuk :
1. Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur;
2. Mencegah keluarnya air dari dalam telur.
Cara pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur
asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang lebih enak.
Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat
mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim
proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar
air menyebabkan telur menjadi lebih awet karena air digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan. Pada umumnya konsentrasi garam 10-15% sudah cukup untuk membunuh
sebagian besar jenis, kecuali bakteri halofilik yaitu bakteri yang tahan terhadap garam yang
tinggi seperti Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh pada larutan garam 11-15%, bila
pH nya 5-7.
Menurut Sukendra (1976), untuk menghasilkan telur asin yang memiliki karakteristik
disukai diperlukan waktu 12 hari pengasinan. Menurut Kautsar (2005), proses pengasinan
telur memerlukan waktu selama 15 – 30 hari. Sedangkan proses pengasinan dengan larutan
garam jenuh memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari. Lama waktu proses tersebut masih
menjadi permasalahan yang harus dipecahkan, karena selain lama perendaman erat kaitannya
dengan efisiensi waktu proses pengasinan telur, juga erat kaitannyadengan karakteristik
organoleptik telur asin yangdihasilkan. Kulit telur ayam yang lebih tipis jika dibandingkan
kulit telur bebek membuat garam lebih mudah masuk ke dalam telur ayam jika dibandingkan
ke dalam telur bebek, sehingga untuk telur ayam seharusnya perlu menggunakan waktu
selama yang waktu yang digunakan untuk pengeraman telur bebek.
Proses Masuknya Garam ke dalam Telur
Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan
garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau
bubuk bata merah Prinsip kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses
pengurangan air dari bahan dengan cara membenamkan bahan dalam suatu larutan
ber- konsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi
osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan
(countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan
ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air (WL,water
loss) dan penambahan padatan, SG, solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses
pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya
larutan garam ke dalam telur. (Kastaman dkk, 2005)
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit,
menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah
menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi
sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama
dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya,
sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus
disesuaikan dengan selera masyarakat yang akan mengonsumsinya. (Anonimusa, 2009)
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni
satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang
berlangsung lengkap . (Underwood, 2001). Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+
berasal dari air . Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang,
akibatnya telur menjadi asin.
Perbandingan Penggunaan Tanah Liat/Serbuk Bata Merah sebagai Bahan Adonan
Pengasin
Penggunaan serbuk bata merah yang biasanya terbuat dari tanah liat penggunaannya lebih
efektif dalam proses pengasinan telur ayam maupun telur bebek jika dibandingkan dengan
penggunaan abu gosok. Hal ini terkait dengan sifat dari bata tersebut. Bata merah lebih
mudah menyerap air, hal ini menguntungkan karena serbuk bata merah yang dibalutkan ke
telur dapat membantu menyerap air yang keluar dari telur. Semakin sedikit kandungan air
pada telur tersebut biasanya akan membuat telur lebih awet. Selain itu, serbuk bata merah
juga lebih efektif menahan kandungan garam sehingga ketika air adonan serbuk bata mulai
menguap, kandungan garam tetap berada di bata dan dapat terus terserap oleh telur yang
dibalut. (Anonimous, 2010)
5.2. Saran
- Pemeraman untuk telur ayam tidak perlu selama waktu pemeraman untuk telur bebek karena
telur ayam memiliki struktur kulit telur yang lebih tipis sehingga garam lebih mudah
merembes masuk sehingga pemeraman yang terlalu lama akan menyebabkan rasa telur yang
terlalu asin.
- Penggunaan bata merah dan tanah liat akan lebih efektif jika dibandingkan dengan
penggunaan abu gosok karena bata merah dan tanah liat dapat membantu menyerap air dari
dalam telur.
- Saat pengamplasan, pemeraman, dan perebusan sebaiknya telur ayam diperlakukan dengan
berhati-hati karena telur ayam lebih rentan pecah jika dibandingkan telur itik.
DAFTAR PUSTAKA