Proposal Pembangunan Sekretariat FATAYAT NU FIX
Proposal Pembangunan Sekretariat FATAYAT NU FIX
KATA PENGANTAR
Penyusun
Proposal Gedung Sekretariat NU Maluku
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. DASAR PEMIKIRAN
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ini yaitu :
1. Merintis terciptanya fasilitas yang memadai bagi kegiatan Fatayat NU
Maluku,
2. Penunjang kegiatan yang berskala Lokal, Regional dan Nasional bagi
pengembangan Organisasi Fatayat NU Maluku.
3. Menjamin kelancaran kegiatan Adminstrasi dan Kesekretariatan Fatayat
NU Maluku
BAB II
RENCANA KEGIATAN
1. LOKASI PEMBANGUNAN
Gambar : Foto Dena letak alokasi lahan pembangunan Kantor Pimpinan Wilayah Fatayat NU
2. PEMBIAYAAN
Untuk contoh model dan desain bangunan kami mengadopsi dari berbagai sumber
project dengan gaya bangunan klasik modern, dimana kami melakukan
penggabungan desain klasik dibagian atap bangunan, dan menggunakan desain
modern untuk dibagian utama bangunan. Berikut gambar desain dari beberapa
sudut bangunan dalam bentuk 3 (tiga) dimensi.
Fatayat NU merupakan salah satu organisasi perempuan bagian dari organisasi Islam
terbesar di Indonesia yaitu NU, dan menjadikan NU sebagai induk organisasi. Dengan
demikian Fatayat NU mempunyai prinsip keorganisasian yang sama dengan NU yaitu lebih
berpegang teguh kepada doktrin toleransi, akomodatif dan berupaya memperjuangkan
tradisi pengamalan dan pemahaman ajaran Islam yang sesuai dengan budaya Indonesia.
Dengan kata lain, NU menetapkan diri sebagai pengawal tradisi dengan mempertahankan
faham Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
Organisasi NU adalah salah satu organisasi sosial keagamaan di Indonesia yang
didirikan tahun 31 Januari 1926 di Surabaya. Pada awal berdirinya, NU merupakan
organisasi sosial keagamaan, sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar organisasi
yaitu ingin mempertahankan dan mengembangkan Islam secara murni dan konsekwen
dengan memegangi madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Selain itu
juga NU mendasarkan faham keagamaannya kepada sumber utama Islam yaitu Al-Qur'an,
Sunnah, Ijma' dan Qiyas.
Demi usaha NU untuk mengembangkan sayapnya sampai ke daerah-daerah di
Indonesia, NU mengambil kebijaksanaan untuk membentuk badan-badan yang melibatkan
para generasi mudanya, seperti, IPNU (Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama) yaitu organisasi
yang merupakan wadah tempat berhimpun putra-putra Nahdhatul Ulama, IPPNU (Ikatan
Pelajar Putri Nahdhatul Ulama) yaitu suatu organisasi remaja yang merupakan tempat
berhimpun putri-putri NU, GP (Gerakan Pemuda) Anshor adalah sebuah organisasi pemuda
yang bernaung di bawah NU sebagai badan otonom juga. Fatayat NU adalah suatu
organisasi pemudi (perempuan muda) Islam yang merupakan salah satu badan otonom NU.
Fatayat NU sebagai salah satu organisasi di bawah naungan NU yang menangani aktifitas
para pemudi, keberadaanya sangat dibutuhkan oleh NU, mengingat organisasi ini cukup
menjadi media untuk mensosialisasikan program-programnya di kalangan generasi muda.
Fatayat NU berdiri secara resmi, melalui Surat Keputusan PBNU No. 574/U/Peb,
tertanggal 26 Robi'ut Tsani 1369/14 Februari 1950. Sebelum turunnya SK tersebut telah
dilakukan rintisan awal melalui keikutsertaan para pemudi NU dalam kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh NU itu sendiri dan ikut berpartisipasi dalam rangka
memeriahkan muktamar NU. Setelah itu, lahirlah istilah Pemudi Muslimat NU, Puteri
Muslimat NU bahkan ada yang menyebut Fatayat NU. Pada tahun 1946 Fatayat NU berdiri
melalui muktamarnya di Purwokerto dan ikut dalam muktamar tersebut yaitu Murthosiyah
(Surabaya), Khuzaimah Mansur (Gresik) dan Aminah (Sidorejo), yang kemudian ketiga
orang ini dikenal sebagai tiga serangkai. Ditandai dengan tiga orang tersebut, secara
informal berdiri Fatayat NU di Surabaya, Gresik, Sidorejo meski tanpa ada pengakuan dari
PBNU, maka dibentuklah Dewan Pimpinan Fatayat NU dimana tiga serangkai tersebut
sebagai pengurusnya.
Untuk mengetahui kelahian dari Fatayat NU tahun 1950 didorong oleh faktor-faktor
penting antara lain:
Pertama, pada awal tahun limapuluhan itu telah diterima gagasan yang sangat
santer di kalangan Masyumi untuk memberi kepanjangan nama “Masyumi” menjadi
“Majelis Syura Muslimin Indonesia” sebagai partai politik Islam Masyumi. Sebelum
itu namanya adalah MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia), perubahan arti daripadanya
sangat terasa. Sejak saat itulah kecenderungan dalam kepemimpinan Masyumi
adalah tampilnya tenaga-tenaga non-ulama mendominasi elite kepemimpinan
Masyumi, kecenderungan ini jelas meresahkan ulama-ulama NU.
Kedua, ANO (Angkatan Nahdhatul Oelama') sudah terlebih dahulu
memproklamirkan diri menjadi sebuah organisasi pemuda yang terlepas dari GPII
(Gerakan Pemuda Islam Indonesia), dan mengubah namanya menjadi GP Anshor.[7]
Derasnya siaran-siaran dan penerbitan yang dikeluarkan oleh pucuk pimpinan GP
Anshor yang mengkritik kebijaksanaan politik Masyumi, dirasakan banyak
manfaatnya bagi perjuangan NU yang sudah melangkah kedalam percaturan politik
Nasional.
Ketiga, tumbuhnya rasa percaya diri (self reliance) dikalangan pemimpin-pemimpin
NU, sehingga tidak ingin menggantungkan keberadaannya dan keberadaan sayap-
sayap perjuangannya kepada orang lain. Dalam hal ini, NU tidak ingin
menggantungkan sayap perjuangan dibidang keputrian hanya kepada GPII putri.
Keempat, langkah NU dalam bidang kepemudaan putri dengan membentuk Fatayat
NU, termasuk salah satu langkah persiapan bagi NU sebelum memisahkan diri dari
Masyumi dan berdiri sendiri sebagai partai politik pada tahun 1952.
Kelima, pada tahun 1950-an itu pandangan pemimpin-pemimpin NU yang sudah
berdimensi nasional, dan mecakup aspek-aspek perjuangan yang lebih luas, tidak
hanya sekedar pendidikan dan pondok pesantren, pembinaan remaja-remaja putri
NU yang kian hari kian bertambah banyak, tidak akan dapat ditangani oleh NU
sendiri, tanpa adanya aparat pembinaan yang khusus.
Keenam, kondisi politik nasional pada waktu itu sedikit menguntungkan posisi NU
yang nasionalistik dalam hal menentang persetujuan keamanan kolektif dengan
Amerika Serikat yang ditandantangani oleh menteri Luar Negeri Subardjo dari
Masyumi, yang merupakan salah satu embrio lahirnya SEATO (Southeast Asia Treaty
Organization) pada tahun 1954. Waktu itu presiden RI Soekarno menolak MSA
(Mutual Security Act) mendekatkan hubungan NU dengan PNI (Partai Nasional
Indonesia) yang juga menolak, dan dengan Soekarno yang menjadi Presiden RI
posisi NU ternyata sangat strategis, menentukan peluang NU untuk berperan
dikemudian hari sesudah memisahkan diri dari Masyumi.
Situasi tersebut merupakan hal yang mendorong kelahiran Fatayat NU. Muktamarnya
ke 18 di Jakarta tahun 1950, NU menetapkan secara resmi Fatayat NU sebagai badan
otonom dari NU untuk mengorganisir pemudi-pemudi NU, Dewan Pimpinan Fatayat NU
diubah menjadi Pucuk Pimpinan Fatayat NU dan yang menjadi Ketua I ialah Nihayah Bakri
dari Surabaya.
Organisasi Fatayat NU dilambangkan oleh setangkai bunga melati tegak di atas dua
helai daun dalam sebuah bintang besar dikelilingi 8 (delapan) bintang kecil dengan
dilingkari tali persatuan. Lambang Fatayat NU dilukiskan dengan warna putih di atas
dasar hijau, dan dibawahnya bertuliskan FATAYAT NU.
3. ASAS FATAYAT NU
Setiap organisasi tentunya mempunyai asas dan tujuan tersendiri, termasuk Fatayat NU.
Asas dari Fatayat NU adalah:
1. Fatayat Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyah Diniyah beraqidah Islam menurut faham
Ahlu Sunnah wal Jama'ah, dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzab empat:
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali; dalam bidang akidah mengikuti Abu Hasan al-
Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang tasawuf mengikuti al-Ghazali dan
Junaedi al-Baghdadi.
2. Fatayat NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berasas pada Pancasila,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. TUJUAN FATAYAT NU
Adapun tujuan Fatayat NU yang tercantum dalam Peraturan Dasar (PD) bab IV pasal 4
yaitu:
1. Membentuk perempuan muda NU yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlakul
karimah, beramal shaleh, cakap, bertanggungjawab, berguna bagi agama, nusa,
bangsa dan negara.
2. Mewujudkan kesetiaan dan rasa memiliki terhadap asas, aqidah dan tujuan
Nahdlatul Ulama.
Sebagai organisasi, Fatayat NU tentunya memiliki konsep kegiatan guna
mempertahankan eksistensinya. Sebagai organisasi kepemudaan yang bernaung dibawah
NU, Fatayat NU dalam konsep kegiatannya juga harus mengacu pada asas dan perjuangan
NU, apalagi Fatayat NU merupakan organisasi yang menjadi pokok dari pengembangan
umat dalm rangka mewujudkan atau merealisasikan program-programnya. Konsep
kegiatan Fatayat NU dapat diklasifikasikan menjadi tiga. Yaitu di bidang kaderisasi dan
pendidikan, bidang dakwah atau pengembangan Islam serta bidang sosial
kemasyarakatan.
Ternyata usaha Fatayat NU dalam mencapai tujuannya tidak hanya menjalin hubungan
dengan lembaga-lembaga yang berlabel NU saja, tetapi juga menjalin kerjasama dengan
organisasi-organisasi lain yang mempunyai tujuan yang sama.
Seiring perkembangan Fatayat NU yang cukup pesat, hal itu mendapatkan respon yang
sangat baik diberbagai daerah diseluruh Nusantara yang menghendaki terbentuknya
cabang-cabang, mulai dari tingkat wilayah propinsi hingga tingkat desa.
Demikian halnya di daerah Provinsi Maluku yang menghendaki adanya cabang-cabang
Fatayat NU sampai tingkat desa. Ketika pada tahun 1955 NU menjadi partai politik,
banyak pimpinan pusat dan pimpinan daerah yang turun kebawah (turba) di berbagai
wilayah termasuk barulah Fatayat NU dibentuk baik tingkat kabupaten (Pimpinan
Cabang), kecamatan (Pimpinan Anak Cabang) hingga tingkat desa (Pimpinan Ranting).
BAB IV
PENUTUP
PIMINAN WILAYAH
FATAYAT NAHDLATUL ULAMA
PROVINSI MALUKU