Anda di halaman 1dari 42

Nama Dosen: Abdullah,S.Kep,Ns,M.

Kep
Mata kuliah : Keperawatan Jiwa Dan Psikososial

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN DISTRESS SPRITUAL

OLEH :
KELOMPOK 3

MUH. RUSLAN 21212011


RESKI PRATIWI 21212009
SRI AMINA TUKMULY 21212028
PATTA NUR MILDANIANTI 21212023
XAVERIUS MARKUS KAAT 21212043
ELISA AWALIA RAMADHANI 21212017
CLARISTA EKA SUSANA MAUNINO 21212038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas izinnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makala
dengan judul “asuhan keperawatan klien dengan gangguan distress
spritual ” dengan tepat pada waktunya.

Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan


tetapi kami menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun berkat arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak termasuk
dosen dan teman-teman, makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan


bagi pembaca umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Penuis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A. Pengertian distres spiritual..................................................... 3

B. Karakteristik Distress Spiritual................................................ 3

C. Patofisiologi............................................................................ 4
D. Faktor Penyeb Distress Spiritual............................................ 4
E. Pengertian perilaku kekerasan............................................... 5
F. Rentang Respon Marah......................................................... 5
G. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan................................... 6
H. Tanda Dan Gejala.................................................................. 8
I. Mekanisme Koping................................................................. 10
J. Konsep Dasar Keperawatan Pengkajian............................... 11
K. Konsep Dasar Keperawatan Pengkajian................................ 11
BAB III TINJAUNA KASUS.............................................................. 18
A. Identitas klien.......................................................................... 18
B. Alasan Masuk Rumah Sakit................................................... 18
C. Faktor Predisposisi................................................................. 18
D. Fisik......................................................................................... 18
E. Psikososial.............................................................................. 19
F. Mekanisme Koping................................................................. 21
G. Masalah Psikososial dan Lingkungan.................................... 21
H. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa..................... 21
I. Analisis Data........................................................................... 21

iii
J. Daftar Masalah Keperawatan................................................. 22
K. Pohon Masalah....................................................................... 22
L. Intervensi keperawatan.......................................................... 22
M. Asuhan keperawatan.............................................................. 25
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................... 30
A. Tahap pengkajian................................................................... 30
B. Tahap perencanaan............................................................... 31
C. Tahap implementasi............................................................... 32
D. Tahap evaluasi....................................................................... 32
BAB V PENUTUP..................................................................................... 34
A. Kesimpulan.................................................................................... 34
B. Saran............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
berkomunikasi, menerima, Menginterpretasi kan realitas, merasakan
dan menunjukkan emosi (Pardede, dkk 2016). Skizofrenia merupakan
gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak
manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi
emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015).
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi,
dan tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki resiko
lebih tinggi berperilaku agresif dimana perubahan perilaku secara
dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien skizoprenia
sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter,
2011) yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain
ataupun berisiko juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik,
emosional, seksual, dan verbal (baradero, 2016; Sutejo,2018).
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri
maupun orang lain dan dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan
gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan
darah meningkat denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun
orang lain (keliat, dan Muhith, 2016).
Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko
perilaku kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian resiko perilaku
kekerasan sangatlah tinggi. Dampak yang dapay ditimbulkan oleh

1
pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan adalah dapat
mencederai diri, orang lain dan lingkunga.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami
perilaku kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana
pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat
melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani
dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan
kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta
lingkungan, sehingga adapun upaya-upaya penanganan perilaku
kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat
dirumuskan masalah saebagai berikut : Bagaimana Memberikan
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya Penulis mampu memberikan asuhan
keperawatan jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian distres spiritual
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang
dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan
yang lebih besar dari dirinya (EGC, 2008).
B. Karakteristik Distress Spiritual

1. Hubungan dengan diri sendiri

a. Ungkapan Kekurangan: Harapan, arti dan tujuan hidup,


perdamaian atau ketenangan, penerimaan, cinta,
memaafkan diri sendiri, dan keberanian.
b. Marah

c. Kesalahan

d. Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain

a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama

b. Menolak interaksi dengan tujuan keluarga

c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan


kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik,
menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam

c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


3
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a

b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan


keagamaan

c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan


Tuhan

d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

e. Tiba-tiba berubah praktik agama

f. Ketidakmampuan untuk introspeksi

g. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

C. Patofisiologi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress


dan struktur serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan
manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres,
namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan
berespon untuk terjadi. Yang menguraikan respon “melawan atau
melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam
otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya
ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis
untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian
ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang.
D. Faktor Penyeb Distress Spiritual

1. Pengkajian Fisik  Abuse

2. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya

4
depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan
kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan
3. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien
E. Pengertian perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari


perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau
lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk
melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan
agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di
lingkungan.Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar
melakukan kekerasan dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan
pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan selama dirumah (Yusuf dkk, 2015).

Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon


marah yang paling maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu. Amuk merupakan respons
kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Yusuf
dkk, 2015).
F. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

5
Gambar 2.1 Rentang Respon Marah

Keterangan :

6
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang
lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman
dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun
masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak
mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap
orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri
dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
G. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan

1. Faktor Predisposisi

Menurut Yusuf, dkk (2015), terdapat faktor predisposisi dan


faktor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis

Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan


hasil dari dorongan insting.
b. Psikologis

Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul


sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai
dapat menyebabkan frustasi berekepanjangan.

7
c. Biologis

Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya


agresivitas sebagai berikut : (Stuart, 2016).
1) Sistem limbik

Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar


dan ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif
dan respons seksual.Selain itu, mengatur, mengatur sistem
informasi dan memori.
2) Lobus temporal

Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori


dan melakukan interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal

Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran


yang logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter

Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada


agresivitas adalah serotonin, Dopamin, Neropineprin,
Acetylcholine dan GABA.
d. Perilaku

1) Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan


belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam
berespon positif terhadap frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan
orang tua memengaruhi kepercayaan dan percaya diri
individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan
pada anak atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

8
e. Sosial Kultural

1) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal


ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang
diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk
berespon terhadap marah yang sehat.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Yusuf, dkk (2015) faktor presipitasi dapat


bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab lain.
H. Tanda Dan Gejala

Menurut Keliat (2012), tanda dan gejala perilaku kekerasan


adalah sebagai berikut :
1. Emosi

a. Tidak adekuat

b. Tidak aman

c. Rasa terganggu

d. Marah (dendam)

e. Jengkel
2. Intelektual

a. Mendominasi
9
b. Bawel

c. Sarkasme

d. Berdebat

e. Meremehkan
3. Fisik

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Napas pendek

d. Keringat

e. Sakit fisik

f. Penyalahgunaan zat

g. Tekanan darah meningkat


4. Spiritual

a. Kemahakuasaan

b. Kebijakan/kebenaran diri

c. Keraguan

d. Tidak bermoral

e. Kebejatan

f. Kreativitas terlambat
5. Sosial

a. Menarik diri

b. Pengasingan

c. Penolakan

d. Kekerasan

10
e. Ejekan

f. Humor
I. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien,


sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang
konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau menghindar

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena


kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epinefrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga
meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai
reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam


mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,
agresif dan perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu
dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku
tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.

3. Memberontak

Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat


konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilaku kekerasan

11
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat
konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
J. Penatalaksanaan

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa


amuk ada 2 yaitu:
1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan


menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien
bila mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
K. Konsep Dasar Keperawatan Pengkajian
1. Identitas

Nama, umur, jeniskelamin, No MR, tanggal masuk RS,


tangal pengkajian
2. Alasan masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk


tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang
orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat
kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh
karena tidak mau minum obat secara teratur (Keliat,2011)
3. Faktor predisposisi

a. Gangguan jiwa dimasa lalu


12
b. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami
gangguan jiwa (yusuf, 2015).
c. Pengobatan sebelumnya

d. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun


sebagai alternative serta memasung dan bila tidak berhasil
baru di bawa kerumah sakit jiwa
e. Trauma

f. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan


penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan
g. Herediter

h. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan


jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala,
pengobatan dan perawatan.

i. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

j. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu


yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, penolakan dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah
akan bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat
cepat
b. Ukur tinggi badan dan berat badan

c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada


saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara
kasar dan ketus)

13
5. Psikososial
a. Genogram

Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat


menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga
generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh
klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.
b. Konsep diri Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai
klien yang mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan
dengan orang lain sehingga klien merasa terhina, diejek
dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak
puas dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya,
baik disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat
tinggal
d. Harga diri

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan


hubungan dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni
sata terdapat penolakan atau klien merasa tidak berharga,
dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar
lingkungan keluarga.
1) Peran diri

Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau


tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu
melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
2) Ideal diri

Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap


14
tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja dan masyarakat.
3) Harga diri

Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak


baik, penilaian dan penghargaan terhadap diri dan
kehidupannya yang selalu mengarah pada penghinaan
dan penolakan.
e. Hubungan sosial

1) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan


apakah klien berperan aktif dalam kelompok tersebut

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat


keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat
f. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak


mengalami gangguan jiwa.

2) Kegiatan ibadah

3) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan


ibadah.
g. Status mental

1) Penampilan

2) Biasanya penampilan klien kotor.

3) Pembicaraan

4) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat


dilakukan pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada
15
tinggi dan mudah tersinggung.
5) Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku


kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot
muka berubah-ubah, gemetar, tangan mengepal, dan
rahang dengan kuat.
6) Alam perasaan

Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang


telah dilakukan
7) Efek

Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-


marah tanpa sebab
8) Interaksi selama wawancara

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan


terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau
menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
9) Persepsi

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat


menjawab pertanyaan dengan jelas
10) Isi Pikir

Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-


baik saja

11)Tingkat kesadaran

Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak


bingung,

12) Memori

Biasanya klien diwaktu wawancara dapat


mengingat kejadian yang terjadi dan mengalami
16
gangguan daya ingat jangka panjang.

13) Kemampuan penilaian

Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian


ringan dan sedang dan tidak mampu mengambil
keputusan

14) Daya fikir diri

Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya


h. Kebutuhan persiapan pulang

1) Makan

Biasanya klien tidak mengalami perubahan

2) BAB/BAK

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak


ada gangguan

3) Mandi

Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi,


jarang mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan
klien sangat bau dan kotor, dan klien hanya melakukan
kebersihan diri jika disuruh.
4) Berpakaian

Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak


mau berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian
dengan sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
5) Istirahat dan tidur

Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum


tidur, seperti: menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan
sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau
cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur klien

17
berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau
tidak tidur.
6) Penggunaan obat

Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari


dan klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika
putus minum obat.

7) Pemeliharaan kesehatan

Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya,


dan tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk
merawat dirinya.
8) Aktifitas didalam rumah

Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah,


dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci
pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.
i. Mekanisme koping

Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang


ditandai dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-
marah bila keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota
keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga.
j. Masalah psikologis dan lingkungan

Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah


interaksi dengan lingkungan
k. Pengetahuan

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang


pengetahuan tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui
akibat dari putus obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas klien

Inisial : Tn.S

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 27 Tahun

Agama : Nasrani

Status : Lajang

Tanggal pengkajian : 25 Februari 2021

Informent : Status klien dan komunikasi dengan klien.


B. Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan klien masuk yayasan pemenangan jiwa adalah klien


mengatakan klien sering marah-marah, melempar barang yang ada
dirumahnya, klien mengatakan pernah memukul orang sekitarnya
seperti adik dan kakaknya.
C. Faktor Predisposisi

Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 1 tahun


yang lalu tepatnya pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam
keadaan tenang. Dirumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau
kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala seperti diatas. Keluarga

19
klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan:Resiko Perilaku kekerasan Regiment


individu Terapeutik inefektif
D. Fisik

Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan


tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S :
36,5oC ; P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 165 cm dan berat badan
65 Kg.
E. Psikososial

1. Genogram

Tn. B Ny. A
1.

Tn.S

Penjelasan :

Klien anak ketiga dari 6 bersaudara, klien berinisial Tn.S


,anak yatim ayahnya meninggal saat usia klien 12 tahun.
Keterangan :

20
: Perempuan

: Laki-Laki

Tn.S
: Klien

---- : Tinggal dalam satu rumah

: meninggal

2. Konsep diri

a. Gambaran diri

Tidak ada kecacatan

b. Identitas

Klien anak ke 3 dari 6 bersaudara, klien hanya


lulusan SMA yang saat ini dirawat di yayasan pepenang jiwa
medan
c. Peran
Klien berperan sebagai anak dan masing lajang, klien
sebelunya tinggal bersama keluarganya
d. Ideal diri
Klien merasa malu karena di antarkan ke yayasan
pemenangan jiwa tersebut
e. Harga diri
Klien merasa apakah dirinya tidak dianggap sebagai
anak lagi karena, karena dirinya di tempatkan jauh dari oraang
tua, adik dan kakaknya

Masalah keperawatan:Gangguan konsep diri : harga diri rendah

21
3. Hubungan sosial

Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang


sangat berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien selalu
mengikuti kegiatan di yayasan tersebut. Klien mengatakan tidak
mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena klien gampang bergaul

Masalah keperawatan:-

4. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen dan yakin


dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah: ibadah 3 kali sehari. Yaitu pagi 2 kali,
sekitar pukul 6 pagi dan pukul 10 pagi, selanjutnya jam 7
malam
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
F. Mekanisme Koping

Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat


berbicara baik dengan orang lain dan berkooperatif
G. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan di Yayasan tersebut


H. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa

Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya


dan klien tau apa obat yang dikonsumsinya.
I. Analisis Data

No Data Masalah Keperawatan

22
1 Subjektif : Resiko Perilaku
Kekerasan
Klien mengatakan pernah melempar
barang-barang yang ada dirumahnya,
pernah memukul orang sodara dan
marah- marah

Objektif :
Klien tampak memandang orang lain
dengan tatapan bermusuhan dan
gelisah.
2 Subjektif : Gangguan Konsep

Klien merasa tidak dihargai, dan Diri : Harga diri


merasa

23
minder dengan orang lain yang rendah
memiliki pasangan

Objektif :

Klien tampak malu,

J. Daftar Masalah Keperawatan


1. Risiko Perilaku Kekerasan

2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


K. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Regiment terapeutik individu inefektif

menarik diri : isolasi


Koping individu inefektif

Isolasi HDR

L. Intervensi Keperawatan

24
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Risiko perilaku Klien dapat Ketika di 6. Membina
kekerasan mebina evaluasi Klien hubungan saling
hubungan mau membalas percaya dengan cara
saling salam, berjabat (menjelaskan maksud
percaya tangan, dan tujuan interaksi,
menyebutkan jelaskan tentang
nama, kontrak yang akan
tersenyum, ada dibuat, beri rasa aman
kontak dan sikap empati)
mata,serta 7. Diskusikan
menyediakan bersama klien tentang
waktu untuk perilaku kekerasan
kunjungan (penyebab, tanda dan
berikutnya gejala, perilaku yang
muncul dan akibat dari
perilaku tersebut).
Klien dapat Klien mampu Sp 1
mengendalik menyebutkan Latih klien melakuka
an perilaku dan cara mengontrol
kekerasan menredemonstr Kemarahan:
dengan cara asi kan cara 1.3. Ajarkan tehnik
relaksasinafa mengontrol relaksasi nafas
s dalam dan perilaku dalam
pukul bantal kekerasan Pukul bantal
kasur dengan cara
relaksasi nafas
dalam dan pukul
bantal
Klien dapat Klien mampu Sp 2 :
mengendalikan mengendalikan Bantu klien mengontrol
25
perilaku perilaku perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan pasien dengan minum
denganminum dengan minum obat secara teratur
obat secara obat Klien
teratur klien
paham dan
mampu
mengendalikan mampu SP 3
risiko perilaku menyampaikan Pasien risiko perilaku
kekerasan amarah kekerasan:
dengan cara dengan Ajarkan kepada klien
berbicara cara berbicara bicara yang baik bila
dengan baik dengan baik sedang marah. Ada tiga
cara:
 Meminta dengan
baik tanpa marah
 Menolak dengan
baik
 Mengungkapk an
perasaan kesal

Klien paham dan Klien paham dan SP 4


mampu mampu pasien risiko perilaku
mengendlikan mengendalikan kekerasan :Diskusikan
risiko perilaku risiko perilaku bersama klien cara
kekerasan kekerasan mengendalikan risiko
dengan cara dengan cara perilaku kekerasan
mempraktikan beribadah dengan cara
cara spiritual beribadah.
(beribadah

26
M. ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/tgl Implementasi Evaluasi
KAMIS 1. Data : S : antusias dan bersemangat

/26-2- Tanda dan gejala : mudah O:


2021 marah- marah, mudah
- Klien mampu
10:30 tersinggung,tatapan
melakukan latihan
WIB sinis, ,suka menyendiri,
fisik tarik nafas dalam
merasa tidak dihargai
dengan mandiri
- Klien mampu pukul
2. Diagnosa Keperawatan
kasur bantal dengan
Risiko Perilaku
mandiri
Kekerasan Harga Diri
-
Rendah
3. Tindakan keperawatan:

27
Sp 1Risiko PerilakuKekerasan: A : Risiko Perilaku
kekerasan (+)
- Mengidentifikasi penyebab
risiko perilaku kekerasan yaitu
P : Latihan fisik :
jika kemauan klien tidak
dituruti - Tarik nafas dalam 1x/
- Mengidentifikasi tanda dan hari
gejala risiko perilaku - Pukul kasur bantal 1x/
kekerasan yaitu klien marah, hari
mengamuk tanpa jelas,
merusak barang-barang, dan
cenderung melukai orang lain
- Menyebutkan cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan
adalah dengan latihan fisik 1 :
tarik napas dalam latihan fisik
2 : pukul kasur bantal
- Membantu klien latihan tarik
napas dalam dan pukul kasur
bantal.

4. RTL:

Sp2 Risiko Perilaku Kekerasan:

 Mengontrolrisiko perilaku
kekerasan dengan minum
obat secara teratur
JUMAT 1. Data : S : senang dan antusias
27/2/202
Tanda dan gejala : mudah O:
1
marah- marah, mudah
- Klien mampu
11:00 WIB
tersinggung,tatapan sinis,
melakukan tarik
merasa tidak dihargai
nafas dalam
Kemampuan : berjualan depan
dengan mandiri

28
- Klin mampu pukul
rumah
kasur bantal secara
2. Diagnosa Keperawatan
mandiri
Risiko Perilaku
- Klien mampu ke poli
Kekerasan Harga Diri
jika merasa kumat
Rendah
dan meminum obat
3. Tindakan keperawatan:
secara teratur dengan
Sp 2Risiko Perilaku Kekerasan
bantuan perawat
1. Mengevaluasi
A : Risiko Perilaku
kemampuan klienuntuk
kekerasan (+)
tarik nafas dalam dan
P:
pukul kasur bantal
- Latihantarik nafas
2. Memberikan informasi
dalam 1 x/hari
tentang penggunaan obat
- Latihan pukul
kasur bantal 1
4. RTL:
x/hari
Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan
berobat
Komunikasi secara
verbal:Asertif/bicara baik-baik.

29
Jumat 1. Data : S : senang
19/2/202
Tanda dan gejala : mudah O:
1
marah- marah, mudah
- Klien mampu melakukan
11:00 WIB
tersinggung,tatapan sinis,
komunikasi secara
merasa tidak dihargai
verbal : asertif/bicara
Kemampuan : berjualan
2. Diagnosa
baik- baikdengan
Keperawatan: Risiko
motivasi
Perilaku Kekerasan
A : RisikoPerilaku kekerasan
Harga Diri Rendah
(+)
3. Tindakan keperawatan:
P:
Sp 3Risiko Perilaku Kekerasan
- Latihantarik nafas
- Mengevaluasi kemampuan
dalam dan pukul
klien untuk tarik nafas dalam
kasur bantal 1x/hari
dan pukul kasur bantal
- Berobat
- Minum obat
- Klien
- Komunikasi secara verbal :
asertif/bicara baik-baik
melakukan
komunikasi
4. RTL:
secara
Sp 4 Risiko Perilaku Kekerasan:
verbal : asertif/bicara
 Spritual : Beribadah baik-baik

30
SABTU 1. Data : S : senang

27/2/2021 Tanda dan gejala : mudah O:

10:30 WIB marah- marah, mudah - Klien mampu


tersinggung,tatapan sinis, melaksanakan
merasa tidak dihargai kegiatan
Kemampuan : berjualan
ibadah dengan baik
2. Diagnosa Keperawatan:
misalnya Sholat
Risiko Perilaku
A : Perilaku kekerasan (+)
Kekerasan Harga Diri
Rendah
3. Tindakan keperawatan: P:

Sp 4Risiko Perilaku Kekerasan  Latihantarik nafas


dalam
- Mengevaluasi kemampuan
dan pukul kasur bantal
klien dalam tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal, minum 2x/hari
obat secara teratur dan bicara - Berobat
baik- baik. - Latihan melakukan
- Melatih klien
komunikasi secara
untuk
verbal : asertif/bicara
melaksanakan kegiatan
baik-baik
spiritual yang sudah diatur.
- Latihan klien untuk
RTL : melaksanakan
Risiko Perilaku Kekerasan : Follow kegiatan
up dan evaluasi SP 1-4 risiko spiritual yang sudah
Perilaku Kekerasan
diatur.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada


Tn.S dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Yayasan pemenangan
Jiwa , maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan
antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

A. Tahap Pengkajian

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari


beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tetangga sekitar. Maka
penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui
komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu klien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:

Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling


percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya
dengan menggunakan perasaan.

Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara

Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan


kesenjangan karena ditemukan hal sama seperti: diteori:
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari
perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain
atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat
berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri
dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang

32
adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca,
genting dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa
ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan
dirumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk
menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama
dirumah (Yusuf dkk, 2015).

B. Tahap perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal


dengan rencana asuhan keperawatan yang merupakan tahap
selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan diagnosa
keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya
menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon
masalah keperawatan yaitu :perilaku kekerasan

Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak
ada kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan
tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya
bimbingan dengan pembimbing

Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai


dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian.
Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :

Risiko Perilaku Kekerasan

1. Mengidentifikasi isi Risiko Perilaku Kekerasan

2. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan

3. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku Kekerasan

4. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku Kekerasan

33
5. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol
Risiko Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan
pukul kasur bantal
6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
minum obat
7. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
dengan berbicara baik-baik dengan orang lain dan spritual
8. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
C. Tahap Implementasi

Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1


masalah keperawatan yakni: diagnosa keperawatan Risiko
Perilaku Kekerasandi karenakan masalah utama yang dialami
klien. Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasandilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi
Perilaku Kekerasan, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
tarik napas dan pukul kasur bantal. Strategi pertemuan yang
kedua yaitu anjurkan minum obar secara teratur, strategi
pertemuan ketiga yaitu latihan dengan cara komunikasi secara
verbal atau bicara baik-baik strategi pertemuan ke empat yaitu
Spritual.
D. Tahap evlaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :


1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis

2. Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Risiko Perilaku


Kekerasan

3. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui


latihan fisik,

4. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan


cara minum obat secara teratur

34
5. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan
berbicara baik- baik
6. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan
spritual yang terjadwal.

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :

1. Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi Risiko


Perilaku Kekerasan
2. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan
melalui latihan fisik
3. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan
dengan cara pergi ke poli jiwa untuk mendapatkan minum
obat
4. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan
dengan berbicara baik-baik dengan orang lain
5. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan
dengan melakukan spritual terjadwal.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada


Ny.H penulis melanjutkan asuhan keperawatan pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan di Desa Juli Seutuy. Maka
penulis mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan yang telah ada:

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan


kasus perilaku kekerasan dilakukan meliputi aspek
psikososial, spiritual dan melibatkan keluarga didalamnya.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat
dan klien harus membina hubungan saling percaya.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu
pengetahuan khususnya tentang keperawatan jiwa.

4. Bagi klien agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi


dengan baik serta klien mengikuti pengobatan secara
optimal sampai berhasil agar tidak terulang kembali.
5. Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan
klien karena dengan dukungan keluarga penyembuhan klien
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
B. Saran
Diharapkan pada keluarga agar selalu memberikan
dukungan kepada klien karena dukungan dapat memberikan
efek yang bagus untuk psikis klien.

36
DAFTAR PUSTAKA

Pardede, J.A. 2020. Pengetahuan Keluarga Tentang Halusinasi


Berhubungan DengaN Kepatuhan Minum Obat Pasien
Skizofrenia. 2 (4).

Baradero, M, Dayrit, M. W, & Maratning, A. (2016). Seri asuhan


keperawatan kesehatan mental psikiatri. Jakarta : EGC.

Amila. & Tomey, A.M. (2018). Nursing Theories and Their Work. Missouri:
Mosby Elsevier.

Baradero, L. A., Sevier, M., & Christensen, A. (2013). The Impact Of


Behavioral Couple Therapy On Attachment In Distressed Couples.
Journal of Marital and Family Therapy.

NBowers, L., Douzenis, A., Galeazzi, G. M., Forghieri, M., Tsopelas, C.,
Simpson, A., & Allan, T. (2005). Disruptive and dangerous
behaviour by patients on acute psychiatric wards in three

37
38

Anda mungkin juga menyukai