MARKAS BESAR
TENTANG
TENTANG
MEMUTUSKAN …..
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
6. Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat WNA adalah orang bukan WNI.
9. Pemohon adalah seorang WNI atau WNA yang berada/tinggal di dalam atau di
luar negeri yang mengajukan permohonan SKCK.
Pasal 2
Tujuan dari peraturan ini sebagai pedoman dalam penerbitan SKCK dari tingkat Mabes
Polri sampai dengan tingkat Polsek agar sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
Pasal 3
f. efektif dan efisien, yaitu penerbitan SKCK dilaksanakan dengan mudah, murah,
cepat, dan nyaman.
BAB II
KEWENANGAN
Pasal 4
Pasal 5
(3) SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kelengkapan
persyaratan bagi pengguna, antara lain untuk:
a. menjadi calon pegawai pada perusahaan/lembaga/badan swasta; dan
b. melaksanakan suatu kegiatan atau keperluan tertentu dalam lingkup
wilayah Polsek, antara lain:
1. pencalonan kepala desa;
2. pencalonan sekretaris desa;
3. pindah alamat; atau
4. melanjutkan sekolah.
Pasal 6
(2) SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Kepala Satuan
(Kasat) Intelkam atau Wakapolres atas nama Kapolres.
(3) Dalam hal SKCK diperlukan untuk pencalonan menjadi anggota legislatif dan
pimpinan kepala daerah di tingkat kabupaten/kota, penerbitan SKCK
ditandatangani oleh Kapolres.
(4) SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kelengkapan
persyaratan bagi pengguna, antara lain untuk:
a. menjadi calon pegawai pada lembaga/badan/instansi pemerintahan dan
perusahaan vital yang ditetapkan oleh pemerintah;
b. masuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri;
dan
c. melaksanakan suatu kegiatan atau keperluan dalam lingkup wilayah
Polres, antara lain:
1. pencalonan pejabat publik;
2. melengkapi persyaratan izin kepemilikan Senjata Api (Senpi)
nonorganik TNI dan Polri; atau
3. melanjutkan sekolah.
Pasal 7
(3) Dalam hal SKCK diperlukan untuk pencalonan menjadi anggota legislatif
atau pimpinan kepala daerah di tingkat provinsi, penerbitan SKCK
ditandatangani oleh Dirintelkam Polda.
Pasal 8
(2) Penerbitan SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah wewenang
Kabaintelkam Polri dan dapat didelegasikan kepada Kepala bidang
Pelayanan Masyarakat (Kabidyanmas).
(3) SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditandatangani oleh
Kepala Subbidang Kegiatan Masyarakat (Kasubbidgiatmas) atas nama
Kepala bidang Pelayanan Masyarakat (Kabidyanmas).
(4) Dalam hal penerbitan SKCK untuk keperluan pencalonan Presiden dan
Wakil Presiden ditandatangani oleh Kabaintelkam Polri atau
Wakabaintelkam atas nama Kabaintelkam Polri.
1. izin .....
1. izin tinggal tetap di luar negeri (permanent resident);
2. naturalisasi kewarganegaraan; atau
3. adopsi anak bagi pemohon WNA.
BAB III
Bagian Kesatu
Pasal 9
Pasal 10
(2) Persyaratan SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikirim secara
online melalui sarana elektronik.
(3) Persyaratan SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
c dan huruf d tidak diperlukan, apabila KTP elektronik (e-KTP) sudah
terintegrasi secara online.
(4) Pasfoto ....
(4) Pasfoto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dengan latar belakang
merah, berpakaian sopan, tampak muka, dan bagi pemohon yang mengenakan
jilbab, pasfoto harus tampak muka secara utuh.
(5) Bagi WNI yang akan keluar negeri, selain melengkapi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib dilengkapi dengan fotokopi paspor.
Pasal 11
(2) Pasfoto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan latar
belakang berwarna kuning, berpakaian sopan, tampak muka dan bagi
pemohon yang mengenakan jilbab, pasfoto harus tampak muka secara
utuh.
BAB IV
Pasal 12
a. pencatatan;
b. identifikasi;
c. penelitian;
d. koordinasi; dan
e. penerbitan.
Pasal 13
Pasal 14
(4) Dalam hal pemohon sudah memiliki kartu sidik jari, tidak perlu dilakukan
pengambilan sidik jari ulang.
Pasal 15
(2) Dalam hal persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dan huruf c tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, pemohon diminta untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki.
(3) Dalam .....
(3) Dalam hal hasil penelitian ditemukan keragu-raguan, dilakukan koordinasi
untuk klarifikasi dengan kesatuan di lingkungan Polri dan/atau instansi terkait.
Pasal 16
(2) Koordinasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
dalam bentuk hubungan tata cara kerja dengan pengemban fungsi:
a. Reserse Kriminal, Lalu Lintas, Polair, dan Sabhara, terkait pemberian
data ada atau tidaknya tindak pidana yang dilakukan oleh pemohon
SKCK; dan
b. Identifikasi, terkait pemberian hasil pengambilan rumus sidik jari
pemohon SKCK.
(3) Pengemban fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara berkala
memperbarui (meng-update) data tentang masyarakat yang mempunyai catatan
kriminal.
(4) Koordinasi eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan
apabila diperlukan untuk pencocokan data dengan penegakan hukum lainnya.
Pasal 17
(1) Penerbitan SKCK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dibuat dalam
rangkap 2 (dua) dengan ketentuan:
a. 1 (satu) lembar asli untuk pemohon; dan
b. 1 (satu) lembar untuk arsip.
(2) Penerbitan SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a. ditulis dalam 2 (dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris;
b. mencantumkan pasfoto pemohon yang direkatkan pada sudut kiri
bawah formulir SKCK;
c. ditandatangani pejabat yang berwenang dan dicap stempel dinas
sebagai autentikasi; dan
d. paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam setelah berkas
diterima secara lengkap.
(4) Dalam hal pemohon berhalangan untuk mengambil SKCK, dapat diwakilkan
kepada orang lain dengan menunjukkan KTP asli pemohon dan
menandatangani tanda terima.
Pasal 18...
Pasal 18
(1) Masa berlaku SKCK ditetapkan 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(2) Masa berlaku SKCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku apabila:
a. pemohon melakukan tindak pidana; dan
(3) SKCK yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dicatat dalam lembar SKCK yang selanjutnya dikirimkan kepada
pengguna yang memerlukan.
Pasal 19
(1) SKCK yang telah habis masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1), apabila masih memerlukan SKCK, yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan SKCK kembali dengan memperlihatkan SKCK yang
lama dan dilakukan penelitian sebagaimana mestinya.
(2) Apabila masa berlaku SKCK telah habis lebih dari 1 (satu) tahun, pemohon
dapat mengajukan kembali dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 10, untuk WNI; dan
b. Pasal 11, untuk WNA.
Pasal 20
Format Kartu Tik, Daftar Pertanyaan, dan lembar SKCK tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
BAB V
Pasal 21
(1) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
dilakukan dalam bentuk:
a. laporan;
b. supervisi; dan
c. evaluasi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan secara
berjenjang kepada kesatuan atas setiap bulan yang memuat data atau
keterangan mengenai:
a. jumlah SKCK yang diterbitkan;
b. pemohon berdasarkan jumlah SKCK yang diterbitkan; dan
c. permasalahan dan hambatan yang dihadapi.
(3) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat Mabes Polri sampai dengan tingkat Polsek.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan secara periodik
dan insedentil.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 23
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Surat Keputusan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia No. Pol. : Skep/816/IX/2003 tanggal 17 September
2003 tentang Naskah Sementara Petunjuk Lapangan Penerbitan Surat
Keterangan Catatan Kepolisian, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 25 …..
Pasal 25
Ditetapkan di Jakarta
Drs. SUTARMAN
JENDERAL POLISI
YASONNA H. LAOLY